Fighting~\^o^/~ 頑張ってね。良い一日
を ありがとうございます God Bless You
Home
Keperawatan
JUMAT, 07 NOVEMBER 2014
A. PENGERTIAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring.Karsinoma nasofaring merupakan tumor
ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.Keganasan ini termasuk 5 besar bersama
kanker mulut rahim, payudara, kulit dan getah bening sedangkan pada laki-laki merupak tumor
yang paling banyak ditemukan (Roezin, 2003).
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan yang mempunyai predisposisi rasial yang
sangat mencolok. Insidennya paling tinggi pada ras Mongoloid terutama pada penduduk di
daerah Cina bagian selatan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia
penyakit ini ditemukan pertamakali oleh Banker pada tahun 1926, kemudian laporan kasus
dalam jumlah cukup banyak baru setelah tahun 1953. Keganasan ini ditemukan lebih banyak
pada laki-laki dari perempuan dalam perbandingan 2,5:1.
Nasofaring sendiri merupakan bagian nasal dari faring yang mempunyai struktur
berbentuk kuboid.Banyak terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya.Banyak syaraf kranial
yang berada di dekatnya, dan juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan suplai
darah.Struktur anatomis ini mempengaruhi diagnosis, stadium, dan terapi dari kanker tersebut.
B. ETIOLOGI
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis
kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau
parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat
dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua
pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
C. PATOFISIOLOGI
Terbukti juga infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal
ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita
karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan
protein tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus
di dalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam mendiagnosa
karsinoma nasofaring, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya pada 50% serum penderita karsinoma nasofaring LMP-1 sedangkan
EBNA-1 dijumpai di dalam serum semua pasien karsinoma nasofaring.
Selain itu, dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk (2004) dalam Rusdiana (2006)
terhadap suku Indian asli bahwa EBV DNA di dalam serum penderita karsinoma nasofaring
dapat dipakai sebagai biomarker pada karsinoma nasofaring primer.
Hubungan antara karsinoma nasofaring dan infeksi virus Epstein-Barr juga dinyatakan
oleh berbagai peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini .Pada pasien karsinoma nasofaring
dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV (EBNA-1) di dalam serum plasma.EBNA-1 adalah
protein nuklear yang berperan dalam mempertahankan genom virus.Huang dalam penelitiannya,
mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA di dalam sel penderita karsinoma nasofaring.
Terdapat 5 stadium pada karsinoma nasofaring yaitu:
PENENTUAN STADIUM :
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga
tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
2. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B
3. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan ane\stesi topikal dengan Xylocain 10 %.
4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Radioterapi
Sebelumnya persiapan pasien dengan oral hygiene, dan apabila infeksi/kerusakan gigi
harus diobati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan 200 rad/hari sampai 6000-6600 rad untuk
tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi 6000 rad. Jika tidak ada
pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 4000 rad. Ini dapat diberikan pada
keadaan kambuh atau pada metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur
patologik. Radiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri.
2. Pengobatan tambahan
yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada
penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang
terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer,
interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
4. Kemoterapi
Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut.Biasanya dapat digabungkan
dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi. Kemoterapi yang dipakai yaitu
Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8); Vincristin (2 mg IV hari1); Platamin (100 mg IV hari 1);
Cyclophosphamide (2 x 50 mg oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV hari 8). Pada
kemoterapi harus dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi hemopoitik, fungsi ginjal dan
lain-lain.
5. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca
radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan
bersih.
G. PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal didearah dengan resiko
tinggi.Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah dengan resiko tinggi ketempat lainnya.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk
mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya, penyuluhan mengenai
lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial/ekonomi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik lgA-anti
VCA dan lgA anti EA secara massal dimsa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat
kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan
yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan
kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
e. Tanda dan gejala :
1. Aktivitas
Kelemahan atau keletihan.Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
2. Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan
3. Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak
berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus,
distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa
kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor
kulit.
6. Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
7. Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena
fibrosis jaringan akibat penyinaran
8. Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
9. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam
kulit.
10. Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
11. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan
2. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan nutrisi..
4. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi
informasi, ketidak familiernya sumber informasi.
6. Resiko Aspirasi b/d inefektif reflek menelan
7. Defisit self care b/d kelemahan
8. Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Airway Suctioning/Suction
jalan nafas
Keluarkan sekret dengan
dorongan batuk/suctioning
Lakukan suction pada
endotrakhel/nasotrakhel, jika
perlu
2 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
injuri fisik askep ….. jam klien Kaji tingkat nyeri secara
menunjukkan tingkat komprehensif termasuk lokasi,
kenyamanan dan karakteristik, durasi, frekuensi,
level nyeri: klien kualitas dan faktor presipitasi.
terkontrol dg KH: Observasi reaksi nonverbal dari
Klien melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri berkurang skala Gunakan teknik komunikasi
nyeri 2-3 terapeutik untuk mengetahui
Ekspresi wajah pengalaman nyeri klien
tenang, klien mampu sebelumnya.
istirahat dan tidur Kontrol faktor lingkungan yang
V/S dbn (TD 120/80 mempengaruhi nyeri seperti suhu
mmHg, N: 60-100 ruangan, pencahayaan,
x/mnt, RR: 16- kebisingan.
20x/mnt) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari askep …. jam klien kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukan status Kaji adanya alergi makanan.
b/d intake nutisi in nutrisi Kaji makanan yang disukai oleh
adekuat, faktor adekuatdibuktikan klien.
biologis dengan BB stabil tidak Kolaborasi dg ahli gizi untuk
terjadi mal nutrisi, penyediaan nutrisi terpilih sesuai
tingkat energi adekuat, dengan kebutuhan klien.
masukan nutrisi Anjurkan klien untuk
adekuat meningkatkan asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
Monitor lingkungan selama
makan.
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan
dalam proses mastikasi/input
makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan
kalori.
4 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Konrol infeksi :
imunitas tubuh askep …… jam tidak Bersihkan lingkungan setelah
primer menurun, terdapat faktor risiko dipakai pasien lain.
prosedur invasive infeksi pada klien Batasi pengunjung bila perlu.
dibuktikan dengan Intruksikan kepada keluarga
status imune klien untuk mencuci tangan saat kontak
adekuat: bebas dari dan sesudahnya.
gejala infeksi, angka Gunakan sabun anti miroba
lekosit normal (4- untuk mencuci tangan.
11.000), Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arya, Fandy. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Pada
Klien (dalam:http://fandyarya2.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-askep-pada-
klien.html ). diakses tanggal 15 september 2014.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian
Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis Missouri : Mosby
Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 oleh NANDA
International. Jakarta : EGC
Bulechek ,Dochterman. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition. St. Louis Missouri :
Mosby Elsevier.
Putra, semara. 2012. Laporan pendahuluan pada klien dengan ca nasofaring(dalam :
:http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/29/laporan-pendahuluan-askep-pada-klien-
dengan-ca-nasofaring-2/). Diakses tanggal 15 September 2014
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Diposting oleh Daek Chin di 04.47.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Keperawatan, KMB 1, Laporan Pendahuluan, Laporan Pendahuluan Sistem Pernafasan
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
ABOUT ME^^
Daek Chin
Lihat profil lengkapku
JKP28
ANONEN ARMY
IX C SPENDA
FOUR-LEAF CLOVER
One Leaf is for LOVE… The second for HEALTH… The third for HONOR, GLORY… And the fourth for
RICHES!!
PROUD TO BE A NURSE
I'M A NURSE
THIS IS MY LIFE
BLOG ARCHIVE
)
9)
ber (25)
ber (11)
PENDAHULUAN TYPHUS ABDOMINALIS
PENDAHULUAN PNEUMOTHORAX
PENDAHULUAN TRAUMA DADA
PENDAHULUAN CA LARING
PENDAHULUAN CA NASOFARING
PENDAHULUAN EMFISEMA
PENDAHULUAN PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFAS...
PENDAHULUAN BRONKHITIS KRONIS
PENDAHULUAN EFFUSI PLEURA
PENDAHULUAN EMPIEMA
PENDAHULUAN TB PARU
(30)
2)
CLOCK
SAPPHIRE BLUE
SUPER JUNIOR
♥CHO KYUHYUN♥
SEVENTEEN
♥WOOZI♥
GIRLS GENERATION
APINK
FOLLOWERS
1,087,283
LABELS
Astronomi (1)
Dokumentasi Keperawatan (1)
Fairy Tail (1)
Info Anime (1)
Info Unik (1)
Keperawatan (69)
Keperawatan Lintas Budaya (1)
Keperawatan Profesional (9)
Kimia (1)
KMB 1 (26)
Komunitas Pantai(13)
Konsep Dasar Keperawatan (1)
Laporan Pendahuluan (33)
Laporan Pendahuluan Gangguan Sistem Pencernaan (8)
Laporan Pendahuluan Sistem Pernafasan (11)
Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan (3)
My Task (1)
Pengetahuan (3)
Personal Hygiene (1)
Poster (1)
Promosi Kesehatan(14)
Renungan (1)
SAP (2)
True Story (2)