Anda di halaman 1dari 8

DASAR TEORI

Kesehatan Reproduksi

A. PENGERTIAN

REMAJA :

1. Menurut ICPD remaja adalah periode perubahan dari masa anak-anak

dan masa dewasa (10 – 24 tahun)

2. Mengalami pertumbuhan dan perkembangan

3. Menurut Hurlock remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18

tahun.; Monks, dkk : batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.; Stanley

Hall : remaja berada pada rentang 12-23 tahun : Strom & Stress.

Sedangkan Kartini Kartono, membagi 3 bagian pada masa remaja :

1. Remaja Awal (12-15 Tahun) : Pada masa ini, remaja mengalami

perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang

sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada

saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa

meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja

sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa

kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) : Kepribadian remaja pada masa

ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru

yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.Remaja


mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan

terhadap pemikiran filosofis dan etis.Maka dari perasaan yang penuh

keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul

kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja

menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian

terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja

menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun) : Pada masa ini remaja sudah mantap dan

stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup

yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami

arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai

pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru

ditemukannya.

B. Pubertas

1. Menurut Prawirohardjo (2009: 127) pubertas merupakan masa peralihan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.

2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode

perubahan dari tidak matang menjadi matang.

3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu

pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu

suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.


4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap

dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat–alat seksual dan

tercapai kemampuan reproduksi.

C. Perubahan Primer dan sekunder pada wanita

1. Perubahan primer :

Pada wanita - Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa

puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus

anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata

beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat

pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak

perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi. (Hurlock,

2004: 210).

a. Perubahan Sekunder:

1) Perubahan sekunder pada masa pubertas .Perubahan sekunder pada

masa pubertas adalah perubahan-perubahan yang menyertai

perubahan primer yang terlihat dari luar.

2) Pada perempuan: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang;

pertumbuhan payudara; tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan

vagina; panggul mulai melebar; tangan dan kaki bertambah besar;

tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar; vagina


mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut

mulai berminyak; pantat bertambah lebih besar.

3) Ciri pada wanita :

a) Tumbuh rambut pada sekitar alat kelamin dan di ketiak.

b) Pinggul semakin lebar.

c) Terjadi menstruasi.

d) Payudara akan mengembang.

e) Kulit semakin halus.

f) Suara semakin nyaring

g) Mulai muncul jerawat di sekitar wajah

D. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU

No. 23 Tahun 1992).

Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan

dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan

lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru,

yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara

ekonomis maupun sosial.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan

sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan

dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-

fungsi serta proses-prosesnya.


Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan

seks yang memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk

bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan

frekuensinya.

E. PENTINGNYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial

sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang

saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja

akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi

berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat.

Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada

usia ideal menikah

Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin

mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi

kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol,

penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau

tawuran. Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan

mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan

berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak

memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan


seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan

kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.

Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja

mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko

kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan,

aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah

keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-

ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk

kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan,

ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun

gaya hidup.

Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar

mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya.

Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan

pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi

kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda

perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki

(FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid pertama biasanya akan

segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka padarisiko

kehamilan dan persalinan dini.

Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja

justru adalah akibat ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua


yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan

penyebab rangsangan seksualitas, serta frekuensi tindak kekerasan anak.

Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan

informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi

tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru,

bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan

fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks

pranikah.

Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan

sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh.

Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak

mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak

lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang

terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan,

penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan.

Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat,

termasuk penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan kriminalitas,

serta prostitusi.
DAFTAR PUSTAKA

Kinasih, Neyla.2012. kamus pintar wanita pintar. Yogyakarka:Pinang Merah

Recidence.

Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi

Kebidanan YPIB Majalengka.

WARIYONO suki.2008. ilmu alam sekitar. Jakarta: Hamudha Prima Media

http://www.andoambenk.wordpress.com

http://www.artikelbagus.com

http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai