Anda di halaman 1dari 27

A.

JUDUL PENELITIAN :

“PENGGUNAAN PERAGA MEDIA TAKUR (TAMBAH DAN KURANG) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT”

B. LATAR BELAKANG

Ketika para guru ngobrol sering terjadinya beberapa keluhan ketika proses pembelajaran di

kelas siswa kelas VII, VIII maupun kelas IX pada umumnya, masih lemahnya penguasaan

konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam pembelajaran ketika pada

materi tertentu yang melibatkan konsep pengurangan khususnya, sering di alami oleh

beberapa siswa yang belum menguasai tentang penjumlahan pengurangan, ini dan

menandakan bahwa masih belum paham betul mengenai penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat, jangan-jangan untuk yang bilangan bulat positif dijumlahkan atau

dikurangkan dengan bilangan bulat positif saja mereka belum terampil. Kita juga melihat

bahwa beberapa siswa sudah lancar menjumlah dan mengurangkan bilangan bulat, baik yang

positif maupun yang negatif. Setelah disadari ternyata bahwa setiap anak punya daya pikir

ataupun pemahaman yang berbeda-beda. Ada anak yang dijelaskan berulang kali namun

masih belum paham juga, sementara bagi anak lain yang daya pikirnya cepat hal ini sangatlah

mudah. Bila kita melihat hasil pengerjaan siswa dalam soal matematika, sering kita

menemukan beberapa kesalahan yang mendasar, contohnya ketika memeriksa pengerjaan

siswa tentang operasi aljabar di kelas VIII, sering menemukan penjumlahan atau

pengurangan yang salah. Atau kita sering menemukan siswa kelas IX dalam penyelesai

akhir suatu soal permasalahan terjadinya kesalahan dalam hal penjumlahan maupun

pengurangan, ini menandakan rendahnya pemahaman siswa dalam operasi ini, sehingga nilai
hasil belajar siswa menjadi rendah, salah satu penyebabnya antara lain kurang mantapnya

pemahaman konsep operasi bilangan bulat.

Ketika dalam proses pembelajaran masih banyaknya siswa yang kurang aktif, walaupun

ketika dikasihkan permasalahan materi penjumlahan dan pengurangan terlihat masih banyak

siswa yang hanya diam cuma melihat temannya mengerjakan soal.

Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 4

Lembang yang berjumlah 230 siswa, ternyata 57,5 % menunjukan nilai matematika yang

melibatkan konsep operasi bilangan bulat masih rendah, berarti ini menunjukan pemahaman

konsep operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP masih kurang atau rendah.

Melihat beberapa permasalahan di atas perlu adanya upaya peningkatan pemahaman konsep

operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII. Guna

terwujudnya siswa yang benar-benar paham dalam konsep operasi penjumlahan dan

pengurangan perlunya penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga Media Takur

(Tambah dan Kurang) diharapkan akan meningkatkan pemahaman konsep operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang nantinya berdampak untuk

peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam skala yang lebih luas.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII untuk operasi penjumlahan

dan pengurangan bilangan bulat maka berusaha untuk memberikan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga. Seiring dengan usaha tersebut, melalui Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) berusaha meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat. PTK ini diharapkan mampu memberikan alternatif-alternatif penyelesaian

mengenai kesulitan pemahaman siswa kelas VII di kelas.


Melihat beberapa permasalahan di atas, maka penulis mencoba membuat PTK yang berjudul

“PENGGUNAAN PERAGA MEDIA TAMBAH DAN KURANG UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI

4 LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT”

C. RUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH

Penggunaan peraga media tambah dan kurang merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan pemahaman operasi penjumlahan dan pengurangan Kelas VII SMP Negeri 4

Lembang dan terciptanya suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Dari uraian permasalahan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika materi operasi

bilangan bulat dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah Penggunaan Peraga Media

Tambah dan Kurang dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII SMPN 4 Lembang Kabupaten

Bandung Barat?”

Masalah yang sudah dikemukakan di atas dapat dirinci dalam bentuk pembatasan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menyusun perencanaan tindakan dalam upaya meningkatkan pemahaman

konsep operasi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas VII A SMPN 4

Lembang dengan penggunaan peraga media tambah dan kurang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk melihat pemahaman konsep operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan peraga media tambah dan

kurang

3. Bagaimana menyusun perangkat instrumen evaluasi berupa observasi kinerja guru,

angket sikap peserta didik dan angket keterampilan dan kreatifitas untuk mengetahui
hasil belajar guna tercapainya suatu tujuan dengan diadakannya penelitian

tindakan kelas (PTK)

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan ini diharapkan dapat menemukan cara pemahaman siswa

dalam menerapkan penggunaan peraga media tambah dan kurang untuk memberi

motivasi proses dan hasil belajar yang tepat.

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Untuk melihat atau mengetahui tingkat pemahaman konsep operasi penjumlahan dan

pengurangan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang pada materi operasi bilngan

bulat.

2. Untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media tambah dan kurang terhadap

tingkat pemahaman konsep, motivasi dan prestasi belajar siswa .

2. Manfaat Penelitian

Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan diharapkan penelitian ini

dapat bermanfaat dan mendatangkan temuan bagi penulis. Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik : hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas VII SMP Negeri 4

Lembang pada khususnya dengan menggunakan peraga media takur (tambah dan

kurang)
2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pedoman sebagai

upaya yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk

terwujudnya peningkatan mutu pendidikan.

3. bagi sekolah : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

masukan, inovasi pembelajaran dalam meningkatkan kualitas sekolah dan mendukung

penilaian akreditasi.

4. Bagi peneliti : hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk melihat dan

mengkaji pelaksanaan proses belajar mengajar.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian alat peraga

Menurut Standar Isi Permendiknas Nomer 22 Tahun 2006, matematika mulai dipelajari dari

sekolah dasar, untuk itu agar siswa dapat memahami matematika dengan baik diperlukan

pemahaman konsep dasar dalam matematika. Menurut teori J. Piaget perkembangan

intelektual seseorang hingga dewasa terbagi atas empat tahap yaitu

a. Tahap sensorik motorik (0 – 2 tahun)

b. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)

c. Tahap operasional konkrit (7 – 11 tahun)

d. Tahap formal (lebih dari 11 tahun)

Selain Piaget ahli lain mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan belajar seseorang

adalah Bruner. Menurut Fajar (15, Psikologi dan Teori Belajar matematika, 2008) Bruner

membagi proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan dengan menggunakan benda

konkrit atau menggunakan situasi nyata bagi para siswa.

b. Tahap Ikonik

Setelah mempelajari pengetahuan dengan benda nyata atau benda konkrit, tahap berikutnya

adalah tahap ikonik yaitu siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau

diagram sebagi perwujudan dari kegiatan yang menggunakan

benda konkrit atau nyata.

c. Tahap simbolik

Selain dua tahap diatas masih ada satu tahap lagi yaitu tahap simbolik dimana siswa

mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk symbol-simbol abstrak. Dengan kata lain siswa

harus mengalami proses berabstraksi.

Berdasarkan teori di atas, siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkrit

menuju ke tahap formal. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai konsep-konsep

matematika yang bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa

masih diperlukan azas peragaan. Karenanya ketika proses pembelajaran matematika

berlangsung sudah seharusnya menggunakan model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu

alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.

Berkaitan dengan topik-topik tertentu yang dapat membantu pemahaman siswa.

Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara

sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep

atau prinsip-prinsip dalam Matematika (Djoko Iswadji, 2003:1). Menurut Estiningsih (1994),
alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri

dari konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran . Kata

media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang

secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

pembelajaran terjadi (Sadiman,2002:6).

2. Manfaat dan fungsi alat peraga dalam pembelajaran

Alat peraga dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan

tercapai kompetensinya oleh siswa. Oleh karena itu perlu mengetahui fungsi alat peraga

sebagai berikut, menurut Sumardiyono setidaknya ada enam golongan alat peraga yaitu

a. Models (memodelkan suatu konsep)

Alat peraga jenis model ini berfungsi untuk memvisualkan atau mengkonkretkan (physical)

konsep matematika

b. Bridge (menjembatani ke arah konsep)

Alat peraga ini bukan merupakan wujud konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan

sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep matematika.

Fungsi ini menjadi sangat dominan bila mengingat bahwa kebanyakan konsep-konsep

matematika masih sangat abstrak bagi kebanyakan siswa.

c. Skills (mentrampilkan fakta, konsep, atau prinsip)

Alat peraga ini secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat,

memahami atau menggunakan konsep-konsep matematika. Jenis alat peraga ini biasanya

berbentuk permainan ringan dan memiliki penyelesaian yang rutin (tetap).


d. Demonstration (mendemonstrasikan konsep, operasi, atau prinsip matematika)

Alat peraga ini memperagakan konsep matematika sehingga dapat dilihat secara jelas

(terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible) atau dapat

disentuh (touchable). Jadi, konsep matematikanya hanya “diperlihatkan” apa adanya.

e. Aplication (mengaplikasikan konsep)

Jenis alat peraga ini tidak secara langsung tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia

dibentuk dari konsep matematika tersebut. Jelasnya, alat peraga jenis ini tidak dimaksudkan

untuk memperagakan suatu konsep tetapi sebagai contoh penerapan atau aplikasi suatu

konsep matematika tersebut.

f. Sources (sumber untuk pemecahan masalah)

Alat peraga yang kita golongkan ke dalam jenis ini adalah alat peraga yang menyajikan suatu

masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problem-

solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Penyelesaian masalah yang disuguhkan dalam

alat peraga tersebut tidak terkait dengan hanya satu konsep matematika atau satu

keterampilan matematika saja, tetapi merupakan gabungan beberapa konsep, operasi atau

prinsip. Hal ini bermanfaat untuk melatih kompetensi yang dimiliki siswa dan melatih

ketrampilan problem-solving.

3. Kompetensi pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika SMP

Peranan matematika semakin dianggap penting sejak sejarah perkembangan beradaban

manusia sampai sekarang baik bagi perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan

(misalnya bagi perkembangan ilmuilmu pengetahuan dan teknologi) maupun bagi

perkembangan setiap individu.


Bagi individu matematika berguna untuk memperoleh ketrampilan-ketrampilan tertentu dan

untuk pengembangan cara berfikir (Susilo, dkk. 1998, 25), sedangkan menurut Ruseffendi

(1995: 81-88) matematika berfungsi sebagai cara manusia berfikir sehingga keabsahan

(validitas) dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Selain itu matematika berfungsi

sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu artinya tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi

untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teorits maupun kepentingan praktis

sebagai aplikasi dari matematika.

Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman konsep yang

baik sebagai dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut, hal ini sangat dipengaruhi oleh

faktor model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang pasif akan menghambat

kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses

pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang

apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat

oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat,

jelas dan menarik. Keaktifan siswa dan belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

Permasalahan lain pembelajaran matematika yang ditemukan adalah faktor guru dan materi

ajar. Mengingat pentingnya belajar matematika,

seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode

pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan

agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa dan juga rasa takut. Mempelajari matematika

tidak lepas dari operasi hitung. Keterampilan berhitung tidak hanya berguna dalam persoalan

matematika melainkan juga berguna untuk pelajaran lain dan persoalan pada kehidupan
sehari-hari. Jika pemahaman siswa mengenal operasi hitung sangat lemah, hal ini akan sangat

menghambat siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran matematika ataupun pada pelajaran

lain yang membutuhkan basic berhitung yang handal. Berhitung merupakan modal utama dari

matematika dan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan

teknologi, sehingga pemahaman konsep hitung sangat diperlukan siswa sebagai modal utama

dalam mengikuti pembelajaran matematika.

4. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

a. Pengertian Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :

 • Bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …)

 • Nol : 0

 • Bulat Negatif ( …,-5,-4,-3,-2,-1)

Himpunan Bilangan bulat

A = { …, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, … }

Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan ganjil :

 • Bilangan bulat genap { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }

Bilangan yang habis dibagi dengan 2

 • Bilangan bulat ganjil { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }

Bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa -1 atau 1

b. Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat :

1). Penjumlahan dan Sifat-sifatnya


a). Sifat Asosiatif

(a+b)+c=a+(b+c)

Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12

b). Sifat Komutatif

a+b=b+a

Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9

c). Unsur Identitas terhadap penjumlahan

Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan a + 0 = 0 + a

Contoh :

6+0=0+6

d). Unsur invers terhadap penjumlahan

Invers jumlah (lawan) dari a adalah -a

Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a

a + (-a) = (-a) + a

contoh :

5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
e.) Bersifat tertutup

Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga.

a dan b ∈ bilangan bulat maka a + b = c ; c ∈ bilangan bulat

contoh :

4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈ bilangan bulat

b). Pengurangan dan Sifat-sifatnya

a). Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :

a – b = a + (-b)

a – (-b) = a + b

contoh:

8 – 5 = 8 + (-5) = 3

7 – (-4) = 7 + 4 = 11

b). Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku

a–b≠b–a

(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )

Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 􀃆 4 ≠ – 4

(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 􀃆 2 ≠ 8

c). Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :

a – 0 = a dan 0 – a = -a

d). Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah bilangan

bulat juga: a dan b ∈ bilangan bulat maka a – b = c ; c ∈ bilangan bulat

contoh :

7 – 8 = -1 ; 7,8,-1 ∈ bilangan bulat

1. 5. Pemahaman konsep operasi hitung pada bilangan bulat.

Untuk menanamkan konsep tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa

memang terasa sulit. Namun kita harus berusaha semaksimal mungkin supaya peserta didik

kita dapat menguasai konsep tersebut. Cara untuk menanamkan konsep pada PTK kali ini

bahwa penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat dengan menggunakan peraga

media (tambah dan kurang).

Media takur di perlukan alat dan bahan sebagai beriku :

1. Kertas Karton

2. Kertas Kliping

3. Lakban Plastik

4. Kardus
Media takur sendiri dimodifikasi semenarik mungkin dimana untuk mempermudah dalam

pelaksanaan, menarik perhatian siswa.

Demonstrasi alat peraga dapat digunakan sebagai berikut :

1. 2 + 3 = ……

Peragaan Media Takur :

2 kartu + menunjukan nilai 2

Ditambah dengan

3 kartu + menunjukan nilai 3

Sehingga terdapat 5 kartu +

1. 2 + (-3) = …..

Peragaan Media Takur :

0 2 kartu + menunjukan nilai 2

Ditambah dengan

3 kartu – menunjukan nilai -3

Sehingga menyisakan 1 kartu –

-1
1. 3 – 2 = ……

Peragaan Media Takur :

3 kartu + menunjukan nilai 3

Diambil dengan

diambil (2 kartu + menunjukan nilai 2)

sisa 1

1. 2 – 3 = …..

Peragaan Media Takur :

2 kartu + menunjukan nilai 3

Diambil dengan

Seharusnya diambil 3 kartu +, karena tidak ada maka harus ditambah

0, sehingga menjadi

Ambil 3 kartu +, sehingga bersisa 1 kartu –

-1

1. 2 – (-3) = …..

Peragaan Media Takur :

2 kartu + menunjukan nilai 3


Diambil dengan

Seharusnya diambil 3 kartu 3, karena tidak ada maka harus ditambah

0, sebanyak tiga pasang sehingga menjadi

Lalu ambil 3 kartu –

Sehingga bersisa

1. 6. Alat Peraga Media Tambah dan Kurang

Alat peraga media tambah dan kurang adalah suatu alat peraga yang dibuat oleh guru dan

dimodifikasi semenarik mungkin. Media Peraga Tambah Kurang sendiri dibuat dengan

menggunakan fasilitas Komputer, dengan menggabungkan gambar-gambar yang

berhubungan dengan media tambah kurang tersebut. Media peraga yang diberikan dalam

pembelajaran terdiri dari : Papan Media operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

terdiri atas kartu kartu bertanda positif (“+”) dan kartu-kartu bertanda negatif (“−”). Dalam

memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk siswa kelas

VII, sebagian besar siswa masih banyak mengalami kesulitan utamanya mengenai

pengurangan bilangan negatif. Oleh karena itu guru selalu berusaha untuk menentukan atau

mengembangkan cara yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut. Salah satunya adalah

dengan menggunakan alat bantu yaitu alat peraga yang berupa kartu-kartu bertanda positif (+)

dan negatif (−). Alat peraga ini dipergunakan untuk membantu memahami konsep operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


Beberapa ketentuan dalam memperagakan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat pada alat peraga ini adalah:

1. Menyediakan kartu bertanda ”+” dan kartu bertanda ”–” sebanyak minimal masing-

masing 20 kartu (sesuai dengan kebutuhan). Kartu bertanda ”+” ini digunakan untuk

mewakili bilangan bulat positif dan kartu bertanda ”–” ini digunakan untuk mewakili

bilangan bulat negatif.

2. Operasi penjumlahan adalah proses meletakkan kartu ”+” atau meletakkan kartu ”–”.

Sedangkan operasi pengurangan adalah proses mengambil kartu ”+” atau mengambil

kartu ”–”.

3. Apabila kartu bertanda positif bertemu dengan kartu bertanda negatif maka diperoleh

hasil 0.

(Gambar dan alat lainnya terlampir)

F. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian lapangan yang berjenis

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek)

lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga

bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam

penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian

berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap

teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,

memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan

menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu,

dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian

ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif

kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Menurut S. Nasution (2003:18),:

penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data

yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat

pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau

wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.

Penelitian kualitatif ini bersifat general teory bukan hypotesis testing sehingga teori yang

dihasilkan berupa teori substantive dan teori-teori yang diangkat dari dasar (grounded

theory).

G. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 4 Lembang Kabupaten Bandung

Barat.

H. DESAIN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan sekitar bulan Juli – Agustus (Awal semester 1 Kelas VII) karena

SK.1 Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan

masalah, serta KD1.1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, berada pada

awal tahun ajaran baru.

Sementara itu, untuk tempat penelitian adalah di kelas VII A SMPN 4 Lembang Kabupaten

Bandung Barat.
I. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Tes

Tes dapat berupa isian singkat maupun pilihan ganda, variasi soal tentunya dilakukan dengan

merujuk KD 1.1. dan indikator yang dijabarkan dari Stándar Isi yang ada.

1. Observasi

Observasi adalah alat pengumpul data berupa pedoman observasi/lembar pengamatan yang

paling umum dilakukan orang untuk mengetahui suatu fenomena. Observasi ini untuk

mengamatai selama pembelajaran berlangsung.

3) Wawancara

Untuk wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan dapat terarah

pada fokus penelitian.

Wawancara ini untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran konsep bilangan

bulat dengan alat peraga, maka sampel diambil mewakili siswa yang pandai, siswa yang

sedang, dan siswa yang dibawah rata-rata.

J. PROSEDUR PENELITIAN

1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang

terdiri dari beberapa siklus.

2. Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari:

a) Planning (Perencanaan)
Pada tahapan ini berupa menyusun rencana tindakan yang menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan

b) Acting (Tindakan)

pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang diterapkan

c) Observing (Pengamatan)

tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan

pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama.

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengamatan dapat berupa soal tes, kuis, rubrik,

lembar observasi, dan catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif.

d) Reflection (Refleksi)

Dalam PTK ini mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas

tindakan yang dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya.

Hal yang dapat direncanakan pada PTK ini mulai dengan siklus pertama, sedangkan rencana

tindakan untuk siklus kedua dan seterusnya dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus

sebelumnya.

Siklus 1

1) Perencanaan
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang operasi bilangan bulat

dengan menggunakan peraga media tambah dan kurang untuk operasi penjumlahan dan

pengurangan.

b) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota yang berdekatan, yakni satu

meja satu kelompok.

c) Menyiapkan dan membuat satu set alat peraga untuk setiap satu kelompok meja (lihat

Lampiran 3)

d) Membuat lembar kerja siswa (LKS) yang akan dikerjakan oleh setiap kelompok dalam

proses pembelajaran.

e) Menyusun alat evaluasi berupa naskah soal formatif untuk seluruh siswa

f) Menyiapkan Lembar Pengamatan Guru dan Lembar Pengamatan Siswa yang berguna

untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas.

g) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai setiap siswa.

2). Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dua kali pertemuan dengan alokasi 2 jp @ 40

menit atau waktu 2 × 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada awal Juli 2011.

Langkah-langkah pada pertemuan pertama meliputi:

a) Guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan dan scenario pembelajaran yang

akan dilaksanakan
b) Guru menjelaskan materi tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

dengan menggunakan alat peraga.dengan kerja kelompok satu meja.

c) Guru membagi LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan.

d) Di bawah bimbingan guru, guru meminta beberapa kelompok yang representatif untuk

menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan sementara kelompok lain memperhatikan

dan menanggapi.

e) Membuat kesimpulan bersama.

f) Guru membagikan soal tes akhir tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat, siswa mengerjakan soal secara individual di meja masing-masing.

g) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

3). Pengamatan

Untuk mengetahui tahap-tahap kegiatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar,

diperlukan lembar pengamatan bagi siswa dan lembar pengamatan bagi guru. Pengamatan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar pengamatan

siswa, dilakukan oleh guru peneliti sendiri.

Karena guru peneliti mengerti dan mengetahui tentang seluk beluk pembelajaran yang terjadi

dikelasnya. Sedangkan pengamatan kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar menggunakan, lembar pengamatan guru yang dilakukan oleh teman sejawat yang

lain.

4). Refleksi data


a) Reduksi data

Hasil pengamatan bagi guru dan siswa diseleksi dan difokuskan kearah tujuan penelitian.

Data yang masuk direduksi dan diklasifikasi dalam kelompok data siswa dan data guru.

(1) Data siswa

Data yang berkenaan dengan siswa dikelompokkan dalam satu data pendukung Data tersebut

meliputi;keaktifan siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan, nilai

yang diperoleh siswa

Data siswa diatas dianalisis untuk melakukan perbaikan dan penyusunan pada siklus 2.

(2) Data guru

Meliputi:cara menjelaskan penjumlahan bilangan bulat dengan alat peraga, penguasaan

materi, penguasaan kelas, dan cara membuat alat evaluasi.

b) Paparan Data

Data yang telah dikelompokkan dalam data pendukung di buat dalam bentuk narasi atau

tabel.

c) Penyimpulan

Dari sajian data diambil suatu kesimpulan, apakah pemanfaatan peraga media takur (tambah

dan kurang) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep operasi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang Kabupaten

Bandung Barat.
K. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

1. Teknik Pengumpulan data

Sebagai gambaran teknik pengumpulan data, kami buat dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik Pengumpulan

No Data Alat Pengumpul Data Hasil yang diperoleh

1
Tes Butir soal tes hasil belajar siswa sebagai peningkatan pemahaman

konsep operasi hitung

ObservasiLembar Observasisikap/respon siswa

terhadap penggunaan

peraga dan tanya jawab

verbal soal latihan

sikap respon guru

terhadap pembelajaran

dengan menggunakan
peraga

WawancaraPedoman

Wawancara

triangulasi dari hasil tes belajar siswa dan sikap siswa

triangulasi respon guru

serta teman sejawat

Penjelasannya :

1) Tes

Tes dapat berupa isian singkat maupun pilihan ganda, variasi soal tentunya dilakukan dengan

merujuk KD 1.1. dan indikator yang dijabarkan dari Stándar Isi yang ada.

2). Observasi

Observasi adalah alat pengumpul data berupa pedoman observasi/lembar pengamatan

yang paling umum dilakukan orang untuk mengetahui suatu fenomena.

3) Wawancara

Untuk wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan dapat

terarah pada fokus penelitian.


Wawancara ini untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran konsep bilangan

bulat dengan alat peraga, maka sampel diambil mewakili siswa yang pandai, siswa yang

sedang, dan siswa yang dibawah rata-rata.

2. Analisis Data

Tahapan setelah pengumpulan data adalah analisis data. Kegiatan pengumpulan data yang

benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian tindakan, sedangkan analisis data akan

memberikan kehidupan dalam kegiatan penelitian.

Dalam pelaksanaan PTK ini , ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni

sebagai berikut.

1) Data Kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam

hal ini, kita dapat menggunakan analisis deskriptif. Misalnya, mencari nilai rerata, persentase

keberhasilan belajar, dsb.

2) Data Kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi

gambaran tentang ekspresi siswa terhadap tingkat pemahaman suatu mata pelajaran

(kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap penggunaan alat peraga yang baru (afektif),

aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan

diri, motivasi belajar.

L. JADWAL DAN BIAYA PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang kami lakukan adalah diawali sejak bulan juli

sampai dengan oktober 2012, untuk lengkapnya penulis buat dalam bentuk tabel.
Tabel 2. Jadwal Penelitian

Bulan Tahun 2012

Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

1
Penyusunan proposal

2
Penyusunan proposal

3
Penyusun RPP

4
Validasi instrumen

5
Perancangan/persia-pan

Anda mungkin juga menyukai