Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan tekanan yang tinggi dalam arteri dengan tingkat

yang melebihi 140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai

kesempatan (Gardner, 2007). Menurut World Health Organization (WHO)

tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, tekanan

darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan tekanan darah

diantara normotensi dan hipertensi disebut Garis Batas Hipertensi (Udjianti,

2010). Sementara menurut American Society of Hypertension (ASH) dalam

Umar (2012), menyatakan bahwa hipertensi adalah suatu sindrom atau

kumpulan gejala yang berasal dari jantung dan pembuluh darah

(kardiovaskuler) yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang

kompleks dan saling berhubungan. Berdasarkan penjelasan 3 pakar tersebut,

maka peneliti menganalisis Hipertensi merupakan sebuah kondisi medis saat

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal.

World Health Organization (WHO) pada Tahun 2011 dalam Susilo

(2013) mencatat hingga 1 milliar orang di dunia mengalami hipertensi, dua

pertiga diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan

rendah sedang dan prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat pada

tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Rikesdas) Tahun 2013, mengemukakan prevalensi


1
hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% berdasarkan umur ≥ 18 Tahun dan

prevalensi hipertensi di Sumatera Barat menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

Depkes RI Tahun 2013, mencapai 22,6%. Dari Profil Pembangunan

Pelayanan Kesehatan Kab Agam Tahun 2010, hipertensi merupakan penyakit

nomor 5 dari 10 penyakit terbanyak sesuai ICD-10 setelah ISPA, Rheumatik,

Gastritis, Infeksi Penyakit Kulit, dengan angka kejadian hipertensi 8,8%

(8.231 jiwa) dan merupakan penyakit nomor 3 terbanyak setelah Rheumatik

dan Gastritis jika dikategorikan dalam Penyakit Tidak Menular (PTM) pada

Tahun 2012. Sementara data yang didapat dari Rumah Sehat Cinta Herbal

(RSCH) As-Salam angka kunjungan untuk pasien hipertensi pada Tahun

2012 sebanyak 161 orang dan pada Tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi

264 orang.

Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta

orang di seluruh dunia atau sekitar 13% dari total kematian penduduk dunia.

Hipertensi yang dibiarkan tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi

pada gangguan kesehatan, seperti dibagian otak: akan menyebabkan stroke,

mata: menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan,

jantung: menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung, ginjal:

menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal (Susiyanto, 2013).

Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat

dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan non farmakologis,

maupun pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai

pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya


2
terjangkau, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan

cukup signifikan (Widharto, 2007) dan salah satu pengobatan komplementer

yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi bekam (Umar, 2012).

Secara bahasa bekam berarti menghisap dan menurut istilah bekam

berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan darahnya

dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung didalam gelas, maka Umar

(2008) menyimpulkan bekam adalah pengobatan dengan cara menghisap

permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada dibawah

kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap tersebut, dan

terjadilah “fenomena pengumpulan darah”. Menurut Yasin (2013), bekam

diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat menyerupai

tabung, serta mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang

kemudian ditampung didalam gelas. Sementara menurut Widharto (2007)

Bekam merupakan suatu teknik pengobatan Sunnah Rasulullah SAW yang

telah lama dipraktekkan oleh manusia sejak zaman dahulu kala, kini

pengobatan ini dimodernkan dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah serta

menggunakan alat yang praktis dan efektif serta tanpa efek samping.

Berdasarkan penjelasan 3 pakar tersebut, maka peneliti menganalisis Bekam

merupakan pengobatan Sunnah Rasul dengan cara penghisapan,

penyayatan/tusukan pada kulit dan membuang darah kotor dari tubuh yang

terkumpul dan ditampung dalam gelas/alat sejenisnya.

Secara ilmiah, mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi

didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ
3
yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung, agar organ-organ

ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah dan sehingga tekanan darah

tetap terjaga. Selain itu, bekam juga menyeimbangkan secara alamiah bila

ada tekanan darah yang meningkat dan umumnya tubuh mampu menurunkan

tekanan darah dengan cara alami. Bila tekanan darah sangat tinggi,

mekanisme alami proses penurunan darah tidak mampu dilakukan secara

alami, sehingga perlu dibantu dengan bekam dan dengan memilih titik yang

tepat bisa membantu penanganan hipertensi (Umar, 2012).

Dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat

Medis, Yasin (2013) menjelaskan bahwa dalam kedokteran tradisional,

dibawah kulit, otot maupun fascia terdapat satu poin atau titik yang istimewa.

Antara satu poin dengan poin lainnya saling berhubungan, antara organ-organ

tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ yang satu dengan organ

lainnya. Pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya,

misalnya pada orang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya,

namun dapat dibekam di daerah kepala atau sekitar tengkuk (Umar, 2012).

Penelitian dari kedokteran modern membuktikan bahwa apabila

dilakukan pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah

kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan

lain-lain (Yasin, 2013). Sementara akibat kerusakan ini dilepaskan beberapa

zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow Reacting Substance (SRS),

serta zat-zat lain yang belum diketahui (Ridho, 2012). Zat-zat ini

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction


4
pada daerah yang dibekam dan dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat

yang jauh dari tempat pembekaman, yang menyebabkan terjadinya perbaikan

mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan timbul efek relaksasi

(pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan

menurunkan tekanan darah secara stabil (Umar, 2012). Sementara golongan

histamine yang ditimbulkan mempunyai manfaat dalam proses reparasi

(perbaikan) sel dan jaringan yang rusak (Ridho, 2012).

Dokter Ali Muhammad Muthowi’, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Al-Azhar, Mesir seorang ahli radiologi dan tumor dalam

Susiyanto (2013), memiliki landasan ilmiah yang cukup dikenal, bahwa

organ-organ dalam tubuh berhubungan dengan bagian-bagian tertentu pada

kulit manusia di titik masuk syaraf yang menyuplai makanan ke organ-organ

tersebut di saraf tulang belakang. Hubungan ini mengakibatkan rangsangan

apapun yang diarahkan pada kulit manapun pada bagian tubuh akan

mempengaruhi organ-organ internal yang berhubungan dengan bagian kulit

ini (Susiyanto, 2013). Sementara Umar (2012) dalam buku yang berjudul

Bekam untuk 7 Penyakit Kronis, mengemukakan bahwa inilah salah satu

jawaban kenapa yang sakit organ dalamnya, namun yang dibekam kulitnya.

Penelitian yang dilakukan Mustika (2012) tentang Pengaruh Terapi

Bekam Terhadap Tekanan Darah pada pasien Hipertensi di Klinik De Besh

Centre dan Rumah Sehat Sabbihisma Kota Padang, didapatkan hasil bahwa

terdapatnya pengaruh yang bermakna pada tekanan darah sistolik dan

diastolik pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi bekam dengan nilai
5
ρ=0,000 (sistolik) dan ρ=0,003 (diastolik) dimana ρ<0,05. Perbedaan

penelitian Mustika (2012) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

pada penelitian yang mau peneliti lakukan teknik pengambilan sampel

menggunakan Sampling Jenuh dan waktu dan tempat penelitian yang

berbeda. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Setio (2011) tentang

Pengaruh Terapi Bekam Basah Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

pasien dengan Hipertensi di Klinik Griya Sehat Madina Pekalongan, dimana

terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi juga

didapatkan pengaruh antara terapi bekam dengan penurunan tekanan darah

pada 20 responden yang menderita hipertensi. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling

dan Variabel Independennya Terapi Bekam Basah, sedangkan pada penelitian

yang mau peneliti lakukan teknik pengambilan sampel menggunakan

Sampling Jenuh dan vataibel independennya terapi bekam saja, waktu dan

tempat penelitian yang berbeda. Sementara pada penelitian Zahis (2012)

tentang Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada

pasien dengan Hiperkolesterol di Puskesmas Alun-Alun Gresik, hasil

penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang bermakna pada pemberian

terapi bekam terhadap penurunan kadar kolesterol pada pasien penderita

Hiperkolesterol di Puskesmas Alun-Alun Gresik dengan nilai signifikasi

ρ=0,001 dimana ρ<0,05, dengan perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada penelitian yang mau peneliti lakukan dimana variabel
6
dependennya yaitu penurunan tekanan darah dengan responden pada pasien

dengan hipertensi dan desain penelitian yang akan peneliti lakukan

menggunakan desain Pre Eksperiment. Menurut asumsi peneliti kesimpulan

yang dapat diambil dari penelitian diatas, yaitu terdapatnya pengaruh terapi

bekam terhadap berbagai kondisi seperti pada penrunan kolesterol dan

khususnya pada penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil dari 3 penelitian diatas yaitu terdapatnya pengaruh

yang bermakna dari terapi bekam, maka peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk mengetahui data angka kejadian hipertensi dan

mengetahui penerapan terapi bekam pada tanggal 13 Maret 2014 yang

peneliti lakukan di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung

Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam yang terdaftar di Dinas

Kabupaten Agam dengan Nomor STPT (Surat Terdaftar Pengobatan

Tradisional): 04/YANKES-INST/AGAM-STPT/VII/2008. Klinik ini banyak

dikunjungi pasien yang datang berbekam dengan berbagai keluhan penyakit,

tingkat umur, dari remaja sampai lansia dan dari dalam maupun luar daerah.

Dimana jumlah pasien Hipertensi pada Tahun 2012 sebanyak 161 orang dan

pada Tahun 2013 sebanyak 264 orang. Pasien yang datang dilakukan

pembekaman 1 kali dalam sebulan dan ada beberapa yang sampai 2 kali

dalam sebulan dalam jarak waktu 2 minggu sesuai kondisi dan keadaan

penyakitnya. Hasil yang didapat adalah pasien yang sudah terapi bekam

mengalami kesembuhan atas penyakitnya.

7
Pada tanggal 15 Maret 2014, peneliti melakukan studi pendahuluan

kembali, peneliti mewawancarai dengan melibatkan beberapa orang pasien

dan terapis/orang yang membekam. Berdasarkan wawancara dengan 3 dari 6

orang pasien bekam yang datang berobat pada saat itu yang telah dibekam,

mereka merasakan efek langsung beberapa saat setelah dibekam. Seorang

pasien mengeluh mengalami sakit dan berat di pundak, nyeri pada

persendian, sakit kepala merasakan reaksi beberapa saat setelah terapi bekam,

seperti rasa berat dan sakit di pundak jauh berkurang, tubuh terasa ringan,

sakit kepala jauh berkurang dan persendian yang sebelumnya nyeri dan jauh

berkurang dari sebelumnya.

Berdasarkan wawancara dengan 2 dari 3 orang terapis bekam (orang

yang membekam) pada saat itu, mereka mengatakan banyak penyakit yang

sudah disembuhkan dengan bekam termasuk penyakit hipertensi, dari hasil

pengukuran tekanan darah pasien hipertensi setelah dibekam mengalami

penurunan dan ada yang turun hingga batas normal dengan dilakukan 2 kali

pengeluaran darah hanya dalam waktu sekali dilakukan proses terapi bekam.

Terapis/orang yang membekam di klinik bekam ini juga mengatakan untuk

penyakit serius, hipertensi termasuk penyakit yang banyak berobat setelah

penyakit stroke, pada pasien dengan hipertensi didapatkan reaksi penurunan

tekanan darah, dan ada yang sampai batas normal setelah dilakukan terapi

bekam sekali saja. Terapi bekam telah banyak dilakukan di Agam,

Bukittinggi, dan sekitarnya. Namun penerapannya baru terbatas pada tataran

keyakinan atas kebenaran sabda Rasulullah SAW, belum didukung oleh


8
banyak bukti-bukti ilmiah, sehingga penerapannya masih diragukan sejumlah

orang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan terapi bekam pada pasien hipertensi, karena dengan

menangani hipertensi terlebih dahulu, bisa menghindari resiko tinggi untuk

munculnya komplikasi seperti stroke dan lain-lain di Klinik Bekam di

Wilayah Sumatera Barat yaitu di Kabupaten Agam bertempat di Rumah

Sehat Cinta Herbal As-Salam Tanjung Alam yang mempunyai izin dari Dinas

Kesehatan Kab Agam sejak Tahun 2008, dikarenakan fenomena Sumatera

Barat mempunyai prevalensi kejadian hipertensi yang termasuk tinggi di

Indonesia dan Kabupaten Agam juga mempunyai hipertensi yang termasuk

tinggi di Sumatera Barat, kejadian ini dipicu oleh berbagai faktor misalnya

pola makan masyarakat/orang minang di Sumatera Barat, seperti konsumsi

makanan tinggi garam atau lemak. Sementara Sibungsu (2009) juga

mengatakan selama ini penduduk Sumatera Barat juga dikenal dengan

kebiasaan mengkonsumsi makanan bersantan. Dari uraian diatas, maka

peneliti memutuskan untuk meneliti dan membuktikan secara langsung

tentang “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung

Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh

Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di


9
Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kecamatan

Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun 2014” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH)

Assalam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam

Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi:

a. Distribusi frekuensi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dilakukan terapi bekam.

b. Distribusi frekuensi tekanan darah pada pasien hipertensi setelah

dilakukan terapi bekam.

c. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada penderita

Hipertensi melalui penyuluhan kesehatan kepada pasien sebagai

penanganan melalui pengobatan komplementer dalam usaha untuk

menurunkan tekanan darah melalui terapi bekam.


10
2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa,

dan menambah wawasan baru tentang penanganan terhadap kasus

hipertensi dengan pengobatan komplementer yaitu terapi bekam, yang

dapat diterapkan dalam membuka praktek mandiri keperawatan oleh

mahasiswa keperawatan setelah tamat nanti.

3. Peneliti Selanjutnya

Selain hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan maupun

literatur dan disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti

penyakit lainnya yang masih berhubungan dengan manfaat terapi bekam,

seperti diabetes, kolesterol, asam urat, dan penyakit tidak menular lainnya

serta menjadikan hasil penelitian ini sebagai perbandingan dalam

pengembangan penelitian.

4. Bagi masyarakat

Memberikan tambahan bukti-bukti ilmiah mengenai terapi bekam

dalam menangani penyakit, khususnya dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi. Sehingga masyarakat dapat menerapkan terapi

bekam sebagai solusi kesehatan untuk menurunkan tekanan darah, dan

pengobatan komplementer terapi bekam dapat dijadikan sebagai

pendukung pengobatan konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain

diluar pengobatan medis.

11
E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Terapi Bekam terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta

Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek

Kabupaten Agam Tahun 2014. Berdasarkan fenomena mengenai prevalensi

hipertensi mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi hingga saat ini dan

dalam penanganannya dijadikan terapi bekam sebagai metode dalam

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, hal ini telah dibuktikan oleh

beberapa orang peneliti sebelumnya, yang menyatakan adanya pengaruh yang

bermakna terapi bekam terhadap penurunan tekananan darah, namun

penerapannya baru terbatas pada tataran keyakinan atas kebenaran sabda

Rasulullah SAW yang belum didukung oleh banyak bukti-bukti ilmiah

sehingga penerapannya masih diragukan sejumlah orang, maka penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara langsung Pengaruh

Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Rumah Sehat

Cinta Herbal (RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek

Kabupaten Agam. Penelitian dilakukan pada bulan Maret s/d Juli 2014.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre

Eksperiment dengan One Group Pra-Post Test Design. Adapun variabel

independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam dan variabel dependen

adalah Tekanan Darah dan teknik pengambilan sampel mengunakan

Sampling Jenuh, instrumen yang digunakandalam penelitian ini adalah


12
Sphymomanometer air raksa, stetoschope, peralatan bekam, dan lembar

observasi.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tekanan Darah

a. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk

mengedarkan darah dalam pembuluh darah dalam tubuh kita

(Gardner, 2007). Menurut Umar (2012) tekanan darah adalah sebuah

tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah

dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Berdasarkan

penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tekanan darah

merupakan tekanan pada pembuluh darah arteri ketika darah

dipompa jantung ke seluruh tubuh.

b. Pembagian Tekanan Darah

Gardner (2007) membagi 3 istilahtekanan darah, yaitu:

1) Tekanan Darah Normal (Normotensi)

2) Tekanan Darah Rendah (Hipotensi): yaitu istilah yang

digunakan untuk menerangkan tekanan darah yang begitu

rendah sehingga orang tersebut mengalami pusing dan pingsan

karena aliran darah ke otak berkurang.

3) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi): yaitu berarti tekanan

(ketegangan) yang tinggi dalam arteri.


14
c. Hal yang diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah

Umar (2012) menjelaskan beberapa hal yang harus

diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah, yaitu:

1) Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah,

pastikan kandung kemih kosong

2) Tidak mengonsumsi kopi, alcohol dan rokok sebelumnya,

karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah

dari nilai sebenarnya

3) Sebaiknya istirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit

sebelum pemeriksaan

4) Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan

meningkatkan tekanan darah

5) Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi

duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi

telapak tangan menghadap keatas, posisi lengan sebaiknya

setinggi jantung.

2. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti tekanan

(ketegangan) yang tinggi dalam arteri, yang tingkatnya melebihi

140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan

(Gardner, 2007). Menurut Nurarif & Kusuma (2013), hipertensi

adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Sementara


15
menurut American Society of Hypertension (ASH) dalam Umar

(2012), hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang

berasal dari jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang

progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling

berhubungan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan

bahwa hipertensi merupakan sebuah kondisi medis saat seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal.

b. Klasifikasi Hipertensi

Adapun klasifikasi hipertensi menurut Wahdah (2011) yaitu:

Tabel 2.1 : Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 110-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

c. Etiologi

Menurut Udjianti (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi di

bagi menjadi 2 golongan:

1) Hipertensi primer (esensial)

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi, yang

didefinisikan sebagai peningkatan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik). Faktor yang mempengaruhinya yaitu:


16
genetik, jenis kelamin, diet: konsumsi diet tinggi garam atau

lemak secara langsung, berat badan: obesitas, dan gaya hidup:

merokok, konsumsi alkohol

2) Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi, yang

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu

kondisi fisik yang sebelumnya, seperti penyakit atau gangguan

tiroid.

Adapun menurut Susiyanto (2013), beberapa hal yang bisa

menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi/hipertensi,

yaitu: keturunan, obesitas, garam, kolesterol, stress, rokok, kafein,

alcohol, kurang olahraga dan usia, untuk usia penelitian menunjukan

bahwa seiring usia seseorang bertambah tekanan darah pun akan

meningkat, misalnya pada lansia. Pada lansia cendrung terjadi

perubahan fisik, yaitu pada sistim kardiovaskular lansia, katup

jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun,

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan tekanan darah akan

meningkat pada lansia Maryam, dkk (2012)

Sementara dilihat dari jenis kelamin Widiyani (2014)

menjelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan dalam

Therapeutik Advances in Cardiovascular Disease, yang menemukan

ancaman hipertensi lebih besar mengintai perempuan dibanding laki-


17
laki dan penyakit pembuluh darah 30-40% lebih banyak ditemukan

pada perempuan dari pada laki-laki, karena ada perbedaan fisiologis

signifikan antara system kardiovaskuler perempuan dan laki-laki,

termasuk banyak hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan

darah, hormon ini yang kemudian berperan dalam tingkat keparahan

dan frekuensi penyakit jantung,

d. Manifestasi Klinis

Menurur Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi:

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah..

2) Gejala yang lazim

Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Sementara Susiyanto (2013) menjelaskan gejala ringan hipertensi

yaitu:

1) Pusing atau sakit kepala

2) Sering gelisah

3) Sukar tidur

4) Mudah marah
18
5) Wajah merah

6) Tengkuk terasa pegal dan terasa berat

7) Sesak napas

8) Telinga berdengung

9) Mudah lelah, mimisan dan mata berkunang-kunang

e. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada Hipertensi menurut

Susiyanto (2013) adalah :

1) Bagian otak, akan menyebabkan stroke

2) Bagian mata, menyebabkan retinopati hipertensi dan kebutaan

3) Bagian Jantung, menyebabkan penyakit jantung koroner

(termasuk infark kantung), dan gagal jantung

4) Bagian ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal

terminal.

19
f. Patofisiologi

Faktor Predisposisi: Usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang


olahraga, alcohol, konsentrasi garam, obesitas

Hipertensi

Tekanan sistemik darah ↑ Kerusakan Vaskuler


Pembuluh darah

Beban kerja jantung ↑


Vasokonstriksi

Aliran darah makin cepat keseluruh Ggn Sirkulasi


tubuh, sedangkan nutrisi dalam sel
Spasme Arteriol
sudah mencukupi kebutuhan

Ginjal2 Otak Pembuluh darah Retina

Vasokonstriksi Retensi pemb


pemb. Darah darah otak ↑ Sistemik Koroner
ginjal

Vasokonstriksi Iskemia Miokard


Blood flow darah ↓ Nyeri kepala

Afterload ↑ Nyeri Dada


Respon RAA Suplai O2 ke
otak ↓

Merangsang
↓ Curah Jantung Fatigue
Aldosteron

Retensi Na

Edema

Skema 2.1: Patofisiologi / Pathway Hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2013)

20
g. Penatalaksanaan Hipertensi

1) Pengobatan Farmakologis

Menurut Wahdah (2011) pengobatan farmakologis yaitu

penggunaan obat anti hipertensi, yang pada dasarnya menurunkan

tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung atau pembuluh

darah atau keduanya. Diantaranya yaitu: Diuretik, Penghambat

Simpatetik, Betabloker, Vasodilator, Penghambat Ensim Konversi

angiotensin, Angiotensin Kalsium, dan Penghambat Reseptor

Angiotensin II

2) Pengobatan Non Farmakologis

Wahdah (2011) menjelaskan pengobatan non farmakologis

hipertensi yaitu: penurunan berat badan, olah raga, mengurangi

asupan garam, tidak merokok, dan hindari stress

3) Pengobatan Komplementer

Pengobatan komplementer adalah cara penanggulangan

penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan

konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar

pengobatan medis (Purwanto, 2013). Jenis pengobatan

komplementer menurut Widharto (2007) diantaranya yaitu:

Akupunktur, Bekam, Pijat Refleksi, dan Nuga.

Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan

komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau,

tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan


21
cukup signifikan (Widharto, 2007). Menurut Umar (2012) salah

satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi

yaitu terapi bekam.

3. Terapi Bekam

a. Pengertian Terapi Bekam

Secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah,

bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan

mengeluarkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian

ditampung di dalam gelas (Umar, 2008).

Dalam buku-buku Eropa, bekam didefinisikan dengan suatu

metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau gelas yang

ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan

lokal, maka prinsipnya bekam adalah pengobatan dengan cara

menghisap permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang

berada dibawah kulit akan tersedot dan membanjiri daerah yang

dihisap tersebut, dan terjadilah “fenomena pengumpulan darah”

(Umar, 2008).

Sementara menurut Yasin (2013), bekam diartikan sebagai

peristiwa penghisapan darah dengan alat menyerupai tabung, serta

mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang

kemudian ditampung didalam gelas, sedangkan Nashr (2005)

mengatakan pada zaman dahulu, bekam juga merupakan salah satu

metode pengobatan yang paling penting untuk tekanan darah tinggi.


22
Sementara Yasin (2005) untuk hipertensi bekam dapat menurunkan

tekanan darah dan bekam tidak mengakibatkan terjadinya efek

samping.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bekam

merupakan pengobatan Sunnah Rasul dengan cara penghisapan,

penyayatan/tusukan pada kulit dan membuang darah kotor dari tubuh

yang terkumpul yang sudah ditampung dalam gelas/alat sejenisnya.

b. Jenis Bekam

Yuliatin (2009) mengemukakan ada 2 jenis bekam, yaitu:

1) Bekam Kering (Bekam Angin)

Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya

tanpa mengeluarkan darah kotor.

2) Bekam Basah

Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita

melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu

disekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk

mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh.

c. Manfaat Bekam

Menurut Yasin (2013), ada beberapa manfaat medis yang dapat

diperoleh dari melakukan bekam, diantaranya:

1) Membersihkan darah, meningkatkan aktivasi syaraf tulang

belakang , dan memperbaiki permeabilitas pembuluh darah

2) Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot.


23
3) Bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina

pectoris.

4) Mengatasi pusing, memar-memar , migrain dan sakit gigi.

5) Mengatasi berbagai macam penyakit mata dan rabun.

6) Mengatasi gangguan rahim dan menstruasi bagi wanita

7) Mengatasi rematik, sciatica (pegal di pinggang), dan encok

8) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan

pengapuran pada pembuluh darah (arteriosclerosis).

9) Mengatasi sakit bahu, dada, punggung, mengatasi kemalasan,

kelesuan dan banyak tidur

10) Mengatasi luka-luka, bisul, jerawat, dan gatal-gatal di kulit.

11) Mengatasi pericarditis (radang selaput jantung) dan nephritis

(radang ginjal) yang parah.

12) Mengatasi keracunan dan luka-luka bernanah.

d. Alat-Alat Untuk Bekam

Menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesia

(ABI) Tahun 2012, alat-alat yang digunakan dalam melakukan terapi

bekam terdiri dari:

1) Kop bekam

2) Pompa bekam (untuk menarik kop bekam)

3) Lancing device (untuk memasang jarum)

4) Lancet / jarum steril

5) Sarung tangan dan masker


24
6) Kassa steril (untuk membersihkan lokasi pembekaman sebelum

atau sesudah pembekaman dan untuk membersihkan darah

bekam)

7) Baskom stainless (untuk menampung kop bekam yang sedang

atau telah dipakai)

8) Nampan Stainless (untuk menyimpan perlengkapan bekam

terutama kop, lancing device, lancet, pompa yang belum dipakai

dan beberapa perlengkapan yang lainnya)

9) Neirbeken (untuk menampung lancing device dan clem arteri

yang sedang digunakan)

10) Baskom stainless bertutup (menampung sementara darah bekam)

11) Tissu (untuk mengelap perlengkapan bekam yang sudah

dibersihkan)

12) Tempat sampah (menampung limbah / sampah bahan habis

pakai)

13) Celemek, Baju Pasien

14) Alkohol (untuk membersihkan kop bekam sebelum dan sesudah

di cuci dan membersihkan perlengkapan lainnya seperti nampan,

dan sebagai cairan antiseptic/desinfektan, dll)

15) Rivanol (desinfektan kulit sebelum tindakan dilakukan)

16) Minyak herbal (sebagai media pelembut kulit dan antiseptic)

17) Clorin (cairan disinfektan yang digunakan untuk membersihkan

kop bekam yang sudah dipakai)


25
18) Alat cukur rambut dan gunting

Gambar 2.1: Perlengkapan Bekam

(Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi bekam indonesia, 2012)

e. Larangan Berbekam

Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Bekam Indonesia

(2011) menjelaskan orang yang dilarang untuk berbekam yaitu:

1) Penderita diabetes mellitus kronis kecuali ahli bekam

berpengalaman.

2) Pasien yang kulitnya tidak memungkinkan dilakukan bekam

3) Infeksi kulit didaerah pembekaman

4) Anak-anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan)

5) Penderita kelainan darah (hemofilia, leukemia, trombositopenia)

6) Penderita anemia dan hipotensi

7) Pasien yang menderita penyakit gagal ginjal

26
8) Wanita yang sedang menstruasi sementara kondisinya dalam

keadaan lemah dan mengalami pendarahan yang cukup banyak

9) Orang yang baru saja mendonorkan darah, kecuali setelah 2 atau

3 hari, tergantung kondisinya.

Sementara Salma (2007) menjelaskan area yang dilarang untuk

dilakuakn pembekaman yaitu: :

1) Lubang alamiah tubuh: mata, hidung, telinga, mulut, kemaluan,

anus, puting susu.

2) Daerah sistem nodus limfa yang berfungsi sebagai penghasil

antibodi, yaitu di submaksilari, korvikal, sudmalaonkular,

aksilaris, bagian detak jantung, nodus inguinalglimfa.

3) Daerah yang dekat dengan pembuluh besar (big vessels).

f. Darah bekam

1) Pemeriksaan Mikroskopis darah bekam

Sharaf (2012) menjelaskan, bahwa darah bekam telah

diperiksa dengan mikroskop dan ditemukan adanya bentuk-

bentuk sel darah merah yang abnormal, sebagai berikut:

a) Anisocytosis (perbedaan bentuk ukuran sel darah merah)

dimana ditemukan banyak sekali sel yang membesar melebihi

ukuran sel normal

b) Poikilosytosis (perbedaan bentuk sel darah merah) dimana

ditemukan sel-sel berbentuk kawat dan buah pir

27
c) Hypochromia (kekurangan hemoglobin) yaitu kekurangan

warna sel darah merah

d) Target cells (sel-sel target) menunjukan kekurangan

hemoglobin dan gangguan mekanisme produksi darah

e) Schisocytes (sel-sel darah pecah)

f) Acathocytes (sel-se berduri)

g) Spherocytes (sel darah merah berbentuk bola)

h) Teardrop cells (sel darah merah berbentuk tetesan air)

2) Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah yang keluar karena

Bekam:

Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesi

(2012) menjelaskan darah bekam dari hasil uji laboratorium,

yaitu terlihat hal-hal sebagai berikut :

a) Kandungan leukosit hanya sepersepuluh dalam darah bekam

b) Eritrosit memiliki bentuk yang ganjil dan tidak mampu

melaksanakan tugasnya. Karena itu sel- sel erirosit yang

ganjil ini akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut

dengan darah kotor

c) Oksidasi tetap terjadi, karena dalam darah ada oksigen dan

terjadi imbas suhu tubuh.

d) Dalam darah bekam juga terkandung oxidant dari sekresi

kelenjer 7 jaringan atau yang mengendap didalam tubuh,

bukan hanya toxin dari kontaminan/tercemar.


28
e) Sel darah merah dalam darah bekam memiliki bentuk yang

aneh, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan

aktivitas, di samping juga menghambat sel-sel lain yang

masih muda dan aktif. Ini menunjukkan bahwa proses bekam

membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang

tidak dibutuhkan lagi.

g. Titik Bekam untuk Hipertensi

Menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam Indonesia

(ABI) Tahun 2012 menjelaskan titik utama bekam, yaitu: Titik

Nabawi. Titik Nabawi atau titik sunnah adalah titik yang dianjurkan

dan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu:

1. Titik Mughits/‘ala ro’sun (Puncak Kepala)

Posisinya: pada pertemuan garis lurus penghubung antara daun

telinga kanan dan kiri, dengan garis yang ditarik keatas dari

hidung, secara inferior sejajar dengan foramen magnum.

2. Akhda’in (Urat leher kiri dan kanan)

Posisinya: Dibawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar

tulang cervical 3-7.

3. Katifain (Bahu kiri dan kanan)

Posisi: langsung di pundak atau bahu kiri dan kanan.

4. Kaahil (Punuk)

Posisi: tepat pada punuk, sejajar dengan vertebra torakal 1-3,

dibawah C7.
29
5. Warik (Panggul)

Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus

medius bawah, kiri dan kanan.

6. ‘ Ala Dzohril Qadami (Pada Betis)

Posisi: Pada kedua betis

Sementara Sharaf (2012) juga mengatakan pembekaman di

beberapa titik di daerah punggung dapat menurunkan tekanan darah

secara cepat dan hasil bekam dapat terlihat sejak terapi pertama kali,

dan Yasin (2005), juga menjelaskan bahwa sebagian orang langsung

merasa sembuh dan segar sejak pertama kali melakukan pengobatan

bekam.

Gambar 2.2: Titik Bekam Nabawi/Titik Sunnah

(Setar, 2009)

30
h. Peranan Bekam terhadap Hipertensi

Menurut Umar (2012) Bekam yang sudah dipakai di masyarakat

sejak ribuan tahun lalu juga sering dipakai untuk menangani

hipertensi. Secara khusus, pembekaman pada titik yang tepat dapat

menurunkan tekanan darah dengan segera. Namun pada kasus lain

bekam tidak menurunkan tekanan darah, tetapi berfungsi untuk

memperbaiki hati yang mengalirkan darah yang membawa energy

vital. Pada titik jantung bekam akan meringankan kerja jantung dalam

memompa darah sehingga memperlancar aliran darah dalam tubuh.

Mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi didasarkan atas

teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ yang

mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung agar organ-

organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah sehingga

tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam juga berusaha

menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang

meningkat. Dengan memilih titik yang tepat, maka bekam bisa

membantu penanganan hipertensi (Umar, 2012).

Penelitian dari kedokteran modern membuktikan bahwa apabila

dilakukan pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan

bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari

mast cell dan lain-lain (Yasin, 2013). Sementara akibat kerusakan ini

dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow

Reacting Substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui


31
(Ridho, 2012). Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler

dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam dan

dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat

pembekaman, yang menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi

pembuluh darah, akibatnya akan timbul efek relaksasi (pelemasan)

otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan

tekanan darah secara stabil (Umar, 2012). Sementara golongan

histamine yang ditimbulkan mempunyai manfaat dalam proses

reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak (Ridho, 2012).

i. Pengaruh Bekam terhadap Hipertensi

Menurut Sharaf (2012) menjelaskan pengaruh terapi bekam

terhadap darah tinggi antara lain:

1) Bekam berperan menenangkan saraf simpatik (simpatik nervous

system). Pergolakan pada sistim saraf simpatik ini menstimulasi

sekresi enzim yang berperan sebagai system angiotensin rennin.

Setelah sistem ini tenang dan aktivasinya berkurang, tekanan

darah akan turun.

2) Bekam berperan menurunkan volume darah yang mengalir di

pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah.

3) Bekam mengendalikan tekanan hormone aldosteron sehingga

mengendalikan tekanan darah

32
4) Zat Nitrit oksida (NO) berperan dalam vasodilation (proses

perluasan pembuluh darah) sehingga menyebabkan turunnya

tekanan darah.

5) Kadar Sodium didapati menjadi proporsional setelah

dilakukannya bekam sehingga menurunkan tekanan darah.

6) Bekam melalui zat nitrit oksida (NO) berperan meningkatkan

suplai nutrisi dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel dan lapisan

pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga menjadikannya

lebih kuat dan elastic serta mengurangi tekanan darah.

7) Bekam berperan menstimulasi reseptor-reseptor khusus yang

terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah

(baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai

stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor

penyebab hipertensi.

33
B. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan kesimpulan dari

tinjauan pustaka yang berisi konsep-konsep teori yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilaksanakan. Kerangka teori pada teori ini mengacu

pada penelitian (Gardner: 2007, Widharto: 2007, Wahdah: 2011, Umar,

2012), yang dipaparkan pada skema dibawah ini:

Hipotensi

Pengobatan
Farmakologi

Tekanan
N Normotensi
Darah akupunktur

Pengobatan Non
Farmakologi
Pijat Refleksi
Hipertensi

Nuga

Pengobatan
Komplementer Bekam

Menurunkan
Terapi Bekam
Tekanan Darah

Skema 2.2 : Kerangka Teori (Gardner: 2007, Widharto: 2007, Wahdah:


2011, Umar: 2012)

34
C. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang di teliti adalah tekanan darah

sebelum intervensi yaitu hipertensi ringan, sedang, berat, dan sangat berat

(variabel dependen pretest) dan tekanan darah sesudah intervensi yaitu

tekanan darah normal, hipertensi ringan, sedang, berat dan sangat berat

(variabel dependen postest). Kerangka konsep dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh dari terapi bekam

(variabel independen) terhadap penurunan tekanan darah (variabel

dependen) pada pasien hipertensi yang dikembangkan dari Umar (2012)

dan Wahdah (2011) yang digambarkan dalam skema dibawah ini:

Pre-test Intervensi Post-test

Tekanan Darah: Tekanan Darah :


a) Hipertensi Ringan a) Normal
b) Hipertensi Sedang Terapi Bekam b) Hipertensi Ringan
c) Hipertensi Berat c) Hipertensi Sedang
d) Hipertensi Sangat Berat d) Hipertensi Berat
e) Hipertensi Sangat Berat

Skema 2.3 : Kerangka Konsep (Umar: 2012, Wahdah: 2011)

35
D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep,

hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal As-Salam

Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun

2014.

E. Definisi Operasional

Tabel 2.2 : Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Dependen Tekanan yang Set Mengukur 1. Normal Interval
Tekanan dialami darah spygmoma Tekanan 120-
Darah pada pembuluh nometer dan darah pada 139/80-89
arteri darah pada mmHg
stetoschope
ketika darah di lengan 2. Hipertensi
pompa jantung bawah kiri Ringan
keseluruh atau kanan 140-
tubuh manusia 159/90-99
mmHg
3. Hipertensi
Sedang
160-
179/100-
109 mmHg
4. Hipertensi
Berat 180-
209/110-
119 mmHg
5. Hipertensi
Sangat
Berat
>210/>120
mmHg

36
Independen Suatu tindakan Set alat Melakukan 1. Dilakukan Nominal
Terapi untuk bekam pembekam
Bekam mengeluarkan an
darah kotor
dari
permukaan
kulit dengan
cara
ditusuk/disayat
dan kemudian
ditampung
dalam
gelas(cup),
pembekaman
dilakukan
sesuai SOP
bekam dan
pembekaman
dilakukan
hanya 1 kali
terapi bekam
dengan
maksimal 5
kali
pengeluaran
darah pada titik
dan waktu
yang sama
untuk masing-
masing
responden
selama
penelitian.

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian Pre-Eksperiment dengan menggunakan rancangan One Group Pra-

Post test Design yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

pretest/pengamatan awal terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah

diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest pengamatan akhir

(Hidayat, 2012).

Pada penelitian ini, sebelum dilakukan terapi bekam, tekanan darah (pre-

test) pasien diukur. Kemudian dilakukan terapi bekam (intervensi) oleh

peneliti selama ±30 menit. Setelah itu diukur kembali tekanan darah (post-test)

pasien tersebut. Kemudian dibandingkan antara tekanan darah pre-test dengan

post test. Desain penelitian ini digambarkan dalam skema dibawah ini:

Pretest Perlakuan Post test

O1 X O2

Skema 3.1: Desain Penelitian

Keterangan :

O1 : Pengukuran Tekanan Darah (pre test)

O2 : Pengukuran Tekanan Darah (post test)

X : Pemberian Terapi Bekam

38
B. Populasi dan Sampel Penelitian;

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien Hipertensi yang berbekam di Rumah Sehat Cinta

Herbal (RSCH) As-Salam. Jumlah pasien hipertensi rata-rata sebanyak 22

orang dalam sebulan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012).

Menurut Nursalam (2011), untuk populasi yang kurang dari 10.000

digunakan rumus Slovin dengan deviasi 5%, yaitu :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )

22𝑛
𝑛=
1 + 22(5%)2

22
𝑛=
1 + 22(0,0025)

𝑛 = 20,9 𝑛 = 21

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (5%)

39
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus adalah 20,9

dibulatkan menjadi 21 orang sampel. Teknik pengambilan sampel

menggunakan sampling jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan

mengambil semua anggota populasi menjadi sampel, cara ini diambil

karena populasinya kecil (Hidayat, 2012).

Untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian, maka

ditetapkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

a. Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Bersedia sebagai responden.

2) Dapat berkomunikasi dengan baik.

3) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai.

4) Terdiagnosa sebagai penderita hipertensi ringan, sedang, berat dan

sangat berat.

5) Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi atau obat pengencer

darah dan sejenisnya.

6) Tidak sedang menjalani terapi komplementer lain atau sejenisnya.

7) Pasien laki-laki maupun perempuan

8) Berada di tempat penelitian pada saat pengambilan data

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien yang tidak punya riwayat Hipertensi

2) Pasien menolak menjadi responden


40
3) Pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi atau obat

pengencer darah

4) Pasien sedang menggunakan terapi komplementer selain bekam

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian:

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sehat Cinta Herbal As-Salam

Tanjung Alam Kec Ampek Angkek, Kabupaten Agam Tahun 2014,

dengan alasan:

a. Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) As-Salam merupakan Klinik

Bekam yang sudah terdaftar di Dinas Kabupaten Agam sejak tahun

2008 dengan Nomor STPT (Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional):

04/YANKES-INST/AGAM-STPT/VII/2008.

b. Pimpinan RSCH As-Salam adalah inisiator dan pendiri Asosiasi Bekam

Indonesia (ABI) daerah Sumatera Barat dan ketua ABI Sumbar yang

pertama.

c. Tenaga terapis RSCH As-Salam adalah terapis yang berpengalaman dan

bersertifikat, dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Bekam ABI.

d. RSCH As-Salam sudah menjadi rumah terapi bekam yang selalu

disarankan oleh beberapa tenaga medis, seperti dokter kepada

pasiennya.

41
e. RSCH As-Salam mempunyai jalinan kerjasama dengan rumah/klinik

bekam secara nasional dan menjadi rumah sehat rujukan bagi rumah

sehat/klinik di daerah lain.

f. Pimpinan RSCH As-Salam telah menjadi nara sumber acara syafaat

Trans 7, ini bukti bahwa RSCH As-Salam telah diakui secara nasional.

g. RSCH As-Salam ini banyak dikunjungi pasien yang datang berbekam

dengan berbagai keluhan penyakit, tingkat umur, dari remaja sampai

lansia dan dari dalam maupun luar daerah.

2. Waktu Penelitian:

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juli tahun 2014.

D. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi, yaitu lembar observasi terstruktur dengan menggunakan

Rating Scale dalam bentuk deskriptif (Notoatmodjo, 2010). Peneliti tidak

hanya mengobservasi fakta-fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih

didasarkan pada perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai

pengelompokannya, pencatatan dan pemberian terhadap hal-hal yang sudah

ditetapkan (Nursalam, 2011).

Lembar observasi berisi data yang meliputi:

1. Nomor Responden

2. Data Demografi: Nama Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan.

3. Riwayat Terapi Bekam

4. Tekanan Darah Pretest dengan Kategori TD


42
5. Tekanan Darah Postest dengan Kategori TD.

Sebelum tindakan dilakukan, peneliti menjelaskan tentang

pelaksanaan terapi bekam dan menanyakan kesediaan pasien menjadi

responden dalam penelitian (informed consent).

E. Uji Validitas& Reliabilitas

Validitas adalah ketepatan pengukuran suatu instrument yang

merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam

suatu pengukuran. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu

pengukuran sehingga dapat menunjukan apakah pengukuran mengahasilkan

data yang konsisten jika instrument digunakan kembali secara berulang. Uji

instrument ini dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian

tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang terlihat

dalam penelitian (Dahlan, 2012). Penelitian ini tidak menggunakan uji

validitas dan reliabilitas instrument karena desain penelitian ini adalah

Eksperimen.

F. Prosedur pengumpulan Data

Langkah-lagkah pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu

1. Persiapan administrasi

Lulus pada mata kuliah Riset Keperawatan dan biostatistik

2. Persiapan penelitian

a. Diawali dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dari

Fakultas Kesehatan dan Mipa UMSB kepada salah satu klinik bekam

43
yaitu Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam

Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam pada tanggal 13 maret 2014.

b. Selanjutnya melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui

populasi dan sampel penelitian

c. Peneliti menemui beberapa orang pasien hipertensi dan beberapa

orang terapis/orang yang membekam untuk mendapatkan data yang

mendukung dan memaparkan tentang penelitian, tujuan dan langkah-

langkah penelitian.

3. Penelitian

Setelah mendapatkan surat pengantar penelitian dari Fakultas

Kesehatan dan Mipa UMSB kepada Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH)

Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam, dan

dilanjutkan dengan respon yaitu peneliti mendapatkan surat balasan izin

penelitian dari Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung

Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam. Setelah mendapatkan izin

penelitian tersebut, peneliti melakukan tata cara penelitian sebagai

berikut:

a. Melakukan pengambilan sampel / responden yaitu dengan kriteria

yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 21

responden

b. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian kepada responden, serta menjaga kerahasiaan data

yang diberikan. Responden berhak untuk menerima dan menolak


44
untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon responden

menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden

untuk menandatangani informed consent.

c. Melakukan pengukuran tekanan darah (pre test) setelah responden

beristirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit dengan

menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoschope. dan

data dicatat dalam lembar observasi

d. Melakukan terapi bekam dengan alat yang telah disediakan sesuai

dengan Satuan Operasional Prosedur (SOP) pada titik sunnah dengan

lama setiap hisapan 3-5 menit, pengeluaran darah/pembekaman

dilakukan tidak melebihi 5 kali pengeluaran darah pada waktu dan

hari yang sama atau sesuai dengan kondisi responden. Responden

diberikan terapi bekam 1 kali proses bekam selama ±30 menit untuk

1 responden selama penelitian. Dalam penelitian ini, khususnya

untuk responden berjenis kelamin laki-laki, peneliti menggunakan

perwakilan/asisten penelitian yaitu 1 orang tenaga terapis laki-laki

yang telah peneliti berikan pemahaman dan konsep yang sama dan

telah menyetujui serta menandatangani lembar persetujuan

perwakilan pemberian intervensi dari Rumah Sehat Cinta Herbal

(RSCH) Assalam Tanjung Alam selama penelitian. Perwakilan

pemberian intervensi ini tak lepas dari observasi langsung dari

peneliti

45
e. Peneliti melakukan kembali pengukuran tekanan darah (post test)

kepada responden setelah responden beristirahat dan duduk dengan

tenang selama 5 menit dengan menggunakan sphygmomanometer air

raksa dan stetoschope. dan data dicatat dalam lembar observasi

G. Pengolahan dan Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer melalui

tahap-tahap berikut:

1. Tahap Pengolahan Data

a. Memeriksa Data (Editing)

Kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap isi dari lembar

observasi

b. Memberi Kode (Coding)

Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah diedit, sebagai

usaha menyederhanakan data, yaitu untuk kategori umur member tanda

angka 1 untuk umur dewasa Muda (18-25 tahun). Untuk kategori jenis

kelamin member tanda angka 1 untuk Laki-laki dan angka 2 untuk

Perempuan. Untuk kategori pendidikan member tanda angka 1 untuk

Tidak Sekolah, angka 2 untuk SD, angka 3 untuk SMP, angka 4 untuk

SMA, dan angka 5 untuk PT. Untuk kategori riwayat terapi bekam,

diberi tanda angka 1 untuk Belum Pernah Terapi dan angka 2 untuk

Pernah Terapi. Sementara untuk kategori tekanan darah diberi tanda

angka 1 untuk normal, angka 2 Ringan, angka 3 Sedang, angka 4 Berat

dan angka 5 Sangat Berat.


46
c. Mengelompokkan Data (Tabulating)

Tabulasi yaitu mengelompokkan data ke dalam suatu tabel

tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Proses (Processing)

Memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data

dari hasil observasi menggunakan perangkat komputer.

e. Membersihkan Data (Cleaning)

Melakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah

ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi bekam

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, untuk

analisisnya menggunakan teknik pengujian statistik yaitu univariat dan

bivariat, maksudnya untuk menjelaskan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti dan melihat perbedaan yang bermakna untuk dua

kelompok data

a. Analisis univariat

Analisa univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat

gambaran setiap variabel yang diteliti. Bentuk penyajian data

menggunakan tabel distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan

analisis terhadap tampilan data tersebut untuk mengetahui sebaran

dari masing-masing variabel, setelah dilakukan skor kemudian dilihat

berapa persentasenya.
47
b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data (komparatif)

yaitu variabel dependen (tekanan darah) sebelum terapi bekam dan

variable dependen (tekanan darah) setelah terapi bekam.

Berdasarkan uji normalitas data dengan test of normality

Shapiro-Wilk (untuk sampel < 50) didapatkan bahwa data

berdistribusi tidak normal, yaitu sig untuk variabel TD Sistolik Pre-

Test memiliki nilai 0,000 dan variabel TD Diastolik Pre-Test

memiliki nilai 0,005, sedangkan variabel TD Sistolik Post-Test

memiliki nilai 0,012 dan variabel TD Diastolik Post-Test memiliki

nilai 0,014. Keempat variabel < 0,05, sedangkan data berdistribusi

normal jika p ≥ 0,05. Setetah dilakukan transformasi data, didapatkan

bahwa data masih berdistribusi tidak normal

Sehingga penelitian ini menggunakan uji hipotesis Wilcoxon,

karena skala pengukuran variabel pada penelitian ini adalah

komparatif numerik distribusi tidak normal dan mempunyai 2

kelompok data yang berpasangan. Penelitian ini menggunakan derajat

kemaknaan 95%. Dinyatakan bermakna jika ρvalue ≤ 0,05 dan tidak

bermakna jika ρvalue ˃ 0,05.

48
H. Etika Penelitian

Setelah mendapatkan izin dari Pimpian Rumah Sehat Cinta Herbal

(RSCH) As-Salam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kabupaten Agam

untuk melakukan penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat

penelitian kepada responden sebelum melakukan intervensi, serta

kerahasiaan data yang diberikan. Responden berhak untuk menerima dan

menolak untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon responden

menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden untuk

menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Setelah

mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan etika

penelitian yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan mendapat

persetujuan dari responden. Pada penelitian ini tidak ada responden yang

memenuhi kriteria penelitian yang menolak menjadi responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Penelitian ini tidak mencantumkan nama responden dalam lembar

observasi yang digunakan, tetapi menukarnya dengan inisial nama

responden, termasuk dalam penyajian hasil penelitian.

49
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi penelitian ini dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset.

(Hidayat, 2012)

50
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi

bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sehat

Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab Agam

Tahun 2014 yang dilakukan sejak bulan Maret sampai dengan Juli Tahun 2014.

Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 21 orang responden.

Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu analisis univariat

yang menggambarkan distribusi frekuensi tekanan darah sebelum dan setelah

terapi bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec

Ampek Angkek Kab Agam Tahun, sedangkan analisis bivariat menggambarkan

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek

Angkek Kab Agam Tahun 2014.

51
A. Demografi Responden

1. Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Umur f %
1 Dewasa Muda (18-25 Tahun) 0 0
2 Dewasa (25-65 Tahun) 9 42,9
3 Lanjut Usia (>65 Tahun) 12 57,1
Total 21 100

Pada tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 21 orang responden,

sebagian besar (57,1%) responden berada pada rentang umur Lanjut Usia

(>65 Tahun).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Rumah Sehat
Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Karakteristik f %
1 Laki-Laki 7 33,3
2 Perempuan 14 66,7
Total 21 100

Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,

lebih dari sebagian (66,7%) berjenis kelamin Perempuan.

52
3. Pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Rumah Sehat Cinta
Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Karakteristik f %
1 Tidak Sekolah 1 4,8
2 SD/Sederajat 9 42,9
3 SMP/Sederajat 5 23,8
4 SMA/Sederajat 5 23,8
5 Perguruan Tinggi 1 4,8
Total 21 100

Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,

pada umumnya (42,9%) responden dengan riwayat pendidikan

SD/Sederajat.

4. Riwayat Terapi Bekam

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Riwayat Terapi Bekam Responden
di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam
Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Karakteristik f %
1 Belum Pernah Terapi 15 71,4
2 Pernah Terapi 6 28,6
Total 21 100

Pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 orang responden,

sebagian besar (71,4%) responden dengan riwayat Belum Pernah Terapi

Bekam.

53
B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Sebelum Terapi Bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Tekanan Darah f %
1 Normal 0 0
2 Ringan 6 28,6
3 Sedang 12 57,1
4 Berat 1 4,8
5 Sangat Berat 2 9,5
Total 21 100

Pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 responden lebih

dari sebagian (57,1%) responden mengalami hipertensi dengan kategori

hipertensi sedang sebelum dilakukan terapi bekam.

b. Tekanan Darah Setelah Terapi Bekam

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Setelah Terapi Bekam di Rumah Sehat Cinta Herbal
(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek
Kab Agam Tahun 2014.

No Tekanan Darah f %
1 Normal 7 33,3
2 Ringan 11 52,4
3 Sedang 1 4,8
4 Berat 2 9,5
5 Sangat Berat 0 0
Total 21 100
54
Pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 responden lebih

dari sebagian (52,4%) responden mengalami hipertensi dengan kategori

hipertensi ringan setelah dilakukan terapi bekam.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh dilakukan

intervensi terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

Tabel 4.7
Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam
Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab Agam
Bulan Mei s/d Juni 2014 (n=21)

Tekanan Darah Median pvalue


(Minimum-Maksimum
Sistolik: 0,000
- Pre Test 160 (145-220)
- Post Test 145 (125-185)
Diastolik: 0,000
- Pre Test 100 (90-130)
- Post Test 90 (80-115)

Pada tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa median tekanan darah

sistolik sebelum dilakukan terapi bekam adalah 160 (hipertensi sedang),

dengan tekanan darah sistolik terendah sebelum dilakukan terapi bekam

145 mmHg (hipertensi ringan) dan tekanan darah sistolik tertinggi sebelum

dilakukan terapi bekam adalah 220 mmHg (hipertensi sangat berat). Pada

pengukuran kedua (sesudah dilakukan terapi bekam) didapat median

tekanan darah sistolik 145 (hipertensi ringan), dengan tekanan darah


55
sistolik terendah setelah dilakukan terapi bekam adalah 125 mmHg

(tekanan darah normal) dan tekanan darah sistolik tertinggi setelah

dilakukan terapi bekam adalah 185 mmHg (hipertensi berat).

Sementara median tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi

bekam adalah 100 (hipertensi ringan), dengan tekanan darah diastolik

terendah sebelum dilakukan terapi bekam 90 mmHg (tekanan darah

normal) dan tekanan darah diastolik tertinggi sebelum dilakukan terapi

bekam adalah 130 mmHg (hipertensi sangat berat). Pada pengukuran

kedua (sesudah dilakukan terapi bekam) didapat median tekanan darah

sistolik 90 (tekanan darah normal), dengan tekanan darah diastolik

terendah setelah dilakukan terapi bekam adalah 80 mmHg (tekanan darah

normal) dan tekanan darah diastolik setelah dilakukan terapi bekam adalah

115 mmHg (hipertensi berat).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji hipotesis Wilcoxon dengan

derajat kemaknaan 95%, diperoleh ρvalue Sistolik=0,000 (ρ < 0,05) dan

ρvalue Diastolik=0,000 (ρ < 0,05), sehingga Ha diterima, artinya bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Rumah sehat Cinta Herbal (RSCH)

Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab agam Tahun 2014,

terbukti dengan ρvalue=0,000 (ρ < 0,05).

56
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang pembahasan yang meliputi

interpretasi dan diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab

sebelumnya dan penjelasan tentang keterbatasan penelitian.

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Analisa Univariat

a. Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Rumah

Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek

Angkek Kab Agam Tahun 2014 di dapatkan bahwa dari 21 responden

hipertensi diketahui lebih dari sebagian besar (57,1%) responden

mengalami hipertensi sedang.

Menurut Wahdah (2011) seseorang dikatakan hipertensi sedang

apabila hasil pengukuran tekanan darah sistoliknya berada diantara 160

s/d 179 mmHg dan tekanan darah diatoliknya berada diantara 100 s/d

109 mmHg, hipertensi sedang merupakan salah satu klasisifikasi

menurut grade/derajat dari hipertensi. Hipertensi diartikan sebagai

tekanan (ketegangan) yang tinggi dalam arteri, yang tingkatnya

melebihi 140/90 mmHg (Gardner, 2007). Menurut Udjianti (2011)

tekanan yang tinggi dalam arteri atau hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor yang tidak diketahui penyebabnya

(hipertensi primer), dan yang kedua faktor yang telah diketahui


57
penyebabnya (hipertensi sekunder) yaitu disebabkan oleh suatu kondisi

fisik yang sebelumnya, seperti penyakit atau gangguan tiroid. Dari

faktor tersebut 90% dari seluruh kasus hipertensi merupakan hipertensi

primer, faktor yamg mempengaruhinya seperti genetik, jenis kelamin,

diet tinggi garam dan lemak, obesitas, gaya hidup (merokok, konsumsi

alkohol). Sementara Kowalak, dkk (2012) menjelaskan resiko

hipertensi juga terjadi pada individu berpendidikan rendah dan memiliki

pendapatan lebih kecil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012)

tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi di Klinik De Besh Centre Arrahmah Dan Rumah

Sehat Sabbihisma kota Padang, dimana dari hasil analisis univariat

penelitian dari 20 orang responden menunjukan rata-rata tekanan darah

sistolik sebelum terapi bekam 153,10 mmHg, dan rata-rata tekanan

darah diastolik sebelum terapi bekam adalah 94,50 mmHg. Sementara

penelitian Setio (2011) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Klinik

Griya Sehat Madina Pekalongan, dimana dari hasil penelitian

didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik 175 mmHg dan rata-rata

tekanan darah diastolik sebelum terapi bekam adalah 108 mmHg.

Perbedaan hasil penelitian peneliti dengan 2 hasil penelitian diatas yaitu

pada penelitian yang peneliti lakukan, hasil penelitian peneliti sebelum

terapi bekam, peneliti sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.


58
Menurut asumsi peneliti, hipertensi yang terjadi pada penelitian

ini disebabkan oleh pengaruh usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Dari

hasil penelitian diketahui 57,1% responden mengalami hipertensi pada

rentang umur Lanjut Usia (>65 Tahun). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Susiyanto (2013) bahwa seiring usia seseorang bertambah,

tekanan darah pun akan meningkat. Pada lansia cendrung terjadi

perubahan fisik, yaitu pada sistim kardiovaskular lansia, katup jantung

menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun, elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer sehingga menyebabkan tekanan darah akan meningkat

pada lansia (Maryam, dkk, 2012)

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa lebih dari sebagian

(66,7%) responden hipertensi terjadi pada perempuan. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa penderita Hipertensi di dominasi oleh

perempuan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Widiyani (2014) pada

penelitian yang dipublikasikan dalam Therapeutik Advances in

Cardiovascular Disease, yang menemukan ancaman hipertensi lebih

besar mengintai perempuan dibanding laki-laki dan penyakit pembuluh

darah 30-40% lebih banyak ditemukan pada perempuan dari pada laki-

laki, karena ada perbedaan fisiologis signifikan antara system

kardiovaskuler perempuan dan laki-laki, termasuk banyak hormon yang

berperan dalam pengaturan tekanan darah, hormon ini yang kemudian

berperan dalam tingkat keparahan dan frekuensi penyakit jantung.


59
Selain itu dari hasil penelitian, juga diperoleh data bahwa hipertensi

pada umumnya (42,9%) terjadi pada responden dengan riwayat

pendidikan SD/Sederajat. Hal ini diperkuat oleh Kowalak, dkk (2012)

yang menjelaskan bahwa resiko hipertensi juga terjadi pada individu

berpendidikan rendah dan memiliki pendapatan lebih kecil.

b. Tekanan Darah Setelah Terapi Bekam

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan terapi bekam

selama 1 kali, didapatkan penurunan tekanan darah yaitu lebih dari

sebagian (52,4%) responden mengalami hipertensi ringan, (33,3%)

responden mengalami tekanan darah normal, (9,5%) responden

mengalami hipertensi berat, (4,8%) responden mengalami hipertensi

sedang dan tidak ada responden yang mengalami hipertensi sangat

berat setelah terapi bekam. Hal ini berarti terdapat penurunan tekanan

pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi bekam selama 1 kali

proses terapi bekam kepada masing-masing responden selama

penelitian

Untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan 3 cara

yaitu: Pengobatan farmakologi, Non farmakologi, dan Pengobatan

komplementer. Adapun pengobatan farmakologis hipertensi menurut

Wahdah (2011) dapat diobati dengan pemberian: Diuretic, Betabloker,

Vasodilator, Penghambat simpatetik, Penghambat ensim konversi

angiotensin, dan penghambat reseptor angiotensin renin II, sedangkan

pengobatan non farmakologis menurut Wahdah (2011) yaitu:


60
Penurunan berat badan, Olah raga, Mengurangi asupan garam, Tidak

merokok, dan hindari stress.

Selain pengobatan farmakologi dan non farmakologi, menurut

Widharto (2007) untuk mengobati hipertensi juga bisa dilakukan

dengan pengobatan komplementer. Purwanto (2013) menjelaskan

Pengobatan komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung pengobatan konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis. Widharto (2007)

juga memaparkan bahwa akhir-akhir ini banyak orang menyukai

pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya

terjangkau, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek

penyembuhan cukup signifikan. Umar (2012) menjelaskan salah satu

pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu

terapi bekam.

Secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah,

bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan

mengeluarkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian

ditampung di dalam gelas (Umar, 2008). Yasin (2013) memaparkan

salah satu manfaat dari bekam yaitu mengatasi tekanan darah yang

tidak normal, Hal ini diperkuat oleh Nashr (2005) yang mengatakan

bahwa pada zaman dahulu, bekam merupakan salah satu metode

pengobatan yang paling penting untuk tekanan darah tinggi.

61
Dari hasil penelitian menunjukan, bahwa dengan melakukan

terapi bekam dengan 1 kali proses terapi bekam selama ±30 menit

untuk masing-masing responden selama penelitian, dimana terjadi

penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi bekam. Hal ini dapat

dibuktikan dengan penjelasan Yasin (2005), bahwa sebagian orang

langsung merasa sembuh dan segar sejak pertama kali melakukan

pengobatan bekam, sedangkan Sharaf (2012) juga mengatakan

pembekaman di beberapa titik di daerah punggung dapat menurunkan

tekanan darah secara cepat dan hasil bekam dapat terlihat sejak terapi

pertama kali.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustika (2012)

tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi di Klinik De Besh Centre Arrahmah Dan Rumah

Sehat Sabbihisma kota Padang, dimana dapat peniliti simpulkan bahwa

terapi bekam mampu menurunkan tekanan darah pasien hipertensi

dimana dari hasil analisis univariat penelitian dari 20 orang responden

menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi bekam

143,75 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah 89,60

mmHg. Sementara penelitian Setio (2011) tentang Pengaruh Terapi

Bekam Basah terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan

Hipertensi di Klinik Griya Sehat Madina Pekalongan, dimana dari hasil

penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi

bekam basah 166,50 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik


62
setelah terapi bekam adalah 101,50 mmHg. Perbedaan hasil penelitian

peneliti dengan 2 hasil penelitian diatas yaitu pada penelitian yang

peneliti lakukan, hasil penelitian peneliti setelah terapi bekam, peneliti

sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Menurut Asumsi peneliti, adanya penurunan tekanan darah

setelah diberikan terapi bekam disebabkan karena apabila dilakukan

pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit

(sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan

lain-lain. Sementara akibat kerusakan ini dilepaskan beberapa zat

seperti serotonin, histamine, bradikinin, Slow Reacting Substance

(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare

reaction pada daerah yang dibekam dan dilatasi kapiler juga dapat

terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman, yang

menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah,

akibatnya akan timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku

serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara

stabil.

Dilihat dari hasil penurunan tekanan darah dalam penelitian ini,

didapatkan penurunan tekanan darah sistolik yang paling sedikit hanya

sebanyak 10 mmHg terjadi pada 5 orang responden perempuan, 1

orang responden laki-laki dan penurunan tekanan darah diastolik yang

paling sedikit yaitu 5 mmHg terjadi pada 4 orang responden


63
perempuan, 1 orang responden laki-laki. Hasil ini mayoritas terjadi

pada responden dengan jenis kelamin perempuan. Menurut asumsi

peneliti, hal ini disebabkan oleh karena perbedaan fisiologis sistim

kardiovaskular dan hormon pada perempuan. Hal ini diperkuat oleh

penjelasan Widiyani (2014) bahwa perempuan mempunyai perbedaan

fisiologis yang signifikan pada sistim kardiovaskular dan hormon yang

berperan dalam pengaturan tekanan darah. Namun hasil ini masih

dapat menunjukan dan tetap mendukung bahwa terapi bekam sangat

efektif menurunkan tekanan darah dengan segera pada pasien

hipertensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini membahas tentang Pengaruh

Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec

Ampek Angkek Kab Agam Tahun 2014. Dari hasil analisa statistik,

dengan jumlah responden 21 orang diperoleh tekanan darah sistolik

minimum (pre-test) yaitu kategori hipertensi ringan dan tekanan darah

sistolik maksimum (pre-test) kategori hipertensi sangat berat, dan terjadi

penurunan tekanan darah setelah dilakukan sekali terapi bekam selama

±30 menit untuk masing-masing responden selama penelitian dengan

tekanan darah sistolik minimum (post-test) yaitu kategori normal dan

tekanan darah sistolik maksimum (post-test) kategori berat.

64
Sementara pada tekanan darah diastolik diperoleh hasil yaitu pada

tekanan darah diastolik minimum (pre-test) diperoleh hasil yaitu kategori

hipertensi ringan dan tekanan darah diastolik maksimum (pre-test)

kategori hipertensi sangat berat. dan juga terjadi penurunan tekanan darah

secara bersamaan dengan tekanan darah sistolik setelah dilakukan sekali

terapi bekam selama ±30menit untuk masing-masing responden selama

penelitian dengan tekanan darah diastolik minimum (post-test) yaitu

tekanan darah kategori normal dan tekanan darah sistolik maksimum

(post-test) adalah kategori berat.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon diperoleh

ρvalue=0,000 (ρ<0,05). Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi,

dalam artian bahwa terapi bekam sangat efektif untuk menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Berdasarkan hasil, penurunan ini dapat

terlihat bahwa setelah dilakukan terapi bekam tekanan darah pasien lebih

rendah dari sebelum dilakukan terapi bekam. Hal ini sesuai dengan

penjelasan Yasin (2005), yaitu bekam dapat menurunkan tekanan darah

dan selain itu bekam juga tidak mengakibatkan terjadinya efek samping.

Penjelasan mengenai bekam tidak mengakibatkan efek samping

diperkuat oleh hasil uji laboratorium dalam Divisi Diklat dan Litbang &

Asosiasi Bekam Indonesia (2012), yang menjelaskan darah bekam dari

hasil uji laboratorium terlihat hal-hal sebagai berikut :Kandungan leukosit

hanya sepersepuluh dalam darah bekam, Eritrosit memiliki bentuk yang


65
ganjil dan tidak mampu melaksanakan tugasnya. Karena itu sel- sel erirosit

yang ganjil ini akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut dengan

darah kotor, Oksidasi tetap terjadi, karena dalam darah ada oksigen dan

terjadi imbas suhu tubuh. Dalam darah bekam juga terkandung oxidant

dari sekresi kelenjer 7 jaringan atau yang mengendap didalam tubuh,

bukan hanya toxin dari kontaminan/tercemar. Sel darah merah dalam

darah bekam memiliki bentuk yang aneh, artinya sel-sel ter-sebut tidak

mampu melakukan aktivitas, di samping juga menghambat sel-sel lain

yang masih muda dan aktif. Ini menunjukkan bahwa proses bekam

membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang tidak

dibutuhkan lagi. Dari hasil uji laboratorium ini bisa disimpulkan bahwa

mekanisme menurunkan tekanan darah melalui bekam tidak menimbulkan

efek yang merugikan bagi tubuh .

Mekanisme menurunkan tekanan darah melalui bekam pada

hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan

mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan

jantung, agar organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah

sehingga tekanan darah tetap terjaga, selain itu bekam juga berusaha

menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang meningkat

dan dengan memilih titik yang tepat, maka terapi bekam dapat membantu

penanganan hipertensi, namun pada kasus lain bekam tidak menurunkan

tekanan darah, melainkan berfungsi untuk memperbaiki hati yang

mengalirkan darah yang membawa energy vital (Umar, 2012)


66
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Mustika (2012) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi di Klunik De Besh Centre Arrahmah Dan

Rumah Sehat Sabbihisma kota Padang yaitu terdapat penurunan tekanan

darah sistolik dan diastolik dengan ρvalue Sistolik sebelum dan setelah

terapi bekam = 0,000 (ρ < 0,05) dan ρvalue Diastolik sebelum dan setelah

terapi bekam = 0,003 (ρ < 0,05). Dilihat dari hasil penelitian, penelitian

Mustika ini sama dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan yaitu

menunjukan bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien Hipertensi.

Selain itu hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan Setio

(2011) tentang Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di Klinik Griya Sehat

Madina Pekalongan yaitu juga terdapat penurunan tekanan darah dengan

ρvalue Sistolik sebelum dan setelah terapi bekam = 0,003 (ρ < 0,05) dan

ρvalue Diastolik sebelum dan setelah terapi bekam = 0,002 (ρ < 0,05). Hasil

penelitian ini juga serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan yang

berarti bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien Hipertensi.

Menurut asumsi peneliti, penurunan tekanan darah pada responden

yang mengalami hipertensi dapat terjadi karena pembekaman dilakukan

pada titik yang tepat, yaitu peneliti juga melakukan pembekaman di

beberapa titik di punggung, hal ini diperkuat oleh Sharaf (2012) bahwa
67
melakukan pembekaman pada titik di punggung dapat menurunkan

tekanan darah secara cepat. Adapun titik bekam yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini yaitu titik utama (titik nabawi)

Titik bekam yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah titik

yang dianjurkan dan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yang sesuai

dengan titik menurut Divisi Diklat dan Litbang & Asosiasi Bekam

Indonesia (ABI) Tahun 2012, yaitu: Titik Mughits/‘ala ro’sun (Puncak

Kepala), posisinya: pada pertemuan garis lurus penghubung antara daun

telinga kanan dan kiri, dengan garis yang ditarik keatas dari hidung, secara

inferior sejajar dengan foramen magnum. Titik Akhda’in (Urat leher kiri

dan kanan), posisinya: Dibawah garis batas rambut kepala belakang,

sejajar tulang cervical 3-7. Titik Katifain (Bahu kiri dan kanan), posisinya:

langsung di pundak atau bahu kiri dan kanan. Titik Kaahil (Punuk),

posisinya: tepat pada punuk, sejajar dengan vertebra torakal 1-3, dibawah

C7. Titik Warik (Panggul), posisinya: pertemuan otot gluteus maximus

dengan gluteus medius bawah, kiri dan kanan. Titik ‘ Ala Dzohril Qadami

(Pada Betis), posisi: Pada kedua betisk

Asumsi peneliti ini juga diperkuat oleh penjelasan Umar (2012)

bahwa pembekaman pada titik yang tepat dapat menurunkan tekanan darah

dengan segera. Selain itu menurut asumsi peneliti penurunan tekanan

darah terjadi juga karena adanya efek bekam terhadap hipertensi, hal ini

disebabkan oleh bahwa Bekam berperan menenangkan saraf simpatik

(simpatik nervous system). Pergolakan pada sistim saraf simpatik ini


68
menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai system angiotensin

rennin. Setelah sistem ini tenang dan aktivasinya berkurang, tekanan darah

akan turun. Bekam berperan menurunkan volume darah yang mengalir di

pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah. Bekam

mengendalikan tekanan hormone aldosteron sehingga mengendalikan

tekanan darah. Zat Nitrit oksida (NO) berperan dalam vasodilation (proses

perluasan pembuluh darah) sehingga menyebabkan turunnya tekanan

darah. Kadar Sodium didapati menjadi proporsional setelah dilakukannya

bekam sehingga menurunkan tekanan darah. Bekam melalui zat nitrit

oksida (NO) berperan meningkatkan suplai nutrisi dan darah yang

dibutuhkan oleh sel-sel dan lapisan pembuluh darah arteri maupun vena,

sehingga menjadikannya lebih kuat dan elastic serta mengurangi tekanan

darah. Bekam berperan menstimulasi reseptor-reseptor khusus yang terkait

dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah (baroreseptor)

sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai stimulus dan

meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor penyebab hipertensi.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat berbagai kelemahan dan

kekurangan, walaupun peneliti berupaya semaksimal mungkin dengan

berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini menjadi sempurna. Peneliti

menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini adalah dalam hal sebagai

berikut:

69
1. Keterbatasan waktu terhadap responden

Keterbatasan ini dikarenakan pasien yang berkunjung untuk

mendapatkan pengobatan di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam

dengan waktu yang tidak menentu, tidak bisa peneliti pastikan

kedatangannya dan lama keberadaan pasien dalam sekali kunjungan

hanya bisa di hitung dalam beberapa jam saja, karena dengan

keterbatasan ini, sehingga terkadang peneliti hanya memiliki waktu yang

kurang untuk melakukan observasi lebih lanjut kepada responden diluar

waktu selama penelitian.

2. Keterbatasan Instrumen: Lembar Observasi

Dalam pembuatan instrument: lembar observasi mengenai hal-hal

yang melatar belakangi terjadinya peningkatan tekanan darah/hipertensi

pada responden, peneliti belum menemukan standar baku untuk

instrument variabel tersebut, sehingga instrument penelitian dibuat

berdasarkan pengetahuan dan pemahaman dari peneliti sendiri dan

dengan mengambil dari beberapa referensi tentang penyakit

kardiovaskuler yang belum spesifik untuk kasus hipertensi.

70
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh terapi bekam terrhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal

(RSCH) Assalam Tanjung Alam Kec Ampek Angkek Kab Agam Tahun 2014

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan terapi bekam, tekanan darah pada responden yaitu

lebih dari sebagian responden mengalami Hipertensi Sedang.

2. Setelah dilakukan terapi bekam, tekanan darah pada responden yaitu lebih

dari sebagian responden mengalami Hipertensi Ringan

3. Ada pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

Hipertensi di Rumah Sehat Cinta Herbal (RSCH) Assalam Tanjung Alam

Kec Ampek Angkek Kab Agam Tahun 2014 dengan signifikansi ρvalue =

0,000 dimana ρ < 0,05.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya

pada penderita Hipertensi melalui penyuluhan kesehatan kepada pasien


71
sebagai penanganan melalui pengobatan komplementer dalam usaha untuk

menurunkan tekanan darah melalui terapi bekam.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah

kepada pendidik dan mahasiswa, dan menambah wawasan baru tentang

penanganan terhadap kasus hipertensi dengan pengobatan komplementer

yaitu terapi bekam, yang dapat diterapkan dalam membuka praktek

mandiri keperawatan oleh mahasiswa keperawatan setelah tamat nanti.

3. Peneliti Selanjutnya

Selain hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan maupun

literatur dan diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti

penyakit lainnya yang masih berhubungan dengan manfaat terapi bekam,

seperti diabetes, kolesterol, asam urat, dan penyakit tidak menular lainnya

serta menjadikan hasil penelitian ini sebagai perbandingan dalam

pengembangan penelitian. Selain itu diharapkan kepada peneliti

selanjutnya agar melakukan intervensi terapi bekam secara continue

dalam penelitian, agar dapat mengobservasi lebih lanjut hal-hal yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian.

4. Bagi masyarakat

Dengan telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh terapi bekam

khususnya terhadap hipertensi, dengan hasil bahwa terdapatnya pengaruh

yang signifikan terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi, yang berarti bertambahlah bukti-bukti ilmiah yang


72
menjelaskan bahwa terapi bekam benar-benar efektif untuk mengobati

penyakit. Dari hasil ini diharapkan kepada masyarakat bahwa terapi

bekam bisa dijadikan solusi untuk menurunkan tekanan darah, dan

masyarakat dapat menjadikan pengobatan komplementer terapi bekam

sebagai pendukung pengobatan konvensional atau sebagai pengobatan

pilihan lain diluar pengobatan medis.

73

Anda mungkin juga menyukai