BAB 1 IVA Fix
BAB 1 IVA Fix
PENDAHULUAN
1
dan di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 74 kasus (Dinas Kesehatan Sukoharjo,
2014). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian kanker leher rahim
tersebut antara lain paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek, melakukan
hubungan seksual pada usia muda atau menikah di usia muda, berganti-ganti
pasangan seksual, perokok pasif dan aktif, penggunaan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu yang lama lebih dari 5 tahun, penyakit menular seksual, dan status
ekonomi yang rendah (Irianto, 2014). Salah satu faktor penyebab tingginya angka
kejadian kanker serviks pada wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini
akibat kurangnya informasi pada masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini
merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi
angka 3 kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut (Depkes RI, 2008).
Sebagian besar wanita yang didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan
skrinning test atau menindak lanjuti setelah ditemukan hasil yang abnormal, selain
itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut tidak murah, sehingga
keterlambatan pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya pengetahuan pada
masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks tidak dilaksanakan. Deteksi dini kanker pada leher rahim
tersebut sangat penting dilakukan, karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi
jika masih ditemukan pada tahap prakanker. Pencegahan kanker serviks dapat
dilakukan dengan program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi.
Adanya program deteksi dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat
menurun (Rasjidi, 2009). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut
Rasjidi (2009) antara lain dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk
dilakukan pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan
dengan menggunakan teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit
jaringan serviks yang dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat). Tes
IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan
pengamatan secara langsung. Berdasarkan hasil uji diagnostik, pemeriksaan IVA
memiliki sensitifitas 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, dan nilai duga
negatif 88%, 4 sedangkan pemeriksaan pap smear memiliki sensitifitas 55%,
spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif 69%, sehingga dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA lebih cepat memberikan
2
hasil sensitivitas yang tinggi. Metode IVA ini merupakan sebuah metode skrinning
yang praktis dan murah, sehingga diharapkan temuan kanker serviks dapat
diketahui secara dini. Penyebab yang menjadi kendala pada wanita dalam
melakukan deteksi dini kanker serviks adalah keraguan akan pentingnya
pemeriksaan, kurang pengetahuan, dan takut akan rasa sakit serta keengganan
karena malu saat dilakukannya pemeriksaan. Kesadaran yang rendah pada
masyarakat tersebut menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia.
3
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
e. Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat
5
2.1.3 Syarat IVA
a. Dilakukan diluar siklus haid
b. Pada masa kehamilan, nifas dan paska keguguran
c. Sebelum menopaus.Pada pasien menopause sudah tidak kelihatan,
deteksi bisa dilakukan dengan pap smear
6
d. Nampan atau wadah
e. Sarana pencegahan infeksi
f. Kapas lidi
g. Sarung tangan periksa sekali pakai
h. Spatula kayu yang masih baru
i. Larutan asam asetat (3-5%)
j. Larutan clorin 0,5% untuk mensterilkan alat dan sarung tangan
7
IV Positif (lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas krioprob termasuk ujung
prob, tidak ada perluasan dinding vagina ke dalam kanal di luar jangkauan
krioprob)
Tawarkan Tawarkan
pengobatan segera Tawarkan pengobatan waktu
Ibu tidak pindah pengobatan setelah kunjungan berbeda
ruang intara tes IVA konseling Ibu Ibu mendapat janji
dan pengobatan. meninggalkan untuk konseling
Dia harus ruang pemeriksaan dan pengobatan
menerima dan mendapat pada hari lain atau
konseling mengenai konseling di ruang di tempat lain.
pengobatan yang berbeda. Waktu kunjungan
sebelum tes dimulai Setelah konseling harus spesifik.
dan diberi selesai, dia dapat Petugas harus
kesempatan untuk kembali ke ruang mampu
bertanya atau periksa/pengobatan menghubungi ibu
memperkuat untuk mendapat jika ada perubahan
konseling di antara pengobatan. jadwal atau jika ibu
tes dan pengobatan. tidak datang.
8
8. Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher
rahim
9. Penggunaan steroid atau obat-obatan alergi yang lama (kronis)
9
5. Catat semua hasil tes IVA bersama temuan lain. Gambarkan sebuah
peta serviks pada area yang berpenyakit pada catatan
6. Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul
7. Jika hasil negatif, beritahu kapan harus kontrol. Jika hasil tes positif
atau diduga kanker, beritahu pengobatan segera yang dapat diberikan
10
2.1.10 Pemberi pelayanan IVA
a. Bidan terlatih IVA
b. Dokter umum terlatih IVA
c. Dokter spesialis Obstetri dan Gynekologi
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau
tenaga medis puskesmas, prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara
mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi kesamaan lendir di permukaan
mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi
putih. Melalui bantuan cahaya petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada
mulut rahim.
Keunggulan IVA aman yaitu tidak mahal dan mudah dilakukan, kinerja tes
tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penapisan kanker rahim,
dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan disemua jenjang
sistem kesehatan, memberikan hasil segera sehingga dapat segeradiambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan), sebagian besar peralatan
dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat, pengobatan langsung dengan
krioterapi berkaitan dengan penapisan, tidak bersifat infasif dan dengan efektif
dapat mengidentifikasi berbagai lesi prakanker.
Syarat IVA dilakukan diluar siklus haid, pada masa kehamilan, nifas dan
paska keguguran dan sebelum menopaus.Pada pasien menopause sudah tidak
kelihatan, deteksi bisa dilakukan dengan pap smear.
Faktor risiko penilaian IVA adalah paritas, usia pertama kali berhubungan
seksual atau usia pertama kali menikah, pemakaian alat KB, jumlah pasangan
seksual atau sudah berapa kali menikah, riwayat infeksi menular seksual (termasuk
HIV), merokok, riwayat hasil tes pap smear sebelumnya yang abnormal, ibu atau
saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim, penggunaan
steroid atau obat-obat alergi yang lama (kronis).
Tujuan pemeriksaan IVA ialah mendapatkan kanker serviks pada stadium
lebih awal, untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang
dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian, penangan secara
dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker mulut rahim, pengobatan
diharapkan berhasil lebih baik.
12
3.1 SARAN
Diharapkan dengan pembuatan maklah ini, pengetahuan yang dimiliki mahasiswa
kebidanan dapat bertambah dan pemahaman mengenai inspeksi visual asam asetat.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mempelajari dan
memahami mata kuliah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Artiningsih, ninik. (2011). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia
Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dalam Rangka Deteksi Dini
Kanker Cerviks (di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto) masters
thesis. Universitas Sebelas Maret
Farid, Nila.2015. . Di akses pProgram Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini
Kanker KaPanduan nker Leher Rahim Dan Kanker Payudara.
http://www.pptm.depkes.go.id/ckms/frontend/ebook/Buku_Panduan_Pelaksanaan_IVA-
SADANIS_2015.pdfada 11 Februari 2018
14
15