Anda di halaman 1dari 20

FISIOLOGI HAID

SISTEM HORMON PADA WANITA


Sistem reproduksi wanita menjalani serangkaian perubahan siklik yang
teratur, yang disebut sebagai siklus menstruasi. Siklus ini ditandai dengan
perubahan-perubahan, dimana yang paling nyata terlihat adalah perdarahan
pervaginam secara berkala sebagai hasil dari pelepasan lapisan endometrium uterus.
Menstruasi normal secara fungsional merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium, dimana masingmasing organ ini memainkan peranan
penting dalam fungsi reproduksi normal.
Sistem hormon wanita, seperti pada pria terdiri dari tiga hirarki hormon sebagai
berikut :
1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, hormon pelepas gonadotropin/
Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
2. Hormon yang dikeluarkan hipofisis anterior, hormon perangsang folikel/
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hormon lutein/ Luteinizing
Hormone (LH), keduanya disekresi sebagai respon terhadap hormon GnRH
dan endometrium
3. Hormon- hormon ovarium, estrogen dan progesteron yang disekresi oleh
ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis
anterior. Berbagai macam hormon ini tidak disekresikan dalam jumlah
konstan sepanjang daur seksual bulanan wanita tetapi disekresi dengan
kecepatan yang sangat berbeda selama berbagai bagian yang berbeda dari
daur tersebut.

1 Poros hipotalamus- hipofisis


Poros hipotalamus-hipofisis memiliki peran penting dalam mengatur siklus
menstruasi. GnRH merupakan sebuah decapeptide yang diproduksi di hipotalamus
dan dilepaskan dengan cara pulsatif, berfungsi mengendalikan sekresi LH dan
FSH melalui jalur vaskular. Blokade jalur ini akan mengurangi sistem sekresi LH
dan FSH yang mengarah ke atrofi ovarium dan pengurangan sekresi hormon
ovarium. Sekresi GnRH oleh hipotalamus diatur oleh neuron dari daerah otak lain.
Neurotransmiter, seperti epinefrin dan norepinefrin, merangsang sekresi GnRH,
sementara dopamin dan serotonin menghambat sekresi GnRH. Selain itu, steroid
ovarium, peptida dan neuropeptida hipotalamus dapat mengatur sekresi GnRH.
GnRH merangsang gonadotropin hipofisis untuk mensekresi LH dan FSH. GnRH
berikatan dengan afinitas yang tinggi pada reseptor gonadotropin dan menstimulasi
sekresi LH dan FSH melalui jalur yang dimediasi oleh phosphoinositide-protein
kinase C. Selama periode neonatus, LH dilepaskan pada tingkat yang rendah dan
stabil tanpa adanya pulsatil, periode ini berkaitan dengan kurangnya perkembangan
folikel ovarium yang dewasa. Pelepasan secara pulsatil mulai dirilis pada masa
pubertas dan periode ini berkaitan dengan meningkatnya perkembangan folikel dan
peningkatan sekresi estradiol ovarium.

2. Aspek Endokrin Dalam Siklus Haid


Telah dijelaskan sebelumnya, dalam proses terjadinya ovulasi harus ada
kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea,
glandula supra renalis dan kelenjar kelenjar endokrin lainnya, yang memegang
peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus,
hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Pada wanita dewasa, gonadotropin-releasing hormone (Gn-RH)
disekresikan secara pulsatil setiap 60-90 menit sebagai respons terhadap sinyal dari
berbagai neurotransmiter. Hal ini, pada gilirannya akan menginduksi sekresi FSH
dan LH dari hipofisis anterior. Jika irama sekresi Gn-RH jauh lebih cepat atau terus-
menerus, FSH dan LH akan disekresikan dalam jumlah yang kurang, yang dapat
mengakibatkan infertilitas. Sekresi rasio LH : FSH berubah selama siklus
menstruasi. Pelepasan kedua hormon ini membutuhkan faktor tambahan selain Gn-
RH. Sekresi LH dan FSH dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya efek pada
saraf pusat (faktor psikogenik, stres) yang dimediasi oleh berbagai faktor misalnya,
norepinefrin (NE) dan neuropeptide Y (NPY), hormon ovarium, misalnya oleh
estrogen (estrone, estradiol, estriol, dll), progesteron dan inhibin.
Tidak lama sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan
berkembangnya follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi
FSH. Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya
membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan follikel berahir setelah
kadar estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara
berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan
umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak
pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya
ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada fase
luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin
inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan
perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif
yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak
menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar
dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi antara 16 – 24 jam
setelah LH-surge. Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar
membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus
luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapai
puncaknya pada hari 8 – 9 setelah ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus
luteum membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula
estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai
10 – 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi, masa hidup korpus
luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin. Pada kehamilan,
hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan ini
dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu
yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara
steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 – 10 minggu kehamilan. Kemudian
fungsi ini diambil alih oleh plasenta.

GnRH

Hipothalamus

Anterior 2
Pituitary

LH

estrogen

1 3

Ovulated
4 secondary
oocyte

Gambar.Kontrol ovulasi oleh hormon pada poros hipotalamus-hipofisis-ovarium


(1) folikel matur mensekresikan estrogen dalam jumlah besar yang menstimulasi
hipotalamus dan hipofisis (2) hipotalamus mensekresikan GnRH (3) sebagai respon
terhadap GnRH hipofisis anterior mensekresikan LH (4) LH memicu ovulasi.
Gambar . Perubahan kadar hormon gonadotrophin dan steroid pada siklus
menstruasi.

SIKLUS OVARIUM
Ovarium mengalami perubahan- perubahan dalam besar, bentuk, dan
posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Disamping itu
terdapat perubahan perubahan yang diakibatkan oleh rangsangan berbagai kelenjar
endokrin.
Perubahan pada ovarium utamanya dikontrol oeleh hipofisis anterior yang
memproduksi tiga hormon utama yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH ) yang
menstimulasi pertumbuhan folikel. Luteinizing Hormone (LH) yang menstimulasi
ovulasi dan menyebabkan luteinisasi dari sel sel granulosa setelah ovum
dikeluarkan, serta prolaktin yang juga dikeluarkan oleh hipofisis anterior.
Adapun perubahan tersebut dibagi dalam:
a. Ovarium dalam masa neonatus.
Pada bayi baru lahir terdapat dua juta folikel pada kedua ovariumnya.
Diameternya kurang lebih 1 cm, dan beratnya sekitar 250 – 350 mg pada
waktu lahir. Dalam korteks hampir seluruh oosit terdapat dalam bentuk
follikel primordial.
b. Ovarium dalam masa anak anak
Pada masa anak anak ovarium masih belum berfungsi dengan baik. Ovarium
sebagian besar terdiri atas korteks yang mengandung banyak follikel
primordial. Follikel mulai berkembang akan tetapi tidak pecah dan
kemudian mengalami atresia insitu. Hormon hipofise yang diperlukan untuk
ovulasi belum berfungsui dengan baik. Pada usia kira kira 9 tahun kadar
hormon gonadotropin mulai meningkat, sehingga produksi estrogen juga
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan perkembangan kelenjar mamma
dan alat genital. Menarche biasanya terjadi kira kira 2 tahun setelah
perubahan tersebut. Usia pubertas bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor
genetik sosio- ekonomi dan kesehatan. Dalam beberapa dekade terahir usia
menarche terjadi pada usia yang lebih muda.
Dengan ultrasonografi dapat dilihat ukuran follikel antara 2 sampai 15 mm.
Oosit pada periode ini sangat aktif berkembang.
c. Ovarium dalam masa dewasa/ masa reproduksi
Masa reproduksi dimulai dari masa pubertas pada umur kira kira 12 – 16
tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada ovarium terjadi
perubahan perubahan, korteks relatif lebih tipis dan mengandung banyak
folikel primordial. Folikel primordial tumbuh menjadi besar serta banyak
mengalami atresia, biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus
membentuk ovum dan pecah pada waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ
cell berkurang dari 300.000 sampai 500.000 unit. Selama usia reproduksi
yang berkisar antara 35 – 40 tahun, 400 sampai 500 folikel akan mengalami
ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang menopause dan tinggal
beberapa ratus pada saat menopause. Kira kira 10 – 15 tahun sebelum
menopause sudah terjadi peningkatan jumlah follikel yang hilang. Ini
berhubungan dengan meningkatnya hormon FSH.

Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase follikular, fase ovulasi dan
fase luteal.
1. Fase Folikuler (Pertumbuhan Folikel)
Pada saat seorang anak perempuan lahir masing- masing ovum dikelilingi
oleh selapis sel granulosa, dan ovum dengan selubung sel granulosanya
disebut folikel primordial. Sesudah pubertas bila FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium
bersama dengan folikelnya akan mulai bertumbuh.
Pematangan folikel primordial terjadi sebagai berikut :
Mula mula sel sel sekeliling ovum yang berlipat ganda, kemudian diantara
sel sel ini timbul sebuah rongga yang berisi cairan yang disebut liquor
folliculi. Ovum sendiri terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah tumpukan
sel yang menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan sel telur di
dalamnya disebut cumulus oophorus. Antara sel telur dan sel sekitarnya
terdapat zona pelluzida. Sel sel granulosa lainnya yang membatasi ruang
folikel disebut membrane granulosa. Dengan tumbuhnya folikel, jaringan
ovarium sekitar folikel tersebut terdesak keluar dan membentuk 2 lapisan
yaitu theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca
externa yang terdiri dari jaringan ikat yang padat. Folikel yang matang ini
disebut folikel de Graaf . Folikel de Graaf menghasilkan estrogen dimana
tempat pembuatannya terdapat di theca interna. Sebelum pubertas folikel de
Graaf hanya terdapat pada lapisan dalam dari kortek ovarium dan tetap
tinggal di lapisan tersebut. Setelah pubertas juga terbentuk di lapisan luar
dari korteks. Karena liquor follikuli terbentuk terus maka tekanan di dalam
folikel makin tinggi, tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya tergantung
pada tekanan tinggi tersebut melainkan juga harus mengalami perubahan-
perubahan nekrobiotik pada permukaan folikel. Pada permukaan ovarium sel
- sel menjadi tipis hingga pada suatu waktu folikel akan pecah dan
mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama dengan ovum yang
dikelilingi oleh sel sel cumulus oophorus. Keluarnya sel telur dari folikel de
Graaf disebut ovulasi.
2. Ovulasi
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus menstruasi normal 28 hari,
ovulasi terjadi 14 hari sesudah terjadinya menstruasi.7 Ovulasi merupakan
pelepasan suatu oosit, yang biasanya terjadi pada hari ke 14, yang
merupakan titik tengah siklus rata- rata. Fase ini hanya memakan waktu 2
atau 3 menit. Peristiwa yang terjadi selama ovulasi adalah sebagai berikut:
Pada hari terakhir atau dua hari sebelum fase preovulatori, level estrogen
sangat tinggi. Estrogen merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi LH
dan hipotalamus untuk mengeluarkan GnRH. GnRH akan lebih menginduksi
peningkatan sekresi FSH dan LH oleh hipofisis. Oleh karena itu level FSH
meningkat dalam dua hari terakhir sebelum ovulasi, tapi level LH lebih
meningkat.
LH akan menyebabkan sekresi hormon - hormon steroid folikuler dengan
cepat yang mengandung sejumlah kecil progesteron untuk pertama kalinya.
Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa, keduanya
dibutuhkan untuk ovulasi. (1) teka eksterna (kapsul folikel) mulai
melepaskan enzim proteolitik dari lisosim yang akan melarutkan dinding
kapsul dan akibatnya yaitu melemahnya dinding, menyebabkan makin
membengkaknya seluruh folikel. (2) secara bersamaan juga akan terjadi
pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke dalam folikel,
dan pada saat yang bersamaan, prostaglandin setempat (hormon yang
menyebabkan vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikular. Kedua
efek ini selanjutnya akan menyebakan transudasi plasma ke dalam folikel
yang juga berperan dalam pembengkakan folikel. Akhirnya kombinasi dari
pembengkakan folikel dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya
folikel disertai pengeluaran ovum. Proses inilah yang dikenal dengan
ovulasi.

Hormon Lutein

Hormon Steroid Folikuler


(progesteron)

Enzim Proteolitik Hiperemia folikel dan


(kolagenase) sekresi prostaglandin

Melemahnya dinding folikel transudasi


plasma
Ke dalam folikel

Degenerasi stigma Pembengkakan folikel

Pecahnya folikel

Evaginasi ovum

Gambar. mekanisme terjadinya ovulasi


3. Fase Luteal
Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel- sel
granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel
lutein. Diameter sel ini besar, dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi
lipid yang memberi tampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi dan
seluruh massa dari sel bersama- sama disebut korpus luteum. Suatu suplai
vaskuler berkembang baik dalam korpus luteum. Perubahan sel – sel
granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat bergantung pada LH yang di
hasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Sel – sel granulosa yang terdapat
dalam retikulum endoplasma halus yang luas membentuk sejumlah besar
hormon seks wanita progesteron dan estrogen, tetapi lebih banyak
progesteron.
Pecahnya folikel memulai serangkaian morfologis dan perubahan kimia
menuju transformasi ke korpus luteum. Membran basement akan
memisahkan granulosa lutein dan sel teka lutein yang rusak, dan 2 hari
setelah ovulasi, pembuluh darah dan kapiler mengisi lapisan sel granulosa.
Neovaskularisasi yang cepat dari granulosa avaskuler mungkin disebabkan
oleh berbagai faktor angiogenik. Termasuk faktor pertumbuhan endotel
vaskular dan lain-lain yang dihasilkan sebagai respons terhadap LH oleh
teka-lutein dan sel granulosa-lutein. Selama luteinization, sel-sel ini
mengalami hipertrofi dan meningkatkan kapasitas mereka untuk mensintesis
hormon.
Estrogen khususnya dan progesteron dalam jumlah lebih sedikit yang
disekresi oleh korpus luteum selama tahap luteal dari siklus ovarium
mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior
dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah.
Selain dari itu sel lutein juga mensekresi sejumlah kecil hormon inhibin yang
menghambat sekresi dari kelenjar hipofisis anterior khususnya FSH. Sebagai
akibatnya konsentrasi FSH dan LH dalam darah turun rendah dan hilangnya
hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara menyeluruh,
suatu proses yang disebut involusi korpus luteum. Involusi akhir terjadi pada
hampir tepat 12 hari dari masa hidup korpus luteum yang merupakan hari ke
26 dari siklus wanita normal menjadi apa yang disebut korpus albikans yang
nantinya akan digantikan oleh jaringan ikat 2 hari sebelum menstruasi mulai.
Sekarang, kurangnya sekresi esrogen, progesteron, dan inhibin dari korpus
luteum akan menghilangkan umpan balik halangan dari kelenjar hipofisis
anterior, memungkinkan kelenjar kembali meningkatkan sekresi FSH, dan
setelah beberapa hari kemudian sedikit meningkatkan jumlah LH. FSH dan
LH akan merangsang pertumbuhan Folikel baru untuk memulai siklus
ovarium yang baru. Tergantung apakah terjadi konsepsi (pembuahan) atau
tidak, corpus luteum dapat menjadi corpus luteum graviditatum atau corpus
luteum menstruationum. Jika terjadi konsepsi, corpus luteum dipelihara oleh
hormon Chorion Gonadotrophin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas dari
korion.
Tabel 1. Fase pada siklus seksual wanita

Hari Fase Peristiwa Utama


1-14 Fase Folikuler
1-5 Fase Menstruasi terjadi, level FSH meningkat,
menstruasi perkembangan folikel primordial menjadi folikel
primer dan folikel sekunder.
6-13 Pertumbuhan yang cepat dari satu folikel, dan
Fase atresia pada folikel yang lagging, penurunan FSH,
Preovulatori regenerasi dan pertumbuhan endometrium melalui
14 (fase proliferasi sel.
proliferasi) Ruptur folikel dan pelepasan oosit

Ovulasi
15-28 Fase
15-26 postovulasi Pembentukan korpus lutem, sekresi progesteron,
Fase Luteal mukus dan glikogen di sekresikan oleh
(fase sekretori) endometrium, menyebabkan penebalan dari
endometrium, diakhiri dengan involusi korpus
27-28 luteum dan penurunan level progesteron
Fase Endometrial mengalami nekrosis dan iskemia,
Premenstrual peluruhan jaringan nekrotik dari dinding uterus,
(iskemik) bercampur dengan darah dan cairan menstruasi
yang terbentuk.

SIKLUS ENDOMETRIUM
Selama kehidupan reproduksi, endometrium terus-menerus mengalami
perubahan siklik. Setiap siklus umumnya melewati empat tahap yang sesuai dengan
aktivitas hormon ovarium dan dapat diidentifikasi melalui biopsi endometrium atau
pemeriksaan multi hormon.
Siklus endometrium terdiri dari 4 fase :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan korpus luteum tiba-tiba
berinvolusi dan hormon- hormon ovarium estrogen dan progesteron menurun
dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah kemudian terjadilah
menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba terutama progesteron pada akhir siklus ovarium
bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel endmetrium
oleh kedua hormon ini diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium menjadi
kira- kira 65 % dari ketebalan semula. Pada masa ini endometrium dilepaskan
dari dinding uterus disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal
yang disebut dengan stratum basal, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan
haid itu keluar darah, potongan- potongan endometrium dan lendir dari serviks.
Darah tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah
dan mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar
maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah
dalam darah haid.

Stratum
basalis
Gambar. Histologi endometrium pada fase menstruasi

2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara
berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.1
3. Fase proliferatif
Fase proliferatif dapat berbeda-beda dalam hal durasi tapi biasanya konsisten
pada masing-masing individu. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari
siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :
a. Fase proliferasi awal
Fase proliferatif awal dimulai kira- kira pada hari keempat atau kelima
siklus, tepat sebelum akhir menstruasi, dan berlangsung selama 2-3
hari. Akhir fase ini bertepatan dengan hari kesembilan siklus haid. Fase
ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek
dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi, sel
sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan
suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi
dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian
menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong
dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar
karena sitoplasma relatif sedikit.
b. Fase Midproliferatif
Fase yang midproliferatif bertepatan dengan hari ke-10 siklus.
Permukaan endometrium lebih teratur, kelenjar lebih berkelok-kelok,
dan sel-sel kelenjar pseudostratified. Ketebalan endometrium
meningkat.

c. Fase proliferasi akhir


Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
bertumbuh aktif dan padat.

3
3
2
1
(A) (B)
2

Gambar . Histologi endometrium pada (A) fase proliferasi awal dan (B) fase
proliferasi lanjut. Keterangan: 1. Stratum basalis, 2. Stratum spongiosa, 3.
Stratum kompaktum

4. Fase pramenstruum atau stadium sekresi


Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28.
Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan setelah ovulasi terjadi,
progesteron dan estrogen disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus
luteum. Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada
endometrium selama fase siklus endometrium ini sedangkan progestron
menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik dari
endometrium. Pada fase ini endometrium kira kira tebalnya tetap, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkelok kelok dan mengeluarkan getah
yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen
dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas :
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan, tebalnya ± 4 – 5 mm. Pada saat ini dapat dibedakan
beberapa lapisan, yaitu :
a. stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali
mitosis pada kelenjar.
b. stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti
spons. Ini disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkelok-
kelok dan hanya sedikit stroma di antaranya.
c. stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
2. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan
glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
Sitoplasma sel sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika
terjadi kehamilan.
3

Gambar . Histologi endometrium pada fase Sekresi


Keterangan: 1. Stratum basalis, 2. Stratum spongiosa, 3. Stratum
kompakta

Vaskularisasi endometrium dalam siklus haid


Cabang cabang arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskular
endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan langsung ke
endometrium dan membentuk arteri spiralis. Pembuluh pembuluh darah ini
memelihara stratum fungsional endometrium yang terdiri dari stratum
kompaktum dan sebagian stratum spongiosum. Stratum basale dipelihara
oleh arteriola - arteriola miometrium di dekatnya. Mulai dari fase proliferasi
terus ke fase sekresi pembuluh pembuluh darah berkembang dan menjadi
lebih berkeluk keluk dan segera setelah mencapai permukaan, membentuk
jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler-kapiler mempunyai
endotel yang tebal dan lumen yang kecil. Vena-vena yang berdinding tipis
membentuk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina propria
mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan
sinusoid sinusoid pada semua lapisan. Hampir sepanjang siklus haid
pembuluh pembuluh darah menyempit dan melebar secara ritmis, sehingga
permukaan endometrium memucat dan berwarna merah karena penuh
dengan darah, berganti ganti. Bila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum
mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesteron dan estrogen
menurun. Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan
endometrium ke arah regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis dari
endometrium terlepas dari stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini
menyebabkan pembuluh - pembuluh darah terputus, dan terjadilah
pengeluaran darah yang disebut haid.

Ovarian cycle
LH
FSH

Developing folicle Mature folicle Corpus luteum Involution Corpus albicans

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 1
Menstrual Phase Preovulatory Phase Luteal Phase Premenstrual
Menstrual Phase Ovulation ase
Postovulatory Phase
Menstrual cycle Estrogen Progesteron

Menstrual Fluid

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 1
Menstruation Preovulatory Phase Secretory Phase Premenstrual

Gambar . Siklus menstruasi pada wanita


Gambar . Tipikal suhu basal tubuh dan konsentrasi hormon pada plasama sepanjang
28 hari siklus menstruasi normal. M : menstruasi IRP-hMG: international reference
standar for gonadotrophins.

Referensi :
Dr. dr. Nasrudin Andi Mappaware, S., 2016. Siklus Haid. Makassar: Blok
Reproduksi FK UMI.

Anda mungkin juga menyukai