Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN SARAF

MORBUS HANSEN

1. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien.


2. Ucapkan salam dan perkenalkan diri pada pasien.
3. Jelaskan tujuan pemeriksaan
4. Pada saat meraba saraf, perhatikan :
a. Apakah ada penebalan/pembesaran
b. Apakah saraf kiri dan kanan sama besarnya atau berbeda
c. Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf sambil memperhatikan mimik
wajah penderita apakah ada kesan kesakitan atau tidak, tanpa menanyakan
kepada penderita.

Gambar 1. Lokasi pemeriksaan saraf

1
I. Cara Pemeriksaan Saraf Tepi:
1. Saraf Auricularis Magnus
Pasien menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang
terlibat akan terdorong oleh otot di bawahnya sehingga terlihat
pembesaran sarafnya. Dua jari pemeriksa diletakkan diatas persilangan
jalannya saraf tersebut dengan arah otot. Bila ada penebalan maka akan
teraba jaringan seperti kabel atau kawat. Bandingkan kiri dan kanan.

2. Saraf Ulnaris
a. Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita
dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita relaks.
b. Dengan jari telunjuk dan jari tengah kiri pemeriksa mencari sambil
meraba saraf ulnaris di dalam sulcus nervi ulnaris yaitu lekukan
diantara tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian medial
(epicondilus medialis).
c. Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris dan telusuri keatas
dengan halus sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah tampak
kesakitan atau tidak. Bandingkan kanan dan kiri.

Gambar 2. Pemeriksaan Saraf Ulnaris

3. Saraf Peroneus Communis (Poplitea Lateralis)


a. Penderita diminta duduk di suatu tempat (kursi, tangga, dll) dengan
kaki dalam keadaan relaks.
b. Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan memeriksa
kaki kiri penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan.

2
c. Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan
betis bagian luar penderita sambil pelan-pelan meraba keatas sampai
menemukan benjolan tulang (caput fibula), setelah menemukan tulang
tersebut jari pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang
d. Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke
kanan & ke kiri sambil melihat mimik/reaksi penderita

Gambar 3. Pemeriksaan Saraf Peroneus Communis

4. Saraf Tibialis Posterior


a. Penderita masih dalam duduk relaks.
b. Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba N. Tibialis
Posterior di bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam
(maleolus medialis) dengan tangan menyilang (tangan kiri pemeriksa
memeriksa N. tibialis kiri dan tangan kanan pemeriksa memeriksa N.
tibialis posterior kanan pasien).
c. Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik
reaksi dari penderita.
Bila saraf yang dicari tersentuh oleh jari pemeriksa, sering pasien
merasakan seperti tekanan setrum pada daerah yang dipersarafi oleh
saraf tersebut. Pada keadaan neuritis akut, sedikit sentuhan sudah
memberikan rasa nyeri yang hebat.

3
Gambar 4. Pemeriksaan Saraf Tibialis Posterior

II. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf Motorik


1. Mata (Nervus Facialis)
a. Pasien diminta memejamkan mata
b. Dilihat dari depan atau samping apakah mata tertutup sempurna atau
tidak ada celah
c. Jika mata tidak dapat menutup dengan rapat, diukur lebar celahnya
lalu catat, misalnya lagopthalmus 3 mm. Mata kiri atau mata kanan.

2. Saraf Ulnaris
a. Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2, 3 dan 4 tangan kanan
penderita dengan telapak tangan penderiita menghadap ke atas dan
posisi ekstensi (jari kelingking/5 bebas bergerak tidak terhalang oleh
tangan pemeriksa).
b. Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan kelingking dan jari-jari
lainnya. Bila penderita dapat melakukannya, minta ia menahan
kelingkingnya pada posisi jauh dari jari lainnya, dan kemudian ibu jari
pemeriksa mendorong pada bagian pangkal kelingking.

Penilaian:
a. Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat atau menjauh dan
jari lainnya berarti sudah lumpuh.
b. Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan
pemeriksa berarti lemah.

4
c. Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorongan pemeriksa, ibu
jari bisa maju dan dapat menahan dorongan ibu jari pemeriksa, berarti
masih kuat.

Gambar 5. Pemeriksaan fungsi saraf ulnaris

Bila hasil pemeriksaan meragukan, lakukan pemeriksaan konfirmasi


sebagai berikut:
a. Minta penderita menjepit sehelai kertas yang diletakkan diantara jari
manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas
tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan / jepitan terhadap kertas
tersebut.
b. Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot lemah.
c. Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat

Gambar 6. Pemeriksaan fungsi saraf ulnaris

5
3. Saraf Medianus
a. Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking
tangan kanan penderita agar telapak tangan penderita menghadap ke
atas dan dalam posisi ekstensi.
b. Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap
telapak tangan penderita (seakan-akan menunjuk ke arah hidung) dan
penderita diminta untuk mempertahankan posisi tersebut.
c. Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari penderita yaitu dari
bagian batas antara punggung dan telapak tangan mendekati telapak
tangan.

Penilaian :
a. Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat
b. Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sudah lemah
c. Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
Selalu perlu dibandingkan kekuatan otot tangan kanan dan kiri untuk
menentukan adanya kelemahan.

Gambar 7. Pemeriksaan fungsi saraf medianus

4. Saraf Radialis

6
a. Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan
kanan penderita.
b. Penderita diminta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang
terkepal ke atas.
c. Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu dengan
tangan kanan pemeriksa menekan tangan penderita ke bawah ke arah
fleksi.
Penilaian:
a. Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat
b. Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah
c. Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa
ditegakkan ke atas)

Gambar 8. Pemeriksaan fungsi saraf radialis

5. Saraf peroneus communis


a. Dalam keadaan duduk, penderita diminta mengangkat ujung kaki
dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan
dengan tumit).
b. Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa
dengan kedua tangan menekan punggung kaki penderita ke
bawah/lantai.
Keterangan:
a. Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat
b. Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah

7
c. Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki tidak bisa
ditegakkan ke atas)

Gambar 9. Pemeriksaan fungsi saraf peroneus communis


III. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf Sensorik
1. Fungsi Sensorik Raba
a. Pasien diminta duduk pada waktu dilakukan pemeriksaan.
b. Sepotong kapas yang dilancipkan ujungnya digunakan untuk
memeriksa perasaan rangsang raba dengan menyentuhnya pada kulit.
c. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasakan
sentuhan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disentuh dengan jari
telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka.
d. Bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya, kalau
perlu matanya ditutup dengan sepotong kain/karton.
e. Lesi di kulit dan bagian kulit lain yang dicurigai, perlu diperiksa
sensibilitsnya. Harus diperiksa sensibilitas kulit yang sehat dan kulit
yang tersangka diserang Morbus Hansen. Bercak kulit harus diperiksa
pada bagian tengahnya, jangan dipinggirnya.

2. Fungsi Sensorik Nyeri


a. Diperiksa dengan memakai jarum
b. Kulit pasien ditusuk dengan ujung jarum yang tajam dan dengan
pangkal tangkainya yang tumpul
c. Pasien harus membedakan tusukan mana yang tajam dan mana yang
tumpul.

3. Fungsi Sensorik Suhu


a. Dilakukan dengan menggunakan dua buah tabung reaksi yang berisi
air panas (sebaiknya 400C) yang lainnya air dingin. Lalu diminta
pasien menetukan rasa dingin (sebaiknya 200C).

8
b. Sebelumnya dilakukan tes, lakukan pada daerah kulit yang normal,
untuk memastikan bahwa orang yang diperiksa dapat membedakan
panas dan dingin.
c. Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian
kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai.
d. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah
menyebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa sensasi suhu pada
daerah tersebut terganggu.

IV. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf Otonom


1. Tes dengan pinsil tinta (Tes Gunawan)
a. Pinsil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai
terus sampai ke daerah kulit normal.
b. Pasien diminta untuk melakukan aktivitas agar berkeringat.
c. Perhatikan apakah tinta tersebut melebar atau tidak.
d. Interpretasi :
- Tinta melebar : fungsi saraf otonom
normal.
- Tinta tidak melebar : fungsi saraf
otonom tidak normal.

2. Tes Pilokarpin
a. Daerah kulit pada lesi dan perbatasannya disuntik dengan pilocarpin
1-2% subkutan.
b. Setelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat,
sedangkan daerah lesi tetap kering.

Anda mungkin juga menyukai