JOURNAL
Asas Aufbau menyatakan bahwa :“Pengisian elektron dimulai dari subkulit yang
berenergi paling rendah dilanjutkan pada subkulit yang lebih tinggi energinya”. Dalam
setiap sub kulit mempunyai batasan elektron yang dapat diisikan yakni :
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 …. dan seterusnya
Keterangan :
Jumlah elektron yang ditulis dalam konfigurasi elektron merupakan jumlah elektron
maksimal dari subkulit tersebut kecuali pada bagian terakhirnya yang ditulis adalah
elektron sisanya. Perhatikan contoh di bawah ini :
Konfigurasi elektron dalam atom selain diungkapkan dengan diagram curah hujan,
seringkali diungkapkan dalam diagram orbital. Ungkapan yang kedua akan bermanfaat
dalam menentukan bentuk molekul dan teori hibridisasi.
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan diagram orbital :
1. Orbital-orbital dilambangkan dengan kotak
2. Elektron dilambangkan sebagai tanda panah dalam kotak
3. Banyaknya kotak ditentukan berdasarkan bilangan kuantum magnetik, yaitu:
4. Untuk orbital-orbital yang berenergi sama dilambangkan dengan sekelompok kotak
yang bersisian, sedangkan orbital dengan tingkat energi berbeda digambarkan dengan
kotak yang terpisah.
5. Satu kotak orbital berisi 2 elektron, satu tanda panah mengarah ke atas dan satu lagi
mengarah ke bawah. Pengisan elektron dalam kotak-kotak orbital menggunakan aturan
Hund.
B. Aturan Hund
Friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari Jerman mengemukakan aturan
pengisian elektron pada orbital yaitu :
“orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi lebih dulu oleh satu elektron
arah (spin) yang sama dahulu kemudian elektron akan memasuki orbital-orbital secara urut
dengan arah (spin) berlawanan atau dengan kata lain dalam subkulit yang sama semua
orbital masing-masing terisi satu elektron terlebih dengan arah panah yang sama kemudian
sisa elektronnya baru diisikan sebagai elektron pasangannya dengan arah panah
sebaliknya”.
Coba perhatikan contoh diagram elektron di bawah ini, khususnya pada bagian akhirnya :
Pada pengisian diagram orbital unsur S pada konfigurasi 3p4, 3 elektron diisikan
terlebih dahulu dengan gambar tanda panah ke atas baru sisanya 1 elektron digambar
dengan tanda panah ke bawah.
C. Aturan Penuh Setengah Penuh
Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini menyatakan
bahwa : “suatu elektron mempunyai kecenderungan untuk berpindah orbital apabila dapat
membentuk susunan elektron yang lebih stabil.....untuk konfigurasi elektron yang
berakhiran pada sub kulit d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih
memahamkan teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :
2 2 6 2 6 2 4 2 2 6 2 6 1 5
24Cr = 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d menjadi 24Cr = 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk menjadi
setengah penuh....maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga berlaku untuk
kasus :
29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi 29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10
Periode = 4 Golongan = VI B
Jari-jari atom unsur-unsur seperiode dalam tabel sistem periodik unsur, semakin ke kanan
semakin kecil. Hal ini terjadi karena jumlah elektron semakin ke kanan semakin banyak yang
menyebabkan gaya tarik elektron semakin kuat. 5.
Reaktifitas Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik,
makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam
pada sistem periodik unsur, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap
electron. Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik
elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke
kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan
VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif. 6.
Elektronegatif Elektronegatif adalah kemampuan atom untuk menangkap elektron dari atom lain.
Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan elektronegatifnya sebagai berikut.
o
Unsur-unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah elektronegatifnya akan semakin kecil.
Hal ini terjadi karena gaya tarik inti yang makin lemah, sehingga sukar menarik elektron dari
luar.
o
Untuk mengetahui tepat letak dari sebuah unsur, kita harus mengetahui dimana golongan
dan periode dari sebuah unsur. Golongan merupakan pengelompokan unsur berdasarkan
electron valensi dalam konfigurasi. Hal ini ditandai dengan kolom vertical dari atas ke
bawah yang diberikan nama dengan angka romawi (I
–
VIII) yang kemudian diikuti dengan grup A (utama) ataupun B (transisi), inilah aturan
yang diadopsi dari Amerika dan kebanyakan dipakai di Indonesia. Sedangkan dari Eropa
digunakan angka dari kiri ke kanan semakin besar yaitu golongan 1 s.d. 18. Selain persamaan
electron valensi, ternyata unsur-unsur dalam satu golongan juga memiliki persamaan sifat
fisika dan kimia. Hal ini akan dibahas dalam bab tersendiri. Periode adalah kolom
horizontal atau (mendatar) dari kiri ke kanan yang menandai persamaan jumlah kulit.
Dan dari kiri ke kanan memiliki kecenderungan kenaikan nomor atom. 1.
Blok p Sebagaimana unsur blok s, konfigurasi elektron pada blok p juga berakhir di
orbital p. Orbital p ditempati oleh unsur-unsur golongan IIIA sampai VIIIA. Contoh :
16
S = 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
4
S memiliki harga n = 3, electron valensi = 2 + 4 = 6, sehingga Na terletak pada periode ke 3,
golongan VIA. 3.
Blok d
Konfigurasi elektron unsur-unsur blok d juga berakhir di orbital d. blok d ditempati oleh
unsur golongan transisi (B). Berbeda dengan golongan utama, pada elektron valensi
golongan B bukan merupakan banyaknya elektron terakhir pada kulit terakhir, melainkan
banyaknya elektron pada orbital d terakhir di tambah dengan elektron pada orbital s
terdekat.
Contoh :
27
Co = [Ar] 4s
2
3d
7
Blok f Blok f ditempati oleh unsur-unsur yang electron terakhirnya terletak pada orbital f.
Jika unsur-unsur blok f memiliki harga n = 6 disebut lantanida dan n = 7 disebut aktinida.
Contoh :
58
Ce = [Xe] 6s
2
4f
2
Unsur Ce terletak pada periode 6 (lantanida).
http://www.academia.edu/9230017/Sejarah_Perkembangan_Sistem_Periodik_Unsur