Percobaan V Kolorimetri
Percobaan V Kolorimetri
Oleh :
NOVA LESTARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP
Oleh : NOVA
LESTARI
DISUSUN OLEH :
NOVA LESTARI
NIM : I 211 09 028
Disetujui,
Iswahyudi, S.Si, Apt, SP.FRS. Siti Nani Nurbaeti, M.Si., S.Farm Apt.
NIP.196912151997031011 NIP.198411302008122004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Vitamin C merupakan senyawa yang bersifat tidak stabil, mudah
teroksidasi jika terkena udara (oksigen) dan proses ini dapat dipercepat oleh
panas. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh kondisi penyimpanan
obat terhadap kualitas fisik dan kimia tablet vitamin C di puskesmas kecamatan
Pontianak kota yang meliputi puskesmas Kampung Bali, Alianyang, Pal Tiga dan
Karya Mulia dengan kondisi penyimpanan obat yang berbeda tiap puskesmas.
Metode yang digunakan bersifat non-eksperimental, dan metode pengambilan
sampel menggunakan probability secara simple random sampling. Pengambilan
sampel dilakukan selama dua bulan. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran
suhu dan kelembaban serta pengujian evaluasi tablet yang meliputi uji penampilan
fisik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan, kekerasan, waktu
hancur, disolusi dan kadar, kemudian hasil penelitian dianalisis statistik
menggunakan One Way ANOVA dan Kruskal Wallis. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa tablet vitamin C pada bulan pertama dan kedua di puskesmas
Kampung Bali, Alianyang, dan Pal Tiga memenuhi syarat pada parameter
keseragaman bobot, waktu hancur dan disolusi, sedangkan pada puskesmas Karya
mulia tablet vitamin C memenuhi semua syarat tablet yang baik, kecuali pada
parameter kadar dan keseragaman ukuran. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kondisi dan lamanya penyimpanan obat
mempengaruhi kualitas tablet vitamin C. Hasil analisis statistik evaluasi tablet
vitamin C antara masing-masing puskesmas di bulan pertama dan kedua
menunjukkan bahwa pada puskesmas Karya Mulia menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan dengan puskesmas Kampung Bali, Alianyang dan Pal
Tiga.
181
8
THE EFFECT OF DRUG STORAGE CONDITIONS TOWARD
QUALITY OF ASCORBIC ACID TABLETS IN HEALTH
CENTER PONTIANAK CITY
ABSTRACT
19
PENDAHULUAN belum optimal seperti pendingin
ruangan, ventilasi dan sumber cahaya
Mutu obat adalah semua unsur- yang tidak sesuai seperti yang
unsur yang berpengaruh secara langsung seharusnya. Perubahan suhu merupakan
maupun tidak langsung terhadap salah satu faktor luar yang
keamanan, keefektifan dan derajat menyebabkan ketidakstabilan sediaan
diterimanya suatu produk obat. Mutu farmasi. Penyimpanan obat pada kondisi
suatu obat atau kualitas produk obat suhu udara yang sangat panas,
sangat penting karena akan menentukan kelembaban ruangan yang tinggi dan
efek terapetik. Mutu suatu sediaan obat terpapar cahaya dapat merusak mutu
dapat ditinjau dari berbagai aspek antara obat, sehingga penyimpanan obat
lain aspek teknologi yang meliputi memiliki peranan yang sangat penting
stabilitas fisik dan kimia dimana sediaan terutama untuk obat yang mudah
obat seperti tablet, dan sediaan lainnya, teroksidasi, tidak stabil terhadap panas,
harus memenuhi kriteria yang suhu yang tinggi dan penyimpanan yang
dipersyaratkan Farmakope. Selain itu cukup lama. Salah satu contohnya
mutu obat juga ditinjau dari adalah vitamin C.
bioavailabilitas (ketersediaan hayati) Vitamin C merupakan vitamin
obat. Obat yang memiliki mutu fisik dan yang paling mudah rusak. Disamping
profil disolusi yang baik akan sangat larut dalam air, vitamin C mudah
memberikan bioavailabilitas yang baik teroksidasi dan dipercepat oleh panas,
karena ketersediaan farmasetik dari obat sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh
tersebut tinggi (Ansel, 1989). katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan
Mutu semua obat yang beredar terhambat apabila vitamin C dibiarkan
sudah terjamin baik dan diharapkan obat dalam keadaan asam, atau pada suhu
akan sampai ke pasien dalam keadaan rendah. Vitamin C mudah rusak karena
baik. Penyimpanan obat yang kurang oksidasi terutama pada suhu tinggi dan
baik merupakan salah satu masalah yang vitamin C mudah hilang selama
dapat menganggu dalam upaya pengolahan dan penyimpanan. Adapun
peningkatan mutu obat di puskesmas. tujuan dari penelitian ini adalah melihat
Puskesmas adalah organisasi kesehatan pengaruh kondisi penyimpanan obat
fungsional yang merupakan pusat terhadap kualitas fisik dan kimia tablet
pengembangan kesehatan masyarakat vitamin C di puskesmas kecamatan
yang juga membina peran serta Pontianak kota.
masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada
METODOLOGI
masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Alat dan Bahan
puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggung jawab atas pemeliharaan Alat yang digunakan dalam
kesehatan masyarakat dalam wilayah penelitian ini meliputi disintegration
kerjanya, sehingga obat yang diberikan tester (Electrolab tipe ED-2L USP),
oleh tenaga kesehatan puskesmas harus dissolution tester USP (Electrolab tipe
terjaga mutunya secara baik. TDF-08L) (tipe dayung), hardness tester
Tatalaksana penyimpanan obat yang (Electrolab tipe EH01P), friability tester
kurang baik dapat menyebabkan (Electrolab tipe EF-2), jangka sorong
penurunan mutu obat. Secara umum, dan spektrofotometer Ultraviolet
jika dilihat dari tatalaksana (Shimadzu tipe UV-2450PC), serta
penyimpanan obat yang baik, hygrometer sedangkan bahan yang
penyimpanan obat di beberapa digunakan dalam penelitian ini meliputi
puskesmas kecamatan Pontianak kota
Aqua Bidestilata Steril, Baku Standar Selanjutnya ditimbang satu persatu
vitamin C Aland (Jiangsu) Nutraceutical untuk melihat penyimpangan bobot.
CO. LTD Batch No. HSA12060002, Kemudian dihitung harga rata-rata (x)
sampel vitamin C 50 mg/tablet. dan dibandingkan pada tabel
penyimpangan bobot tablet berdasarkan
METODE yang tertera pada Farmakope Indonesia.
Pengujian dilakukan replikasi 3 kali
Pemeriksaan Kondisi Ruangan terhadap 20 tablet pada masing-masing
puskesmas (Departemen Kesehatan
Pemeriksaan kondisi ruangan Republik Indonesia, 1979).
dilakukan selama 2 bulan. Pada bulan
pertama dan kedua di lakukan sebanyak Uji Keseragaman Ukuran Tablet
tiga kali pemeriksaan pada jam 10.00
WIB, 12.00 WIB, dan 14.00 WIB. Sepuluh tablet vitamin C diukur
Pemeriksaan kondisi ruangan yang diameter dan tebal satu per satu
dilakukan berupa pengukuran suhu, menggunakan jangka sorong, kemudian
kelembaban, cahaya, ventilasi ruangan dihitung rata-ratanya. Pengujian
dan wadah tablet vitamin C. dilakukan replikasi 3 kali terhadap 10
tablet pada masing-masing puskesmas.
Pengambilan Sampel Kecuali dinyatakan lain garis tengah
tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak
Sampel diambil dari 4 kurang dari 11 kali tebal tablet
3
puskesmas kecamatan Pontianak kota (Departemen Kesehatan Republik
yaitu puskesmas Alianyang, puskesmas Indonesia, 1979).
Pal tiga, puskesmas Karya Mulia dan
puskesmas Kampung Bali, masing- Uji Kerapuhan
masing sampel diambil sebanyak 200/
tablet vitamin C 50 mg. Pengambilan Dua puluh tablet vitamin C pada
sampel dilakukan sebanyak 2 kali dalam masing-masing puskesmas yang sudah
2 bulan. dibebas debukan, ditimbang dan dicatat
beratnya (a gram). Kemudian Tablet
Pemeriksaan Fisik dimasukkan kedalam alat friability
tester, diputar selama 4 menit dengan
Uji penampilan tablet dilakukan kecepatan 25 rpm. Tablet dibebas
secara visual, sampel diambil dari 4 debukan kembali dari debu yang
puskesmas kecamatan Pontianak kota menempel, ditimbang beratnya (b gram)
yaitu puskesmas Alianyang, puskesmas dan dihitung persen kehilangan
Pal tiga, puskesmas Karya Mulia dan bobotnya. Pengujian dilakukan replikasi
puskesmas Kampung Bali, masing- 3 kali terhadap 20 tablet pada masing-
masing sampel dilihat dalam kondisi masing puskesmas (Voigt,1994).
yang stabil dari bentuk, warna, dan
Uji Kekerasan Tablet
wadah kemasan serta dilihat penampilan
fisik tablet secara visual yang meliputi Satu tablet vitamin C diletakkan
capping, laminating, chipping, cracking, dengan posisi tegak lurus pada alat
picking dan mottling. hardness tester, selanjutnya diputar
penekan alat pelan-pelan sampai tablet
Uji Keseragaman Bobot
pecah. Dibaca skala alat yang
Dua puluh tablet vitamin C tiap menunjukkan kekerasan tablet dalam
masing-masing puskesmas ditimbang satuan kilogram. Pengujian dilakukan
dan dihitung bobot rata-ratanya. terhadap 5 tablet untuk masing-masing
puskesmas dan pengujian dilakukan Dua puluh tablet vitamin C
replikasi 3 kali terhadap 5 tablet pada ditimbang untuk mengetahui bobot
masing-masing puskesmas (Voigt, totalnya, selanjutnya tablet digerus
1994). menggunakan mortar dan diambil
serbuk yang setara dengan 50 mg
Uji Waktu Hancur vitamin kemudian dilarutkan dalam labu
Enam tablet vitamin C 100 mL dengan aquabidest steril
dimasukkan kedalam keranjang uji selanjutnya disaring dan dilakukan
desintegrasi yang berisi air suhu 36°-38° pengenceran dalam labu 10 mL dengan
kira-kira 1000 mL. Kemudian alat cara diambil 0,20 mL kemudian
dinaikturunkan secara teratur 30 kali ditambahkan aquabidest hingga tanda
tiap menit. Tablet dinyatakan hancur batas selanjutnya diukur serapan larutan
jika tidak ada bagian tablet yang menggunakan spektrofotometer pada
tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen panjang gelombang maksimum dengan
dari zat penyalut (Anief, 2008). Dicatat serapan maksimum yang diperoleh
waktu hancur tablet dengan stopwatch. (Departemen Kesehatan Republik
Pengujian dilakukan replikasi 3 kali Indonesia, 1979).
terhadap 6 tablet pada masing-masing Uji Disolusi Tablet Vitamin C
puskesmas.
Sebuah tablet dimasukkan
Pembuatan Kurva Kalibrasi dan kedalam alat disolusi tipe 2 ( metode
Penentuan Panjang Gelombang dayung), dengan larutan medium
disolusi air sebanyak 900 mL pada suhu
Larutan induk vitamin C 0 0
37 ± 0,5 C dengan kecepatan
disiapkan dengan menimbang vitamin C pengadukan 50 rpm, selama 45 menit.
sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan
Pengambilan sampel dilakukan pada
aquabidest steril dalam labu ukur 25
menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan
mL, kemudian dibuat seri kadar 2
45 tiap menitnya diambil sebanyak 5 ml
µg/mL, 4µg/mL, 5 µg/mL, 9 µg/mL, 11
sampel. Setiap pengambilan sampel
µg/mL, dan
diganti dengan media disolusi dengan
dilakukan
volume dan suhu yang sama. Kadar
gelombang
tablet vitamin C yang terdisolusi
mengukur absorbansi pada (konsentrasi
ditentukan oleh spektrofotometri pada
4µg/mL) menggunakan spektrofotometri
panjang gelombang maksimum dan
pada rentang panjang gelombang 200-
kurva baku. Pengujian dilakukan
400 nm.
replikasi 3 kali terhadap tablet vitamin
Verifikasi Metode C tiap masing-masing puskesmas.
Nama Ventilasi
puskesmas
(°C)
A Ada
B Ada
C Ada
D Ada
Keterangan:
A: Puskesmas Kampung Bali T: Suhu
B: Puskesmas Alianyang RH: Kelembaban Udara (Relative Humidity)
C: Puskesmas Pal Tiga
D: Puskesmas Karya Mulia
penyimpanan obat terlihat adanya menjaga mutu obat agar lebih stabil
ventilasi yang terbuka yang selama proses penyimpanan.
mengakibatkan udara lebih mudah
masuk dan menyebabkan timbulnya Salah satu penyebab kerusakan
proses oksidasi. Hal ini sama halnya vitamin C adalah cahaya karena dapat
dengan pendingin ruangan yang hanya menguraikan vitamin C. Pada tabel 1.
menggunakan kipas angin karena panas terlihat bahwa cahaya dan tempat
akan timbul dan proses oksidasi akan penyimpanan obat diempat puskesmas
dipercepat. Namun, berbeda dengan menggunakan lampu neon dan cahaya
yang menggunakan ventilasi tertutup matahari. Penggunaan lampu neon akan
kaca dan pendingin ruangan, yang dapat mempengaruhi kecepatan degradasi dan
kecepatan oksidasi vitamin C. Selain
Asam Asam Asam
Asam Askorbat dehidroaskorbat diketogulonat Oksalat
perbedaan sumber cahaya, pemaparan (OH) yang sangat reaktif dan dengan
sinar matahari langsung dan tidak adanya oksidator gugus hidroksi akan
langsung juga mempengaruhi stabilitas teroksidasi menjadi gugus karbonil.
dari vitamin C. Hal ini dikarenakan Berdasarkan mekanisme reaksi oksidasi
vitamin C bersifat tidak stabil, mudah vitamin C (gambar 1) diatas terlihat
teroksidasi jika terkena udara (oksigen) bahwa vitamin C sangat mudah
dan proses ini dapat dipercepat oleh teroksidasi secara reversibel menjadi L-
panas. Selain itu pengaruh terhadap asam dehidroaskorbat. L-asam
wadah kemasan juga mempengaruhi. dehidroaskorbat secara kimia sangat
Kerusakan vitamin C selama labil dan dapat mengalami perubahan
penyimpanan juga dipengaruhi oleh lebih lanjut menjadi diketogulonat yang
jenis kemasan. Adanya jenis kemasan tidak memiliki keaktifan vitamin C.
yang rusak dapat mempengaruhi mutu Aspek lainnya yang mempengaruhi
dari obat yang ada didalamnya. Aspek ketidakstabilan vitamin C adalah
penting lainnya yang menyebabkan kelembaban. Dimana semakin tinggi %
ketidakstabilan vitamin C adalah suhu kelembaban, semakin cepat tablet
dan kelembaban. tersebut rapuh. Adapun hasil dari %
kelembaban tablet vitamin C generik di
Penyimpanan tablet vitamin C empat puskesmas berkisar antara 49-
yang dianjurkan pada tempat yang sejuk 93%. Menurut Mauer, Lisa, dkk (2010)
(15-25°C). Menurut Depkes RI (1995) kelembaban untuk vitamin C adalah
penyimpanan vitamin C dalam wadah 98%. Maka dapat dikatakan bahwa
tertutup rapat serta terlindung dari kelembaban di empat puskesmas
cahaya. Adapun dari hasil pengukuran tersebut tidak memenuhi syarat yang
suhu digudang penyimpanan obat telah ditetapkan yaitu memiliki
berkisar antara 20-34°C. Sehingga, kelembaban yang rendah. Hal ini
dapat dikatakan bahwa suhu di empat kemungkinan disebabkan karena faktor
puskesmas tidak memenuhi persyaratan lingkungan dan faktor dari gudang
yang telah ditetapkan. Semakin tinggi penyimpanan obat tersebut.
suhu penyimpanan maka akan semakin
tinggi pula kecepatan reaksi oksidasi Uji Penampilan Fisik
vitamin C. Oksidasi vitamin C akan
terhambat bila dibiarkan dalam keadaan Adapun dalam penentuan hasil
asam, atau pada suhu rendah. Namun, kondisi penyimpanan tablet vitamin C
vitamin akan cukup stabil dalam diempat puskesmas terlihat bahwa tablet
keadaan kering. Vitamin C mudah vitamin C tidak terdapat permasalahan
teroksidasi karena senyawanya dalam tablet yang meliputi capping,
mengandung gugus fungsi hidroksi laminating, chipping, cracking, picking
dan mottling. Sehingga dapat dikatakan sama. Menurut Sulaiman (2007), untuk
bahwa tablet terlihat baik secara fisik, mengevaluasi keseragaman tablet juga
tanpa adanya kerusakan. Begitu juga dapat digunakan (CV/Coefficient
pada pengamatan fisik dalam kondisi Variation). Berdasarkan nilai persen
penyimpanan obat yang terlihat bahwa koefisien variasi yang diperoleh, seperti
tablet vitamin C memilki kondisi yang yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan
stabil dari bentuk, warna dan wadah bahwa tablet vitamin C generik pada
kemasan. pabrik A dan pabrik B di empat
puskesmas pada bulan pertama dan
Uji Keseragaman Bobot Tablet bulan kedua telah memenuhi syarat uji
Vitamin C di Empat Puskesmas keseragaman bobot, sebab persentase
nilai koefisien variasi (CV) kurang dari
Hasil uji keseragaman bobot 5%. Namun, pada bulan kedua nilai
tablet vitamin C generik pada pabrik A persentase koefisen variasi terjadi
dan pabrik B di empat puskesmas pada penurunan. Meskipun demikian,
bulan pertama dan kedua, seperti yang penurunan ini semakin baik, karena
terlihat pada tabel 2, telah memenuhi semakin kecil % CV yang diperoleh
persyaratan keseragaman bobot yang maka bobot tablet akan semakin
puskesmas Alianyang
puskesmas Pal tiga
puskesmas Karya Mulia
Kampung 6,77±4,53
Bali
Alianyang 2,36±2,30
Karya 0,66±0,23
Mulia
tablet
besar pula. Semakin besarnya nilai 8 6.7772.616 4.001
6
persentase kerapuhan, maka semakin 2
vitaminKerapuhan
2.363
C (%)
4
besar massa tablet yang hilang, sehingga 1.75 1.1280.662
2 0
kadar zat aktif dalam tablet akan
0
berkurang. Selain itu, pada bulan kedua
tablet vitamin C terjadi penurunan Bulan I
persentase kerapuhan, seperti yang
Bulan II
terlihat pada puskesmas Kampung Bali,
Pal Tiga dan Karya Mulia, yang Nama Puskesmas
disebabkan oleh pengaruh lamanya Gambar 3. Grafik Hubungan Rata-
penyimpanan, yang mengakibatkan Rata Kerapuhan Tablet Vitamin C di
tablet keras sehingga menyebabkan Empat Puskesmas di Bulan I dan II
turunnya persentase kerapuhan. Hal ini
juga terlihat pada parameter kekerasan Uji Kekerasan Tablet Vitamin C di
tablet, yang pada bulan kedua tablet Empat Puskesmas
tersebut keras, karena semakin
meningkatnya kekerasan tablet maka Uji kekerasan diartikan sebagai
kerapuhan tablet pun akan semakin uji kekuatan tablet yang mencerminkan
menurun pula. Namun, berbeda dengan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang
puskesmas Alianyang yang terjadi diukur dengan memberi tekanan
peningkatan persentase kerapuhan di terhadap diameter tablet. Uji kekerasan
bulan kedua, yang kemungkinan pada tablet bertujuan untuk mengetahui
disebabkan selama proses pengujian seberapa besar ketahanan tablet terhadap
yang bertahap sehingga dengan guncangan atau kekuatan yang diberikan
pengaruh gesekan dari luar tablet dari luar saat tablet didistribusi dan
tersebut rapuh dan menghasilkan persen penyimpanan sehingga tablet dapat
kerapuhan yang lebih besar. Dimana sampai pada pasien dalam keadaan baik.
semakin kecil persentase kerapuhan Menurut Sulaiman (2007), tablet yang
tablet atau kurang dari 1% maka baik mempunyai kekerasan antara 4-10
semakin baik ketahanan tablet tersebut kg.
terhadap guncangan dan goresan pada
Berdasarkan hasil uji kekerasan,
waktu pengemasan dan pendistribusian
seperti yang terlihat pada tabel 4,
sehingga diharapkan tablet tidak
tablet
menunjukkan bahwa kekerasan tablet 4 3
0.826 2.567
vitaminKekerasan
vitamin C generik di puskesmas Karya 3 0.869
0.806
2 0.716 0.72 0.865
C (Kg)
Mulia pada bulan pertama dan kedua 1
kurang dari 4 kg. Namun pada bulan 0
kedua kekerasan tablet vitamin C sedikit Bulan I
lebih besar dari bulan pertama. Hal ini
kemungkinan terjadi karena pengaruh Bulan II
penyimpanan yang menyebabkan tablet
Nama Puskesmas
yang keras. Maka dapat dikatakan
2
0 Bulan I disolusi yang baik karena dalam waktu
kurang dari 45 menit vitamin C sudah
dapat terlarut lebih dari 75% dari jumlah
yang tertera dietiket. Namun, pada bulan
Nama Puskesmas pertama diatas, terlihat bahwa pada
Gambar 5. Grafik Hubungan Rata- puskesmas Kampung Bali, Pal Tiga dan
rata Waktu Hancur Vitamin C di Karya Mulia pada menit ke-10 tablet
Empat Puskesmas Pada Bulan I dan vitamin C sudah terdisolusi sebesar
II 75%. Berbeda halnya pada puskesmas
Alianyang yang pada menit ke-10 tablet
Hasil Uji Disolusi Tablet Vitamin C di terdisilusi hanya 52%. Namun, tablet
Empat Puskesmas terdisolusi sempurna sebesar 75 % pada
menit ke-25. Selain itu juga terjadi
Disolusi merupakan suatu peningkataan % disolusi pada
proses pelarutan senyawa aktif dari puskesmas Kampung Bali, Alianyang,
bentuk sediaan padat ke dalam media Pal Tiga dan Karya Mulia di menit ke-
pelarut. Uji disolusi menggambarkan 45, tetapi persen disolusi yang paling
jumlah zat aktif yang terlarut dalam besar pada menit ke-45 ditunjukkan
media disolusi, karena laju disolusi pada puskesmas Kampung Bali.
berhubungan dengan kemanjuran Sehingga dapat dikatakan semakin cepat
Persentase
tablet terdisolusi maka akan semakin 150,000 Ka
Disolusi vitamin…
sedikit zat aktif yang ikut terlarut, begitu mp
100,000
juga sebaliknya. ung
Disolusi
50,000 Bali
150,000 Alia
Persentase
pun 5 15 25 35 ng
tablet vitamin
0
0 Presisi diperoleh 1,230 % sehingga
Konsentrasi (µg/mL) dapat dikatakan bahwa ketelitian
pengukuran dalam metode ini telah baik.
Gambar 8.Kurva Kalibrasi Vitamin C Semakin kecil nilai yang diberikan
dalam presisi maka semakin baik empat puskesmas pada bulan pertama
ketelitian pengukuran yang dihasilkan. memiliki kadar yang rendah, yaitu
dibawah rentang kadar tablet vitamin C.
4. LOD dan LOQ Vitamin C Sedangkan pada bulan kedua kadar
tablet vitamin C menurun, sehingga
LOD (batas deteksi, limit of dapat dikatakan bahwa penurunan kadar
detection) merupakan jumlah terkecil tablet vitamin C disebabkan karena
dari analit dalam sampel yang dapat pengaruh lamanya penyimpanan dari
dideteksi dan masih memberikan respon tablet vitamin C. Menurut Hartoyo
signifikan dibandingkan dengan (1993) kadar asam askorbat (vitamin C)
blangko. LOQ (batas kuantitasi, Limit of menurun pada waktu penyimpanan yang
Quantitation) merupakan kuantitas lama. Menurut Rahayuningsih dkk,
terkecil analit dalam sampel yang masih semakin lama waktu penyimpanan dan
memenuhi kriteria cermat dan seksama semakin tinggi suhunya semakin turun
(Harmita, 2004). Batas deteksi dan kadar vitamin C nya. Hal ini juga terkait
kuantitasi dihitung dari persamaan dengan sifat dari Vitamin C yang mudah
regresi kurva kalibrasi baku vitamin C sekali terdegradasi, baik oleh
yang diperoleh (Harmita, 2004). Batas temperatur, cahaya maupun udara
deteksi dan kuantitasi yang diperoleh sekitar sehingga kadar vitamin C
berturut-turut adalah 1,370 µg/ml dan berkurang (Helmiyesi dkk, 2008).
4,568 µg/mL. Nilai LOD 1,370 µg/mL Sedangkan menurut Hartoyo (1993) juga
merupakan konsentrasi terendah yang menyatakan bahwa asam askorbat
masih bisa dideteksi oleh (vitamin C) sangat mudah mengalami
spektrofotometri namun tidak selalu degradasi dan mengalami penurunan
dapat dikuantitasi. Sedangkan nilai LOQ kadar yang disebabkan oleh sinar
4,568 µg/mL merupakan konsentrasi matahari, oksidasi oleh oksigen dari
terendah yang masih memenuhi kriteria udara dan kelembaban. Sehingga dapat
akurat dan seksama. Apabila kadar dikatakan efek yang diharapkan
sampel berada dibawah nilai LOD maka dikhawatirkan tidak akan tercapai
kadar sampel tersebut tidak dapat karena kadarnya dibawah 90% dan
terdeteksi. Sedangkan untuk kadar tablet vitamin C tersebut tidak layak
sampel yang berada dibawah nilai LOQ untuk dikonsumsi. Kadar yang
maka kadar sampel tersebut tidak dapat memenuhi syarat diharapkan dapat
terkuantitasi. Semakin kecil nilai LOD mencapai efek terapi yang diinginkan,
dan LOQ maka akan semakin sensitif tetapi apabila kadar yang diperoleh lebih
alat tersebut mendeteksi kadar dari suatu dari 110% dapat menyebabkan obat
analit. tersebut menjadi toksik.
persentase
50,000
Kamp…
Bulan I
Penetapan kadar bertujuan 0
Bulan II
untuk mengetahui apakah kadar zat aktif
Aliany… Pal Tiga