Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama didunia.

Prediksi World Health Organization (WHO) di tahun 2030, penyakit

kardiovaskuler dapat menyebabkan kematian sekitar 23,3 juta manusia di dunia.

(WHO, 2009). Salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler adalah

hiperkolesterolemia (Ondrejovicova I, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS, 2013), proporsi penduduk Indonesia ≥15 tahun dengan kadar

kolesterol total di atas nilai normal adalah sebesar 35,9%.3 Penurunan 1%

kolesterol darah dapat mengurangi 2,3% risiko penyakit jantung koroner.

(Baroutkoub A, 2012)

Menurut National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel

III (NCEP-ATP III), proporsi penduduk >15 tahun dengan kadar kolesterol total di

atas normal adalah sebesar 35,9 persen. Nilai tersebut merupakan gabungan

penduduk kategori borderline (nilai kolesterol total 200-239 mg/dl) dan tinggi

(nilai kolesterol total >240 mg/dl). Penilaian berdasarkan jenis kelamin dan

tempat tinggal didapatkan bahwa proporsi penduduk dengan kadar kolesterol di

atas normal pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, dan di

daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. (RISKESDAS,

2013)

Hasil penelitian mengenai faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal

(18-40 tahun) di Kota Makassar tahun 2010-2012 salah satunya yang bermakna

1
secara statistik adalah riwayat hiperkolesterolemia (Burhanuddin, et al., 2012)

Analisis kandungan kolesterol pada makanan tradisional khas makassar seperti

coto, konro, dan pallubasa mengandung kolesterol yang cukup tinggi (Sukmawati,

et al., 2014)

Salah satu upaya yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasi

hiperkolesterolemia adalah dengan terapi bekam. Bekam (hijamah, Bahasa Arab;

cupping, Bahasa Inggris) merupakan sebuah metode yang sudah cukup lama

digunakan di daerah Cina atau sekelompok orang Arab dalam mengatasi berbagai

keluhan kesehatan, seperti nyeri, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Bekam

terdiri dari dua jenis, yaitu bekam basah dan bekam kering. Bekam basah yang

dimaksud adalah setelah proses pengisapan dengan cup bekam dilanjutkan dengan

proses penyayatan sehingga darah keluar. Sementara pada bekam kering tidak

dilakukan penyayatan (Fatahillah, 2007)

Penelitian tentang terapi bekam basah terhadap konsentrasi lipoprotein

telah dilakukan di Delhi oleh Hasan, et al (2014), penurunan kolesterol total

yang diperoleh adalah sebanyak 37 mg/dl setelah dilakukan bekam basah

sebanyak 3 kali. Sementara penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Widodo

dkk diperoleh perubahan sebanyak 39,25 mg/dl (Widodo, 2014). Adapun hasil

penelitian di Puskesmas Alun-Alun Gresik menunjukkan adanya pengaruh yang

bermakna pada pemberian terapi bekam terhadap penurunan kadar kolesterol

(Zahis, 2012)

2
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka peneliti ingin melakukan

penelitian serupa di Makassar, yaitu pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar

kolesterol total.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan maka rumusan

masalah dari penelitian ini: apakah ada pengaruh terapi bekam basah terhadap

kadar kolesterol total?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar kolesterol total

1.3.2 Tujuan khusus


- Mengetahui kadar kolesterol total sebelum terapi bekam
- Mengetahui kadar kolesterol total setelah terapi bekam
- Mengetahui perubahan kadar kolesterol sebelum dan setelah terapi

bekam
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh terapi bekam terhadap kadar kolesterol total

diharapkan bermanfaat dalam:


1.4.1 Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evidence based dan informasi

tambahan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai

perubahan kadar kolesterol dengan terapi bekam


- Untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai terapi bekam dan

hiperkolesterolemia

1.4.2 Aplikatif
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

puskesmas maupun fasilitas kesehatan untuk menggunakan hasil

3
penelitian sebagai salah satu terapi adjuvan dalam pengobatan

hiperkolesterolemia
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang manfaat

lain terapi bekam dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan teknik

penelitian yang lebih baik.

4
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan Umum tentang Kolesterol


2.1.1 Pengertian Kolesterol

Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural

esensial pada membrane dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini

disintesis di banyak jaringan dari Asetil KoA (Murray, et al., 2009). Kolesterol

merupakan komponen esensial membrane strukturan semua sel dan merupakan

komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi

dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati dimana kolesterol disintesis dan

disimpan. Kolesterol merupakan bahan antara pembentukan sejumlah steroid

penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks

estrogen, androgen dan progesterone (Almatsier & Sunita, 2009)

Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak kompleks yang di

butuhkan oleh tubuh sebagai salah satu sumber energi yang memberikan kalori

paling tinggi dan juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid.

Sebagai lemak, koleterol melayang-layang, seperti minyak di dalam air, untuk

dapat melayang, di butuhkan protein yang membungkusnya yang sering di sbeut

lipoprotein. Lipoprotein adalah kompleks makromolekul yang membawa lemak

plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan trigliserida dalam darah. Lipoprotein akan

membawa kolesterol ke seluruh sel tubuh, setelah lemak berikatan dengan

5
apoprotein, akan membentuk lipoprotein, sehingga lemak dapat larut di dalam

darah (Soebroto, 2011)

Sumber kolesterol ada dua, yaitu kolesterol eksogen yang berasal dari

makanan yang kita makan sehari-hari, dan kolesterol endogen yang dibuat di

dalam sel tubuh terutama hati. Di dalam tubuh, kolesterol bersama dengan

fosfolipid, terutama digunakan untuk membentuk merman sel dan merman organ-

organ yang berada di dalam tubuh (Fatimah & Kartini, 2011)

Dalam tubuh, kolesterol ditransportasikan melalui plasma darah dengan

cara berikatan dengan protein. Ikatan ini disebut dengan lipoprotein. Terdapat dua

jenis utama dari lipoprotein yaitu sebagai berikut (Nurrahmani, 2012)

1. Low Density Lipoprotein (LDL). Jenis koesterol ini sering disebut

sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling

banyak di dalam darah. Tingginya kadar kolesterol LDL menyebabkan

pengendapan kolesterol dalam arteri.


2. High Density Lipoprotein (HDL). Kolesterol HDL mengangkut

kolesterol lebih sedikit daripada LDL dan sering disebut kolesterol

baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh

darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL

mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh

darah dari proses aterosklerosis

6
2.1.2 Jenis-Jenis Kolesterol

Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya,

yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density

Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein

(HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti Lipoprotein

Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan Hepatic

Triglyceride Lipase (HTGL) sehingga lipoprotein ini dapat berubah

jenisnya.

2.1.2.1 Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar dan membawa

trigleserida yang berasal dari makanan. Berasal ester kolestril juga terdapat

kilomikron. Kilomikron melewati duktus toraksikus kealiran darah. Trigliserida

dikeluarkana dari kilomikron dari jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang

berhubungan dengan VLDL yang mencakup hidrolisis oleh sistem lipase

lipropotein (LPL), suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika

trigliserida didalam iinti tersebut dikosongkan. Lipid permukan, yakni apo-A-1,

apo-A-II, dan apo-C, ditransfer dalam hepatosit (Richard & Champe, 2007)

2.1.2.2 LDL

Kolesterol-LDL merupa-kan suatu lipoprotein atau alat pengangkut yang

paling banyak mengandung kolesterol, yaitu sekitar 45%, dibandingkan dengan

jenis lipoprotein lainnya . Fungsi utama kolesterol-LDL ialah membawa kolesterol

ke berbagai jaringan perifer di seluruh tubuh. Namun, ada juga kolesterol-LDL

7
yang mengendap di pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis (Wulandari,

2012)

2.1.2.3 HDL

HDL disebut juga α-lipoprotein mengandung 30% protein dan 48% lemak.

HDL dikatakan kolesterol baik karena berperan membawa kelebihan kolesterol di

jaringan kembali ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh.

HDL ini mencegah terjadinya penumpukkan kolesterol di jaringan, terutama di

pembuluh darah. Kadar HDL menurun biasanya terlihat pada pria, obesitas,

diabetes melitus, hipertrigliseridemia, dan lipoproteinemia sedangkan peningkatan

HDL terjadi pada wanita, penurunan berat badan, olahraga teratur, dan berhenti

merokok (Murray, et al., 2009). Fungsi HDL antara lain: 1. Meningkatkan sintesis

reseptor LDL. 2. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang

bersifat antitrombosit. 3. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL

remnant dan kilomikron remnant (Guyton AC, 2008)

2.1.2.4 VLDL

Hati mengekskresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk

mengekspor trigliserida kejaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B-100 dan

Apo-C trigliserida VLDL dihidrolisis oleh liase lipoprotein menghasilkan asam

lemakbebas untuk disimpandidalam jaringan otot jantung dan otot rangka. Hasil

dari depresi trigleserida menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas

menengah (IDL). Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati,

sisa HDL dikonsversi menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang

8
diperantarai oleh lipase hati. Peningkatan VLDL dipengaruhi oleh peningkatan

(Richard & Champe, 2007)

2.1.3 Kategori Kadar Kolesterol

Kolesterol diukur dalam satuan milligram per desiliter darah yang biasa

disingkat mg/dl atau milimol per liter darah yang disingkat mmol/l (Nurrahmani,

2012). Kadar kolesterol darah diukur dalam satuan mg/dl, maka

pengkategoriannya sesuai dengan ATP III (pertemuan Adult Treatment Panel yang

ketiga) yang diadakan oleh National Cholesterol Education Program (NCEP)

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1
Kategori Kadar Kolesterol Total Darah
Menurut Adult Treatment Panel (ATP) III
Kadar Kolesterol Kategori

< 200 Optimal

200-239 Ambang batas

>240 Tinggi
Sumber: National Cholesterol Education Progam Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III)

Jika kadar kolesterol lebih dari 200mg/dl , maka akan berisiko terhadap

berbagai macam penyakit salah satunya penyakit jantung. Rekomendasi dasar

bahwa kolesterol darah tidak melebihi 200 mg/dl telah diterbitkan oleh National

Cholesterol Education Progam (NCEP) pada tahun 1985 dan berlaku hingga saat

ini. (Durstine, 2012)

9
2.2 Tinjauan Umum Dislipidemia
2.2.1 Definisi Dislipidemia

Dislipedemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelaianan fraksi

lipid yang tama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipid Protein

(LDL), dan Trigliserida serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL)

(Price & Wilson, 2012)

Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatrnya

konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal (Guyton AC,

2008). Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh

darah yang mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi plak,

oklusi, dan emboli. Selain itu kolesterol diduga bertanggungjawab atas

peningkatan stress oksidatif (Stapleton, et al., 2011)

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang berakibat hiperkolesterolemia

(Guyton AC, 2008).

2.2.2 Klasifikasi Dislipidemia

2.2.2.1 Klasifikasi European Atherosclerosis Society (EAS, 2012)

EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk

pemilihan terapi, yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan

hipertrigliseridemia

10
Tabel 1.2
Klasifikasi dislipidemia menurut EAS
Klasifikasi Peningkatan

Lipoprotein Lipid Plasma


Hiperkolesterolemia LDL Kolesterol > 240 mg/dl

Dislipidemia campuran VLDL + LDL Trigliserida > 200 mg /dl


(kombinasi)
+ kolesterol > 240 mg/dl
Hipertrigliseridemia VLDL Trigliserida > 200 mg/dl
Sumber: European Atherosclerosis Society (EAS)

2.2.2.2 Klasifikasi World Health Organization (WHO, 2009)

Tabel 1.3
Klasifikasi dislipidemia menurut WHO
Fredricson Klasifikasi Generik Klasifikasi Peningkatan

terapeutik Lipoprotein

I Dislipidemia Hipertrigliseridemia Kilomikron


eksogen eksogen
Iia Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia LDL
Iib Dislipidemia Hiperkolesterolemia LDL + VLDL
Kombinasi Endogen +
Dislipidemia
kombinasi
III Dislipidemia Hipertrigleseridemua Partikel-partikel
remnant remnant (Beta
VLDL)
IV Dislipidemia Endogen VLDL
Endogen
V Dislipdemia Hipertrigliseridemia VLDL +
campuran endogen Kilomikron
Sumber: World Health Organization (WHO)

2.2.2.3 Klasifikasi National Cholesterol Education Program (NCEP-ATP, 2014)

11
Tabel 1.4
Klasifikasi menurut NCEP-ATP III
Kolesterol Total LDL

Optimal ≥ 200 mg/dl < 200 mg/dl


Batas Tinggi 200 – 239 mg/dl 130-159 mg/dl
Tinggi ≤ 240 mg/dl ≥ 160 mg/dl
Sumber: National Cholesterol Education Program ATP III

2.2.3. Etiologi Dislipidemia

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia. Bisa

disebabkan oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan

hiperkolesterolemia poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari

penyakit lain seperti diabetes mellitus, sindroma nefrotik, serta kurang olahraga

(Wiley & Sons, 2006)

Hiperkolesterolemia poligenik merupakan penyebab hiperkolesterolemia

tersering (>90%). Merupakan interaksi antara kelaianan gen yang multiple dan

faktor lingkungan lainnya serta lebih mempunyai lebih dari satu dasar metabolik.

Hiperkolesterolemia biasanya ringan atau sedang dan tidak ada xantoma

(Rubenstein, et al., 2008)

Hiperkolesterolemia familial merupakan kelainan yang bersifat autosomal

dominan dan terdapat bentuk homozigot maupun heterozigot. Hiperkolesterolemia

timbul karena peningkatan kadar kol-LDL yang disebabkan oleh kelainan fungsi

atau jumlah reseptor LDL (Rubenstein, et al., 2008)

2.2.4 Patofisiologi Hiperkolesterolemia

12
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa

disebabkan oleh faktor genetic seperti pada hiperkolesterolemia familial dan

hiperkolesterolemia poligenik, juga bias disebabkan faktor sekunder akibat dari

penyakit lain seperti diabetes mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan

dari diet lemah jenuh (saturated fat), kegemukan dan kurang olahraga (Ganong,

2008)

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol Total


2.2.5.1 Umur

Pada umur beranjak dewasa dan tua, orang akan semakin rawan dengan

serangan kolesterol tinggi. Pada umur dewasa dan tua biasanya orang cenderung

tidak aktif bergerak seperti remaja dan anak-anak (Wulandari, 2012) pada

umumnya dengan bertambahnya umur orang dewasa, aktifitas menurun, massa

tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemak bertambah (Soetardjo &

Susirah, 2011)

Tingkat kolesterol serum total meningkat sesuai dengan meningkatnya

umur. Pada pria peningkatan ini terhenti sekitar umur 45 tahun sampai 50 tahun.

Pada wanita, peningkatan terus tajam hingga umur 60 sampai 65 tahun (Suiraoka,

2012)

2.2.5.2 Jenis Kelamin

Hormon seks pada wanita yaitu estrogen diketahui dapat menurunkan

kolesterol darah dan hormon seks pria yaitu androgen dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah (Fatmah, 2010)

13
2.2.5.3 Genetik

Ada variasi kelaianan genetik yang mempengaruhi cara tubuh

memproduksi lipid. Beberapa orang memiliki keturunan hiperkolesterolemia

(familial hiperkolesterolemia). Kondisi genetik ini menyebabkan kadar kolesterol

tinggi yang turun temurun dalam anggota keluarga (Nurrahmani, 2012)

2.2.5.4 Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukur sederhana untuk memantau status

gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan. Penimbunan lemak terutama di bagian tengah tubuh meningkatkan

risiko terjadinya resistensi terhadap insulin, hipertensi, dan hiperkolesterolemia

(Soetardjo & Susirah, 2011)

2.2.5.5 Aktifitas Fisik

Menurut (Waloya, et al., 2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

tingkat aktifitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar

kolesterol darah. Dalam pembahasannya juga dijelaskan bahwa seseorang dengan

tingkat akltifitas yang rendah memiliki kadar kolesterol diatas normal.

2.2.5.6 Asupan zat gizi

Asupan gizi khususnya protein hewani serta terapan mengkonsumsi

daging sapi ada hubungannya dengan prevalensi hiperkolesterolemia. Asupan

14
protein nabati, kekerapan mengkonsumsi tempe serta asupan serat yaitu sayur dan

buah dapat dipertimbangkan sebagai makanan yang protektif atau dapat

menurunkan kadar LDL kolesterol dalam darah (Djuwita, 2013)

2.2.6 Komplikasi Dislipidemia

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai

macam komplikasi sebagai berikut: (Sabiston, 2005)

- Aterosklerosis
- Penyakit jantung coroner
- Penyakit serebrovaskular
- Penyakit pembuluh darah lainnya

2.3 Tinjauan Umum tentang Terapi Bekam


2.3.4 Pengertian Terapi Bekam

Bekam (hijamah, Bahasa Arab; cupping, Bahasa Inggris) merupakan

sebuah metode yang sudah cukup lama digunakan di Daerah Cina atau

sekelompok Orang Arab dalam mengatasi berbagai keluhan kesehatan, seperti

nyeri, pusing, bahkan gangguan fungsi kardiovaskuler. Berkembangnya informasi,

metode yang disebut sebagai pengobatan nabi ini mulai menyebar ke Indonesia

yang notabenenya mayoritas beragama Islam (Fatahillah, 2007)

Secara istilah, bekam didefinisikan sebagai peristiwa penghisapan kulit,

penyayatan dan pengeluaran darah dari permukaan kulit yang kemudian

ditampung dalam gelas (Cao H, 2012). Secara bahasa hijamah adalah ungkapan

tentang mengisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang

kemudia ditampung di dalam gelas mihjamah, yang menyebabkan pemusatan dan

15
penarikan darah di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau

bedah, untuk mengeluarkan darah (Kasmui, 2012). Bekam hanya mengambil

darah perifer untuk berbagai jenis pengobatan penyakit. Perbedaan dari setiap

jenis penyakit hanya pada titik-titik yang menjadi incaran pengambilan darah.

Kebanyakan darah yang diambil yakni di daerah tengkuk, kaki, dan punggung

(Fatahillah, 2007)

Bekam adalah terapi yang bertujuan membersihkan tubuh dari darah yang

mengandung toksin dengan penyayatan tipis atau tusukan-tusukan kecil pada

permukaan kulit (Dalimartha, 2008)

Menurut Yasin (2013), bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan

darah dengan alat menyerupai tabung serta mengeluarkannya dari permukaan kulit

dengan penyayatan yang kemudian ditampung di dalam gelas, sedangkan menurut

Nashr (2005) mengatakan pada zaman dahulu, bekam juga merupakan salah satu

metode yang paling penting untuk tekanan darah tinggi. Untuk hipertensi bekam

dapat menurunkan tekanan darah dan bekam tidak mengakibatkan terjadinya efek

samping

Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan umat muslim diseluruh dunia

bersabda, “Kesembuhan bisa diperoleh dengan tiga cara, yaitu minum madu,

hijamah (bekam) dan besi panas. Aku tidak menganjurkan umat-Ku dengan besi

panas.” (H.R. Bukhari Muslim). Hadist lain diriwayatkan Tarmidzi menyebutkan

bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah Aku berjalan melewati sekumpulan

16
malaikat pada malam Aku di Isra’kan, melainkan mereka semua mengatakan

kepada-Ku, “Wahai Muhammad, engkau harus berbekam.” (Fatahillah, 2007)

2.3.5 Tujuan Hadis Bekam

Bekam walaupun bukan urusan ibadah langsung kepada Allah SWT,

namun banyak disinggung oleh Rasulullah SAW. Tujuan Rasulullah SAW

menyampaikan hadis tentang bekam adalah: (Umar, 2012)

- Bahwa bekam merupakan perbuatan yang baik. Sebab, pada zaman

Rasulullah SAW, bekam sudah menjadi pengobatan sehari-hari

masyarakat, sehingga para sahabat khawatir jika bekam itu bertentangan

dengan Islam. Lalu Rasulullah SAW membolehkan membekam dan

memerintahkannya
- Memberikan pendidikan kepada manusia, agar manusia mempelajari

bekam dan melakukan penelitian-penelitian tentang bekam


- Menunjukkan bahwa bekam merupakan pilihan utama dari berbagai

metode pengobatan yang sudah ada pada saat itu


- Menunjukkan kekuasaan Allah SWT, bahwa walaupun Rasulullah SAW

bukan ahli bekam dan menyerahkan pengobatan bekam kepada sahabat

yang lain, namun ternyata Rasulullah SAW dengan bimbingan wahyu

ilahi, mampu menunjukkan titik-titik bekam yang efektif


2.3.6 Hukum Bekam

Imam Ghazali berpendapat yang dinukilkan dalam kitab Tasyirul Fiqih lil

Muslimil Mu’ashir oleh Dr. Yusuf Qardhawi: “Al Hijamah adalah termasuk

fardhu kifayah. Jika di suatu wilayah tidak ada seorang yang mempelajarinya,

maka semua penduduknya akan berdosa. Namun jika ada salah satu yang

17
melaksanakannya serta memadai, maka gugurlah kewajiban dari yang lain.

Menurut saya, sebuah wilayah kadang membutuhkan lebih dari seorang. Tapi

yang terpenting adalah adanya jumlah yang mencukupi dan memenuhi seukuran

kebutuhan yang diperlukan. Jika di sebuah wilayah tidak ada orang yang

Muhtajib (ahli bekam), suatu kehancuran siap menghadang dan mereka akan

sengsara karena menempatkan diri di ambang kehancuran. Sebab Dzat yang

menurunkan penyakit juga menurunkan obatnya, dan memerintahkan untuk

menggunakannya serta menyediakan sarana untung melaksanakannya, maka

dengan meremehkannya berarti sebuah kehancuran telah menghadang.”

(Kasmui, 2012)

Di sisi lain, sebagaimana Allah SWT menurunkan penyakit, Dia pun

menurunkan obat bersama penyakit itu. Obat itupun menjadi rahmat dan

keutamaan dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya, baik yang mukmin maupun yang

kafir. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis Abu Hurairah RA: “Tidaklah Allah

SWT menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.”

(HR. Al-Bukhari) (Widodo, 2014)

Ullah (2007) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua cara,

yakni bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah atau Dry Cupping) dan

bekam basah (Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Bekam basah merupakan

bekam kering yang mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darah dikeluarkan

dengan cara disayat pada daerah yang dibekam (Ullah K, 2007)

2.3.7 Mekanisme Bekam

18
Pada tubuh terdapat titik-titik sensitif terhadap rangsangan bekam. Jika

bekam dilakukan dengan tepat, maka akan terjadi proses pada kapiler dan

arteriola, peningkatan jumlah leukosit, limfosit dan sistem retikulo-endotelial,

pelepasan ACTH, kortisol, endorphin, enkefalin, dan faktor humoral lainnya

(Umar, 2012)

Efek anti peradangam, penurunan serum lemak trigleserida, fosfolipida

dan kolesterol LDL, rangsangan terhadap proses lipolisis jaringan lemak dan

pengaturan kadar glukosaagar normal pun terjadi. Proses penghisapan kulut pada

bekam yang diikuti pengumpulan jaringan di bawah kulit seta darah dengan

komponen komponennya juga memiliki potensi untuk menyembuhkan penyakit.

Penghisapan ini akan merangsang saraf-saraf pada permukaan kulit. Rangsangan

ini akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui saraf A delta

dan C, serta traktur spinotalamikus ke arah hipotalamus yang akan menghasilkan

endorphin sehingga menimbulkan inhibisi nyeri. Efek lain yang ditimbulkan

adalah dilatasi pembuluh darah kulit, peningkatan kerja jantung serta

membukanya pori-pori kulit (Yasin, 2013)

Proses penyembuhan dapat terjadi karena bekam bekerja langsung pada

sistem endokrin. Nyeri akan hilang disertai dengan peningkatan oksigen dan

aliran darah dari titik yang di bekam. Hal ini menyebabkan relaksasi otot dan

sirkulasi darah menjadi lancar (Yasin, 2013)

Patofisiologi dan cara kerja bekam memang sulit dipahami dengan

pendekatan ilmiah medis. Sehingga banyak kalangan medis menganggap terapi

19
bekam ini mengada-ada, tidak ilmiah dan mistik. Saat ini cara paling mudah untuk

mempelajari metode pengobatan bekam adalah dengan memakai konsep

patofisiologi akupuntur (Cao H, 2012)

Konsep dasar mekanisme terapi bekam, didasarkan pada ilmu cina kuno,

yang berpatokan pada teori Zang Xiang, yang merupakan pengembangan dari

teori Lima Elemen dari teori Ying Yang. Zang berarti organ tubuh bagian dalam

yang tidak terlihat langsung. Xiang berarti penampilan luar yang bisa diamati.

Zang atau Zang Fu berarti fungsi dari lima organ bagian dalam atau organ padat,

yang terdiri dari jantung, hati, paru-paru, ginjal, limpa. Fu berati organ luar atau

organ yang berongga seperti: usus kecil, kantung empedu, usus besar, kandung

kemih, dan gaster (Ondrejovicova I, 2010). Hubungan harmonis antara organ luar

dan dalam dan keseluruhan bagian tubuh manusia menentukan kondisi kesehatan

jiwa raganya. Hubungan ini dikenal sebagai aliran chi atau meridian. Jika chi

terhambat, maka penyakit mudah timbul untuk mengobatinya, salah satunya

dengan menstumulasi beberapa titik meridian. Bekam bisa digunakan untuk

menstimulasi titik meridian ini (Razak, 2012)

Masuknya penyakit melalui meridian tersebut akan menimbulkan keluhan-

keluhan sepanjang meridian. Misalnya, bila penyakit masuk ke dalam lambung,

maka sepanjang saluran meridian tadi akan menimbulkan keluhan-keluhan pada

lambung. Demikian juga sebaliknya, penyakit yang ada di dalam organ tubuh

akan dimanifestasikan ke permukaan tubuh melalui saluran meridian ini (Mustika,

2012)

20
Dengan adanya hubungan ini, maka bisa dilakukan pengobatan pada titik

tersebut. Sebab, chi dari permukaan tubuh akan mengalir di sepanjang meridian

menuju organ yang sakit. Dengan demikian, saluran tidak bisa berfungsi untuk

menyelaraskan chi dan mengobati bagian tubuh yang tidak seimbang (Cao H,

2012)

Selain itu, pada saat terjadi penusukan menggunakan lancet ataupun

penyayatan dengan bisturi, diproduksi juga nitrit oksida. Zat ini bertanggung

jawab terhadap sebagian besar perbaikan kondisi tubuh yang terjadi setela

berbekam, karena zat ini merupakan vasodilator, sehingga memudahkan proses

inflamasi dan pengeluaran opioid seperti endorfin dan enkefalin (Razak, 2012)

2.3.8 Manfaat Bekam

Fatahillah (2007) juga menyebutkan beberapa manfaat dari bekam basah

diantaranya adalah membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf-saraf vertebra, mengatasi gangguan tekanan darah

yang tidak normal dan arteriosklerosis, menghilangkan rasa pusing, memar di

bagian kepala, wajah, migrain dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan

keram otot, memperbaiki permeabilitas pembuluh darah, menyembuhkan

reumatik, mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur, mengatasi radang selaput

jantung dan ginjal, mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat dan gatal-gatal

(Sharaf, 2012)

Bekam diyakini dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit

diantaranya: penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi, penyakit reumatik

21
mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren,

gelisah/anxietas dan masalah mental maupun fisik lainnya seperti nyeri (Ullah K,

2007)

Ada beberapa manfaat medis yang dapat diperoleh dari melakukan bekam,

diantaranya (Yasin, 2013)

- Membersihkan darah, meningkatkan aktivasi saraf tulang belakang, dan

memperbaiki permeabilitas pembuluh darah


- Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot
- Bermanfaat bagi penderita asma dan angina pectoris
- Mengatasi pusing, migrain dan sakit gigi
- Mengatasi berbagai macam penyakit mata rabun
- Mengatasi gangguan rahim dan menstruasi bagi wanita
- Mengatasi rematik dan sciatica (pegal di pinggang)
- Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran

pada pembuluh darah


- Mengatasi sakit bahu, dada, punggung, mengatasi kemalasan, kelesuan

dan banyak tidur


- Mengatasi luka-luka, jerawat dan gatal di kulit
- Mengatasi pericarditis (radang selaput jantung) dan nephritis (radang

ginjal)
- Mengatasi keracunan dan luka-luka bernanah

2.3.9 Peranan Bekam terhadap Kadar Kolesterol Total

Zhou, et al (2012), mengatakan terapi bekam dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Mekanisme yang mendasari efek terapi bekam basah

terhadap penurunan kadar kolesterol darah total adalah terbukanya barrier kulit

yang akan meningkatkan fungsi ekskresi kulit, diantaranya mengeluarkan lipid

dan substansi/material yang bersifat hidrofobik. Penelitian yang dilakukan oleh

22
Sabawy, et al (2012), menyatakan bahwa terapi bekam dapat mengekskresikan

material hidrofilik dan hidrofobik salah satunya adalah lipoprotein.

Kekuatan hisapan pada proses terapi bekam berperan dalam mengeluarkan

zat sisa metabolism usus dari sirkulasi portal di hati sehingga akan meningkatkan

proses metabolisme di hati dan mengurangi kadar glukosa. Selain itu bekam juga

mengeluarkan berbagai asam dari otot dan jaringan lemak di bawah kulit sehingga

membuka jalan bagi insulin untuk melekat pada reseptor dan meningkatkan

kepekaan reseptor insulin (Sharaf, 2012)

Peningkatan kepekaan terhadap insulin akan menghambat pengaktifan

hormon sensitive lipase di jaringan adipose yang bertugas mengatalisis

pemecahan simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak sehingga tidak

terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma (Ganong, 2008) insulin

menghambat kerja hormone sensitive lipase yang menyebabkan pelepasan asam

lemak dari jaringan adiposa ke dalam sirkulasi darah akan terhambat (Guyton &

Hall, 2007)

2.4 Kerangka Pemikiran


2.4.4 Kerangka Teori

Umur Jenis Genetik Indeks Aktivitas Asupan Zat


Kelamin Massa Fisik Gizi
Tubuh
Dislipidemia

Terapi

Non farmakologi: Farmakologi


Life style 23
Bekam

Penurunan
Kadar
Kolesterol Total

24
2.4.5 Kerangka Konsep

Terapi Bekam Kadar Kolesterol


Total
Farmakologi

Life Style

Keterangan:

Variabel Bebas

Variabel Terikat
2.5 Hipotesis
Variabel tidak diteliti

Terapi bekam menurunkan kadar kolesterol total

25
-

Daftar Pustaka

Adib, M., 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan Yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru.

Almatsier & Sunita, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ardiansyah, M., 2012. Medikal Bedah: Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.

Bakri, S. L. G., 2008. Genetika Hipertensi. Dalam: S. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, penyunt.
Hipertensi dan Ginjal: Dalam Rangka Purna Bakti. Medan: USU Press, pp. 19-31.

Baroutkoub A, M. R. B. R. H. J. Z. S. M. M. e. a., 2012. Effects of probiotic yoghurt


consumption on the serum cholesterol levels in hypercholestromic cases in Shiraz
Southern Iran. Scientific Research and Essays, Volume 5, pp. 2206-2209.

Burhanuddin, M., Wahiduddin & Jumriani, 2012. Faktor Risiko Kejadian Stroke pada
Dewasa Awal (18-40 tahun) di Kota Makassar Tahun 2010-2012. Jurnal Penelitian, p. 10.

C T Lee, G. H. W. L. S., 2011. Hypertension. Dalam: Patophysiology of Heart Disease 5th


edition. s.l.:Saunders, pp. 301-309.

Cao H, Z. C. L. J., 2012. Alternativa Therapy Health Medicine. Dalam: Wet cupping
therapy for treatment of herpes zoster: a systematic review of randomized controlled
trials. s.l.:s.n., p. 257.

Corwin, E. J., 2009. Buku Saku Patofisiologi: Sistem Kardiovaskular. Dalam: Jakarta: EGC,
p. 485.

D G Beevers, G. Y. H. L. E. O., 2007. Abc of Hypertension 5th edition. Dalam: s.l.:Blackwell


Publishing, pp. 12-13.

Dalimartha, S. P. B. T. S. N. M. B. &. D. R., 2008. Care Your Self, Hipertensi. Dalam: Jakarta:
Penebar Plus, pp. 61-73.

DepKes, R., 2013. Pusat Data dan Informasi. [Online]


Available at: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/
[Diakses 31 Juli 2015].

Djuwita, R., 2013. Asupan Gizi dan Kadar Low Density Lipoprotein Kolesterol Darah pada
Kalangan Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat, p. 78.

Durstine, L., 2012. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: PT Citra AJi Parama.

26
EAS, 2012. European Society Guidelines. [Online]
Available at: http://www.eas-society.org/guidelines-2.aspx
[Diakses 4 January 2016].

Fatahillah, A., 2007. Keampuhan Bekam Cetakan III. Dalam: Jakarta: Qultum Media, p.
9;21.

Fatimah, S. & Kartini, A., 2011. Senam Aerobik dan Konsumsi Zat Gizi serta Pengaruhnya
Terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Wanita. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Volume 8 No.
1, pp. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81112327_1693-900X.pdf.

Fatmah, 2010. Gizi Usia Lanjut. 1st penyunt. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ganong, W., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 23 penyunt. Jakarta: Penerbit Buku
Kdokteran EGC.

Go AS, M. D. R. V. B. E. B. J. B. W. e. a. .. C., 2013. Heart Disease and Stroke Statistic.


American Heart Association, pp. 127-246.

Gray, e. a., 2005. Lecture Notes Kardiologi. 4 penyunt. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Gray, H. D. D. S. L. M. M., 2005. Lecture Notes: Kardiologi. Dalam: A. Agoes, penyunt.


Jakarta: Erlangga.

Guyton AC, H. J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam: e. a. Rachman LY,
penyunt. 11 penyunt. Jakarta: EGC Medical Publisher, p. 47;56.

Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 penyunt. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Ismudiati, L., 2003. Buku ajar kardiologi. Dalam: Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Kabo, P., 2011. Bagaimana Menggunakan Obat - obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Dalam: Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp. 66-68.

Kasmui, D. M., 2012. Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi. Semarang: Komunitas
Thibbun Nabawi "Isyfi".

Lionakis N, M. D. S. E. F. e. a., 2012. Hypertension in the elderly. World Journal of


Cardiology, p. 135.

Mohammad, Y., 2010. Hipertensi Esensial. Dalam: S. S, penyunt. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1079-1081.

Murray, D.K, G. & V.K, R., 2009. Biokimia Harper. 27 penyunt. Jakarta: EGC.

Mustika, F., 2012. Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Klinik Bekam DeBesh Center Ar Rahmah dan Rumah Sehat Sabbihisma Kota
Padang. Dalam: Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

27
Nagpal S, G. N., 2014. Incidence of Hypertension and Risk Factor Assesment among
Sedentary and Labour Population. Dalam: Punjab. Sch. J. App. Med: s.n., p. 1330.

NCEP-ATP, 2014. Forth Report of the National Cholesterol Education Program(NCEP)


Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in
Adults. Finalreport, IV(Circulation), pp. 3143-3421.

Nurrahmani, U., 2012. Stop Kolesterol Tinggi!. Medicine penyunt. Yogyakarta: Group
Relasi Intimedia.

Ondrejovicova I, M. J. M. C. N. Z. D. Z., 2010. Hypercholesterolemia, Oxidative Stress and


Gender Dependence in Children. Prague Medical Report, Volume 111, pp. 300-312.

Price, S. & Wilson, L., 2012. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Patofisiologi. 6
penyunt. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Puavilai, 2011. Dalam: Prevalence and Some Important Risk Factor of Hypertension in
Ban Paew District. Thailand: Med Assoc Thai, p. 76.

Razak, S. A., 2012. Penyakit dan Terapi Bekamnya. Dalam: Dasar-dasar Ilmiah Terapi
Bekam Indonesia. Surakarta: Thibbia, p. 124.

Richard, H. & Champe, P. C., 2007. Farmakologi: Ulasan Bergambar. 4 penyunt. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rilantono, L. l., 2015. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskular (PKV). Dalam: A. U. Rahajoe,


penyunt. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p. 256.

Rinanti, T., 2015. Perbedaan Tekanan Darah Setelah Pemaparan Cold Pressor Test (CPT)
Antara Mahasiswa dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di Keluarga.

RISKESDAS, 2013. Badan Pusat Statistik Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS).
Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rubenstein, et al., 2008. Lecture Notes: kedokteran Klinis. 6 penyunt. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Sabiston, 2005. Buku Ajar Bedah. I penyunt. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sharaf, A., 2012. Penyakit dan Terapi Bekamnya. Surakarta: Thibbia.

Sharaf, A. R., 2012. Penyakit dan Terapi Bekamya. Dalam: Dasar-Dasar Ilmiah Terapi
Bekam. Jakarta: Thibbia, p. 48.

Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 6 penyunt. Jakarta: EGC.

Soebroto, L., 2011. HUBUNGAN ANTARA KADAR LDL KOLESTEROL PADA PENDERITA
STROKE DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA, Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.

Soetardjo & Susirah, 2011. Gizi Usia Dewasa. 2nd penyunt. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

28
Stapleton, P., Goodwill, A. & James, M. F. J., 2011. Hypercholesterolemia and
microvascular dysfunction: Interventional strategies. Journal of Inflammation, p. 7; 54.

Subiyanto, I. M. L., 2008. Bekam (Cara Terapi Nabi) sebagai Alternatif Pengobatan.
[Online]
Available at: http://www.fk.unair.ac.id
[Diakses 1 Mei 2015].

Suiraoka, I., 2012. Penyakit Degeneratif. 1st penyunt. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sukmawati, Mustamin & Chaerunnimah, 2014. Analisis Kandungan Kolesterol, Asam


Lemak Bebas, dan Angka Peroksida pada Makanan Tradisional Khas Makassar (Coto,
Konro dan Pallubasa). Jurnal Penelitian, p. 6.

Tjokronegoro & Sudarsono, 2009. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Kakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Ullah K, Y. A. W. M., 2007. An investigation into the effect of Cupping Therapy as a


treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion. The internet
Journal of Alternative Medicine. [Online]
Available at: http://www.ispub.com
[Diakses 1 August 2015].

Umar, d. W. A., 2012. Bekam untuk 7 Penyakit Kronis. Dalam: Jakarta: Al Qowamm, p.
291.

Wahdah, d. N., 2011. Dalam: Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi
Press, p. 86.

Waloya, T., Rimbawan & Andarwulan, N., 2013. Hubungan antara Konsumsi Pangan
dengan Aktifitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor.
Jurnal Gizi dan Pangan, p. 15.

WHO, G., 2009. Cardiovascular disease. [Online]


Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/print.html
[Diakses 1 Januari 2016].

Widodo, S. e. a., 2014. Efek Terapi Bekam Basah Terhadap Kadar Kolesterol Total pada
Penderita Hiperkolesterolmia di Klinik Bekam Center Semarang. p.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn120120 10/ article/view/1261/1314.

Wiley, J. & Sons, 2006. Pharmacoepidemiology. Dalam: B. L, S. E & Kimmel, penyunt.


London: Willey Blackwell, pp. 19-20.

Wulandari, A., 2012. Hubungan Dislipidemia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah
pada Penderita Nefropati Diabetik, Semarang: Universitas Diponegoro.

Yasin, 2013. Dalam: "Al-Hijamah Sunnatun Nabawiyyah wa Mu'jizatun Thibbiyyah"


(Terjemahan: Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis). Solo: Pustaka Al-Kautsar, p. 492.

29
Zahis, 2012. Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada pasien
dengan Hiperkolesterol di Puskesmas Alun-Alun Gresik. Dalam: Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.

30

Anda mungkin juga menyukai