Anda di halaman 1dari 26

PENINGKATAN MUTU

PELAYANAN KEFARMASIAN

Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt., M.Pharm., MM


Direktur Pelayanan Kefarmasian

disampaikan pada:
Rapat Konsultasi Nasional I
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Palembang, 16 – 19 Februari 2016

1
Daftar Isi

Pendahuluan

GeMa CerMat

Permenkes Informasi Harga Obat

2
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN

Menjamin kualitas pelayanan kefarmasian di seluruh


fasilitas pelayanan kesehatan
Mewujudkan penegakan penggunaan obat rasional
di fasilitas kesehatan

DESKO IRIANTO, SH, MM

KASUBAG TATA USAHA

Drs. ELON SIRAIT, MSc.PH, Apt Dra. DARA AMELIA, MM, Apt dr. ZORNI FADIA Drs. HERU SUNARYO, Apt.

SUBDIT MANAJEMEN DAN SUBDIT SUBDIT SUBDIT


KLINIKAL FARMASI ANALISIS FARMAKOEKONOMI SELEKSI OBAT DAN ALKES PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

ANDRIE FITRIANSYAH, HELSI PAHLEMI, S.Si, Apt. INDAH SUSANTI, S.SI., Apt Dra. EMA VIAZA, Apt. SARI MUTIARANI, S.Si., Apt Dra. ARDIANI, Msi, Apt ERIE GUSNELLYANTI, S.Si, CANDRA LESMANA, S.Farm,
S.Farm., Apt M.Pharm Apt, MKM Apt
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI ANALISIS SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
MANAJEMEN FARMASI KLINIKAL FARMASI ANALISIS FARMAKOEKONOMI SELEKSI OBAT SELEKSI ALKES PENINGKATAN POR PEMANTAUAN POR
FARMAKOEKONOMI OBAT ALKES

3
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Program Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

KELUARAN Meningkatnya pelayanan kefarmasian dan


penggunaan obat rasional di faskes

INDIKATOR KINERJA
TARGET & CAPAIAN
KEGIATAN 2015 CAPAIAN 2016 2017 2018 2019
2015

Persentase Puskesmas
yang Melaksanakan 40% 40,01% 45 % 50% 55 % 60 %
Pelayanan Kefarmasian
Sesuai Standar

Persentase Penggunaan
62 % 70,64% 64% 66% 68% 70 %
Obat Rasional di Puskesmas
4
RENCANA AKSI KEGIATAN
PELAYANAN KEFARMASIAN 2015 -2019

INDIKATOR TARGET
2016 2017 2018 2019

Persentase Puskesmas yang


Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
45% 50% 55% 60%
Sesuai Standar
Persentase Rumah Sakit Pemerintah yg
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian 55% 60% 65% 70%
Sesuai Standar

Persentase POR di Puskesmas 64% 66% 68% 70%

Persentase Kesesuaian obat di 55% 60% 65% 70%


Rumah Sakit terhadap Fornas

Jumlah tersusunnya pedoman pemilihan obat


2 4 5 6
dan alkes yang cost effective di faskes
Jumlah Analisis Farmakoekonomi Dalam
2 3 3 4
Pelayanan Kesehatan
5
Review Obat dan alkes
dalam Fornas dan
Kompendia Alkes

Sosialisasi dan Penyebaran Sosialisasi,


Informasi dalam rangka GeMa Pengembangan dan
CerMat Integrasi e-Fornas

KEGIATAN
PRIORITAS
2016
Peningkatan Penggunaan Peningkatan mutu
Antibiotik Bijak Manajemen dan Pelayanan
kefarmasian di Faskes

Pengembangan Program dan


Kebijakan Implementasi Analisis
Farmakoekonomi
Peningkatan jejaring
kerjasama stakeholder
dalam peningkatan Yanfar

6
GeMa CerMat
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat

7
VISI DAN MISI PRESIDEN

TRISAKTI:
3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR

Mandiri di bidang ekonomi; Berdaulat di bidang


politik; Berkepribadian dlm budaya
UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA


9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup
Manusia Indonesia

PROGRAM INDONESIA PROGRAM PROGRAM INDONESIA KERJA


PROGRAM INDONESIA
PINTAR INDONESIA SEHAT
SEJAHTERA

PARADIGMA PENGUATAN
YANKES JKN
SEHAT

DTPK
8
PROGRAM INDONESIA SEHAT

Paradigma Penguatan Yankes JKN


Sehat
Program
Program • Benefit
Program • Peningkatan Akses • Sistem
• Pengarusutamaan terutama pd FKTP pembiayaan:
kesehatan dalam • Optimalisasi Sistem asuransi – azas
pembangunan Rujukan gotong royong
• Peningkatan Mutu • Kendali Mutu &
• Promotif - Preventif
sebagai pilar utama Kendali Biaya
Penerapan
pendekatan
• Sasaran: PBI & Non
upaya kesehatan PBI
continuum of care
• Pemberdayaan
masyarakat Intervensi berbasis Tanda
risiko kesehatan kepesertaan
KIS 9
(health risk)
Tujuan Pembangunan Kesehatan
Pemberdayaan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan

03
Untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang

UU Nomor 36 tentang
Kesehatan 02
01
10
Masalah Penggunaan Obat Pada Masyarakat

Kurangnya pemahaman
masyarakat dalam memilih,
mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat
dengan benar
Penggunaan antibiotik secara tidak
tepat oleh masyarakat, yang dapat
memicu masalah resistensi
Penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas tanpa informasi yang
memadai dan supervisi dari tenaga
kesehatan, dapat menyebabkan
masalah kesehatan baru

11
Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Penggunaan Obat Rasional

Pencanangan GeMa CerMat tanggal 13 November 2015


SK Menkes No. 427/2015 tentang GeMa CerMat
12
Tujuan dan Sasaran

Tujuan Sasaran
1. Meningkatnya pemahaman dan Seluruh masyarakat dengan
kesadaran masyarakat tentang
melibatkan lintas sektor dan lintas
pentingnya penggunaan obat secara
benar. program, organisasi profesi farmasi
dan organisasi profesi kesehatan
2. Meningkatnya kemandirian dan
perubahan perilaku masyarakat lainnya, perguruan tinggi, akademisi,
dalam memilih dan menggunakan obat lembaga swadaya masyarakat, tokoh
secara benar.
agama, tokoh adat serta elemen-
3. Meningkatnya penggunaan obat elemen lain yang ada di masyarakat
secara rasional, termasuk antibiotik
13
Ruang Lingkup

1. Pengetahuan masyarakat tentang cara


memilih, mendapatkan, 2. Penggunaan obat secara rasional,
menggunakan, menyimpan dan baik obat bebas (OTC) untuk
membuang obat dengan benar. swamedikasi, maupun obat
keras (ethical) yang diperoleh
melalui resep dokter.

14
Strategi Pelaksanaan GeMa CerMat
(Kegiatan 2016)

REGULASI DAN EDUKASI DAN PEMBERDAYAAN KOMUNIKASI DAN OPTIMALISASI PERAN


ADVOKASI MASYARAKAT PUBLIKASI TENAGA KESEHATAN

1. Penyusunan Pedoman 1. Sosialisasi GeMa CerMat 1. Penyebaran Informasi 1. Penunjukan Apoteker


Penggunaan Obat Rasional pada Masyarakat di 20 melalui Media Cetak AoC dan motivator
(termasuk GeMa CerMat) kab/kota (Model 2. Penyebaran Informasi GeMa CerMat
2. Rapat Koordinasi Lintas Percontohan GeMa CerMat) melalui Media Elektronik
Sektor dengan 2. Rapat Koordinasi Lintas
2. Sosialisasi GeMa CerMat di
Kementerian/Lembaga Propinsi (Dekonsentrasi) 3. Penyebaran informasi Sektor dengan
Pemerintah terkait melalui media sosial Organisasi Profesi

15
Sosialisasi GeMa CerMat
Sosialisasi dilakukan pada masyarakat di 20 Kab/Kota di 20 Provinsi (Model percontohan GeMa CerMat)

Tujuan
Sosialisasi kepada masyarakat tentang
penggunaan obat secara benar dalam rangka
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat (GeMa CerMat) sehingga dapat
meningkatkan POR pada masyarakat.

Sasaran
100 orang masyarakat umum di 1
kab/kota di 20 propinsi (100 X 1 X
20 = 2.000 orang)

16
20 Provinsi Pelaksanaan GeMa CerMat
Provinsi Tempat Waktu Pelaksanaan Provinsi Tempat Waktu Pelaksanaan
1. Sumatera Utara Kab. Langkat 10-12 Maret 2016 11. D.I. Yogyakarta Kab. Bantul 18-20 Agustus 2016

2. Sumatera Barat Kota Payakumbuh 22-24 Maret 2016 12. Jawa Timur Kota Surabaya 22-24 Agustus 2016

3. Riau Kab. Siak 29-31 Maret 2016 13. Bali Kota Denpasar 29-31 Agustus 2016

4. Kepulauan Riau Kab. Bintan 12-14 April 2016 14. Kalimantan Barat Kab. Kubu Raya 05-07 September 2016

5. Jambi Kab. Tanjung 26-29 April 2016 15. Kalimantan Kab. Kotawaringin 12-14 September 2016
Jabung Barat Tengah Barat

6. Sumatera Kab. Ogan 02-04 Mei 2016 16. Kalimantan Kab. Banjar 19-21 September 2016
Selatan Komering Ulu Selatan
7. Bengkulu Kab. Kepahiang 17-19 Mei 2016 17. Kalimantan Timur Balikpapan 26-28 September 2016
8. Lampung Kota Metro 30 Mei-01 Juni 2016 18. Gorontalo Kab. Gorontalo 03-05 Oktober 2016
9. DKI Jakarta Kota Administrasi 25-27 Juli 2016 19. Sulawesi Tengah Kab. Banggai 10-12 Oktober 2016
Jakarta Barat
10. Jawa Barat Kota Cimahi 01-03 Agustus 2016 20. Sulawesi Tenggara Kendari 17-19 Oktober 2016

17
*berdasarkan pengajuan usulan dari Kepala Dinkes Propinsi yang mengirimkan surat secara resmi kepada Direktur Pelayanan Kefarmasian
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 98 tahun 2015
tentang
Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi Obat

18
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 98 TAHUN 2015
TENTANG
PEMBERIAN INFORMASI HARGA
ECERAN TERTINGGI OBAT

19
PERMENKES TENTANG PEMBERIAN INFORMASI
HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT

Harga Eceran Tertinggi


adalah harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik.

Katalog Elektronik (e-catalogue)


adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga
barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.

Harga Netto Apotek


adalah harga jual termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) dari Pedagang Besar Farmasi
(PBF) kepada apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik.

20
INFORMASI HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT
PADA LABEL OBAT

Informasi HET berupa nilai nominal dalam


Industri Farmasi wajib memberikan bentuk satuan rupiah hanya untuk Obat
informasi HET dengan mencantumkan Generik yang belum terdapat dalam
pada label obat. Katalog Elektronik (e-catalogue) dan obat
selain Obat Generik.

Informasi HET dapat berupa nilai Informasi HET berupa formula HET hanya
nominal dalam bentuk satuan rupiah untuk Obat Generik yang terdapat dalam
atau formula HET. Katalog Elektronik (e-catalogue).

21
PEMBERIAN INFORMASI HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT
PADA PELAYANAN KEFARMASIAN

Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik hanya dapat menjual obat
dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET.

Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik dapat menjual obat dengan
harga lebih tinggi dari HET apabila harga yang tercantum pada label sudah tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam hal apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik menjual obat dengan
harga lebih tinggi dari HET maka apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah
sakit/klinik harus memberikan penjelasan kepada masyarakat.

22
PEMBERIAN INFORMASI HARGA ECERAN TERTINGGI
OBAT PADA PELAYANAN KEFARMASIAN

Apoteker pada apotek atau instalasi farmasi rumah


sakit/klinik pada saat memberikan pelayanan obat atas
resep dokter wajib memberikan informasi HET obat
kepada pasien atau Keluarga Pasien.

Apoteker harus menginformasikan obat lain terutama


obat generik yang memiliki komponen aktif dengan
kekuatan yang sama dengan obat yang diresepkan
yang tersedia pada apotek atau instalasi farmasi
rumah sakit/klinik pada pasien atau keluarga pasien. 23
KETENTUAN PERALIHAN

Industri farmasi yang telah Industri farmasi dalam jangka


mencantumkan HET pada label waktu 3 (tiga) tahun wajib
obat berdasarkan Keputusan menyesuaikan dengan ketentuan
Menteri Kesehatan Nomor dalam Peraturan Menteri ini.
069/Menkes/SK/II/2006 tentang
Pencantuman Harga Eceran
Tertinggi (HET) pada Label Obat
dinyatakan tetap berlaku.

24
RENCANA KEGIATAN 2016

Workshop Implementasi
Permenkes 98/2015 Pembuatan Materi Informasi
Poster
Peserta Workshop :
Leaflet
Dinas Kesehatan Propinsi
Buku Saku
Pengurus Daerah Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI)
Pengurus Daerah Himpunan Seminat
Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI)

25
Thank You.....
Standar Pelayanan Kefarmasian

Farmakoekonomi

GeMa CerMat, Penggunaan


Antibiotik Bijak

Direktorat

bina_yanfar@yahoo.com

ForNas, DOEN

26

Anda mungkin juga menyukai