Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam sejarah
peradaban Islam. Banyak prestasi yang diraih oleh kaum muslim di bawah naungan
kepemimpinan Dinasti Abbasiyah. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan peradaban
Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa dinasti ini, terutama pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Pada masa ini pula Islam meraih peringkat golden
age, masa keemasan.
Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu
menjadi masa daulah, yaitu masa daulah Umayyah dan daulah Abbasiyah.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga
abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu
pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940
kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang
Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13),
mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang
menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim
bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang
muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya
Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga
timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara.
Awalnya hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun
kemudian, mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina,
sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya
telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani
Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani
Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol,
kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai
akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.
Dalam pada itu, ada hal yang menarik untuk dibahas dari sejarah peradaban
Dinasti Abbasiyah. Dimulai sejak masa pemerintahan Khalifah al-Mansur yang
menggelari dirinya dengan khalifatullah fi ardihi (bukan seperti khalifah-khalifah
sebelumnya yang menyandang gelar ”pengganti khalifah”) maka khalifah-khalifah
Dinasti Abbasiyah kemudian bergelar khalifatullah fi ardihi. Dengan
gelarkhalifatullahi ini, para khalifah Dinasti Abbasiyah tidak memerlukan rakyat, tapi
rakyat yang membutuhkan khalifah.
Berangkat dari hal tersebut, kami memberikan judul untuk makalah yang kami
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepemimpinan Islam ini
dengan ”Kepemimpinan Bani Abbasiyah”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana asal mula berdirinya Bani Abbasiyah?
2. Bagaimana masa kejayaan dan sistem kekhalifahan Bani Abbasiyah?
3. Apa saja penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui asal mula berdirinya Bani Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui masa kejayaan dan sistem kekhalifahan Bani Abbasiyah.
3. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN

Dengan tumbangnya daulah Bani Umayyah maka keberadaan Daulah Bani


Abbasiyah mendapatkan tempat penerangan dalam masa kekhalifahan Islam saat itu,
dimana daulah Abbasiyah ini sebelumnya telah menyusun dan menata kekuatan yang
begitu rapi dan terencana. Dan dalam makalah ini akan diurakan sedikit mengenai
asal mula berdirinya masa kekhalifahan Abbasiyah, masa kejayaan dan sistem
kekhalifahannya serta apa saja penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah.

2.1 Asal Mula Berdirinya Bani Abbasiyah


Kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Umayyah.
Nama Dinasti Abbasiyah itu sendiri diambil dari nama salah seorang paman Nabi
Muhammad SAW yang bernama al-Abbas ibn Abd. al-Muththalib ibn Hasyim. Orang
Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam,
sebab mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih
dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa
menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan
Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa untuk melakukan
pemberontakan terhadap Dinasti Abbasiyah.
Saat kekhalifahan Umayyah dipegang Umar ibn Abd. Al-Aziz, gerakan bawah
tanah yang merupakan rival politiknya menyusun kekuatan secara terbuka. Salah satu
kekuatan politik yang kontra dengan kebijakan “Machiavellian” model Umayyah
adalah para pengikut Nabi dan keturunan Bani Abbas. Akan tetapi, sebagai sarana
propaganda mereka tidak menyebutkan diri sebagai keluarga Abbas, namun
menggunakan jargon dan simbol Bani Hasyim. Dengan demikian mereka dapat
merangkul baik kelompok Syi’atu Ali maupun Syi’atu Abbas. Kedua kelompok inilah
yang pada akhirnya melandasi berdirinya kekhalifahan Abbasiyah.
Berdirinya Bani Abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani
Umayyah, yakni pada Khalifah Hisyam ibn Abd. al-Malik, muncul kekuatan baru
yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal
dari kalangan Bani Hasyim yang dipelopori keturunan al-Abbas ibn Abd. al-
Muthalib. Gerakan ini menghimpun:
a. Bani Alawiyah pemimpinnya Abu Salamah
b. Bani Abbasiyah pemimpinnya Ibrahim Al-Alman
c. keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany, mereka
memusatkan kegiatannya di Khurasan.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syi’ah dan
kaum mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Pada
waktu itu ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran, akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah
Dinasti Umayyah dengan terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin
Muhammad dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan dinasti Bani Abbas atau
Khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini keturunan al-Abbas
paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn al-
Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132
H sampai dengan 656 H selama berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Masa Dinasti Abbasiyah merupakan awal kemunduran bagi umat Islam, setelah
lebih dari lima abad (132-656 H/750-1258 M) mampu membentuk dan
mengembangkan kebudayaan Islam hingga mampu membawa peradaban yang tinggi
dan mengalami kejayaan di bawah pemerintahan Daulah Abbasiyah.

2.2 Masa Kejayaan dan Sistem Kekhalifahan Bani Abbasiyah


1. Masa Kejayaan Bani Abbasiyah.
a. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya
untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani
dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa
DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-
naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan
perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang
tata Negara dan sastra.
b. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah
terdapat berbagai macamindustri sepertikain linen di mesir, sutra darisyiria dan
irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk pertanian sepertigandum dari
mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan
ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
c. Dalam bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-
khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan
di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan
baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya
perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang
menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik
terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan
peradaban Islam.

2. Sistem Kekhalifahan Bani Abbasiyah.


Seperti halnya Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah memiliki system
kekhalifahan sebagai berikut.
a. Pemerintahan orang Abbasiyah dinyatakan sebagai Daulah (era baru). Khalifah
pertama, Saffah, karena tidak percaya dengan orang-orang Kufah yang pernah
berkhianat kepada cucu Nabi SAW, Husein bin Ali, maka ia
menggunakan Hammam ‘Ain sebagi tempat tinggal dan ibu kota Abbasiyah, tidak
lama kemudian pindah ke Hira, selanjutnya pindah lagi ke gedung Hasyimiyah.
Setelah ia wafat, adiknya, al-Mansur membangun kota baru di desa Baghdad.
Sejak itu kota tersebut menjadi ibu kota resmi Dinasti Abbasiyah. Dengan
demikian peranan dan pengaruh Arab melalui Damaskus (Syam) sebagai pusat
pemerintahan Islam berangsur-angsur berkurang dan beralih ke Baghdad yang
oleh Bani Umayah sudah dibangun lebih dari seratus tahun (sejak Muawiyah
periode Umar I).
b. Dengan berdirinya Abbasiyah, maka berangsur-angsur pengaruh kekuasaan Arab
menurun dan dikuasai/dipengaruhi mawali, serta diskriminasi Arab
atas mawali hilang. Dengan demikian, Islam muncul dalam citra internasional.
Orang Persia dan Khurasan yang berperang untuk menumbangkan kekuasaan
Umayah, mulai menduduki jabatan-jabatan tinggi dan penting dalam
pemerintahan, juga corak pemerintahannya diambil dari sistem pemerintahan
Persia.
c. Pemerintahan Abbasiyah adalah pemerintahan non-Arab, sedang jaman Umayah
adalah Arab murni yang sangat peka terhadap suku Arab (Quraisy), sedangkan
pada periode Abbasiyah di samping orang Quraisy, orang Khurasan, dan dari
daerah-daerah lain elit tentara sangat menonjol dalam kebijakan pemerintahan.
Para khalifah beranggapan, bahwa sebagai pewaris Nabi Muhammad SAW, yang
punya hak sacral dan hubungan ini membawa mereka untuk memerintah dan
mempengaruhi dunia Islam dan merekalah yang menundukkan kembali Islam
dalam posisi yang benar.
d. Corak pemerintahan yang mengalami perubahan drastis sejak Khalifah Mansur
yang menyandang gelar Khalifah Allah, dari pada “wakil khalifah” dan mereka
tidak tergantung sumpah setia dan pengakuan dari rakyat sebagai legitimasi
kekuasaan.
e. Islam tersebar dengan ekspansi sejak sebelum Umayah dengan pesat dan cepat,
sedang pada masa Abbasiyah satu sisi orang Islam (Arab) kehilangan atau
menurun dalam hal kehebatan kemiliteran. Di sisi lain, keutuhan kekhalifahan dan
persatuan Islam terancam dan terkoyak, yakni lepasnya Andalusia (756 M) dari
kekuasaan Abbasiyah dengan berdirinya (929 M) kekhalifahan Umayah II di
Andalusia dan kekhalifahan Fatimiyah (909 M) di Afrika. Puncak kejayaan
daulah ini terjadi pada masa Khalifah Harun dan puteranya, Ma’mun serta
khalifah-khalifah sesudahnya hingga masa Mutawakkil. Pada masa Harun,
kekayaan negara yang banyak, sebagian besarnya dipergunakan untuk
kesejahteraan rakyat seperti mendirikan rumah sakit, membiayai pendidikan
kedokteran, farmasi, dan sebagainya. Sementara pada masa Ma’mun, ia gunakan
untuk menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen, Sabi, dan bahkan
penyembah binatang untuk menerjemahkan berbagai buku berbahasa asing ke
dalam bahasa Arab, serta mendirikan Bait al-Hikmah sebagai pusat penerjemahan
dan akademi yang dilengkapi dengan perpustakaan. Di dalamnya diajarkan
berbagai cabang ilmu seperti kedokteran, matematika, statistika, geografi, dan
filsafat. Di samping itu, masjid-masjid juga merupakan sekolah, tempat untuk
memepelajari berbagai macam disiplin ilmu dengan berbagai halaqah di
dalamnya. Pada masanya, kota Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. (Karim, 2009: 179-181)
Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari
Abbas bin Abdul-Muththalib sampai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang
berkuasa di Baghdad.

ABBAS
pendiri Bani Abbasiyah

Ibnu Abbas

Ali

Muhammad

1. AS-SAFFAH 2. AL-MANSUR
Ibrahim Musa
(k. 750-754) (k. 754-775

3. AL-MAHDI
(k. 775-785)
5. AR-RASYID 4. AL-HADI
Ibrahim al-Mubarak
(k. 786-809) (k. 785-786

6. AL-AMIN 7. AL-MA'MUN 8. AL-MU'TASIM


al-Qasim al-Mu'taman
(k. 809-813) (k. 813-833) (k. 833-842

10. AL-
9. AL-WATSIQ 12. AL-MUSTA'IN
MUTAWAKKIL
(k. 842-847) (k. 862-866)
(k. 847-861)

14. AL-
13. AL-MU'TAZZ 11. AL-MUNTASHIR 15. AL-MU'TAMID
MUHTADI al-Muwaffaq
(k. 866-869) (k. 861-862) (k. 870-892)
(k. 869-870)

16. AL-
MU'TADHID
(k. 892-902)

17. AL-
18. AL-MUQTADIR 19. AL-QAHIR
MUKTAFI
(k. 908-935) (k. 932-934)
(k. 902-908)

22. AL-
20. AR-RADHI 21. AL-MUTTAQI 23. AL-MUTHI'
MUSTAKFI Ishaq
(k. 934-940) (k. 940-944) (k. 946-974)
(k. 944-946)

25. AL-QADIR 24. ATH-THA'I


(k. 991-1031) (k. 974-991)

26. AL-QA'IM
(k. 1031-1075)

27. AL-MUQTADI
(k. 1075-1094)

28. AL-MUSTAZHIR
(k. 1094-1118)

29. AL-
30. AL-MUQTAFI
MUSTARSYID
(k. 1136-1160)
(k. 1118-1135)

32. AL-
30. AR-RASYID
MUSTANJID
(k. 1135-1136)
(k. 1160-1170)

33. AL-
MUSTADHI'
(k. 1170-1180)
34. AN-NASHIR
(k. 1180-1225)

35. AZH-ZHAHIR
(k. 1225-1226)

1. AL-MUSTANSHIR 36. AL-


II MUSTANSHIR
Berkuasa di Kairo (k. 1226-1242)

37. AL-
MUSTA'SHIM
(k. 1242-1258)

2.3 Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah


Sebab –sebab keruntuhan daulah Abbasyiah
1. Keruntuhan dari segi internal (dari dalam)
a. Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan
pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
b. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukuan.
c. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab
dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
d. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
e. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
f. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2. Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar)
a. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak
korban.
b. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kesimpulan
1. Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah
keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
2. Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa
keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun
setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam
bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.
3. Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas
penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga
pendidikan sudah mulai berkembang.
4. Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik.
5. Runtuhnya Bani Abbasiyah disebabkan oleh factor internal dan eksternal.

Anda mungkin juga menyukai