Anda di halaman 1dari 20

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP

KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS

KECAMATAN PONTIANAK KOTA

Oleh :

NOVA LESTARI

NIM : I 211 09 028

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP

KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS

KECAMATAN PONTIANAK KOTA

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh : NOVA

LESTARI

NIM : I 211 09 028


NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP


KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS
KECAMATAN PONTIANAK KOTA

DISUSUN OLEH :
NOVA LESTARI
NIM : I 211 09 028

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Tanggal: 13 September 2013

Disetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Iswahyudi, S.Si, Apt, SP.FRS. Siti Nani Nurbaeti, M.Si., S.Farm Apt.
NIP.196912151997031011 NIP.198411302008122004

Andh hrurroji, M.Sc., Apt. Bambang iiianto, S.Far, M.Sc, Apt


NIP.198408192008121003 NIP.198412312009121005

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura

dr. Sugito Wonodirekso, M.S


NIP.194810121975011001
PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP
KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS
KECAMATAN PONTIANAK KOTA

ABSTRAK
Vitamin C merupakan senyawa yang bersifat tidak stabil, mudah
teroksidasi jika terkena udara (oksigen) dan proses ini dapat dipercepat oleh
panas. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh kondisi penyimpanan
obat terhadap kualitas fisik dan kimia tablet vitamin C di puskesmas kecamatan
Pontianak kota yang meliputi puskesmas Kampung Bali, Alianyang, Pal Tiga dan
Karya Mulia dengan kondisi penyimpanan obat yang berbeda tiap puskesmas.
Metode yang digunakan bersifat non-eksperimental, dan metode pengambilan
sampel menggunakan probability secara simple random sampling. Pengambilan
sampel dilakukan selama dua bulan. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran
suhu dan kelembaban serta pengujian evaluasi tablet yang meliputi uji penampilan
fisik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan, kekerasan, waktu
hancur, disolusi dan kadar, kemudian hasil penelitian dianalisis statistik
menggunakan One Way ANOVA dan Kruskal Wallis. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa tablet vitamin C pada bulan pertama dan kedua di puskesmas
Kampung Bali, Alianyang, dan Pal Tiga memenuhi syarat pada parameter
keseragaman bobot, waktu hancur dan disolusi, sedangkan pada puskesmas Karya
mulia tablet vitamin C memenuhi semua syarat tablet yang baik, kecuali pada
parameter kadar dan keseragaman ukuran. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kondisi dan lamanya penyimpanan obat
mempengaruhi kualitas tablet vitamin C. Hasil analisis statistik evaluasi tablet
vitamin C antara masing-masing puskesmas di bulan pertama dan kedua
menunjukkan bahwa pada puskesmas Karya Mulia menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan dengan puskesmas Kampung Bali, Alianyang dan Pal
Tiga.

Kata Kunci : Tablet Vitamin C, Puskesmas, Kondisi Penyimpanan

181
8
THE EFFECT OF DRUG STORAGE CONDITIONS TOWARD
QUALITY OF ASCORBIC ACID TABLETS IN HEALTH
CENTER PONTIANAK CITY

ABSTRACT

Ascorbic acid is a compound that unstable, easily oxidized when exposed


to aerial (oxygen) and this process can be accelerated by heat. The purpose of this
research is to see the influence of storage conditions on the quality of drugs
physical and chemical tablets of ascorbic acid at the district health centers which
includes Kampung Bali, Alianyang, Pal tiga and Karya Mulia with different
storage conditions in each health centers. The method used is non-experimental,
and use probability sampling method with simple random sampling. Sampling
was conducted during two months. In this research, do measurement temperature,
humidity and evaluation test tablets that include test physical appearance,
uniformity of weight, uniformity of size, friability, hardness, disintegration time,
dissolution and value, then the results were analyzed statistically using One Way
ANOVA and Kruskal Wallis. The results showed that ascorbic acid tablets in the
first and second health center in Kampung Bali, Alianyang, and Pal tiga
parameters qualify the uniformity of weight, disintegration time and dissolution,
while the Karya Mulia of community health center tablets meets all requirements
of ascorbic acid tablets are good, except the value parameters and uniformity of
size. Based on the results of this research concluded that the influence of the
conditions and duration of storage of drugs affecting the quality of ascorbic acid
tablets. Statistical analysis evaluating ascorbic acid tablets between each health
centers in the first month and the second shows that the health center Karya Mulia
showed a significant difference with health center Kampung Bali, Alianyang and
Pal tiga.

Keyword: Ascorbic acid Tablets, Health Centers, Storage Conditions

19
PENDAHULUAN belum optimal seperti pendingin
ruangan, ventilasi dan sumber cahaya
Mutu obat adalah semua unsur- yang tidak sesuai seperti yang
unsur yang berpengaruh secara langsung seharusnya. Perubahan suhu merupakan
maupun tidak langsung terhadap salah satu faktor luar yang
keamanan, keefektifan dan derajat menyebabkan ketidakstabilan sediaan
diterimanya suatu produk obat. Mutu farmasi. Penyimpanan obat pada kondisi
suatu obat atau kualitas produk obat suhu udara yang sangat panas,
sangat penting karena akan menentukan kelembaban ruangan yang tinggi dan
efek terapetik. Mutu suatu sediaan obat terpapar cahaya dapat merusak mutu
dapat ditinjau dari berbagai aspek antara obat, sehingga penyimpanan obat
lain aspek teknologi yang meliputi memiliki peranan yang sangat penting
stabilitas fisik dan kimia dimana sediaan terutama untuk obat yang mudah
obat seperti tablet, dan sediaan lainnya, teroksidasi, tidak stabil terhadap panas,
harus memenuhi kriteria yang suhu yang tinggi dan penyimpanan yang
dipersyaratkan Farmakope. Selain itu cukup lama. Salah satu contohnya
mutu obat juga ditinjau dari adalah vitamin C.
bioavailabilitas (ketersediaan hayati) Vitamin C merupakan vitamin
obat. Obat yang memiliki mutu fisik dan yang paling mudah rusak. Disamping
profil disolusi yang baik akan sangat larut dalam air, vitamin C mudah
memberikan bioavailabilitas yang baik teroksidasi dan dipercepat oleh panas,
karena ketersediaan farmasetik dari obat sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh
tersebut tinggi (Ansel, 1989). katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan
Mutu semua obat yang beredar terhambat apabila vitamin C dibiarkan
sudah terjamin baik dan diharapkan obat dalam keadaan asam, atau pada suhu
akan sampai ke pasien dalam keadaan rendah. Vitamin C mudah rusak karena
baik. Penyimpanan obat yang kurang oksidasi terutama pada suhu tinggi dan
baik merupakan salah satu masalah yang vitamin C mudah hilang selama
dapat menganggu dalam upaya pengolahan dan penyimpanan. Adapun
peningkatan mutu obat di puskesmas. tujuan dari penelitian ini adalah melihat
Puskesmas adalah organisasi kesehatan pengaruh kondisi penyimpanan obat
fungsional yang merupakan pusat terhadap kualitas fisik dan kimia tablet
pengembangan kesehatan masyarakat vitamin C di puskesmas kecamatan
yang juga membina peran serta Pontianak kota.
masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada
METODOLOGI
masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Alat dan Bahan
puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggung jawab atas pemeliharaan Alat yang digunakan dalam
kesehatan masyarakat dalam wilayah penelitian ini meliputi disintegration
kerjanya, sehingga obat yang diberikan tester (Electrolab tipe ED-2L USP),
oleh tenaga kesehatan puskesmas harus dissolution tester USP (Electrolab tipe
terjaga mutunya secara baik. TDF-08L) (tipe dayung), hardness tester
Tatalaksana penyimpanan obat yang (Electrolab tipe EH01P), friability tester
kurang baik dapat menyebabkan (Electrolab tipe EF-2), jangka sorong
penurunan mutu obat. Secara umum, dan spektrofotometer Ultraviolet
jika dilihat dari tatalaksana (Shimadzu tipe UV-2450PC), serta
penyimpanan obat yang baik, hygrometer sedangkan bahan yang
penyimpanan obat di beberapa digunakan dalam penelitian ini meliputi
puskesmas kecamatan Pontianak kota
Aqua Bidestilata Steril, Baku Standar Selanjutnya ditimbang satu persatu
vitamin C Aland (Jiangsu) Nutraceutical untuk melihat penyimpangan bobot.
CO. LTD Batch No. HSA12060002, Kemudian dihitung harga rata-rata (x)
sampel vitamin C 50 mg/tablet. dan dibandingkan pada tabel
penyimpangan bobot tablet berdasarkan
METODE yang tertera pada Farmakope Indonesia.
Pengujian dilakukan replikasi 3 kali
Pemeriksaan Kondisi Ruangan terhadap 20 tablet pada masing-masing
puskesmas (Departemen Kesehatan
Pemeriksaan kondisi ruangan Republik Indonesia, 1979).
dilakukan selama 2 bulan. Pada bulan
pertama dan kedua di lakukan sebanyak Uji Keseragaman Ukuran Tablet
tiga kali pemeriksaan pada jam 10.00
WIB, 12.00 WIB, dan 14.00 WIB. Sepuluh tablet vitamin C diukur
Pemeriksaan kondisi ruangan yang diameter dan tebal satu per satu
dilakukan berupa pengukuran suhu, menggunakan jangka sorong, kemudian
kelembaban, cahaya, ventilasi ruangan dihitung rata-ratanya. Pengujian
dan wadah tablet vitamin C. dilakukan replikasi 3 kali terhadap 10
tablet pada masing-masing puskesmas.
Pengambilan Sampel Kecuali dinyatakan lain garis tengah
tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak
Sampel diambil dari 4 kurang dari 11 kali tebal tablet
3
puskesmas kecamatan Pontianak kota (Departemen Kesehatan Republik
yaitu puskesmas Alianyang, puskesmas Indonesia, 1979).
Pal tiga, puskesmas Karya Mulia dan
puskesmas Kampung Bali, masing- Uji Kerapuhan
masing sampel diambil sebanyak 200/
tablet vitamin C 50 mg. Pengambilan Dua puluh tablet vitamin C pada
sampel dilakukan sebanyak 2 kali dalam masing-masing puskesmas yang sudah
2 bulan. dibebas debukan, ditimbang dan dicatat
beratnya (a gram). Kemudian Tablet
Pemeriksaan Fisik dimasukkan kedalam alat friability
tester, diputar selama 4 menit dengan
Uji penampilan tablet dilakukan kecepatan 25 rpm. Tablet dibebas
secara visual, sampel diambil dari 4 debukan kembali dari debu yang
puskesmas kecamatan Pontianak kota menempel, ditimbang beratnya (b gram)
yaitu puskesmas Alianyang, puskesmas dan dihitung persen kehilangan
Pal tiga, puskesmas Karya Mulia dan bobotnya. Pengujian dilakukan replikasi
puskesmas Kampung Bali, masing- 3 kali terhadap 20 tablet pada masing-
masing sampel dilihat dalam kondisi masing puskesmas (Voigt,1994).
yang stabil dari bentuk, warna, dan
Uji Kekerasan Tablet
wadah kemasan serta dilihat penampilan
fisik tablet secara visual yang meliputi Satu tablet vitamin C diletakkan
capping, laminating, chipping, cracking, dengan posisi tegak lurus pada alat
picking dan mottling. hardness tester, selanjutnya diputar
penekan alat pelan-pelan sampai tablet
Uji Keseragaman Bobot
pecah. Dibaca skala alat yang
Dua puluh tablet vitamin C tiap menunjukkan kekerasan tablet dalam
masing-masing puskesmas ditimbang satuan kilogram. Pengujian dilakukan
dan dihitung bobot rata-ratanya. terhadap 5 tablet untuk masing-masing
puskesmas dan pengujian dilakukan Dua puluh tablet vitamin C
replikasi 3 kali terhadap 5 tablet pada ditimbang untuk mengetahui bobot
masing-masing puskesmas (Voigt, totalnya, selanjutnya tablet digerus
1994). menggunakan mortar dan diambil
serbuk yang setara dengan 50 mg
Uji Waktu Hancur vitamin kemudian dilarutkan dalam labu
Enam tablet vitamin C 100 mL dengan aquabidest steril
dimasukkan kedalam keranjang uji selanjutnya disaring dan dilakukan
desintegrasi yang berisi air suhu 36°-38° pengenceran dalam labu 10 mL dengan
kira-kira 1000 mL. Kemudian alat cara diambil 0,20 mL kemudian
dinaikturunkan secara teratur 30 kali ditambahkan aquabidest hingga tanda
tiap menit. Tablet dinyatakan hancur batas selanjutnya diukur serapan larutan
jika tidak ada bagian tablet yang menggunakan spektrofotometer pada
tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen panjang gelombang maksimum dengan
dari zat penyalut (Anief, 2008). Dicatat serapan maksimum yang diperoleh
waktu hancur tablet dengan stopwatch. (Departemen Kesehatan Republik
Pengujian dilakukan replikasi 3 kali Indonesia, 1979).
terhadap 6 tablet pada masing-masing Uji Disolusi Tablet Vitamin C
puskesmas.
Sebuah tablet dimasukkan
Pembuatan Kurva Kalibrasi dan kedalam alat disolusi tipe 2 ( metode
Penentuan Panjang Gelombang dayung), dengan larutan medium
disolusi air sebanyak 900 mL pada suhu
Larutan induk vitamin C 0 0
37 ± 0,5 C dengan kecepatan
disiapkan dengan menimbang vitamin C pengadukan 50 rpm, selama 45 menit.
sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan
Pengambilan sampel dilakukan pada
aquabidest steril dalam labu ukur 25
menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan
mL, kemudian dibuat seri kadar 2
45 tiap menitnya diambil sebanyak 5 ml
µg/mL, 4µg/mL, 5 µg/mL, 9 µg/mL, 11
sampel. Setiap pengambilan sampel
µg/mL, dan
diganti dengan media disolusi dengan
dilakukan
volume dan suhu yang sama. Kadar
gelombang
tablet vitamin C yang terdisolusi
mengukur absorbansi pada (konsentrasi
ditentukan oleh spektrofotometri pada
4µg/mL) menggunakan spektrofotometri
panjang gelombang maksimum dan
pada rentang panjang gelombang 200-
kurva baku. Pengujian dilakukan
400 nm.
replikasi 3 kali terhadap tablet vitamin
Verifikasi Metode C tiap masing-masing puskesmas.

Pada penelitian ini dilakukan Analisis Data


validasi metode yag meliputi uji
Analisa data statistik
linieritas dengan parameter (r) koefisien
menggunakan program SPSS versi 17.0
korelasi, uji akurasi dengan parameter
dengan One Way Anova dan Kruskal
persen perolehan kembali (% recovery),
Wallis.
uji presisi dengan parameter RSD
(Relatif Standar Deviasi) dan LOD dan HASIL DAN PEMBAHASAN
LOQ dengan parameter batas deteksi
dan kuantitasi. Hasil observasi selama dua
bulan mengenai kondisi penyimpanan
Penetapan Kadar Tablet Vitamin C tablet vitamin C generik di empat
dalam Tablet puskemas (tabel 1) pada gudang
Tabel 1. Kondisi Penyimpanan Tablet Vitamin C di Empat Puskesmas

Nama Ventilasi
puskesmas

(°C)

A Ada

B Ada

C Ada

D Ada

Keterangan:
A: Puskesmas Kampung Bali T: Suhu
B: Puskesmas Alianyang RH: Kelembaban Udara (Relative Humidity)
C: Puskesmas Pal Tiga
D: Puskesmas Karya Mulia

penyimpanan obat terlihat adanya menjaga mutu obat agar lebih stabil
ventilasi yang terbuka yang selama proses penyimpanan.
mengakibatkan udara lebih mudah
masuk dan menyebabkan timbulnya Salah satu penyebab kerusakan
proses oksidasi. Hal ini sama halnya vitamin C adalah cahaya karena dapat
dengan pendingin ruangan yang hanya menguraikan vitamin C. Pada tabel 1.
menggunakan kipas angin karena panas terlihat bahwa cahaya dan tempat
akan timbul dan proses oksidasi akan penyimpanan obat diempat puskesmas
dipercepat. Namun, berbeda dengan menggunakan lampu neon dan cahaya
yang menggunakan ventilasi tertutup matahari. Penggunaan lampu neon akan
kaca dan pendingin ruangan, yang dapat mempengaruhi kecepatan degradasi dan
kecepatan oksidasi vitamin C. Selain
Asam Asam Asam
Asam Askorbat dehidroaskorbat diketogulonat Oksalat

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Oksidasi Vitamin C

perbedaan sumber cahaya, pemaparan (OH) yang sangat reaktif dan dengan
sinar matahari langsung dan tidak adanya oksidator gugus hidroksi akan
langsung juga mempengaruhi stabilitas teroksidasi menjadi gugus karbonil.
dari vitamin C. Hal ini dikarenakan Berdasarkan mekanisme reaksi oksidasi
vitamin C bersifat tidak stabil, mudah vitamin C (gambar 1) diatas terlihat
teroksidasi jika terkena udara (oksigen) bahwa vitamin C sangat mudah
dan proses ini dapat dipercepat oleh teroksidasi secara reversibel menjadi L-
panas. Selain itu pengaruh terhadap asam dehidroaskorbat. L-asam
wadah kemasan juga mempengaruhi. dehidroaskorbat secara kimia sangat
Kerusakan vitamin C selama labil dan dapat mengalami perubahan
penyimpanan juga dipengaruhi oleh lebih lanjut menjadi diketogulonat yang
jenis kemasan. Adanya jenis kemasan tidak memiliki keaktifan vitamin C.
yang rusak dapat mempengaruhi mutu Aspek lainnya yang mempengaruhi
dari obat yang ada didalamnya. Aspek ketidakstabilan vitamin C adalah
penting lainnya yang menyebabkan kelembaban. Dimana semakin tinggi %
ketidakstabilan vitamin C adalah suhu kelembaban, semakin cepat tablet
dan kelembaban. tersebut rapuh. Adapun hasil dari %
kelembaban tablet vitamin C generik di
Penyimpanan tablet vitamin C empat puskesmas berkisar antara 49-
yang dianjurkan pada tempat yang sejuk 93%. Menurut Mauer, Lisa, dkk (2010)
(15-25°C). Menurut Depkes RI (1995) kelembaban untuk vitamin C adalah
penyimpanan vitamin C dalam wadah 98%. Maka dapat dikatakan bahwa
tertutup rapat serta terlindung dari kelembaban di empat puskesmas
cahaya. Adapun dari hasil pengukuran tersebut tidak memenuhi syarat yang
suhu digudang penyimpanan obat telah ditetapkan yaitu memiliki
berkisar antara 20-34°C. Sehingga, kelembaban yang rendah. Hal ini
dapat dikatakan bahwa suhu di empat kemungkinan disebabkan karena faktor
puskesmas tidak memenuhi persyaratan lingkungan dan faktor dari gudang
yang telah ditetapkan. Semakin tinggi penyimpanan obat tersebut.
suhu penyimpanan maka akan semakin
tinggi pula kecepatan reaksi oksidasi Uji Penampilan Fisik
vitamin C. Oksidasi vitamin C akan
terhambat bila dibiarkan dalam keadaan Adapun dalam penentuan hasil
asam, atau pada suhu rendah. Namun, kondisi penyimpanan tablet vitamin C
vitamin akan cukup stabil dalam diempat puskesmas terlihat bahwa tablet
keadaan kering. Vitamin C mudah vitamin C tidak terdapat permasalahan
teroksidasi karena senyawanya dalam tablet yang meliputi capping,
mengandung gugus fungsi hidroksi laminating, chipping, cracking, picking
dan mottling. Sehingga dapat dikatakan sama. Menurut Sulaiman (2007), untuk
bahwa tablet terlihat baik secara fisik, mengevaluasi keseragaman tablet juga
tanpa adanya kerusakan. Begitu juga dapat digunakan (CV/Coefficient
pada pengamatan fisik dalam kondisi Variation). Berdasarkan nilai persen
penyimpanan obat yang terlihat bahwa koefisien variasi yang diperoleh, seperti
tablet vitamin C memilki kondisi yang yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan
stabil dari bentuk, warna dan wadah bahwa tablet vitamin C generik pada
kemasan. pabrik A dan pabrik B di empat
puskesmas pada bulan pertama dan
Uji Keseragaman Bobot Tablet bulan kedua telah memenuhi syarat uji
Vitamin C di Empat Puskesmas keseragaman bobot, sebab persentase
nilai koefisien variasi (CV) kurang dari
Hasil uji keseragaman bobot 5%. Namun, pada bulan kedua nilai
tablet vitamin C generik pada pabrik A persentase koefisen variasi terjadi
dan pabrik B di empat puskesmas pada penurunan. Meskipun demikian,
bulan pertama dan kedua, seperti yang penurunan ini semakin baik, karena
terlihat pada tabel 2, telah memenuhi semakin kecil % CV yang diperoleh
persyaratan keseragaman bobot yang maka bobot tablet akan semakin

Koefisien Variasi (%)


tertera pada Farmakope Indonesia edisi seragam.
IV, yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang bobotnya menyimpang dari 10 % 5,000 4,490
dan tidak satupun bobotnya 4,000 2,870 1,540 4,380
menyimpang dari bobot rata-ratanya 3,000

lebih besar dari 20 %. Sehingga, dapat 2,000 1,830 1,120


1,000 0 0
dikatakan dengan pengaruh 0
penyimpanan tidak mempengaruhi Bulan I
bobot dari tablet vitamin C. Maka dapat Bulan II
diasumsikan bahwa setiap tablet
vitamin C generik pada pabrik A dan Nama Puskesmas
pabrik B di empat puskesmas memiliki
bobot yang seragam. Tablet yang Gambar 2. Grafik Hubungan Persen
bobotnya seragam diharapkan memiliki
Koefisien Variasi Tablet Vitamin C di
kandungan bahan obat yang sama,
sehingga mempunyai efek terapi yang Empat Puskesmas di Bulan I dan II

Tabel 2.Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Vitamin C Di Empat Puskesmas


Berdasarkan Persen Penyimpangan Bobot dan Koefisien Variasi ( ± SD, n= 3)

Nama Bulan I Bulan II


Puskesmas
Bobot rata-rata

Kampung Bali 0,132±0,00379


Alianyang 0,133±0,00205
Pal tiga 0,131±0,00147
Karya Mulia 0,100±0,00449
Tabel 3. Hasil Uji Keseragaman Ukuran Tablet Vitamin C di Empat Puskesmas
( ± SD, n= 3)

Nama Puskesmas Bulan I Bulan II

puskesmas Alianyang
puskesmas Pal tiga
puskesmas Karya Mulia

Uji Keseragaman Ukuran yang sama. Walaupun diameter dan


tebal tablet tidak memenuhi persyaratan
Uji keseragaman ukuran penting bukan berarti tablet tersebut tidak dapat
dilakukan karena memudahkan tablet digunakan.
untuk dapat dikemas karena memiliki
ukuran yang seragam, meningkatkan Uji Kerapuhan Tablet Vitamin C di
keyakinan pasien terhadap kaeaslian Empat Puskesmas
obat sehingga obat dapat diterima
(acceptable) oleh pasien, serta dapat Kerapuhan merupakan
dikatakan bahwa tablet memiliki parameter yang menggambarkan
keseragaman kadar yang seragam. kekuatan permukaan tablet dalam
Menurut Farmakope Indonesia edisi III melawan berbagai perlakuan yang
(1979), persyaratan keseragaman ukuran menyebabkan pengikisan pada
tablet yaitu diameter tablet tidak boleh permukaan tablet. Uji kerapuhan
bertujuan untuk mengetahui ketahanan
kurang dari 11 kali tebal tablet dan
3 tablet terhadap adanya pengikisan
tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet. maupun guncangan pada waktu
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengemasan dan pengiriman.
tabel 3 menunjukkan bahwa tablet Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang
vitamin C generik pada pabrik A dan tertera pada tabel 4, menunjukkan
pabrik B di empat puskesmas di bulan bahwa tablet vitamin C generik pada
pertama tidak memenuhi keseragaman pabrik A dan pabrik B di empat
ukuran tablet yang baik, karena diameter puskesmas pada bulan pertama yang
tablet yang diperoleh lebih dari 3 kali memenuhi syarat persen kerapuhan
tebal tablet. Hal ini dapat disebabkan adalah puskesmas Karya Mulia, yang
oleh peralatan yang digunakan selama nilai persen kerapuhannya yaitu kurang
proses produksi, karena ketebalan tablet dari 1%. Sedangkan pada puskesmas
tergantung pada pengisian die. Begitu lainnya memiliki nilai kerapuhannya
juga pada bulan kedua, dimana yang besar yaitu lebih dari 1 %, yang
keseragaman ukuran tablet yang baik artinya uji kerapuhan tersebut tidak
tidak memenuhi syarat. Sehingga, dapat memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
dikatakan bahwa pengaruh kondisi Hal ini kemungkinan disebabkan karena
penyimpanan tidak mempengaruhi pengaruh kondisi penyimpanan pada
ukuran tablet vitamin C, hal ini terlihat puskesmas Kampung Bali dan
pada hasil pengujian dibulan pertama Alianyang yang sama-sama
dan kedua yang memiliki ukuran tablet menggunakan pendingin ruangan,
Tabel 4. Uji Kerapuhan, Kekerasan, Waktu Hancur, dan Disolusi Vitamin C di
Empat Puskesmas ( ± SD, n= 3)
Nama Bulan I Bulan II
Puskesmas
% Kekerasan Waktu diolusi rata- kadar rata- % Kerapuhan Kekerasan Waktu disolusi rata- Kadar rata-
Kerapuhan rata-rata Hancur rata rata rata-rata rata-rata Hancur rata rata
rata-rata rata-rata rata-rata

Kampung 6,77±4,53
Bali
Alianyang 2,36±2,30

Pal tiga 4,00±0,48

Karya 0,66±0,23
Mulia

sehingga dengan adanya lembab tablet berkurang bobotnya hingga


vitamin C lebih mudah rapuh dan penggunaanya pada pasien.
menghasilkan persen kerapuhan yang

tablet
besar pula. Semakin besarnya nilai 8 6.7772.616 4.001
6
persentase kerapuhan, maka semakin 2

vitaminKerapuhan
2.363

C (%)
4
besar massa tablet yang hilang, sehingga 1.75 1.1280.662
2 0
kadar zat aktif dalam tablet akan
0
berkurang. Selain itu, pada bulan kedua
tablet vitamin C terjadi penurunan Bulan I
persentase kerapuhan, seperti yang
Bulan II
terlihat pada puskesmas Kampung Bali,
Pal Tiga dan Karya Mulia, yang Nama Puskesmas
disebabkan oleh pengaruh lamanya Gambar 3. Grafik Hubungan Rata-
penyimpanan, yang mengakibatkan Rata Kerapuhan Tablet Vitamin C di
tablet keras sehingga menyebabkan Empat Puskesmas di Bulan I dan II
turunnya persentase kerapuhan. Hal ini
juga terlihat pada parameter kekerasan Uji Kekerasan Tablet Vitamin C di
tablet, yang pada bulan kedua tablet Empat Puskesmas
tersebut keras, karena semakin
meningkatnya kekerasan tablet maka Uji kekerasan diartikan sebagai
kerapuhan tablet pun akan semakin uji kekuatan tablet yang mencerminkan
menurun pula. Namun, berbeda dengan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang
puskesmas Alianyang yang terjadi diukur dengan memberi tekanan
peningkatan persentase kerapuhan di terhadap diameter tablet. Uji kekerasan
bulan kedua, yang kemungkinan pada tablet bertujuan untuk mengetahui
disebabkan selama proses pengujian seberapa besar ketahanan tablet terhadap
yang bertahap sehingga dengan guncangan atau kekuatan yang diberikan
pengaruh gesekan dari luar tablet dari luar saat tablet didistribusi dan
tersebut rapuh dan menghasilkan persen penyimpanan sehingga tablet dapat
kerapuhan yang lebih besar. Dimana sampai pada pasien dalam keadaan baik.
semakin kecil persentase kerapuhan Menurut Sulaiman (2007), tablet yang
tablet atau kurang dari 1% maka baik mempunyai kekerasan antara 4-10
semakin baik ketahanan tablet tersebut kg.
terhadap guncangan dan goresan pada
Berdasarkan hasil uji kekerasan,
waktu pengemasan dan pendistribusian
seperti yang terlihat pada tabel 4,
sehingga diharapkan tablet tidak
tablet
menunjukkan bahwa kekerasan tablet 4 3
0.826 2.567

vitaminKekerasan
vitamin C generik di puskesmas Karya 3 0.869
0.806
2 0.716 0.72 0.865

C (Kg)
Mulia pada bulan pertama dan kedua 1
kurang dari 4 kg. Namun pada bulan 0
kedua kekerasan tablet vitamin C sedikit Bulan I
lebih besar dari bulan pertama. Hal ini
kemungkinan terjadi karena pengaruh Bulan II
penyimpanan yang menyebabkan tablet
Nama Puskesmas
yang keras. Maka dapat dikatakan

bahwa nilai kekerasan yang diperoleh Gambar 4. Grafik Hubungan Rata-


tersebut dianggap memenuhi syarat. Rata Kekerasan Tablet Vitamin C di
Menurut sulaiman (2007) kekerasan Empat Puskesmas di Bulan I dan II
tablet yang kurang dari 4 kg masih dapat
diterima asalkan kerapuhannya tidak Uji Waktu Hancur Tablet Vitamin C
melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi, di Empat Puskesmas
untuk puskesmas Kampung Bali, Uji waktu hancur
Alianyang dan Pal Tiga kekerasan yang menggambarkan suatu tablet utuh
dimiliki pada bulan pertama dan kedua (liberasi) yang mengalami deagregasi
kurang dari 1 kg, dan kekerasan yang menjadi partikel-partikel kecil hingga
dimiliki tiap puskesmas berbeda-beda. tidak mempunyai inti yang jelas.
Perbedaan kekerasan ini dapat Semakin cepat tablet hancur maka akan
disebabkan karena perbedaan tekanan semakin cepat pula tablet terdisolusi
kompresi yang diberikan pada saat melepaskan zat aktif. Semakin cepat
pencetakan tablet. Tekanan yang waktu hancur maka semakin cepat pula
diberikan pada saat pembuatan tablet obat menimbulkan efek. Menurut
memiliki peranan penting, semakin Farmakope Indonesia Edisi III (1979)
besar tekanan yang diberikan maka menyatakan bahwa waktu hancur untuk
kekerasan tablet yang dihasilkan akan tablet tidak bersalut adalah tidak lebih
meningkat dan sebaliknya bila tekanan dari 15 menit dan untuk tablet bersalut
yang diberikan kecil maka tablet tidak adalah tidak lebih dari 60 menit. Tablet
terlalu keras dan dapat menyebabkan vitamin C diempat puskesmas yang
tablet cendrung rapuh. Sehingga dapat berasal dari pabrik A dan B ini
dikatakan tablet tersebut tidak merupakan tablet yang tidak bersalut.
memenuhi syarat tablet yang baik.
Namun, bukan berarti ketahanan tablet Berdasarkan hasil yang
terhadap adanya guncangan dari diperoleh pada tabel 4 menunjukkan
lingkungan lebih mudah patah, hal ini bahwa bahwa tablet vitamin C generik
dapat dilihat lagi dari hasil uji kerapuhan pada pabrik A dan pabrik B di empat
tablet vitamin C generik di empat puskesmas dari bulan pertama dan
puskesmas. Jika uji kerapuhan tersebut kedua memiliki waktu hancur yang baik
memenuhi syarat, maka kekerasan tablet karena tablet dapat hancur pada media
vitamin C generik di empat puskesmas yang sesuai dalam waktu kurang dari 15
masih dapat ditoleransi. menit, meskipun waktu hancur tablet
vitamin C dibulan kedua terjadi (efikasi) tablet. Adapun media disolusi
penurunan, seperti yang terlihat pada yang digunakan dalam penelitian ini
puskesmas Kampung Bali dan adalah aquabidest. Hal tersebut
Alianyang. Hal ini dikarenakan dikarenakan aquabidest (air) merupakan
pengaruh penyimpanan pada puskesmas komponen paling besar yang berada di
Kampung Bali dan Alianyang yang dalam tubuh manusia, selain itu
menggunakan pendingin ruangan, dikarenakan kelarutan vitamin C yang
sehingga kemungkinan tablet tersebut sangat mudah larut air. Volume disolusi
lembab dan lebih mudah hancur. yang diperlukan untuk melarutkan
Namun, berbeda dengan puskesmas Pal sebuah tablet adalah 900 mL.
tiga dan Karya Mulia dibulan kedua Temperatur yang digunakan yaitu 37 ±
yang waktu hancurnya terjadi 0,5 °C, yaitu dengan tujuan agar sesuai
peningkatan, yang kemungkinan dengan suhu dalam tubuh. Hal ini
disebabkan karena pengaruh sebagai pembanding jika obat tersebut
penyimpanan pada puskesmas Pal Tiga berada dalam tubuh manusia. Alat
dan Karya Mulia yang hanya disolusi yang digunakan adalah alat
menggunakan kipas angin sehingga disolusi tipe II (metode dayung) dengan
tablet akan sedikit lebih keras dan akan kecepatan pengadukan 50 rpm. Dalam
lebih lama hancur. Faktor lainnya adalah pembacaan hasil uji disolusi dilakukan
dari proses formulasi tablet vitamin C dengan menggunakan spektrofotometri.
yang ditambahkan, ketika konsentrasi
bahan pengancurnya tinggi maka tablet Menurut Farmakope Eropa,
akan lebih mudah untuk hancur, begitu Vitamin C harus larut tidak kurang dari
juga sebaliknya. Meskipun demikian, 75% vitamin C yang tertera dietiket
keseluruhan tablet vitamin C generik di dalam waktu 45 menit. Berdasarkan
empat puskesmas telah memenuhi hasil yang diperoleh, seperti yang
persyaratan yang ada. terlihat pada tabel 4 menunjukkan
Waktu Hancur

6 4.31 4.11 4.394 .5 5 3.68


2 .7 9 puskesmas pada bulan pertama dan
4 4.18 3.68
kedua telah memenuhi persyaratan
tablet vitamin…

2
0 Bulan I disolusi yang baik karena dalam waktu
kurang dari 45 menit vitamin C sudah
dapat terlarut lebih dari 75% dari jumlah
yang tertera dietiket. Namun, pada bulan
Nama Puskesmas pertama diatas, terlihat bahwa pada
Gambar 5. Grafik Hubungan Rata- puskesmas Kampung Bali, Pal Tiga dan
rata Waktu Hancur Vitamin C di Karya Mulia pada menit ke-10 tablet
Empat Puskesmas Pada Bulan I dan vitamin C sudah terdisolusi sebesar
II 75%. Berbeda halnya pada puskesmas
Alianyang yang pada menit ke-10 tablet
Hasil Uji Disolusi Tablet Vitamin C di terdisilusi hanya 52%. Namun, tablet
Empat Puskesmas terdisolusi sempurna sebesar 75 % pada
menit ke-25. Selain itu juga terjadi
Disolusi merupakan suatu peningkataan % disolusi pada
proses pelarutan senyawa aktif dari puskesmas Kampung Bali, Alianyang,
bentuk sediaan padat ke dalam media Pal Tiga dan Karya Mulia di menit ke-
pelarut. Uji disolusi menggambarkan 45, tetapi persen disolusi yang paling
jumlah zat aktif yang terlarut dalam besar pada menit ke-45 ditunjukkan
media disolusi, karena laju disolusi pada puskesmas Kampung Bali.
berhubungan dengan kemanjuran Sehingga dapat dikatakan semakin cepat
Persentase
tablet terdisolusi maka akan semakin 150,000 Ka

Disolusi vitamin…
sedikit zat aktif yang ikut terlarut, begitu mp
100,000
juga sebaliknya. ung

Disolusi
50,000 Bali
150,000 Alia
Persentase

100,000 Kam 0 nya


C…

pun 5 15 25 35 ng
tablet vitamin

50,000 g waktu (menit)


Bali(
Gambar 7.Grafik Hubungan Persen
0 Uji Disolusi Tablet Vitamin C di
1)
5 10 15 20 25 30 35 45 Bulan II
Waktu (menit)
Gambar 6. Grafik Hubungan Persen Verifikasi Metode
Uji Disolusi Tablet Vitamin C di
Bulan I Validasi metode analisis adalah
suatu tindakan penilaian terhadap
Pada uji disolusi bulan kedua parameter tertentu, berdasarkan
dapat terlihat bahwa terdapat korelasi percobaan laboratorium, untuk
antara interval waktu dengan persen membuktikan bahwa parameter tersebut
disolusi. Karena semakin lama tablet memenuhi persyaratan untuk
terdisolusi maka akan semakin banyak penggunaannya (Harmita, 2004). Dari 7
zat aktif yang ikut terlarut. Dari keempat parameter validasi berdasarkan harmita
tablet vitamin C, pada bulan kedua (2004) hanya dilakukan 4 parameter
persen disolusi yang paling besar pada validasi yaitu meliputi uji linieritas
menit ke-45 ditunjukkan pada dengan parameter kurva kalibrasi yang
puskesmas Alianyang. Namun, pada linier, akurasi dengan parameter persen
puskesmas Alianyang di menit ke-10 perolehan kembali (% recovery), uji
tablet vitamin C belum terdisolusi presisi dengan parameter RSD (Relatif
sempurna yaitu sebanyak 68%. Tablet Standar Deviasi), batas deteksi dan batas
tersebut baru terdisolusi sempurna kuantitasi (LOD dan LOQ). Hal ini
sebesar 75% pada menit ke-15. Tetapi, dikarenakan metode yang digunakan
pada puskesmas Kampung Bali, Pal dalam penelitian ini adalah metode
Tiga dan Karya Mulia lebih cepat adopsi atau verifikasi dari penelitian
terdisolusi. Hal ini terlihat pada menit Wardani (2012). Adapun tujuan
ke-10 tablet vitamin C terdisolusi verifikasi ini adalah untuk menunjukkan
sempurna sebesar 75%. Sehingga, dapat bahwa metode yang digunakan telah
dikatakan % disolusi berpengaruh sesuai dengan maksud yang dikehendaki
terhadap kondisi penyimpanan obat pada serta membuktikan bahwa parameter
masing-masing puskesmas. Hal ini tersebut memenuhi persyaratan untuk
terlihat pada bulan kedua terjadi penggunaanya (Harmita, 2004) dan
peningkatan persen disolusi pada untuk membuktikan kebenaran metode
masing-masing puskesmas. Meskipun yang digunakan dalam penelitian.
demikian, pada bulan pertama dan kedua Sehingga apabila suatu metode telah
di menit ke-10 tablet vitamin C sudah terverifikasi maka metode yang
terdisolusi. digunakan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran
datanya. Farmakope Indonesia 2. Akurasi
mensyaratkan, suatu metode dapat
digunakan apabila metode tersebut Uji akurasi merupakan ukuran
sekurang-kurangnya memberikan yang menunjukkan derajat kedekatan
ketepatan (presice), ketelitian hasil analisis dengan kadar analit yang
(accurate). sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam
% perolehan kembali (%recovery).
1. Linieritas Persen perolehan kembali ditentukan
dengan berapa persen analit yag
Linieritas merupakan suatu ditambahkan dan dapat terukur. Nilai
metode untuk mengukur seberapa baik perolehan kembali yang mendekati
kurva kalibrasi yang menghubungkan 100% menunjukkan bahwa metode
antara konsentrasi (x) dengan absorbansi tersebut mempunyai ketepatan yang baik
(y) (Gandjar dan Rohman, 2009). Uji dalam menunjukkan tingkat kesesuian
linieritas dilakukan dengan dari rata-rata suatu pengukuran yang
menggunakan larutan baku 1 µg/mL sebanding dengan nilai sebenarnya
yang diencerkan dalam beberapa (Harmita, 2004). Adapun toleransi yang
konsentrasi yaitu 2, 4, 5, 9, 11 dan 12 dapat diterima 95-105% (Harmita,
µg/mL. Dari 6 konsentrasi yang diukur 2004). Uji akurasi dilakukan dimana
tampak bahwa nilai absorbansi yang serbuk baku vitamin C ditambahkan
diperoleh meningkat seiring dengan aquabides steril, lalu campuran tersebut
kenaikan konsentrasi baku vitamin C. dianalisis dan hasilnya dibandingkan
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kadar yang sebenarnya. Persen
terdapat korelasi yang positif antara perolehan kembali yang diperoleh dalam
konsentrasi dan absorbansi. Artinya penelitian ini tidak kurang dari 95 dan
dengan meningkatnya konsentrasi maka tidak lebih dari 105 % maka dapat
absorbansi juga akan meningkat. Dari 6 dikatakan bahwa metode ini memiliki
konsentrasi tersebut juga tampak ketepatan yang baik dalam pengukuran
peningkatan serapan secara linier dan karena masih masuk rentang nilai
berbentuk kurva kalibrasi yang linier teoritis.
dari hasil pengukuran terhadap berbagai
konsentrasi yang ada dengan persamaan 3. Presisi
regresi kurva kalibrasi vitamin C baku
yaitu y= 0,0634 x + 0,0986. Linieritas Presisi merupakan keseksamaan
Dari kurva kalibrasi diperoleh hubungan metode jika dilakukan berulang kali oleh
yang linier antara konsentrasi dan analis yang sama pada kondisi yang
absorbansi dengan koefisien korelasi (r) sama dan dalam interval waktu yang
sebesar 0,99990. pendek. Presisi dinyatakan dalam
simpangan baku relatif ( RSD) (Harmita,
1 y = 0.063x + 0.098 2004). Presisi dilakukan keterulangan
Absorbansi

R² = 0.999 sebanyak 3 kali dalam 1 hari. Uji presisi


0 .5

0
0 Presisi diperoleh 1,230 % sehingga
Konsentrasi (µg/mL) dapat dikatakan bahwa ketelitian
pengukuran dalam metode ini telah baik.
Gambar 8.Kurva Kalibrasi Vitamin C Semakin kecil nilai yang diberikan
dalam presisi maka semakin baik empat puskesmas pada bulan pertama
ketelitian pengukuran yang dihasilkan. memiliki kadar yang rendah, yaitu
dibawah rentang kadar tablet vitamin C.
4. LOD dan LOQ Vitamin C Sedangkan pada bulan kedua kadar
tablet vitamin C menurun, sehingga
LOD (batas deteksi, limit of dapat dikatakan bahwa penurunan kadar
detection) merupakan jumlah terkecil tablet vitamin C disebabkan karena
dari analit dalam sampel yang dapat pengaruh lamanya penyimpanan dari
dideteksi dan masih memberikan respon tablet vitamin C. Menurut Hartoyo
signifikan dibandingkan dengan (1993) kadar asam askorbat (vitamin C)
blangko. LOQ (batas kuantitasi, Limit of menurun pada waktu penyimpanan yang
Quantitation) merupakan kuantitas lama. Menurut Rahayuningsih dkk,
terkecil analit dalam sampel yang masih semakin lama waktu penyimpanan dan
memenuhi kriteria cermat dan seksama semakin tinggi suhunya semakin turun
(Harmita, 2004). Batas deteksi dan kadar vitamin C nya. Hal ini juga terkait
kuantitasi dihitung dari persamaan dengan sifat dari Vitamin C yang mudah
regresi kurva kalibrasi baku vitamin C sekali terdegradasi, baik oleh
yang diperoleh (Harmita, 2004). Batas temperatur, cahaya maupun udara
deteksi dan kuantitasi yang diperoleh sekitar sehingga kadar vitamin C
berturut-turut adalah 1,370 µg/ml dan berkurang (Helmiyesi dkk, 2008).
4,568 µg/mL. Nilai LOD 1,370 µg/mL Sedangkan menurut Hartoyo (1993) juga
merupakan konsentrasi terendah yang menyatakan bahwa asam askorbat
masih bisa dideteksi oleh (vitamin C) sangat mudah mengalami
spektrofotometri namun tidak selalu degradasi dan mengalami penurunan
dapat dikuantitasi. Sedangkan nilai LOQ kadar yang disebabkan oleh sinar
4,568 µg/mL merupakan konsentrasi matahari, oksidasi oleh oksigen dari
terendah yang masih memenuhi kriteria udara dan kelembaban. Sehingga dapat
akurat dan seksama. Apabila kadar dikatakan efek yang diharapkan
sampel berada dibawah nilai LOD maka dikhawatirkan tidak akan tercapai
kadar sampel tersebut tidak dapat karena kadarnya dibawah 90% dan
terdeteksi. Sedangkan untuk kadar tablet vitamin C tersebut tidak layak
sampel yang berada dibawah nilai LOQ untuk dikonsumsi. Kadar yang
maka kadar sampel tersebut tidak dapat memenuhi syarat diharapkan dapat
terkuantitasi. Semakin kecil nilai LOD mencapai efek terapi yang diinginkan,
dan LOQ maka akan semakin sensitif tetapi apabila kadar yang diperoleh lebih
alat tersebut mendeteksi kadar dari suatu dari 110% dapat menyebabkan obat
analit. tersebut menjadi toksik.
persentase

Penetapan Kadar Tablet Vitamin C di 100,000


Empat Puskesmas
kadar tablet…

50,000
Kamp…

Bulan I
Penetapan kadar bertujuan 0
Bulan II
untuk mengetahui apakah kadar zat aktif
Aliany… Pal Tiga

yang terkandung didalam suatu sediaan


telah sesuai atau tidak dengan yang Nama Puskesmas
tertera pada etiket dan pada masing-
masing monografi. Hasil penetapan
kadar, seperti yang terlihat pada tabel 4 Gambar 8. Grafik Hubungan Kadar
menunjukkan bahwa tablet vitamin C Tablet Vitamin C Pada Bulan I dan II
generik pada pabrik A dan pabrik B dari
Analisis Evaluasi Tablet Vitamin C di sesudah penyimpanan terdapat adanya
Empat Puskesmas pengaruh antara kondisi dan lamanya
penyimpanan terhadap kualitas dari
Pada analisis evaluasi mutu tablet vitamin C pada masing-masing
fisika dan kimia terhadap kondisi puskesmas terhadap parameter
penyimpanan obat pada masing-masing keseragaman bobot, kerapuhan,
puskesmas menunjukkan bahwa pada kekerasan, waktu hancur dan kadar serta
keseluruhan parameter yang diuji pada disolusi. Dalam analisis tablet vitamin C
bulan pertama dan kedua mempunyai antar sesama puskesmas menunjukkan
hasil p<0,05 dan p>0,05. Adapun hasil bahwa pada parameter uji keseragaman
analisis tablet vitamin C antar sesama bobot, kerapuhan, kekerasan dan waktu
puskesmas menunjukkan bahwa p>0,05. hancur memiliki hasil yang tidak
Artinya pada parameter uji keseragaman berbeda signifikan pada puskesmas
bobot, kerapuhan, kekerasan dan waktu Kampung Bali dan Pal Tiga, sedangkan
hancur memiliki hasil yang tidak pada puskesmas Alianyang dan Karya
berbeda signifikan pada puskesmas Mulia memiliki hasil yang berbeda
Kampung Bali dan Pal Tiga, sedangkan signifikan. Namun, pada pengujian
pada puskesmas Alianyang dan Karya masing-masing puskesmas dibulan
Mulia memiliki hasil yang berbeda pertama dan kedua terlihat bahwa
signifikan. Hal ini dapat dilihat pada adanya perbedaan yang signifikan antara
nilai p<0,05. Namun, pada pengujian puskesmas Kampung Bali, Alianyang,
masing-masing puskesmas dibulan Pal tiga dengan Karya Mulia.
pertama dan kedua terlihat bahwa
adanya perbedaan yang signifikan antara DAFTAR PUSTAKA
puskesmas kampung bali, alianyang, pal
tiga dengan karya mulia. Hal ini [1.] Ansel, C. H. 1989. Pengantar
dikarenakan sampel yang berbeda pabrik Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi
dengan puskesmas Karya Mulia. Selain Keempat. Universitas Indonesia:
itu juga, pada uji disolusi yang Jakarta, Hal 244-272, 259.
menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini terlihat pada persen [2.] Depkes RI. 1979. Farmakope
disolusi yang berbeda pada masing- Indonesia. Edisi Ketiga.
masing puskesmas. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta, Hal 39.
KESIMPULAN
[3.] Gandjar, I.G., dan Rohman, A.
Evaluasi tablet vitamin C 2009. Kimia Farmasi Analisis.
sebelum penyimpanan pada puskesmas Pustaka Pelajar: Yogyakarta, Hal
Kampung Bali, Alianyang dan Pal Tiga 240-241, 252-256.
menunjukkan tablet vitamin C tidak
[4.] Hartoyo. 1993. Penetapan Kadar
memiliki kualitas yang baik terhadap
Asam Askorbat Dalam Bentuk
parameter keseragaman ukuran,
Tablet Vitamin C Dengan
kerapuhan, kekerasan, dan kadar, tetapi
Pengkondisian dan Tanpa
pada puskesmas Karya mulia
Pengkondisian dengan Secara
menunjukkan tablet vitamin C memiliki
Iodimetri dari Beberapa Industri
kualitas yang baik terhadap parameter
Farmasi Yang Di Perdagangkan.
keseragaman bobot, kerapuhan,
Skripsi, Universitas Diponogoro:
kekerasan, waktu hancur, dan disolusi.
Semarang, Hal 6.
Sedangkan evaluasi tablet vitamin C
[5.] Harmita. 2004. Petunjuk Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Pelaksanaan Validasi Metode dan Mada: Yogyakarta, Hal 196, 199.
Cara Perhitungannya. Majalah
Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117. [8.] Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi. Soewandhi,
[6.] Helmiyasi., Hastuti R.B., dan Soendani Noerono (Ahli Bahasa)
Prihastanti. E. 2008. Pengaruh .Gadjah Mada University Press:
Lama Penyimpanan Terhadap Yogyakart, Hal 165-226.
Kadar Gula Dan Vitamin C Pada
Buah Jeruk Siam (Citrus Nobilis [9.] Wardani, L. A. 2012. Validasi
Var. Microcarpa). Journal Buletin Metode Analisis Dengan
Anatomi Dan Fisiologi (16): 33-37. Penentuan Kadar Vitamin C Pada
Minuman Buah Kemasan Dengan
[7.] Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi Spektrofotometri UV-Visible.
dan Formulasi Sediaan Padat. Skripsi, Universitas Indonesia:
Laboratorium Teknologi Farmasi Depok, Hal 27.

Anda mungkin juga menyukai