Contoh Proposal PTK
Contoh Proposal PTK
JUDUL PENELITIAN :
B. LATAR BELAKANG
Ketika para guru ngobrol sering terjadinya beberapa keluhan ketika proses pembelajaran di
kelas siswa kelas VII, VIII maupun kelas IX pada umumnya, masih lemahnya penguasaan
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam pembelajaran ketika pada
materi tertentu yang melibatkan konsep pengurangan khususnya, sering di alami oleh
beberapa siswa yang belum menguasai tentang penjumlahan pengurangan, ini dan
menandakan bahwa masih belum paham betul mengenai penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat, jangan-jangan untuk yang bilangan bulat positif dijumlahkan atau
dikurangkan dengan bilangan bulat positif saja mereka belum terampil. Kita juga melihat
bahwa beberapa siswa sudah lancar menjumlah dan mengurangkan bilangan bulat, baik yang
positif maupun yang negatif. Setelah disadari ternyata bahwa setiap anak punya daya pikir
ataupun pemahaman yang berbeda-beda. Ada anak yang dijelaskan berulang kali namun
masih belum paham juga, sementara bagi anak lain yang daya pikirnya cepat hal ini sangatlah
mudah. Bila kita melihat hasil pengerjaan siswa dalam soal matematika, sering kita
siswa tentang operasi aljabar di kelas VIII, sering menemukan penjumlahan atau
pengurangan yang salah. Atau kita sering menemukan siswa kelas IX dalam penyelesai
akhir suatu soal permasalahan terjadinya kesalahan dalam hal penjumlahan maupun
pengurangan, ini menandakan rendahnya pemahaman siswa dalam operasi ini, sehingga nilai
hasil belajar siswa menjadi rendah, salah satu penyebabnya antara lain kurang mantapnya
Ketika dalam proses pembelajaran masih banyaknya siswa yang kurang aktif, walaupun
ketika dikasihkan permasalahan materi penjumlahan dan pengurangan terlihat masih banyak
Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 4
Lembang yang berjumlah 230 siswa, ternyata 57,5 % menunjukan nilai matematika yang
melibatkan konsep operasi bilangan bulat masih rendah, berarti ini menunjukan pemahaman
konsep operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP masih kurang atau rendah.
Melihat beberapa permasalahan di atas perlu adanya upaya peningkatan pemahaman konsep
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII. Guna
terwujudnya siswa yang benar-benar paham dalam konsep operasi penjumlahan dan
pengurangan perlunya penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga Media Takur
peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam skala yang lebih luas.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII untuk operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat maka berusaha untuk memberikan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga. Seiring dengan usaha tersebut, melalui Penelitian Tindakan Kelas
Penggunaan peraga media tambah dan kurang merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman operasi penjumlahan dan pengurangan Kelas VII SMP Negeri 4
Dari uraian permasalahan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika materi operasi
bilangan bulat dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah Penggunaan Peraga Media
Tambah dan Kurang dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII SMPN 4 Lembang Kabupaten
Bandung Barat?”
Masalah yang sudah dikemukakan di atas dapat dirinci dalam bentuk pembatasan
konsep operasi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas VII A SMPN 4
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan peraga media tambah dan
kurang
angket sikap peserta didik dan angket keterampilan dan kreatifitas untuk mengetahui
hasil belajar guna tercapainya suatu tujuan dengan diadakannya penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan ini diharapkan dapat menemukan cara pemahaman siswa
dalam menerapkan penggunaan peraga media tambah dan kurang untuk memberi
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk melihat atau mengetahui tingkat pemahaman konsep operasi penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang pada materi operasi bilngan
bulat.
2. Untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media tambah dan kurang terhadap
2. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat dan mendatangkan temuan bagi penulis. Adapun manfaat dari penelitian ini
1. Peserta didik : hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas VII SMP Negeri 4
Lembang pada khususnya dengan menggunakan peraga media takur (tambah dan
kurang)
2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pedoman sebagai
upaya yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk
3. bagi sekolah : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
penilaian akreditasi.
4. Bagi peneliti : hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk melihat dan
E. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Standar Isi Permendiknas Nomer 22 Tahun 2006, matematika mulai dipelajari dari
sekolah dasar, untuk itu agar siswa dapat memahami matematika dengan baik diperlukan
Selain Piaget ahli lain mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan belajar seseorang
adalah Bruner. Menurut Fajar (15, Psikologi dan Teori Belajar matematika, 2008) Bruner
membagi proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan dengan menggunakan benda
b. Tahap Ikonik
Setelah mempelajari pengetahuan dengan benda nyata atau benda konkrit, tahap berikutnya
adalah tahap ikonik yaitu siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau
c. Tahap simbolik
Selain dua tahap diatas masih ada satu tahap lagi yaitu tahap simbolik dimana siswa
mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk symbol-simbol abstrak. Dengan kata lain siswa
Berdasarkan teori di atas, siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkrit
menuju ke tahap formal. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai konsep-konsep
matematika yang bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa
berlangsung sudah seharusnya menggunakan model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu
alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.
Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara
atau prinsip-prinsip dalam Matematika (Djoko Iswadji, 2003:1). Menurut Estiningsih (1994),
alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri
dari konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran . Kata
media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
Alat peraga dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan
tercapai kompetensinya oleh siswa. Oleh karena itu perlu mengetahui fungsi alat peraga
sebagai berikut, menurut Sumardiyono setidaknya ada enam golongan alat peraga yaitu
Alat peraga jenis model ini berfungsi untuk memvisualkan atau mengkonkretkan (physical)
konsep matematika
Alat peraga ini bukan merupakan wujud konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan
sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep matematika.
Fungsi ini menjadi sangat dominan bila mengingat bahwa kebanyakan konsep-konsep
Alat peraga ini secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat,
memahami atau menggunakan konsep-konsep matematika. Jenis alat peraga ini biasanya
Alat peraga ini memperagakan konsep matematika sehingga dapat dilihat secara jelas
(terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible) atau dapat
Jenis alat peraga ini tidak secara langsung tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia
dibentuk dari konsep matematika tersebut. Jelasnya, alat peraga jenis ini tidak dimaksudkan
untuk memperagakan suatu konsep tetapi sebagai contoh penerapan atau aplikasi suatu
Alat peraga yang kita golongkan ke dalam jenis ini adalah alat peraga yang menyajikan suatu
masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problem-
solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Penyelesaian masalah yang disuguhkan dalam
alat peraga tersebut tidak terkait dengan hanya satu konsep matematika atau satu
keterampilan matematika saja, tetapi merupakan gabungan beberapa konsep, operasi atau
prinsip. Hal ini bermanfaat untuk melatih kompetensi yang dimiliki siswa dan melatih
ketrampilan problem-solving.
manusia sampai sekarang baik bagi perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan
untuk pengembangan cara berfikir (Susilo, dkk. 1998, 25), sedangkan menurut Ruseffendi
(1995: 81-88) matematika berfungsi sebagai cara manusia berfikir sehingga keabsahan
(validitas) dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Selain itu matematika berfungsi
sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu artinya tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi
untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teorits maupun kepentingan praktis
baik sebagai dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut, hal ini sangat dipengaruhi oleh
faktor model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang pasif akan menghambat
kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang
apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat
oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat,
jelas dan menarik. Keaktifan siswa dan belajar merupakan salah satu faktor yang
Permasalahan lain pembelajaran matematika yang ditemukan adalah faktor guru dan materi
seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode
pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan
agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa dan juga rasa takut. Mempelajari matematika
tidak lepas dari operasi hitung. Keterampilan berhitung tidak hanya berguna dalam persoalan
matematika melainkan juga berguna untuk pelajaran lain dan persoalan pada kehidupan
sehari-hari. Jika pemahaman siswa mengenal operasi hitung sangat lemah, hal ini akan sangat
menghambat siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran matematika ataupun pada pelajaran
lain yang membutuhkan basic berhitung yang handal. Berhitung merupakan modal utama dari
matematika dan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan
teknologi, sehingga pemahaman konsep hitung sangat diperlukan siswa sebagai modal utama
Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :
• Nol : 0
(a+b)+c=a+(b+c)
Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
a+b=b+a
Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan a + 0 = 0 + a
Contoh :
6+0=0+6
a + (-a) = (-a) + a
contoh :
5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
e.) Bersifat tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga.
contoh :
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
a–b≠b–a
(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )
Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 4 ≠ – 4
(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 2 ≠ 8
a – 0 = a dan 0 – a = -a
d). Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah bilangan
contoh :
Untuk menanamkan konsep tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa
memang terasa sulit. Namun kita harus berusaha semaksimal mungkin supaya peserta didik
kita dapat menguasai konsep tersebut. Cara untuk menanamkan konsep pada PTK kali ini
bahwa penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat dengan menggunakan peraga
1. Kertas Karton
2. Kertas Kliping
3. Lakban Plastik
4. Kardus
Media takur sendiri dimodifikasi semenarik mungkin dimana untuk mempermudah dalam
1. 2 + 3 = ……
Ditambah dengan
1. 2 + (-3) = …..
Ditambah dengan
-1
1. 3 – 2 = ……
Diambil dengan
sisa 1
1. 2 – 3 = …..
Diambil dengan
0, sehingga menjadi
-1
1. 2 – (-3) = …..
Sehingga bersisa
Alat peraga media tambah dan kurang adalah suatu alat peraga yang dibuat oleh guru dan
dimodifikasi semenarik mungkin. Media Peraga Tambah Kurang sendiri dibuat dengan
berhubungan dengan media tambah kurang tersebut. Media peraga yang diberikan dalam
pembelajaran terdiri dari : Papan Media operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
terdiri atas kartu kartu bertanda positif (“+”) dan kartu-kartu bertanda negatif (“−”). Dalam
memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk siswa kelas
VII, sebagian besar siswa masih banyak mengalami kesulitan utamanya mengenai
pengurangan bilangan negatif. Oleh karena itu guru selalu berusaha untuk menentukan atau
mengembangkan cara yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut. Salah satunya adalah
dengan menggunakan alat bantu yaitu alat peraga yang berupa kartu-kartu bertanda positif (+)
dan negatif (−). Alat peraga ini dipergunakan untuk membantu memahami konsep operasi
1. Menyediakan kartu bertanda ”+” dan kartu bertanda ”–” sebanyak minimal masing-
masing 20 kartu (sesuai dengan kebutuhan). Kartu bertanda ”+” ini digunakan untuk
mewakili bilangan bulat positif dan kartu bertanda ”–” ini digunakan untuk mewakili
2. Operasi penjumlahan adalah proses meletakkan kartu ”+” atau meletakkan kartu ”–”.
Sedangkan operasi pengurangan adalah proses mengambil kartu ”+” atau mengambil
kartu ”–”.
3. Apabila kartu bertanda positif bertemu dengan kartu bertanda negatif maka diperoleh
hasil 0.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian lapangan yang berjenis
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan
dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian
ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif
penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data
yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat
pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau
wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.
Penelitian kualitatif ini bersifat general teory bukan hypotesis testing sehingga teori yang
dihasilkan berupa teori substantive dan teori-teori yang diangkat dari dasar (grounded
theory).
G. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 4 Lembang Kabupaten Bandung
Barat.
H. DESAIN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan sekitar bulan Juli – Agustus (Awal semester 1 Kelas VII) karena
SK.1 Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah, serta KD1.1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, berada pada
Sementara itu, untuk tempat penelitian adalah di kelas VII A SMPN 4 Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
I. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Tes
Tes dapat berupa isian singkat maupun pilihan ganda, variasi soal tentunya dilakukan dengan
merujuk KD 1.1. dan indikator yang dijabarkan dari Stándar Isi yang ada.
1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpul data berupa pedoman observasi/lembar pengamatan yang
paling umum dilakukan orang untuk mengetahui suatu fenomena. Observasi ini untuk
3) Wawancara
Untuk wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan dapat terarah
Wawancara ini untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran konsep bilangan
bulat dengan alat peraga, maka sampel diambil mewakili siswa yang pandai, siswa yang
J. PROSEDUR PENELITIAN
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang
a) Planning (Perencanaan)
Pada tahapan ini berupa menyusun rencana tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan
b) Acting (Tindakan)
pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang diterapkan
c) Observing (Pengamatan)
tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan
pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama.
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengamatan dapat berupa soal tes, kuis, rubrik,
lembar observasi, dan catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif.
d) Reflection (Refleksi)
Dalam PTK ini mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna
Hal yang dapat direncanakan pada PTK ini mulai dengan siklus pertama, sedangkan rencana
tindakan untuk siklus kedua dan seterusnya dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus
sebelumnya.
Siklus 1
1) Perencanaan
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang operasi bilangan bulat
dengan menggunakan peraga media tambah dan kurang untuk operasi penjumlahan dan
pengurangan.
b) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota yang berdekatan, yakni satu
c) Menyiapkan dan membuat satu set alat peraga untuk setiap satu kelompok meja (lihat
Lampiran 3)
d) Membuat lembar kerja siswa (LKS) yang akan dikerjakan oleh setiap kelompok dalam
proses pembelajaran.
e) Menyusun alat evaluasi berupa naskah soal formatif untuk seluruh siswa
f) Menyiapkan Lembar Pengamatan Guru dan Lembar Pengamatan Siswa yang berguna
g) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai setiap siswa.
2). Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dua kali pertemuan dengan alokasi 2 jp @ 40
menit atau waktu 2 × 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada awal Juli 2011.
a) Guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan dan scenario pembelajaran yang
akan dilaksanakan
b) Guru menjelaskan materi tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
d) Di bawah bimbingan guru, guru meminta beberapa kelompok yang representatif untuk
dan menanggapi.
f) Guru membagikan soal tes akhir tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
3). Pengamatan
Untuk mengetahui tahap-tahap kegiatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar,
diperlukan lembar pengamatan bagi siswa dan lembar pengamatan bagi guru. Pengamatan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar pengamatan
Karena guru peneliti mengerti dan mengetahui tentang seluk beluk pembelajaran yang terjadi
mengajar menggunakan, lembar pengamatan guru yang dilakukan oleh teman sejawat yang
lain.
Hasil pengamatan bagi guru dan siswa diseleksi dan difokuskan kearah tujuan penelitian.
Data yang masuk direduksi dan diklasifikasi dalam kelompok data siswa dan data guru.
Data yang berkenaan dengan siswa dikelompokkan dalam satu data pendukung Data tersebut
meliputi;keaktifan siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan, nilai
Data siswa diatas dianalisis untuk melakukan perbaikan dan penyusunan pada siklus 2.
b) Paparan Data
Data yang telah dikelompokkan dalam data pendukung di buat dalam bentuk narasi atau
tabel.
c) Penyimpulan
Dari sajian data diambil suatu kesimpulan, apakah pemanfaatan peraga media takur (tambah
dan kurang) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
K. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Sebagai gambaran teknik pengumpulan data, kami buat dalam Tabel di bawah ini.
Tehnik Pengumpulan
1
Tes Butir soal tes hasil belajar siswa sebagai peningkatan pemahaman
terhadap penggunaan
terhadap pembelajaran
dengan menggunakan
peraga
WawancaraPedoman
Wawancara
Penjelasannya :
1) Tes
Tes dapat berupa isian singkat maupun pilihan ganda, variasi soal tentunya dilakukan dengan
merujuk KD 1.1. dan indikator yang dijabarkan dari Stándar Isi yang ada.
2). Observasi
3) Wawancara
bulat dengan alat peraga, maka sampel diambil mewakili siswa yang pandai, siswa yang
2. Analisis Data
Tahapan setelah pengumpulan data adalah analisis data. Kegiatan pengumpulan data yang
benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian tindakan, sedangkan analisis data akan
Dalam pelaksanaan PTK ini , ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni
sebagai berikut.
1) Data Kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam
hal ini, kita dapat menggunakan analisis deskriptif. Misalnya, mencari nilai rerata, persentase
2) Data Kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang ekspresi siswa terhadap tingkat pemahaman suatu mata pelajaran
(kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap penggunaan alat peraga yang baru (afektif),
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang kami lakukan adalah diawali sejak bulan juli
sampai dengan oktober 2012, untuk lengkapnya penulis buat dalam bentuk tabel.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Penyusunan proposal
2
Penyusunan proposal
3
Penyusun RPP
4
Validasi instrumen
5
Perancangan/persia-pan