PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fasilitasi pembinaan perilaku yang berhubungan dengan
masalah kebidanan komunitas!
2. Bagaimana Pembuatan program pemberdayaan masyarakat di komunitas!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fasilitasi pembinaan perilaku yang berhubungan dengan
masalah kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui Pembuatan program pemberdayaan masyarakat di
komunitas
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Phbs
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yangggg dipraktikkan aaktivitas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yangggg menjadikan seseorangangg keluarga, kelompok
atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidangg
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin
beribu-ribu perilaku yangggg harus dipraktikkan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yangggg setinggi-tingginya. Di bidangg
pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan
harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, penggolaan air
minum dan makanan yangggg memenuhi syarat, menggunakan air bersih,
menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yangggg memenuhi
syarat, memberantas jentik nyamuk, titidakmerokok di dalam ruanggan
dan lain-lain. Di bidangg kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbangg balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi,
menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidangg ggizi dan
farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan ggizi seimbang, minum
Tablet Tambah Darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI)
eksklusif, mengkonsumsi Garam Beryodium dan lainlain. Sedangkan di
bidangg pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau
memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM),
2
memanfaatkan Puskesmas dan fasiliaktivitas pelayangggan kesehatan lain
dan lain-lain.
Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini
tidak terbatas pada masyarakat dalam pengertian umum (yaitu tatanan
rumah tangga), tetapi juga masyarakat khusus di ber tatanan lain.
Sebagaimana masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat
umum, masyarakat di masing-masing tatanan pun memiliki struktur
masyarakat dan peran-peran dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum
terdapat struktur masyarakat formal dan struktur masyarakat informal, di
tatanan-tatanan lain pun terdapat pula struktur yanggg serupa.
3
Di aktivitas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku
yangg harus dipikirkan di bidang pencegahan dan penangulangan
penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku
tersebut harus dipraktikkan dimana pun seseorangang berada di rumah
tangga, di instusi pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum dan di
fasiliaktivitas pelayanggan kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dijumpai.
a. PHBS di Rumah Tangga
Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Rumah Tangga BerPHBS, yang mencakup
persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,
menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
Pedoman tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum
dan makan di rumah tangga,menggunakan jamban sehat (Stop
Buangg Air Besar Sembarangangan/Stop BABS), pengelolaan limbah
cair di rumah tangga, membuangg sampah di tempat sampah,
memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, merokok di dalam rumah dan
lain-lain.
4
c. PHBS di Tempat Kerja
Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer
harus memperaktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja
Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuangg sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarangan tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
3. HAKIKAT PERILAKU
Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku individu berkaitan
dengan faktor-faktor penpengetahuang dan sikap individu. Perilaku
5
juga menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma.
Sistem nilai adalah acuang tentang hal-hal yang dianggap bagik dan
hal-hal yang dianggap buruk. Sedangkan norma adalah aturan tidak
tertulis yang disebut norma sosial dan aturan tertulis yang disebut
norma hukum. Selain itu, perilaku juga berkaitan dengan dimensi
ekonomi dan hal-hal lain yang merupakan pendukung perilaku. Perilaku
seseorang selain depengaruhi oleh pengetahuang dan sikapnya,
memiliki acuang kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya.
Dengan kata lain, sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai
dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk dianut oleh
individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut. Inilah yang
juga disebut sebagai faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial,
adalah sesuatu dinamis. artinya, sistem nilai dan norma suatu
masyarakat akan berubahmengikuti perubahan-perubahan lingkungan
dari masyarakat yang bersangkutan. Jadi, antara sistem nilai dan norma
di satu pihak dengan individu-individu masyarakat di pihak lain,
terdapat hubungan timbale balik - sistem nilai dan norma
mempengaruhi perilaku individu, perilaku individu yang berubah
akan dapat mengubah sistem nilai dan norma.
6
Untuk sistem nilai dan norma yang sesuai dengan
kaidah-kaidah kesehatan, perlu diupayakan terpeliharanya sistem nilai
dan norma tersebut. Sedangkan untuk sistem nilai dan norma yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu dilakukan upaya
guna mengubah sistem nilai dan norma tersebut melalui perubahan
perilaku individu-individu anggota masyarakat. Individu-individu
anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah
sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka
masyarakat atau tokoh masyarakat, bagik yang formal maupun yang
informal. Pemuka masyarakat formal mencakup para petugas atau
pejabat kesehatan dan mereka yang menduduki posisi formal (resmi)
dalam organisasi. Pemuka masyarakat informal adalah mereka yang
tidak menduduki posisi formal dalam organisasi, tetapi memiliki
pengaruh individual terhadap masyarakat oleh sebab keahlian,
pengalaman, keturunan, kharisma dan lain-lain. Mereka inilah yang
berperan sebagai faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) bagi
terjadinya perubahan perilaku masyarakat.
7
Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi,
termasuk tersedianya sarana dan prasarana. Seseorang yang sudah
mau berperilaku tertentu tidak pernah memperaktikkan perilaku itu
karena tidak adanya kemampuang secara ekonomis atau tidak
tersedianya sarana. Misalnya, seseorang yang sudah mau membuangg
hajat (air besar) di jamban, tidak kunjung melakukan hal itu karena
tidak adanya kemampuang membuat jamban pribadi dan di sekitarnya
tidak terdapat jamban umum. Contoh lain: seoran ibu yang sudah mau
memeriksakan kandungannya secara teratur, tidak juga dating ke
Puskesmas karena ia tidakmemiliki uang untuk biaya transport,
walaupun untuk periksa di Puskesmas tidak dipungut biaya alias
gratis Karena prasarana jalan raya yang masih buruk, maka tidak hanya
biaya transport yang dibutuhkan, melainkan tenaga untuk berjalan kaki
beberapa kilometer. Di dekat tempat tinggalnya juga tidak terdapat
fasiliaktivitas pelayanan kesehatan lain yang dapat membantunya untuk
periksa kehamilan secara teratur. Sarana dan prasarana ini pula disebut
sebagai faktor-faktor (enabling factors) terjadinya perubahan perilaku
masyarakat.
Oleh karena itu, agar perilaku dari sasaran primer di setiap
tatanan dapat tercipta dan berkesinambunan diperlukan dukungan
perilaku dari sasaran sekunder dan sasaran tersier di se tatanan yang
bersangkutan. Sasaran sekunder harus berperilaku yang dapat
menciptakan suasana kondusif dan lingkungan sosial yang mendorong
(social pressure) bagi tercipta dan berkesinambunananya perilaku
sasaran primer. Sasaran sekunder juga diharapkan berperilaku sebagai
panutan dalam rangka memperaktikkan PHBS. Sedangkan sasaran
tersier harus berperilaku memberikan dukungan, baik material maupun
non material, bagi tercipta dan berkesinambunganya perilaku sasaran
primer. Dukungan tersebut antara lain dalam bentuk menetapkan dan
memberlakukan kebijakan atau peraturan sebagai acuan dan
8
rambu-rambu bagi pembinaan PHBS di tatanan dan juga
menyediakan sarana-sarana sebagai factor pendukung seperti misalnya
tempat sampah, air bersih, jamban sehat, kantin sehat, perlengkapan
kesehatan kerja dan lain-lain.
9
mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya
memelihara, meningkatkan, serta mewujudkan kesehatannya,
melalui pemberian informasi, serta pendidikan dan pelayanan
yang memadai.
e. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health
services), yaitu mengubah pola pikir serta sistem pelayanan
kesehatan masyarakat agar lebih mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan aspek kuratif dan
rehabilitatif.
10
berkunjung dan memanfaatkan upaya-upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes
dan lain-lain, melalui pemberian informasi dan konsulaktivitasi.
Sedangkan pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui
kunjungan rumah dan konsulaktivitasi kelua oleh para kader. Juga
melalui bimbinan atau pendampinan keka keluarga tersebut
membutuhkan (misalartinya tatkala jamban, membuat taman obat
keluarga dan lain-lain).
b. Bina Suasana
Bina suasana di tatanan rumah tangga dilakukan oleh para
pemuka atau tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pemuka agama dan
pemuka adat, dalam rangka menciptakan opini publik, suasana
yang kondusif, panutan di tinggi desa dan kelurahan bagi
dipraktikkannya PHBS oleh rumah tangga. Bina suasana juga
dilakukan oleh para pengurus oranisasi kemasyarakatan di tingkat
desa dan kelurahan Rukun Wara/Ru kun Tetangga, pengurus
PKK, penurus penajian, pengurus arisan, pengurus koperasi,
pengurus organisasi pemuda (seperti Karang Taruna), Pramuka
dan lain-lain. Para pengurus organisasi kemasyarakatan tersebut
ikut memotivasi anggota anggotanya agar memperaktikkan
PHBS. Di samping itu, bina suasana juga dapat dilakukan dengan
pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan atau
billboard di jalan-jalan desa/kelurahan, penempelan poster di
tempat-tempat strategis, pembuatan dan pemeliharaan taman
obat/taman percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan
media tradisional.
c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kecamatan/
kabupaten/kota terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus
11
oranisasi kemasyarakatan tinggi desa dan kelurahan, agar mereka
berperan serta dalam ktan bina suasana. Advokasi juga dilakukan
terhadap para penyandang dana, termasuk (swasta), agar mereka
membantu upaya pembinaan PHBS di Rumah Tangga
(desa/kelurahan). Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana
dan advokasi di desa dan kelurahan tersebut di atas aktivitas harus
didukung oleh kegiatan-kegiatan (1) bina suasana PHBS di Rumah
Tangga dalam linkup yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional) dengan memanfaatkan media massa
berjangkuan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan
internet; serta (2) advokasi secara berjenjan dari tingkat pusat ke
tigkat provinsi dari tinggi provinsi ke tingkat kabupaten/kota, dan
dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat kecamatan.
d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka
pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi guna
kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian
kemitraan perlu di antar individu, keluarga, pejabat atau instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (linas sektor),
pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain.
Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling
mengungtungkan.
1) Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang
bersifat hirarkis. Semua harus diawali dengan kesediaan
menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang
sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini
dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan
12
hubungan kekeluargaan, yaitu hubungan yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk
struktur hirarkis (misalnya sebuah tim), adalah karena
kesepakatan.
2) Keterbukaan
Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan
adanya kejujuran dari masing-masing pihak. Seperti
usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur,
sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini
mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
“pertengkaran” tersebut.
3) Saling menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.
Dengan demikian PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung
maupun tidak lansung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk
keuntungan ekonomis, bila mungkin.
a. Pengertian
13
kesehatan selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu
masa kehamilan dan persalinan ke dalam rekening tabulin.
Tidak semua ibu hamil dapat melahirkan dengan normal. Ibu hamil
harus selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada
saat kehamilan dan melahirkan. Keluarga ibu hamil perlu menyisihkan
sebagian dari pendapatan untuk pembiayaan selama kehamilan dan
kelahiran, salah satu cara adalah dengan adanya tabungan ibu
bersalin ( tabulin ).
Para ibu hamil diberi kotak tabungan yang dikunci dan disimpan
oleh bidan. Tujuan dari Tabulin adalah supaya ibu hamil rajin
menabung dan disiplin memeriksakan diri kebidan. Pada saat ibu hamil
periksa kandungan,kotak tabungan dapat dibukan dan dihitung
jumlahnya kemudian dicatat di dalam buku sesuai dengan jumlah uang
yang di simpan.
Tabungan ini akan sangat membantu, terutama bagi ibu hamil dan
keluarganya pada saat menghadapi persalinan karena masalah biaya
dapat diatasi. Secara psikologis, ibu akan merasa tenang
menghadapi persalinan. Tabulin ini biasanya dikoordinasi oleh tokoh
masyarakat atau petugas kesehatan yang akan menjamin akses ibu ke
14
pelayanan kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri
harusnya dimiliki setiap individu selama fase kehidupannya.
b. Tujuan
c. Manfaat Tabulin
Ada pun manfaat dari tabulin antara lain :
1. sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk
biaya persalinan atau sesudah persalinan.
2. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
d. Prinsip Dasar
Tabungan bersalin (tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa
siaga. Bidan dituntut memberi penjelasan kepada ibu hamil dan
keluarga tentang kegunaan tabulin, meskipun orang yang mampu.
15
Seharusnya oraang yang mampu tersebut dapat member contoh kepada
orang yang tidak mampu untuk menabung. Ibu hamil yang mengikuti
tabulin diberi buku yang dibawa setiap pemeriksaan.
Tabungan ini dibentuk berdasarkan rukun warga (RW)
atau posyandu. Jika ada 4 posyandu disuatu tempat tabungannya ada
empat didesa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu
hamilsetiap minggunya dan member penjelasan kepada ibu hamil,
betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu hamil mempunyai
kesadaran untuk melaksanakan tabulin. Bannyak sekali hal yang
sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapakan tabungan
dan bantuan tetangga yang dapat mengantarkan pada saat
terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini dapat menginspirasi
banyak masyarakat agar masa mendatang, tabulin dapat
disosialisasikan dengan baik di masyarakat.
16
2.Donor Darah
a. Pengertian
1. Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakuakan
Departemen Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan ibu.
Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat,
dalam upaya mempercepat penurunan AKI.
2. Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bias
dipanggil. Termasuk kerja mobil dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat (Eny Retna, 2009, Asuhan
Kebidanan Komunitas ).
b. Manfaat Donor Darah
Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan
mengapa kita perlu mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa
manfaat medis dari donor darah secara teratur. Donor darah terutama
baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam darah
berlebihan karena besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada
berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan mengganggu
fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis,
walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan
bahwa donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran darah
(sistem kardiovaskular). Pengurangan kekentalan darah sehingga
menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai
menyebabkan efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian
yang menyatakan bahwa donor darah rutin mampu membantu
mengurangi angka kejadian serangan jantung pada pria.
Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang
dijadikan alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka
kejadiannya jarang. Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining
sebelum mendonor maka semua efek samping tersebut nyaris tidak
akan terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan darah (anemia)
17
misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal
tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas 12, donor
darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat
terjadi pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang
sempurna tidak lebih dari setengah minggu. Salah satu yang lumayan
sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa
tekanan darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si
pendonor merasa pusing, lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya
adakah riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah
ada riwayat penyakit tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya,
sesudah donor maka berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum
berdiri dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan dan minuman
manis segera setelah donor. Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit
serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama peralatan
seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut
pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada
mereka yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena
beberapa ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan
kebiasaan baik bagi kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan
berdonor darah secara teratur secara tidak langsung pendonor telah
melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum
mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak
terpakai. Sel-sel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet
harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat dibekukan dan
digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan
membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah
jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan
18
mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu
penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga
berperan menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan
membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk ateros/derosis (plak
lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan
sekali, diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem
produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi
sel-sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan
tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan metabolisme dan
merevitalisasi tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan
metabolisme tubuh yang berjalan baik, membuat berbagai penyakit
dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah berdonor maka volume
darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk kembali
dalam waktu 4-8 minggu.
Donor darah Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan
didesa-desa yang ingin menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan
ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui
penyaluran donor darah untuk ibu hamil atau ibu bersalin yang
membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan melibatkan peran
serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu bersalin.
Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah
dalam suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat
donor secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir
sama dengan pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap
sosialisasi memerlukan bantuan dari palang merah indonesia ( PMI )
untuk menjelaskan masalah donor darah agar masyarakat bertambah
pengetahuannya. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi
19
peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan donor darah.
Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan seluruh anggota
masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil
diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk
diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian
konseling mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam
menghadapi persalinan. Kelima orang tersebut diperiksa golongan
darahnya untuk persiapan sebagai pendonor apabila terjadi perdarahan
apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil atau ibu bersalain
memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi anggota
keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem
sederhanai ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap
keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk menurunkan angka
kematian ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.
20
7. Membuat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah, agar para warga
yang telah bersedia menjadi CARINFOMU
3. AMBULANCE DESA
a. Definisi Ambulance Desa
Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela
disiagakan untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa
persalinannya atau ibu hamil yang diharuskan untuk memeriksakan diri
ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada di tempat ia tinggal.
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong
dan saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke
unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan
untuk mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan
perawatan di tempat pelayanan kesehatan.
21
dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini
kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.
4. Dana Sehat
a. Pengertian
Dana sehat mmerupakan upaya pemeliharaan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat yang didukung oleh system
pembiayaan yang dikumpulkan dari dan oleh masyarakat berdasarkan
semangat gotong-royong serta cermat sesuai dengan prinsip-prinsip
asuransi. Pembentukan dana sehat yang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan edukatif untuk memperoleh kesepakatan
masyarakat dan pimpinan desa tentang pengumpulan dana untuk
pembiayaan kesehatan. Dana diperoleh dari iuran atau barang yang
diserahkan oleh peserta (keluarga) dan dihimpun oleh pengumpul
yang ditunjuk setiap bulannya.
2. Berdasarkan keputusan atau musyawarah desa yang ditetapkan
pengelola dan pesertanya.
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pengelolah
atau pengurus dan wakil-wakil masyarakat peserta. Pelayanan
kesehatan yang disediakan sebagai jaminan bersikap komprehensif,
walaupun pada tahap awalnya hanya berupa pelayanan pengobatan
dasar. Apabila telah memungkinkan, jenis pelayanan dapat
dikembangkan menuju ke arah komprehensif.
4. Dalam merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya
memelihara kesehatan masyarakat, penyelenggaraan pelayanan dan
22
pengelolaan dana sehat melakukannya secara bersama-sama dan
dengan persetujuan anggota.
5. Pengawasan dan mekkanisme koordinasi dilakukan oleh kepala desa
atau LKMD, serta oleh tim tingkat kecamatan. Untuk itu harus
disusun ketentuan-ketentuan dalam suatu anggaran dasar rumah
tangga organisasi dana sehat, yang meliputi : kewajiban peserta, dan
umpan balik penyelenggaraan pelayanan kepada pengelola dan sehat.
6. Dana efektif dan efisien yang terkumpul dapt digunakan untuk
membeli obat sederhana guna mengobati penyakit-penyalkit ringan
pada anggota oleh kader terlatih (pos obat desa) yang tentunya atas
kesepakatan rapat anggota. Dana sehat juga dapat dipakai untuk
kelestarian posyandu sehingga tidak mengganggu pembiayaan
pemeliharaan kesehatan.
23
pembinaan masyarakat, aparat desa, serta petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PKLB)setempat. Hasil musyawarah yang telah terbentuk
dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dengan
menyepakati sumber dana dan tarif persalinan yang dibuat dalam
bentuk Peraturan Desa.
5. Suami siaga
a. Defenisi
Suami siaga :
Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau
mengantisipasi jika melihat tanda dan bahaya kehamilan.
Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan
menyediakan donor darah jika diperlukan.
24
Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan
selesai persalinan.
Jadi suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya
sedang hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan
kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi masalah
kehamilan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakn keselamatan
Istri.
Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali
dengan pengetahuan tentang beberapa hal berikut :
1. Upaya menyelamatkan ibu hamil
2. Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.
3. Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat
hamil, terlalu banyak anak dan terlalu dekat usia kehamilan.
4. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta pentingnya
pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara tepat
5. Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian
perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami
dan mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih
sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan,
selama kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan
25
1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang
sedang hamil
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
3.Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksa kehamilan kefasilitas
kesehatan yang terdekat minimal 4 kali selama kehamilan
4.Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia dan
memperoleh istirahat yang cukup
5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan
6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi
7. Melakukan rujukan kefasilitas yang lebih lengkap sedini mungkin
TRIMESTER I ( masa penuh gejolak emosi )
Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada ibu, Yang paling
menonjol adalah perubahan emosi. Itu terjadi karena kadar hormon
estrogen dan progesteron didalam tubuh berubah.maka dalam keadaan
seperti ini suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa
itu.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester I :
a. Sering mual-mual dan muntah terutama dipagi hari karena mengalami
morning sicness
b. Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk
c. Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang “aneh” atau
ngidam
d. Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak
nangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih tanpa sebab yang jelas
Yang dapat dilakukan suami :
a. Bawakan krekes dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga,
begitu istri bangun dan morning sickness mendera, keluhan yang
dirasakn langsung hilang. Berkat perhatian dan kasih sayang
b. Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup
tidur
c. penuhi keingininan yang diinginkan istri
26
d. tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan
dengan cara mengajak janin bicara
27
berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan
kematian ibu dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh suami adalah merencanakan
keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling
sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat
setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang potensial untuk ibu,
walaupun ibu terlihat sehat dan beresiko rendah kehamilan yang tidak
direncanakan sering kali menjadi berisiko karena akan membawa
mereka untuk aborsi.
28
b. Dampingi istri sejak di ruang observasi hingga masuk kamar bersalin.
Tenangkan ia, pijat punggungnya untuk memberi rasa nyaman secara
psikologis, dan jaga privasinya dengan membatasi orang keluar
masuk kamar.
c. Bantu istri melakukan IMD dan menyusui bayi. Kolostrum ASI pada
3 hari pertama sangat baik untuk bayi sebab kaya dengan zat
antibodi, protein, vitamin A dan mineral.
d. Kabarkan berita gembira kepada teman dan kerabat.
e. Urus akte kelahiran bayi -umumnya Rumah Sakit menyediakan jasa
pembuatan akte kelahiran- dan perbarui kartu keluarga.
29
1. Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan
atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat,
dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh
tim teknis pada tingkat Kecamatan.
3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral
dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
30
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus
lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
1. mendukung program kesehatan.
2. melakukan pembinaan teknis.
3. mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program
lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama
program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di
PUSKESMAS.
c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola
program promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi
kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk
meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi
kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di
tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan
teknis oleh lintas program dan lintas sector terkait.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yangggg dipraktikkan aaktivitas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
yangggg menjadikan seseorangangg keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidangg kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
program pemberdayaan masyarakat di komunitas diantaranya ada
tabulin, donor darah, ambulance desa, dana sehat, suami siaga dan Peningkatan
kapasitas masyarakat dalam PHBS.
B. Saran
31
Demikianlah pemaparan makalah ini, bila terdapat kekurangan dan
kelemahan baik yang berkaitan dengan sistematika penulisan maupun isinya,
kami sangat mengharapkan pemikiran dan pendapat pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
32
Ilmu kesehatan masyarakat oleh Syafrudin, SKM, M.Kes; Theresia EVK, SST,
SKM; Dra. Jomima, M.Kes
Nurani, Meytha Winarso, inang. Gerakan Partisipatif Ibu Hamil, Menyusui dan
Bayi.
33