Anda di halaman 1dari 3

Percobaan kali ini membahas mengenai penetapan kadar vitamin C secara konvensional

menggunakan proses titrasi. Proses titrasi yang digunakan adalah titrasi redoks iodometri (titrasi
tidak langsung). Bahan atau sampel yang digunakan berupak vitamin C (Effervescent) sebanyak 10
tablet. Vitamin C memiliki pemerian kristal putih yang tidak stabil dalam bentuk terlarut dan stabil
dalam bentuk kristalnya dan memiliki sifat yang mudah teroksidasi. Vitamin Cmemiliki fungsi sebagai
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.

Titrasi redoks merupakan metode penentuan kuantitatif yang reaksinya hanya dapat
berlangsung apabila terjadi interaksi dari suatu senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan
unsure/senyawa/ion bersifat reduktor.Proses dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan
dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.

Prinsip dari titrasi redoks adalah proses oksidasi reduksi yang diikuti potensiometri yang
didasarkan pada pemindahan elektron titran ke analit (vitamin C) ditandai dengan adanya
perubahan warna jika analit teroksidasi dengan bantuan indikator. Zat pentitrasi yang digunakan
untuk analsis adar vitamin C yaitu iodium sebagai pengoksidasi. Sampel yang digunakan yaitu tablet
vitamin C.

Prosedur kerja pertama dalam percobaan yaitu menimbang satu persatu tablet sebanyak 10
tablet, kemudian dihintung rata-rata tablet. Tujuan dilakukan hal ini yaitu untuk meningkatkan
ketelitian dari tablet yang akan digunakan apakah akan ada terdapat tablet yang tidak sesuai dengan
kriteria. Rata-rata bobot tablet yang didapat yaitu 4,558 gram. Langkah selanjutnya yaitu
menghitungn ilai simpangan bobot dan koefisien varian dari sampel. Hasil yang didapat yaitu
SD=0,0974 dan CV=2,1366%. Menurut FI edisi IV untuk tablet dengan bobot antara 150-300 mg,
koefisien variasi yang baik < 7,5%, oleh karena itu hasil CV yang didapat dikatakan telah sesuai
dengan kriteria.

Prosedur selanjutnya yaitu pembuatan larutan baku dan reagen, akan tetapi pada sat di
laboratorium, bahan-bahan tersebut telah tersedia. Baku yang digunakan pada persobaan yaitu
KBrO3, Na2S2O3 dan I2 sementara reagen HCl dan indikator kanji 10%. Secara teoritis, Baku KbrO3
dibuat dengan menimbang 1,67 gr padatan dalam 100 ml aquades, KbrO3 digunakan sebagai baku
primer dalam titrasi iodometri. Baku primer merupakan larutan terstandar yang konsentrasi ny
dapat ditentukan langsung melalui penimbangan. Baku Na2S2O3 0,1 N dibuat dengan menimbang
padatannya 3,1 gr dalam 250 ml aquadest, dan I2 dibuat dengan menimbang 3,175 gr padatan lalu
dilarutkan dalam 250 ml aquadest, padatan iodium sulit larut dalam air, oleh karena itu perlu
ditambahkan garamnya yaitu KI. Larutan Na2S2O3 dan I2 merupakan larutan skunder yang
konsentrasiny baru dapat diketahui melalui proses standarisasi titrasi.

Proses selanjutnya yaitu pembakuan larutan Na2SO3 dengan menggunakan larutan baku primer
KbrO3 0,1 N sebanyak 25 ml dengan campuran 2 gram KI serta 5 ml yang ditambahkan reagen HCL
adkan 100 ml KbrO3. Sebelum dititrasi laurtan tersebut didiamkan dulu selama 15 menit. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan agar campuran dari komponen bahan dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya dan dapat bereaksi dengan cepat saat proses titrasi yang akan dilakukan.
Proses titrasi dilakukan dengan menambahkan 2 ml indikator kanji 10%. Penggunaan asam (HCl)
untuk mengkatalis reaksi dengan memberikan suasa asam dan KI sebagai peningkat sifat
pengoksidasi KBrO3. Titrasi dilakukan hingga terbentuk warna kuning jerami, lalu tambahkan
indikator kanji 10%, dititrasi hingga warna biru hilang. Proses pembakuan pertama ini menghasilkan
rekasi sebagai berikut :

>>>>>>>>REAKSI>>>>>>>>>>>>>>>

Proses pembakuan selanjutnya yaitu larutan I2 berikutnya dibakukan dengan Na2S2O3 10 ml


menggunakan indikator kanji 10% hingga warna biru terbentuk. kanji digunakan karena dapat
membentuk kompleks iod amilum yang berwarna biru tua meskipun konsentrasi I2 sangat kecil.
Volume I2 yang didapat yaitu 13 ml dengan konsentrasi I2 didapat 0,0353 N, konsentrasi yang
didapat kurang dari 0,1 N, ini dikarenakan saat mentitrasi buret yang digunakan tidak berwarna
gelap sehingga I2 tidak stabil dikarenakna terkena cahaya. Proses pembakuan pertama ini
menghasilkan rekasi sebagai berikut :

>>>>>>>>REAKSI>>>>>>>>>>>>>>>

Langkah selanjutnya yaitu proses penetapan kadar vitamin C. Vitamin C sebelum dititrasi
terlebih dahulu dicampurkan dengan asam pekat (HCl). Hal ini bertujuan karena vitamin C yang telah
diencerkan dengan aquades, kadar keasamannya akan menurun, sehingga harus ditambahkan
dengan larutan asam agar vitamin C tetap pada keadaan asam dan juga asam ini akan mengkatalis
reaksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Vitamin C ditambahkan inidkator kanji 10% kemudian
dititrasi secara perlahan dengan larutan iodium hingga terbentuk warna biru yang menandakan
seluruh Vitamin C telah bereaksi dengan iodium dan titik akhir titrasi telah tercapai. Warna biru yang
terbentuk dikarenakan dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat
membentuk komplek dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Berikut reaksi yang terjadi antara vitamin C
dengan iodium. Proses rekasi yang dihasilkan yaitu sebagai berikut : Proses rekasi yang dihasilkan
yaitu sebagai berikut :

>>>>>>>>REAKSI>>>>>>>>>>>>>>

Vitamin C dititrasi, sebelum melakukan penitrasian terlebih dahulu larutan vitamin C


dicampur dengan larutan asam pekat, asam pekat yang digunakan adalah H2SO4 6N. Hal ini
dilakukan karena vitamin C yang telah diencerkan dengan aquades, kadar keasamannya akan
menurun, sehingga harus ditambahkan dengan larutan asam agar vitamin C tetap pada keadaan
asam dan mengkatalis reaksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Vitamin C dititrasi perlahan
dengan larutan iodium hingga terbentuk biru mantap yang berarti seluruh Vitamin C telah bereaksi
dengan iodium dan titik akhir titrasi telah tercapai. Warna biru terbentuk karena dalam larutan pati,
terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk komplek dengan molekul iodium yang
dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut.
Berikut reaksi yang terjadi antara vitamin C dengan iodium.
Volume larutan iodium yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi tersebut adalah 1,1
ml, volume yang digunakan berbanding lurus dengan konsentrasi Vitamin C. konsentrasi vitamin C
dihitung dari rumus pengenceran, didapat hasil 0,12002 N. Kadar vitamin C dapat juga dihitung dari
rumus bobot per volum, kadar vitamin C yang didapat yaitu 1,057%. Proses rekasi yang dihasilkan
yaitu sebagai berikut :

>>>>>>>>REAKSI>>>>>>>>>>>>>>

Anda mungkin juga menyukai