LANDASAN TEORI
16 Meter
1
4 Meter 4 Meter
8 Meter
16 Meter
Tahap I.
klas C. dan dikarenakan cuaca yang tidak menentu (hujan) pada pelaksanaan
kariawan kerja untuk melakukan pekerjaan lebih lanjut dan lebih detail
semakasimal mungkin.
2
3.2. PERKERASANLENTUR
lintas.Jenis kon-struksi perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu:
perencanaan untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang
(Indonesia).
3
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan bahwa yang
tebal lapisan yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan
pondasi bawah.
terlepas dari sifat tanah dasar.Tanah dasar yang baik untuk konstruksi
perkerasan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi setempat atau dengan
dukung tanah dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada
nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas. Menurut Basuki,
I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada proses perhitungan
4
perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
diatasnya.
permukaan
5
b. Mengurangi tebal lapis pondasiatas yang menggunakan material
pondasi atas,
jalan.
1). Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C) untuk menghitung
(SKBI–2.3.26.1987).
6
* **
Jumlah Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
hantaran
beart total ≥ 5 Ton, misalnya: bus, truck, traktor, semi triler, trailer
a. Untuk sumbutunggal
4
E= (Beban satu sumbu tunggaldalam Kg)
8160
8160
7
4
E= 0,053(beban satu sumbutriple dalam Kg )
8160
umur rencana,yang dihitung untuk daerah pada jalan tanpa median atau
=Σ LHRj x Cj x Ej
Dimana:
Cj =koefisien distribusiarah
J = masing-masing jeniskendaraan
Dimana:
8
e. Lintas Ekuivalen Rencana, yang dihitung dengan rumus:
LER= LET X FP
Dimana:
FP=UR
10
4). Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) danCalifornia Bearing Ratio (CBR)
dengan kondisi tanah saat itu dimana tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan saat kadar air tanah tinggi atau
dalam keadaan jenuh air. Hal ini sering digunakan untuk menentukan
daya dukung tanah didaerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak
akan dipadatkan lagi, terletak didaerah yang badan jalan yang sering
9
3. CBR rencana titik/CBR laboratorium/designCBR.
tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatakan
dibedakan atas 2 macam yaitu soaked design CBR dan unsoaked design
CBR.
diperhatikan mengenai:
10
dukung tanah dasar, sehingga dapat ditentukan tebal masing–masing
lapisan.
11
jalan tersebut. Dalam perencanaan flexible pavement atau perkerasan
8. Tanah dasar (sub – grade), struktur lapis pondasi bawah (LPB) dan lapis
pondasiatas (LPA).
12
2. Lapisan pondasiatas (basecourse)
BEBAN LL, W
surfacecourse
base course
(LPA)
sub–base(LPB)
sub-grade
dibedakan menjadi:
13
Perencanaan geometrik pada ruas jalan rencana dibedakan atas
timbunan.
4% 4%
5% 5%
Lapen = 7 cm
Klas A = 15 cm
1.10
14
4% 4%
5% 5%
b. Typicalcross daerah galian
4% 4%
5% 5%
Lapen = 7 cm
DESIGN
Klas A = 15 cm
15
talud bahu lebar jalur lalu-lintas efektif
bahu parit
lebar manfaat
16
Adanya air pada permukaan jalan dapat mengakibatkan rembesan
pola aliran permukaan (run–off) dan air tanah pada lokasi rencana. Drainase
galian umumnya mempunyai muka air tanah yang tinggi, sehinnga harus
kembang susut.
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan
17
perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisannon – structural
18
2. Pada perencanaan konstruksi jalan baru dimana tanah dasarnya adalah
menggunakan CBR yang diperoleh dari sample tanah yang akan dipakai
4. Pada lokasi yang berstruktur tanah lemah, analisa nilai CBR kecil
kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain. Tanah dengan tingkat
perubahan kadar air dan mempunyai daya dukung yang lebih besar jika
19
Tingkat kepadatan dinyatakan dalam persentase berat volume kering (γk)
0,1”/0,2” denga beban yang ditahan batu pecah standart pada penetrasi
0,1”/0,2”. Harga CBR dinyatakan dalam persen. Jadi harga CBR adalah
standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam
(DDT) dari setiap CBR segmen yang diperoleh dengan menggunakan grafik
seperti pada.
20
Grafik daya dukung tanah (DDT) dipakai skala linier dan Grafik CBR dipakai
skala longitudinal.
21
3.6. Bahan Timbunan
Sifat dan karakteristik timbuanan sebagai tanah dasar yang beragam, perlu
dilapangan.
dari dua jenis, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan. Timbunan pilihan
daya dukung tanah dasar, juga digunakan didaerah saluran air dan lokasi
1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
22
2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terkeropos harus cukur prata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih
dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
tepat dan akurat adalah menjadi alternatif utama yang mampu mengatasi
- Keadaan medan.
dan sebagainya.
23
Faktor regional (FR), berfungsi untuk membedakan kondisi ruas jalan yang
satu dengan kondisi ruas jalan yang lain. Bina Marga memberikan
dengan metode Analisa Komponen dari Bina Marga dapat dijelaskan seperti
pada diagramalir
10%) (>10%)
IKLIM I
<900mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 -2,5
IKLIM II
>900mm/th 1,5 2,0 -2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
Catatan :
24
1. Pada ruas jalan bagian persimpangan, pemberhen tian dan tikunggan
tahap I
Indeks Permukaan
tahap II
awal, IPo
akhir, IPt
Finish
25
Menentukan perhitungan dan anali salalu–lintas yang representative
rencana.
26
Jenis Kendaraan Jumlah (%)Kendaraan
- Bus 5
menentukan beban roda kendaraan, yang selanjutnya digunakan untuk design tebal
Muatan atau beban yang diakibatkan kendaraan roda empat pribadi, tidak
27
diberikan terhadap analisa dan perhitungan beban gandar serta distribusinya
sangat rendah yaitu lebih kecil dari 50 kendaraan perhari (Jalan Kelas C)
mempunyai berat 8,160 kg. Pada tingkat yang paling rendah, batasan–
gandar total yang relevan dikonversi menja diangka ekivalen beban gandar
metode AASHTO, seperti yang ditunjukkan pada Tabel l2.6 dibawah ini:
28
BGS Faktor Ekivalen BGS Faktor Ekivalen
Ekivalen Ekivalen
(FE) (FE)
29
- Berat : Kelas 3, 25 % –50%
Faktor BGS
Ekivalen
Pembebanan Batasan / limit
pembebanan
pembebanan
Pada sub–bab 2.2.5 telah dijelaskan mengenai tanah dasar dan untuk
lebih detail berikut adalah tinjauan struktur tanah dasar dan kapasitas daya
dukung lapisan. Keseragaman tanah dasar yang kuat dicapai dengan jalan
memadai.
30
California Bearing Ratio (BR) adalah pengujian penetrasi terhadap
tanah akibat tekanan lapis pondasi bawah (sub–base–course). Pada sisi dan
tingkat yang lebih kecil digunakan untuk memeriksa kapasitas daya dukung
(base– course).
No.19 mm diambil dan diganti dengan pasir kasar. Hubungan kadar air dan
dua sampai dengan tiga sample tanah yang telah dipadatkan diuji dengan
hari dibawah suatu beban yang ditaruh diatasnya, yang secara kasar
sample tanah yang telah direndam pada suatu kecepatan 1.3 mm/menit.
31
0.20inchi (5.08mm)1500lbs/inchi2 (105.40kg/cm2)
grade) yang jelek sampai dengan 80% atau lebih tinggi untuk lapis pondasi
Timbunan 5% – 10 %
dengan semen
Metode standart dalam menentukan nilai CBR tanah dasar dan lapis
32
dilaboratorium. Sehingga prosedur ini memerlukan jangka waktu tertentu
memperoleh nilai CBR yang memenuhi spesifikasi. Nilai CBR yang dipakai
terhadap nilai yang besar dengan pelaksanaan pekerjaan yang benar dan
- Pemadatan (compacting).
33
nilai CBR yang diperoleh dari bahan/material setempat akan lebih
sistem drainase khusus tanah dengan nilai CBR rendah, misalnya tanah liat,
pada air tanah itu sendiri. Apa bila tanah pada kondisi kenyang/jenuh air
karena drainase jelek maka sample tanah tersebut dapat kehilangan total
misalnya pasir berbutir kasar, kerikil dan bahkan lumpur dan lempung
rencana atau jalan yang sudah ada. Keuntungan dan kelebihan dari
terutama pada jalan yang sudah beroperasi merupakan sebab akibat lalu-
lintas.
34
2. Tebal dan susunan structural perkerasan dapat diukur denga benardan
1. Dengan jarak yangkonstan pada kelipatan lebih kurang 200 meter atau
dicatat termasuk level muka air tanah. Kedalaman lubang adalah tebal
pilihan.
35
MATERIAL KONSTRUKSI
I TIMBUNAN BIASA
2. CBR ≥ 6%
MATERIAL KONST.
II TIMBUNAN PILIHAN
1. CBR ≥ 10%
(LPA) dan A gregate B atau Lapis Pondasi Bawah (LPB) antara lain
meliputi:
teknis.
36
3. Pemeliharaan lapis pondasi agegrat yang telah selesai sesuai yang
disyaratkan.
sebagai berikut :
pencampuran dilapangan.
sebagai berikut:
37
Tabel 3.8: Toleransi Ketebalan Lapis Agregate A dan Agregat B
Toleransi Tinggi
Bahan dan Lapis Pondasi Agregat
Permukaan
Pondasi Bawah).
- 2 cm
Resap.
- 1 cm
Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan atau Bahu Jalan).
Terdapat dua kelasyang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas
mutu Lapis Pondasi atas untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal,
dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah.
Lapis Pondasi Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup aspal.
38
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang
digunakan.
gregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100. Lapis
tidak kurang dari 50% berat agregat kasar ini harus mempunyai paling
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari lahan organik dan
Tabe l2.12.
39
ASTM (mm) Kelas A Kelas B
2” 50 - 100
1 ½” 37,5 100 88 – 95
1“ 25,0 79 - 85 70 – 85
3/8” 9,50 44 - 58 30 – 65
No.4 4,75 29 - 44 25 – 55
No.10 2,0 17 - 30 15 – 40
No.40 0,425 7 - 17 8 – 20
40
1. Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak
kembali.
2. Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
3. Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan atau seperti yang
41
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi
BAB IV
42
Dari proses pelaksaan pembuatan jalan baru untuk mengetahui
panjang jalan dan leber jalan yang direncanakan adalah menyiapkan alat–
1. Theodolit adalah alat yang dipakai untuk menentukan elevasi atau tinggi
2. Bak Ukur
3. Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan
5. Mempersiapkan mekanik
GAMBAR THEODOLIT
43
Gambar 4.1. Gambar Theodolit
PERALATAN
44
Peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan proyek ini
adalah:
1. Truk
3. Backhoe
4. Grader
5. Vibration Roller
6. Exavator Breker
timbunan pilihan klas C (sirtu), guna mendapatkan daya dukung tanah dasar
pemerataan selesai dan volume dari urugan klas C sudah memenuhi standart
pelaksanaan dilapangan.
45
Timbunan yang direncanakan untuk ruas jalan kabupaten Sorong
terdiri dari dua jenis, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan. Timbunan
air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan
baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau
Mutu suatu bahan atau material yang akan digunakan harus dapat
dengan sertu agar tidak terjadi genangan air pada waktu hujan. Dan bagian-
46
VIBRATION ROLLER dengan berulang–ulang kali dan melakukan
Dengan cara, kalau terjadi keropos atau berlubang maka perlu dilakukan
penimbunan pada bagian yang terjadi keropos atau berlubang dengan istilah
semaksimal mungkin.
kecepatan angin tinggi, dan sinar mata hari menyengat. Untuk menjaga
47
yang telah ditetapakan oleh direksi pekerjaan umum (PU) Kabupaten
Sorong.
- Dan kariawan kerja, mekenik, dan sopir yang kurang kurang aktif
Dengan kurang adanya material, alat alat kerja, karyawan kerja, dan sulit untuk
mengambil material klas C. Agar dapat untuk melengkapi alat kerja dan kariawan
kerja, serta material material yang akan digunakan dan dipakai, seharusnya
besar anggarannya.
dilapangan yang sesuai prosedur atau metode kerja yang ada. Sehingga
48
Adapun kendala-kendala yang terjadi dilapangan antara lain:
dilapangan.
49
LAPORAN HARIAN
Jumlah Tenaga
Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
Galian batu
Galian biasa
Galian biasa
50
Jumlah
Tenaga Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
Galian biasa
Galian biasa
Galian biasa
Galian biasa
51
Jumlah
Tenaga Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
Galian batu
Timbunan biasa
Galian biasa
Galian biasa
Galian batu
Galian biasa
52
Jumlah
Tenaga Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
Galian biasa
Galian biasa
Galian biasa
53
Jumlah Tenaga
Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
54
Jumlah Tenaga
Kerja
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Volume cuaca Ket
Mengetahui
Pembimbing Lapangan
RUDI MUSTAFA
55
ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN
- Dam Truk 4 3
- exavator
1. 12-06-2017 2 2
- Greder
- boldoser 1 1
2 1
- Dam Truk 4 2
- exavator
2. 13-06-2017 4 4
- Greder
boldoser 4 0
4 2
- Dam Truk 4 2
- exavator
3. 14-06-2017 4 3
- Greder
boldoser 1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
4. 15-06-2017 4 2
- Greder
boldoser 1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
5. 16-06-2017 4 2
- Greder
boldoser
56
1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
6. 17-06-2017 4 3
- Greder
- boldoser 1 1
1 1
Mengetahui
Pembimbing Lapangan
RUDI MUSTAFA
57
No. Tanggal Jenis Alat Jumlah Alat Yang Ket
Aalat aktif
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
2. 20-06-2017 4 2
- Greder
- boldoser 1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
3. 21-06-2017 4 2
- Greder
- boldoser 1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
4. 22-06-2017 4 2
- Greder
- boldoser 1 1
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
5. 23-06-2017 4 2
- Greder
- boldoser 1 1
58
1 1
- Dam Truk 4 4
- exavator
6. 24-06-2017 4 2
- Greder
- boldoser 1 1
1 1
Mengetahui
Pembimbing Lapangan
RUDI MUSTAFA
59
LAPORAN MINGGUAN
Galian batu
Timbunan biasa
Galian batu
Timbunan biasa
Galian biasa
Galian biasa
Galian biasa
Galian biasa
60
6. 19 -29 Galian batu lunak 174 M3 17 Org Cerah
Galian batu
Galian biasa
Mengetahui
Pembimbing Lapangan
RUDI MUSTAFA
61
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
kerusakan.
5.2. SARAN
62
2. Mnajement pembangunan dalam perusahaan yang bergerak dibidang
4. Perlu pengawasan yang lebih ketat untuk mutu perkerasan jalan yang
dapat tercapai.
63
DAFTAR PUSTAKA
L. Hendapsin, shirley, 2001, penuntun praktis teknik jalan raya, politeknik Negri
Bandung.
sipil–polsri-05.
64
FOTO DOKUMENTASI
KABUPATEN SORONG
65
FOTO DOKUMENTASI
66