Salah satu batasan yang paling banyak dipakai adalah kadar glukosa plasma
< 2,6 mmol/l atau < 47 mg/dl untuk neonatus cukup bulan maupun neonatus
kurang bulan (menggunakan glukometer).
Insidens ini bervariasi sesuai dengan definisi, populasi, metode dan waktu pemberian makan dan tipe
dari uji glukosa.
Insidens hipoglikemia pada neonatus lebih besar daripada bayi yang lebih tua atau anak-anak.
Pemberian asi yang lebih cepat mengurangi kejadian hipoglikemia pada anak-anak. Prematur,
hipotermia, hipoksia, ibu yang menderita diabetes/gestasional diabetes, dan pertumbuhan janin
terhambat meningkatkan insidens hipoglikemia.
FAKTOR RESIKO
• Diabetes mellitus maternal (diabetes mellitus bergantung insulin atau diabetes mellitus
gestasional)
• Obesitas maternal
• Infus glukosa yang banyak atau cepat sesaat sebelum persalinan
Antenatal: • terapi agonis atau antagonis beta adrenergic pada ibu
•bayi prematur
•bayi kecil untuk masa kehamilan /wasted infants
•Stressed infants,seperti infeksi atau hipoksia. Dalam keadaan hipoksia pembentukan energi tidak efisien. Dalam keadaan
normal 1 gram glukosa menghasilkan 38 ATP, sedangkan dalam keadaan hipoksia hanya 2 ATP.
Cadangan energi •bayi dengan kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis sering mempunyai cadangan glikogen yang rendah sehingga tidak
kurang ada cadangan energi yang dapat diubah menjadi glukosa.
Prematur dan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) rentan untuk mengalami
hipoglikemia.
Bayi-bayi ini kecil bisa karena premature atau gangguan transfer nutrisi melalui plasenta.
Pada kebanyakan kasus, kondisinya membaik sendiri, tapi bisa saja terus ada hingga umur 7
bulan.
Kontras terhadap defisiensi substrat atau enzim, sistem hormonal kebanyakan berkembang
dan berfungsi sempurna sejak lahir pada neonatus resiko rendah. Walaupun terdapat
hipoglikemia, konsentrasi plasma akan alanin, laktat dan piruvat adalah tinggi,
menunjukkan kurangnya penggunaannya sebagai substrat untuk glukoneogenesis.
Infus alanin memacu sekresi glucagon tetapi tidak berpengaruh pada peningkatan glukosa
yang signifikan.
Pada awal 24 jam kehidupan, konsentrasi asetoasetat dan β-hydroxybutyrate lebih rendah
pada bayi KMK dibanding pada bayi cukup bulan, menunjukkan terdapat kurangnya
cadangan lemak, mobilisasi asam lemak yang berkurang, ketogenesis yang terganggu, atau
kombinasi dari beberapa kondisi tadi.
Beberapa bayi dengan perinatal asfiksia dan beberapa bayi KMK bisa mengalami transient
hiperinsulinemia, yang memudahkan terjadinya hipoglikemia dan pengurangan suplai asam
lemak bebas.
Kegunaan asam lemak bebas dan oksidasinya dalam
menstimulasi glukoneogenesis neonatal adalah sangat
penting.
Hipertropi dan hyperplasia dari islet biasanya ada, dan insulin memiliki respon
yang sudah matur terhadap glukosa; biasanya respon insulin seperti ini belum
ada pada bayi normal.
Bayi yang lahir dari ibu yang diabetik biasanya memiliki kadar glucagon yang
subnormal setelah lahir , sekresi glucagon yang subnormal karena rangsang
stimuli dan aktivitas simpatis yang berlebihan bisa berujung pada kelelahan
adrenomodular yang tergambar pada penurunan ekresi epinefrin di urin.
Konsekuensi dari fungsi hormonal yang abnormal ini adalah produksi glukosa
endogen yang secara signifikan terhambat dibanding pada bayi normal, sehingga
merupakan predisposisi dari terjadinya hipoglikemia.
Ibu yang diabetesnya dikontrol selama kehamilan, dan
kelahiran biasanya memiliki bayi yang berukuran hampir
sama dengan bayi normal yang kemungkinan mengalami
neonatal hipoglikemi dan komplikasi lainnya lebih kecil.
Tiga keadaan yang memfasilitasi transisi ini: perubahan hormon, perubahan reseptor, dan perubahan aktifitas enzim
utama.
Terdapat 3 hingga 5 kali lipat peningkatan konsentrasi glucagon dalam menit hingga jam kelahiran.
Insulin akan menurun pada awalnya dan tetap pada rentang basal dan tidak bereaksi terhadap stimulus semacam glukosa.
Epinefrin bisa meningkatkan sekresi growth hormone melalui mekanisme α-adrenergic; growth hormone tinggi tingkatnya
pada saat kelahiran.
Perubahan hormonal pada saat kelahiran ini memobilisasi glukosa melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis, aktivasi
lipolisis, dan ketogenesis.
Akibat proses ini, konsentrasi glukosa plasma mulai stabil setelah penurunan
sedikit pada saat lahir, cadangan glikogen hati berkurang dalam beberapa jam
setelah kelahiran, dan glukoneogenesis dari alanin, asam amino glukoneogenik
utama, menyumbangkan ≈10% glukosa pada neonatus pada beberapa jam
pertama.
Glukosa sebagian besar digunakan untuk utilisasi otak sedangkan asam lemak bebas dan
keton digunakan sebagai energi alternatif untuk otot dan sebagai factor glukoneogenik yang
esensial seperti acetyl coenzyme A (CoA) dan bentuk reduksi nicotinamide-adenine
dinucleotide (NADH) dari oksidasi asalm lemak hati, yang dibutuhkan untuk
glukoneogenesis.
Pada masa postnatal awal, respon endokrin pancreas berhubungan dengan glucagon agar konsentrasi gula darah
dapat dipertahankan.
Perubahan adaptif terhadap sekresi hormon ini paralel dengan perubahan reseptor hormon.
Enzim-enzim utama yang terlibat dalam produksi glukosa juga berubah pada periode perinatal.
Sehingga, terdapat penurunan cepat dari aktifitas glikogen sintase, dan peningkatan yang cepat dari fosforilase
setelah kelahiran.
Mirip dengan keadaan tadi, jumlah enzim untuk glukoneogenesis, phosphoenolpyruvate carboxykinase,
meningkat secara dramatis setelah lahir, teraktivasi oleh peningkatan glucagon dan kurangnya insulin.
Ini bisa menjelaskan beberapa penyebab neonatal hipoglikemi oleh karena perubahan yang tidak sesuai terhadap
sekresi hormon dan kekurangan cadangan substrat seperti glikogen hati, otot sebagai sumber asam amino untuk
glukoneogenesis, dan cadangan lemak untuk pelepasan asam lemak.
Sebagai tambahan, aktivitas yang sesuai dari enzim-enzim utama dibutuhkan untuk mengatur homeostasis
glukosa.
MANIFESTASI KLINIS
• Sakit kepala
• kecemasan*
• Gangguan Mental*
• berkeringat • Gangguan Penglihatan (ketajaman ↓, diplopia)*
• Perubahan kepribadian organic*
• palpitasi (takikardi)
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi*
• pucat • Disartria
• Parestesia
• gemetar
• Pusing
• lemah • Amnesia
• Ataksia, inkoordinasi
• lapar
• Somnolen, lethargi
• mual • Kejang
• Koma
• mutah
• Stroke, hemiplegia, aphasia
• angina (dengan arteria koronaria normal) • Posisi deserebrasi atau dekortikasi
* biasa(sering)
PENATALAKSAAN
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
2 Jam
PERIKSA KGD
24 jam 2 jam
2 jam
24 jam HIPOGLIKEMI
KGD Normal Ulangi seperti
di atas
KGD Normal
Lanjut IVFD 2 jam
Dextrose 10%
HIPOGLIKEMI
Ulangi seperti
24 jam di atas
KGD Normal
Lanjut IVFD
HIPOGLIKEMI
Dextrose 10%
Berikan Hidrokortison 5-10 mg/kg/BB
Setiap 12 jam selama 3 hari
24 jam
STOP
Lanjut ASI oral HIPOGLIKEMI
Cari Penyebab Sekunder
KOMPLIKASI
Sedang (32-36,4°C)
Ggn nafas, HR < 100
Letargi, malas minum
Berat < 32°C
Kulit keras
Nafas pelan & dalam
Suhu tidak stabil (36-39°C)
Sepsis
CARA PENGHANGATAN BAYI
Ø Kontak kulit
Ø Kangaroo mother care
Ø Pemancar panas
Ø Lampu
Ø Inkubator
Ø Boks penghangat
TATALAKSANA
Hipotermia sedang
Hipotermia berat
ü Inkubator / pemancar
ü Ganti baju, selimut
ü Hindari panas berlebihan
ü GGN nafas :O2
ü IV line
ü Koreksi hipoglikemia
ü Perhatikan penyulit
ü Periksa suhu tiap jam
PERAWATAN DENGAN INKUBATOR
BERAT 35°C 34 33 32
BADAN BAYI