Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PHBS adalah kesehatan lingkungan. Dua istilah penting dalam kesehatan


lingkungan yang harus dipahami dan diinterpretasikan sama oleh seluruh
tenaga kesehatan yang terlibat agar kegiatan bisa terlaksana dengan baik.
Lingkungan diartikan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, ekonomi, sosial,
budaya, dan politik yang mempengaruhi dari komunitas tersebut.sedangkan
kesehatan dari suatu komunitas bergantung pada integritas lingkungan fisik,
nilai kemanusiaan dalam hubungan sosialketersediaan sumber daya yang
diperlukan dapat mempertahankan hidup dan penanggulangan penyakit,
mengatasi kesehatan.

Konsep pemberdayaan mengemukan sejak dicanangkannya Strategi


Global WHO tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam
Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut dinyatakan tentang
perlunya mendorong terciptanya: a. Kebijakan berwawasan kesehatan, b.
lingkungan yang mendukung, c. Reorentasi dalam pelayanan kesehatan, d.
Keterampilan individu, dan e. gerakan masyarakat. Olehnya itu, untuk lebih
jelasnya makalah ini akan membahas masalah pemberdayaan masyarakat di
komunitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fasilitasi pembinaan perilaku yang berhubungan dengan
masalah kebidanan komunitas!
2. Bagaimana Pembuatan program pemberdayaan masyarakat di komunitas!

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fasilitasi pembinaan perilaku yang berhubungan dengan
masalah kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui Pembuatan program pemberdayaan masyarakat di
komunitas

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fasilitasi pembinaan perilaku yang berhubungan dengan masalah


kebidanan komunitas

1. Pengertian Phbs
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yangggg dipraktikkan aaktivitas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yangggg menjadikan seseorangangg keluarga, kelompok
atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidangg
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin
beribu-ribu perilaku yangggg harus dipraktikkan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yangggg setinggi-tingginya. Di bidangg
pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan
harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, penggolaan air
minum dan makanan yangggg memenuhi syarat, menggunakan air bersih,
menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yangggg memenuhi
syarat, memberantas jentik nyamuk, titidakmerokok di dalam ruanggan
dan lain-lain. Di bidangg kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbangg balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi,
menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidangg ggizi dan
farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan ggizi seimbang, minum
Tablet Tambah Darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI)
eksklusif, mengkonsumsi Garam Beryodium dan lainlain. Sedangkan di
bidangg pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau
memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM),

2
memanfaatkan Puskesmas dan fasiliaktivitas pelayangggan kesehatan lain
dan lain-lain.

Namun demikian perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah


tangga sangat dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain. Demikian
sebaliknya, PHBS di tatanan-tatanan lain juga dipengaruhi oleh PHBS di
tatanan rumah tangga.

Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini
tidak terbatas pada masyarakat dalam pengertian umum (yaitu tatanan
rumah tangga), tetapi juga masyarakat khusus di ber tatanan lain.
Sebagaimana masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat
umum, masyarakat di masing-masing tatanan pun memiliki struktur
masyarakat dan peran-peran dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum
terdapat struktur masyarakat formal dan struktur masyarakat informal, di
tatanan-tatanan lain pun terdapat pula struktur yanggg serupa.

2. PHBS Di Berbagai Tatanan

3
Di aktivitas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku
yangg harus dipikirkan di bidang pencegahan dan penangulangan
penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku
tersebut harus dipraktikkan dimana pun seseorangang berada di rumah
tangga, di instusi pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum dan di
fasiliaktivitas pelayanggan kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dijumpai.
a. PHBS di Rumah Tangga
Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Rumah Tangga BerPHBS, yang mencakup
persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,
menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
Pedoman tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum
dan makan di rumah tangga,menggunakan jamban sehat (Stop
Buangg Air Besar Sembarangangan/Stop BABS), pengelolaan limbah
cair di rumah tangga, membuangg sampah di tempat sampah,
memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, merokok di dalam rumah dan
lain-lain.

b. PHBS di Ins Pendidikan


Di instusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari,
padepokan dan lain-lain), sasaran primer harus memperaktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Instusi Pendidikan Ber-PHBS, yang
mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,menggunakan jamban
sehat, membuangg sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adik lainnya
(NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk dan lain-lain.

4
c. PHBS di Tempat Kerja
Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer
harus memperaktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja
Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuangg sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarangan tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

d. PHBS di Tempat Umum


Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal,
dermaga dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup
mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,
membuangg sampah di tempat sampah, tidakmerokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarangan tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

e. PHBS di Fasiliaktivitas Pelayanan Kesehatan


Di fasiliaktivitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas,
rumah sakit dan lain-lain), sasaran primer harus memperaktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Fasiliaktivitas pelayanan kesehatan
Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, membuangg sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di
sembarangan tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

3. HAKIKAT PERILAKU
Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku individu berkaitan
dengan faktor-faktor penpengetahuang dan sikap individu. Perilaku

5
juga menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma.
Sistem nilai adalah acuang tentang hal-hal yang dianggap bagik dan
hal-hal yang dianggap buruk. Sedangkan norma adalah aturan tidak
tertulis yang disebut norma sosial dan aturan tertulis yang disebut
norma hukum. Selain itu, perilaku juga berkaitan dengan dimensi
ekonomi dan hal-hal lain yang merupakan pendukung perilaku. Perilaku
seseorang selain depengaruhi oleh pengetahuang dan sikapnya,
memiliki acuang kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya.
Dengan kata lain, sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai
dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk dianut oleh
individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut. Inilah yang
juga disebut sebagai faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial,
adalah sesuatu dinamis. artinya, sistem nilai dan norma suatu
masyarakat akan berubahmengikuti perubahan-perubahan lingkungan
dari masyarakat yang bersangkutan. Jadi, antara sistem nilai dan norma
di satu pihak dengan individu-individu masyarakat di pihak lain,
terdapat hubungan timbale balik - sistem nilai dan norma
mempengaruhi perilaku individu, perilaku individu yang berubah
akan dapat mengubah sistem nilai dan norma.

6
Untuk sistem nilai dan norma yang sesuai dengan
kaidah-kaidah kesehatan, perlu diupayakan terpeliharanya sistem nilai
dan norma tersebut. Sedangkan untuk sistem nilai dan norma yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu dilakukan upaya
guna mengubah sistem nilai dan norma tersebut melalui perubahan
perilaku individu-individu anggota masyarakat. Individu-individu
anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah
sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka
masyarakat atau tokoh masyarakat, bagik yang formal maupun yang
informal. Pemuka masyarakat formal mencakup para petugas atau
pejabat kesehatan dan mereka yang menduduki posisi formal (resmi)
dalam organisasi. Pemuka masyarakat informal adalah mereka yang
tidak menduduki posisi formal dalam organisasi, tetapi memiliki
pengaruh individual terhadap masyarakat oleh sebab keahlian,
pengalaman, keturunan, kharisma dan lain-lain. Mereka inilah yang
berperan sebagai faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) bagi
terjadinya perubahan perilaku masyarakat.

7
Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi,
termasuk tersedianya sarana dan prasarana. Seseorang yang sudah
mau berperilaku tertentu tidak pernah memperaktikkan perilaku itu
karena tidak adanya kemampuang secara ekonomis atau tidak
tersedianya sarana. Misalnya, seseorang yang sudah mau membuangg
hajat (air besar) di jamban, tidak kunjung melakukan hal itu karena
tidak adanya kemampuang membuat jamban pribadi dan di sekitarnya
tidak terdapat jamban umum. Contoh lain: seoran ibu yang sudah mau
memeriksakan kandungannya secara teratur, tidak juga dating ke
Puskesmas karena ia tidakmemiliki uang untuk biaya transport,
walaupun untuk periksa di Puskesmas tidak dipungut biaya alias
gratis Karena prasarana jalan raya yang masih buruk, maka tidak hanya
biaya transport yang dibutuhkan, melainkan tenaga untuk berjalan kaki
beberapa kilometer. Di dekat tempat tinggalnya juga tidak terdapat
fasiliaktivitas pelayanan kesehatan lain yang dapat membantunya untuk
periksa kehamilan secara teratur. Sarana dan prasarana ini pula disebut
sebagai faktor-faktor (enabling factors) terjadinya perubahan perilaku
masyarakat.
Oleh karena itu, agar perilaku dari sasaran primer di setiap
tatanan dapat tercipta dan berkesinambunan diperlukan dukungan
perilaku dari sasaran sekunder dan sasaran tersier di se tatanan yang
bersangkutan. Sasaran sekunder harus berperilaku yang dapat
menciptakan suasana kondusif dan lingkungan sosial yang mendorong
(social pressure) bagi tercipta dan berkesinambunananya perilaku
sasaran primer. Sasaran sekunder juga diharapkan berperilaku sebagai
panutan dalam rangka memperaktikkan PHBS. Sedangkan sasaran
tersier harus berperilaku memberikan dukungan, baik material maupun
non material, bagi tercipta dan berkesinambunganya perilaku sasaran
primer. Dukungan tersebut antara lain dalam bentuk menetapkan dan
memberlakukan kebijakan atau peraturan sebagai acuan dan

8
rambu-rambu bagi pembinaan PHBS di tatanan dan juga
menyediakan sarana-sarana sebagai factor pendukung seperti misalnya
tempat sampah, air bersih, jamban sehat, kantin sehat, perlengkapan
kesehatan kerja dan lain-lain.

4. STRATEGI PEMBINAAN PHBS


Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu
dilaksanakan strategi Promosi Kesehatan untuk pembinaan PHBS yang
bersifat men yeluruh. Mengacu pada Piagam Oawa (Oawa Charter)
yang merupakan hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan
Pertama di Oawa (Kanada), a strategi pokok yang harus dilaksanakan
dalam promosi kesehatan adalah (1) advokasi, (2) bina suasana, dan
(3) pemberdayaan. Ketiga strategi tersebut dilaksanakan dalam bentuk
tindakan-tindakan (aksi-aksi) sebagai berikut.
a. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan
(healthyang public policyang), yaitu mengupayakan agar para
penentu kebijakan di berbagai sektor di septiap tingkatan
administrasi menetapkan kebijakan dengan mempertimbangkan
dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung ve environment), yaitu
mengupayakan agar setiap sector dalam melaksanakan
kegiatannya mengarah kepada terwujudnya lingkungan sehat fisik
dan nonfisik).
c. Memperkuat gerakan masyarakat (communityang , yaitu
memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih
berdaya dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan.
d. Mengembangkan kemampuang individu (personal skills), yaitu
mengupayakan agar setiap individu masyarakat tahu, mau dan

9
mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya
memelihara, meningkatkan, serta mewujudkan kesehatannya,
melalui pemberian informasi, serta pendidikan dan pelayanan
yang memadai.
e. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health
services), yaitu mengubah pola pikir serta sistem pelayanan
kesehatan masyarakat agar lebih mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan aspek kuratif dan
rehabilitatif.

5. Pembinaan PHBS di Rumah Tangga


Di tatanan rumah tangga, pembinaan PHBS dilaksanakan
secara terintegrasi dengan kegiatan pengembangan dan pembinaan
Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif. Tanggung jawab pembinaan
terendah berada di tingkat kecamatan (Forum Kecamatan).
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di tatanan rumah tangga dilakukan terhadap
individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Prosesnya diawali
dengan pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat melalui
pengoranisasian masyarakat, untuk membentuk atau
merevitalisasi Forum Desa/ Kelurahan (pengembangan kapasitas
pengelola). Dengan pengorganisasian masyarakat, maka
selanjutnya pemberdayaan individu dan keluarga dapat
ditimbang-terimakan kepada perangkat desa/ kelurahan, pemuka
masyarakat dan anggota-anggota masyarakat yang ditunjuk sebagai
kader.
Pemberdayaan individu dilaksanakan dalam berbagai
kesempatan, khususnya pada saat individu-individu masyarakat

10
berkunjung dan memanfaatkan upaya-upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes
dan lain-lain, melalui pemberian informasi dan konsulaktivitasi.
Sedangkan pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui
kunjungan rumah dan konsulaktivitasi kelua oleh para kader. Juga
melalui bimbinan atau pendampinan keka keluarga tersebut
membutuhkan (misalartinya tatkala jamban, membuat taman obat
keluarga dan lain-lain).

b. Bina Suasana
Bina suasana di tatanan rumah tangga dilakukan oleh para
pemuka atau tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pemuka agama dan
pemuka adat, dalam rangka menciptakan opini publik, suasana
yang kondusif, panutan di tinggi desa dan kelurahan bagi
dipraktikkannya PHBS oleh rumah tangga. Bina suasana juga
dilakukan oleh para pengurus oranisasi kemasyarakatan di tingkat
desa dan kelurahan Rukun Wara/Ru kun Tetangga, pengurus
PKK, penurus penajian, pengurus arisan, pengurus koperasi,
pengurus organisasi pemuda (seperti Karang Taruna), Pramuka
dan lain-lain. Para pengurus organisasi kemasyarakatan tersebut
ikut memotivasi anggota anggotanya agar memperaktikkan
PHBS. Di samping itu, bina suasana juga dapat dilakukan dengan
pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan atau
billboard di jalan-jalan desa/kelurahan, penempelan poster di
tempat-tempat strategis, pembuatan dan pemeliharaan taman
obat/taman percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan
media tradisional.

c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kecamatan/
kabupaten/kota terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus

11
oranisasi kemasyarakatan tinggi desa dan kelurahan, agar mereka
berperan serta dalam ktan bina suasana. Advokasi juga dilakukan
terhadap para penyandang dana, termasuk (swasta), agar mereka
membantu upaya pembinaan PHBS di Rumah Tangga
(desa/kelurahan). Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana
dan advokasi di desa dan kelurahan tersebut di atas aktivitas harus
didukung oleh kegiatan-kegiatan (1) bina suasana PHBS di Rumah
Tangga dalam linkup yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional) dengan memanfaatkan media massa
berjangkuan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan
internet; serta (2) advokasi secara berjenjan dari tingkat pusat ke
tigkat provinsi dari tinggi provinsi ke tingkat kabupaten/kota, dan
dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat kecamatan.

d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka
pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi guna
kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian
kemitraan perlu di antar individu, keluarga, pejabat atau instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (linas sektor),
pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling
mengungtungkan.

1) Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang
bersifat hirarkis. Semua harus diawali dengan kesediaan
menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang
sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini
dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan

12
hubungan kekeluargaan, yaitu hubungan yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk
struktur hirarkis (misalnya sebuah tim), adalah karena
kesepakatan.
2) Keterbukaan
Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan
adanya kejujuran dari masing-masing pihak. Seperti
usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur,
sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini
mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
“pertengkaran” tersebut.
3) Saling menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.
Dengan demikian PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung
maupun tidak lansung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk
keuntungan ekonomis, bila mungkin.

B. Pembuatan program pemberdayaan masyarakat di komunitas

1. Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)

a. Pengertian

Tabulian adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon


pengantin, ibu hamil, dan ibu yang akan hamil maupun masyarakat
untuk biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta pemeliharaan

13
kesehatan selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu
masa kehamilan dan persalinan ke dalam rekening tabulin.

Tabulin adalah salah satu program kesehatan yang dinilai sangat


positif karena langsung menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat
social ini sangat membantu warga, terutama yang ekonominya lemah.

Tidak semua ibu hamil dapat melahirkan dengan normal. Ibu hamil
harus selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada
saat kehamilan dan melahirkan. Keluarga ibu hamil perlu menyisihkan
sebagian dari pendapatan untuk pembiayaan selama kehamilan dan
kelahiran, salah satu cara adalah dengan adanya tabungan ibu
bersalin ( tabulin ).

Para ibu hamil diberi kotak tabungan yang dikunci dan disimpan
oleh bidan. Tujuan dari Tabulin adalah supaya ibu hamil rajin
menabung dan disiplin memeriksakan diri kebidan. Pada saat ibu hamil
periksa kandungan,kotak tabungan dapat dibukan dan dihitung
jumlahnya kemudian dicatat di dalam buku sesuai dengan jumlah uang
yang di simpan.

Program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan


kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam
mendukung program tersebut karena penggalangan dana tabungan
dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela). Tabungan ini
sifatnya incidental, keberadaannya terutama pada saat
mulai kehamilan dan berakhir ketika ibu sudah melahirkan.

Tabungan ini akan sangat membantu, terutama bagi ibu hamil dan
keluarganya pada saat menghadapi persalinan karena masalah biaya
dapat diatasi. Secara psikologis, ibu akan merasa tenang
menghadapi persalinan. Tabulin ini biasanya dikoordinasi oleh tokoh
masyarakat atau petugas kesehatan yang akan menjamin akses ibu ke

14
pelayanan kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri
harusnya dimiliki setiap individu selama fase kehidupannya.

b. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat


tentang tabulin
2. Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalah potensi yang ada dan menemukan alternative
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas
3. Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam
menggerakkan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga
kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil,
bersalin, dan ambulan desa.
4. Memotivasi masyarakat, terutama ibu hamil untuk menyisihkan
sebagian uangnya di tabung sebagai persiapan persalinan. Melalui
tabulin bumil diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan,
tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah adadana
tabungan. Kegiatan ini adalah upaya yang sangat baik
untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun demikian, cara ini
belum menjamin 100% menjamin ibu hamil selamat dari maut.

c. Manfaat Tabulin
Ada pun manfaat dari tabulin antara lain :
1. sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk
biaya persalinan atau sesudah persalinan.
2. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.

d. Prinsip Dasar
Tabungan bersalin (tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa
siaga. Bidan dituntut memberi penjelasan kepada ibu hamil dan
keluarga tentang kegunaan tabulin, meskipun orang yang mampu.

15
Seharusnya oraang yang mampu tersebut dapat member contoh kepada
orang yang tidak mampu untuk menabung. Ibu hamil yang mengikuti
tabulin diberi buku yang dibawa setiap pemeriksaan.
Tabungan ini dibentuk berdasarkan rukun warga (RW)
atau posyandu. Jika ada 4 posyandu disuatu tempat tabungannya ada
empat didesa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu
hamilsetiap minggunya dan member penjelasan kepada ibu hamil,
betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu hamil mempunyai
kesadaran untuk melaksanakan tabulin. Bannyak sekali hal yang
sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapakan tabungan
dan bantuan tetangga yang dapat mengantarkan pada saat
terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini dapat menginspirasi
banyak masyarakat agar masa mendatang, tabulin dapat
disosialisasikan dengan baik di masyarakat.

e. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam tabulin :


1. Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan.
2. Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan.
3. Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal
mekanisme pengumpulan dana, kesempatan pengelolaan dan sistem
kontrak.
4. Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

f. Indikator keberhasilan dalam tabulin :


1. Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan masyarakat.
2. Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif).
3. Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar.
4. Kegiatan yang berkesinambungan.

16
2.Donor Darah
a. Pengertian
1. Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakuakan
Departemen Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan ibu.
Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat,
dalam upaya mempercepat penurunan AKI.
2. Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bias
dipanggil. Termasuk kerja mobil dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat (Eny Retna, 2009, Asuhan
Kebidanan Komunitas ).
b. Manfaat Donor Darah
Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan
mengapa kita perlu mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa
manfaat medis dari donor darah secara teratur. Donor darah terutama
baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam darah
berlebihan karena besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada
berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan mengganggu
fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis,
walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan
bahwa donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran darah
(sistem kardiovaskular). Pengurangan kekentalan darah sehingga
menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai
menyebabkan efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian
yang menyatakan bahwa donor darah rutin mampu membantu
mengurangi angka kejadian serangan jantung pada pria.
Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang
dijadikan alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka
kejadiannya jarang. Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining
sebelum mendonor maka semua efek samping tersebut nyaris tidak
akan terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan darah (anemia)

17
misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal
tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas 12, donor
darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat
terjadi pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang
sempurna tidak lebih dari setengah minggu. Salah satu yang lumayan
sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa
tekanan darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si
pendonor merasa pusing, lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya
adakah riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah
ada riwayat penyakit tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya,
sesudah donor maka berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum
berdiri dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan dan minuman
manis segera setelah donor. Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit
serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama peralatan
seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut
pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada
mereka yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena
beberapa ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan
kebiasaan baik bagi kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan
berdonor darah secara teratur secara tidak langsung pendonor telah
melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum
mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak
terpakai. Sel-sel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet
harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat dibekukan dan
digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan
membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah
jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan

18
mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu
penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga
berperan menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan
membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk ateros/derosis (plak
lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan
sekali, diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem
produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi
sel-sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan
tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan metabolisme dan
merevitalisasi tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan
metabolisme tubuh yang berjalan baik, membuat berbagai penyakit
dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah berdonor maka volume
darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk kembali
dalam waktu 4-8 minggu.
Donor darah Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan
didesa-desa yang ingin menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan
ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui
penyaluran donor darah untuk ibu hamil atau ibu bersalin yang
membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan melibatkan peran
serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu bersalin.
Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah
dalam suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat
donor secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir
sama dengan pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap
sosialisasi memerlukan bantuan dari palang merah indonesia ( PMI )
untuk menjelaskan masalah donor darah agar masyarakat bertambah
pengetahuannya. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi

19
peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan donor darah.
Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan seluruh anggota
masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil
diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk
diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian
konseling mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam
menghadapi persalinan. Kelima orang tersebut diperiksa golongan
darahnya untuk persiapan sebagai pendonor apabila terjadi perdarahan
apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil atau ibu bersalain
memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi anggota
keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem
sederhanai ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap
keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk menurunkan angka
kematian ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.

c. Tahapan Donor darah


1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan
darah
2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang
memenuhi syarat untuk menjadi donor darah
3. Hubungi pihak Puskesmas untuk untuk menyelenggarakan
pemeriksaan darah
4. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,
kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama
dengan ibu hamil
5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang
sesuai dengan golongan darahnya
6. Membuat kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap
24 jam, sewaktu – waktu ibu hamil memerlukan transfusi

20
7. Membuat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah, agar para warga
yang telah bersedia menjadi CARINFOMU

3. AMBULANCE DESA
a. Definisi Ambulance Desa
Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela
disiagakan untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa
persalinannya atau ibu hamil yang diharuskan untuk memeriksakan diri
ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada di tempat ia tinggal.
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong
dan saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke
unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan
untuk mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan
perawatan di tempat pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Ambulance Desa


1. Tujuan Umum
Membantu mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan
melahirkan.
2. Tujuan Khusus
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan,
bencana serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi atau mungkin terjadi.

c. Sasaran Ambulance Desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu
dan keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap
perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap

21
dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini
kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

d. Kriteria Ambulance Desa


1. Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).
2. Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
3. ONLINE (siap pakai)

4. Dana Sehat
a. Pengertian
Dana sehat mmerupakan upaya pemeliharaan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat yang didukung oleh system
pembiayaan yang dikumpulkan dari dan oleh masyarakat berdasarkan
semangat gotong-royong serta cermat sesuai dengan prinsip-prinsip
asuransi. Pembentukan dana sehat yang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan edukatif untuk memperoleh kesepakatan
masyarakat dan pimpinan desa tentang pengumpulan dana untuk
pembiayaan kesehatan. Dana diperoleh dari iuran atau barang yang
diserahkan oleh peserta (keluarga) dan dihimpun oleh pengumpul
yang ditunjuk setiap bulannya.
2. Berdasarkan keputusan atau musyawarah desa yang ditetapkan
pengelola dan pesertanya.
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pengelolah
atau pengurus dan wakil-wakil masyarakat peserta. Pelayanan
kesehatan yang disediakan sebagai jaminan bersikap komprehensif,
walaupun pada tahap awalnya hanya berupa pelayanan pengobatan
dasar. Apabila telah memungkinkan, jenis pelayanan dapat
dikembangkan menuju ke arah komprehensif.
4. Dalam merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya
memelihara kesehatan masyarakat, penyelenggaraan pelayanan dan

22
pengelolaan dana sehat melakukannya secara bersama-sama dan
dengan persetujuan anggota.
5. Pengawasan dan mekkanisme koordinasi dilakukan oleh kepala desa
atau LKMD, serta oleh tim tingkat kecamatan. Untuk itu harus
disusun ketentuan-ketentuan dalam suatu anggaran dasar rumah
tangga organisasi dana sehat, yang meliputi : kewajiban peserta, dan
umpan balik penyelenggaraan pelayanan kepada pengelola dan sehat.
6. Dana efektif dan efisien yang terkumpul dapt digunakan untuk
membeli obat sederhana guna mengobati penyakit-penyalkit ringan
pada anggota oleh kader terlatih (pos obat desa) yang tentunya atas
kesepakatan rapat anggota. Dana sehat juga dapat dipakai untuk
kelestarian posyandu sehingga tidak mengganggu pembiayaan
pemeliharaan kesehatan.

b. Tahap-Tahap Pembentukan Organisasi Dana Sehat


Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mengorganisasikan
pembiayaan berbasis masyarakat yang bersifat aktif, karena hal tersebut
tidaklah mudah. Tahapan-tahapan pembentukan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Mengadakan pertemuan tingkat desa atau musyawarah desa yang
diikuti oleh pengurusnRT dan RW, tokoh masyarakat, tokoh agama,
kader, dukun, satuan tugas, gerakan sayang ibu (satgas GSI), dan
warga.
2. Menyosialisasikan dana sehat, misalnya dana social bersalin
beserta manfaat yang dapat dirasakan oleh warga terutama ibu hamil.
3. Melaksanakan survey mawas diri (SDM) dan penyuluhan yang
bersifat teknis.
4. Saat kesepakatan tercapai, masyarakat diajak untuk
bermusyawarah melaui forum Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) dengan sasaran pengurus RT dan RW, kader kesehatan,
tokoh local, dukun, pengurus badan pembinaan desa dan lembaga

23
pembinaan masyarakat, aparat desa, serta petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PKLB)setempat. Hasil musyawarah yang telah terbentuk
dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dengan
menyepakati sumber dana dan tarif persalinan yang dibuat dalam
bentuk Peraturan Desa.

c. Sistem Pendanaan Dana Sehat


Penghimpunan dana sehat yang dapat dilakuakan dengan berbagai
cara sederhana. Sumber utama pendanan adalah dari iuran warga,
misalnya Rp.1.000 per kepala keluarga setiap bulannya. Sumber yang
lain merupakan dana dari iuran iuran yang tidak memberatkan
masyarakat seperti dana dari pungutan. Selain itu tarif pertolongan
persalinan oleh bidan ditentukan berdasarkan kesepakatan warga.

d. Upaya Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Dana Sehat


Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat sejahtera, pemerintah
berupanya secara terus-menerus meningkatkan kesehatn masyarakat, di
antaranya dengan membentuk jaminan kesehatan kepada masyarakat
dengan system layanan kesehatn gratis, memperbanyak pukesmas, dan
unit-unit layanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan terbelakang,
serta mengadakan program bantuan untuk pengobatan Cuma-Cuma
melaui program Kartu Sehat untuk masyarakat lanjut usia yang tidak
mampu.

5. Suami siaga
a. Defenisi
Suami siaga :
 Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau
mengantisipasi jika melihat tanda dan bahaya kehamilan.
 Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan
menyediakan donor darah jika diperlukan.

24
 Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan
selesai persalinan.
Jadi suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya
sedang hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan
kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi masalah
kehamilan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakn keselamatan
Istri.
Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali
dengan pengetahuan tentang beberapa hal berikut :
1. Upaya menyelamatkan ibu hamil
2. Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.
3. Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat
hamil, terlalu banyak anak dan terlalu dekat usia kehamilan.
4. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta pentingnya
pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara tepat
5. Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian
perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami
dan mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih
sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan,
selama kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan

b. Peran dan keterlibatan suami dalam kehamilan


Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan,
bahkan juga produksi ASI.
Partisipasi suami yang dapat dilakukan :

25
1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang
sedang hamil
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
3.Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksa kehamilan kefasilitas
kesehatan yang terdekat minimal 4 kali selama kehamilan
4.Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia dan
memperoleh istirahat yang cukup
5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan
6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi
7. Melakukan rujukan kefasilitas yang lebih lengkap sedini mungkin
 TRIMESTER I ( masa penuh gejolak emosi )
Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada ibu, Yang paling
menonjol adalah perubahan emosi. Itu terjadi karena kadar hormon
estrogen dan progesteron didalam tubuh berubah.maka dalam keadaan
seperti ini suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa
itu.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester I :
a. Sering mual-mual dan muntah terutama dipagi hari karena mengalami
morning sicness
b. Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk
c. Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang “aneh” atau
ngidam
d. Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak
nangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih tanpa sebab yang jelas
Yang dapat dilakukan suami :
a. Bawakan krekes dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga,
begitu istri bangun dan morning sickness mendera, keluhan yang
dirasakn langsung hilang. Berkat perhatian dan kasih sayang
b. Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup
tidur
c. penuhi keingininan yang diinginkan istri

26
d. tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan
dengan cara mengajak janin bicara

 TRIMESTER II ( masa-masa bahagia)


Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :
emosi cendrung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga
jauh berkurang, janin mulai bergerak dan istri merasa bahagia dengan
kehamilannya sehingga lebih bersemangat.
Yang dapat dilakukan suami :
tetap menunjukkan kalau suami mengerti dan memahami benar
perubahan emosi yang cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya
dan dampingi istri saat melakukan pemeriksaan kehamilan.

 TRIMESTER III ( takut dan cemas menghadapi persalinan )


Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :
a. semakin dekat persalinan biasanya dia merasa semakin takut dan
cemas.
b. merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk
fisik.
c. sering mengeluh sakit, pegal, ngilu dan berbagai rasa tidak nyaman
pada tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul.
Yang dapat dilakukan suami :
a. bantu ibu untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi
proses persalinan
b. puji ibu bahwa ibu tetap cantik dan menarik
c. bantu ibu untuk mengatasi keluhan-keluhannya

1. Peran suami dalam mencegah atau mengobati komplikasi kehamilan


Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan
persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka

27
berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan
kematian ibu dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh suami adalah merencanakan
keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling
sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat
setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu,
walaupun ibu terlihat sehat dan beresiko rendah kehamilan yang tidak
direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan membawa
mereka untuk aborsi.

2. Hal yang dilakukan suami siaga sebelum dan saat persalinan


 Sebelum persalinan:
a. Siapkan kendaraan yang akan digunakan untuk ke Rumah Sakit
Bersalin. Pastikan bahan bakar cukup dan mobil dalam kondisi
prima. Simpan nomor telepon taksi untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba
mobil ngadat.
b. Minta bantuan tetangga atau kerabat terdekat. Beritahu mereka hari
perkiraan lahir (HPL) bayi karena kemungkinan mereka bisa datang
dan memberi bantuan lebih cepat.
c. Delegasikan tugas Anda kepada anggota keluarga yang lain jika Anda
tidak bisa menemani istri saat bersalin. Jangan biarkan istri
menghadapi persalinannya sendiri.
 Packing barang-barang Anda sendiri untuk menginap sewaktu
menunggui isteri bersalin, kemas di back pack dan simpan back pack
di bagasi mobil bersama koper isteri. Termasuk yang disiapkan
adalah kamera untuk mendokumentasikan proses persalinan.
 Saat persalinan:
a. Persiapkan administrasi Rumah Sakit. Lakukan segera begitu Anda
tiba di Rumah Sakit untuk memperoleh kamar perawatan rawat
gabung atau rooming in.

28
b. Dampingi istri sejak di ruang observasi hingga masuk kamar bersalin.
Tenangkan ia, pijat punggungnya untuk memberi rasa nyaman secara
psikologis, dan jaga privasinya dengan membatasi orang keluar
masuk kamar.
c. Bantu istri melakukan IMD dan menyusui bayi. Kolostrum ASI pada
3 hari pertama sangat baik untuk bayi sebab kaya dengan zat
antibodi, protein, vitamin A dan mineral.
d. Kabarkan berita gembira kepada teman dan kerabat.
e. Urus akte kelahiran bayi -umumnya Rumah Sakit menyediakan jasa
pembuatan akte kelahiran- dan perbarui kartu keluarga.

6. Peningkatan kapasitas Masyarakat dalam PHBS


a. Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”,
dalam artian:
1. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek
penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang
mereka kerjakan, perlukan dan inginkan.
2. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang
menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga
sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman.
3. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi
kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus,
berkesinambungan.

b. Strategi Promosi Kesehatan


Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program
promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan apabila :

29
1. Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan
atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat,
dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh
tim teknis pada tingkat Kecamatan.
3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral
dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu


dilakukan dengan langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten


Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam
pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis
Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi
dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau
structural yang menguasai teknis operasional pada bidang tugasnya
dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan.
Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM
mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program

Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk


melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan


yang dimaksud bisa berupa dana,kebijakan politis, maupun
dukungan kemitraan;
2. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi
kesehatan; serta
3. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.

b. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.

30
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus
lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
1. mendukung program kesehatan.
2. melakukan pembinaan teknis.
3. mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program
lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama
program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di
PUSKESMAS.
c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola
program promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi
kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk
meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi
kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di
tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan
teknis oleh lintas program dan lintas sector terkait.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yangggg dipraktikkan aaktivitas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
yangggg menjadikan seseorangangg keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidangg kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
program pemberdayaan masyarakat di komunitas diantaranya ada
tabulin, donor darah, ambulance desa, dana sehat, suami siaga dan Peningkatan
kapasitas masyarakat dalam PHBS.

B. Saran

31
Demikianlah pemaparan makalah ini, bila terdapat kekurangan dan
kelemahan baik yang berkaitan dengan sistematika penulisan maupun isinya,
kami sangat mengharapkan pemikiran dan pendapat pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arali, 2008, Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Dancoolen, R, 2011, Kegiatan Donor Darah Berjalan, .

Husada, D, 2011, Pencatatan Kelahiran dan Kematian, Husada, D, 2011,


Pengorganisasian Donor Darah Berjalan, Husada, D, 2011,
Pergerakkan Sasaran Aga.

Kebijakan Dasar Puskesmas, Kepmenkes No. 128, 2004.

Lestari, A, 2012, Organisasi Peduli Donor DarahMuis, J, 2012, Pembinaan Peran


Serta Masyarakat,\

32
Ilmu kesehatan masyarakat oleh Syafrudin, SKM, M.Kes; Theresia EVK, SST,
SKM; Dra. Jomima, M.Kes

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.Depkes. (2007).


Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga.
Depkes. Jakarta.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas Karangan Eny Ambarwati, S.SiT dan
Y. Sriati B, S.SiT
Eny Retna Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nurani, Meytha Winarso, inang. Gerakan Partisipatif Ibu Hamil, Menyusui dan
Bayi.

Syafrudin Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas, Jakarta: EGC.

Yulifah, Johan Tri. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.

33

Anda mungkin juga menyukai