bab - 1
Pulau Kalimantan yang terdiri dari 5 (lima) provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan
Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur , Provinsi Kalimantan
Barat dan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan salah satu pulau terbesar yang
ada di Indonesia, dengan luas wilayah 507.412 km2 atau 27 % dari total luas Indonesia
dimana merupakan salah satu pulau yang mempunyai sumber daya alam yang
berlimpah. Pulau Kalimantan juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dimana memiliki
kawasan hutan yang cukup luas.
Melihat kondisi saat ini dan rencana pembangunan ke depan, lingkungan hidup
akan mengalami pengaruh atau tekanan yang luar biasa. Padahal saat ini sudah nyata
pembangunan yang berbasis Sumber daya Alam (SDA) di Kalimantan cukup masif. Hal
ini diindikasikan dengan adanya tumpang tindih perizinan usaha/kegiatan di Kalimantan
yang mengarah kepada kompetisi (konflik) pemanfaatan ruang. Tentunya hal ini
diharapkan tidak terjadi di seluruh Kalimantan.
I-2
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-3
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
BAB - 2
I. KALIMANTAN TENGAH
2.1.1 Kondisi Lingkungan Hidup Prov. Kalimantan Tengah
Isu lingkungan hidup di Kalimantan Tengah masih didominasi pencemaran
lingkungan (khususnya pencemaran air) dan kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan sebagai akibat aktifitas pembangunan yang menyebabkan alih fungsi
lahan selain aktifitas lain yang berpotensi meningkatnya lahan terbuka dan
fragmentasi habitat sehingga memicu menurunnya keanekaragaman hayati.
I-4
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Penilaian tersebut berdasarkan Baku mutu air kelas II sesuai PP No. 82Tahun 2001
Nilai Pollutant Kategori
Indeks
0 ≤ PI ≤ 1,0 Memenuhi Baku Mutu (Kondisi Baik)
1,0 ≤ PI ≤ 5,0 Cemar Ringan
5,0 ≤ PI ≤ 10 Cemar Sedang
PI > 10 Cemar Berat
I-5
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-6
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Tabel jumlah titik api di Kalimantan Tengah
No Kabupaten/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des jml
1 PalangkaRaya 1 3 4 5 6 10 3 13 45 0 0 0 90
2 Kab. Gunungmas 0 4 9 3 3 3 6 12 204 0 0 0 244
3 Kab. pulangPisau 0 3 2 8 4 15 17 73 243 0 0 0 365
4 Kab. Kapuas 4 8 7 8 5 9 32 44 198 0 0 0 315
5 Kab.Barito Selatan 0 2 1 6 0 1 6 17 155 0 0 0 188
6 Kab.Barito Timur 0 0 3 2 1 2 12 11 47 0 0 0 78
7 Kab. Barito Utara 3 2 2 4 2 5 10 5 50 0 0 0 83
8 Kab. Murungraya 9 12 9 15 5 7 10 4 96 0 0 0 167
9 Kab. Katingan 0 7 28 8 11 19 24 35 233 0 0 0 365
10 Kab. Kotim 11 3 11 18 7 31 21 73 230 0 0 0 405
11 Kab. Kobar 0 4 1 5 10 10 12 35 95 0 0 0 172
12 Kab. Seruyan 2 9 2 2 2 12 12 33 190 0 0 0 264
13 Kab. Nanga Bulik 1 5 2 2 1 12 6 48 116 0 0 0 193
14 Kab. Sukamara 1 4 3 7 6 1 20 102 99 0 0 0 243
Total 3172
I-7
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-8
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-9
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-10
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Tanah Longsor
Cuaca Ekstrim
Cuaca Ekstrim
Risiko Multi
Kekeringan
Skor Multi
Karhutla
Bencana
Bencana
Banjir
NO Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kapuas 183
2 Pulang Pisau 168
3 Katingan 163
4 Kotawaringin Timur 156
5 Palangka Raya 148
6 Kotawaringin Barat 144
7 Sukamara 144
8 Seruyan 144
9 Gunung Mas 139
10 Barito Selatan 128
11 Barito Utara 120
12 Barito Timur 120
I-11
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
15 Kalimantan Tengah
141
Sumber : IRBI dan BPBD Provinsi Kalimantan Tengah, 2015, Hasil Kompilasi.
I-12
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-13
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-14
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Dalam Luar
No Kabupaten / Kota Jumlah
kawasan kawasan
1
Kab. Sambas 7,716 13,499 21,215
2
Kab. Bengkayang 7,467 26,658 34,125
3
Kab. Landak 3,668 5,922 9,590
4Kab. Pontianak 658 5,997 6,655
5
Kab. Sanggau 260 2,636 2,896
6Kab. Ketapang 496,185 489,204 985,389
7
Kab. Sintang 25,613 13,887 39,500
8Kab. Kapuas Hulu 27,591 4,475 32,066
9Kab. Sekadau 12,608 10,068 22,676
10Kab. Melawi 60,004 18,371 78,375
11
Kab. Kayong Utara - - -
12Kab. Kubu Raya - - -
13Kota Pontianak - - -
14Kota Singkawang 25,613 13,887 39,500
Jumlah 667,383 604,604 1,271,987
Sumber : KDA Tahun 2014
I-15
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
4500
3937
4000
3500
3000
2500
2025
2000
1500
1017 1015
1000 726 786
500 260
20 5 3211 8854 19 7 2534 6641 123 2152 5 20
0
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
NOAA - 18 MODIS
Gambar 2.3. TOTAL HOT SPOT PER KAB/KOTA DI KALBAR TAHUN 2015
5000
4339
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000 764 582 755
723
402 505 348
263 247
187 202
500 3264 98 96 515 154 61
108 29 138
111 35 96 1020
0
NOAA - 18 MODIS
I-16
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-17
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-18
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-19
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-20
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Tabel 2.4
Rentang Kategori Nilai ISPU sesuai Kep-107/KaBapedal/11/1997
I-21
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-22
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-23
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
kondidi jenuh air secara permanen, namun pada saat musim kemarau/curah hujan
kecil maka akan muncul watak hidrologi gambut tropika yaitu sifat
konduktivitas/penghantar panas akibat kapasitas daya pegang air
menurun/mengecil.
Oleh karena itu, sistem hidrologi gambut seperti kedalaman muka air tanah
dan kandungan air tanah memiliki peranan penting dalam mengendalikan
kebakaran lahan gambut tropis. Pada posisi muka air tanah lebih dari 40 cm dari
permukaan tanah seiring volume curah hujan mengarah pada < 200 mm
menyebabkan potensi kebakaran lahan gambut menjadi besar.
Pembukaan lahan gambut di Kalimantran Barat untuk kegiatan pertanian,
perkebunan, dan permukiman serta kegiatan lain seringali tidak diikuti dengan
pembuatan saluran drainase. Jika dibuat saluran drainase pun, dimensi saluran
drainase tidak mempertimbangkan watak dan sifat tanah bahkan menurunkan
muka air tanah apabial saluran drainase yang dibuat secara permanen
mengalirkan dan mengurangi volume air gambut ke sejumlah DAS. Peristiwa
kebakaran di Kalimantan Barat tahun 2015 merupakan indikator telah rusaknya
sistem hidrologis gambut yang berdampak negatif terhadap lahan gambut beserta
ekosistemnya.
I-24
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
V. KALIMANTAN UTARA
2.5.1 Kondisi Lingkungan Hidup Prov. Kalimantan Utara
2.5.2 Lahan Kritis Prov. Kalimantan Utara
2.5.3 Kebakaran Hutan dan Lahan Prov. Kalimantan Utara
2.5.4 Keanekaragaman Hayati di Prov. Kalimantan Utara
2.5.5 Kondisi Air di Prov. Kalimantan Utara
2.5.6 Kondisi Udara di Prov. Kalimantan Utara
2.5.7 Kondisi Mangrove di Prov. Kalimantan Utara
2.5.8 Kondisi Bencana Alam di Prov. Kalimantan Utara
2.5.9 Kondisi Lahan Gambut di Prov. Kalimantan Utara
I-25
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
BAB - 3
I-26
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-27
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-28
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
“tanggap darurat”, akan tetapi juga meliputi berbagai aspek baik sebelum (pra bencana),
maupun pada saat bencana dan setelah bencana (pascabencana) itu sendiri.
Apabila diterapkan ke dalam daur program kerja, maka program dan kegiatan
penanggulangan bencana merupakan siklus sistemik kegiatan. Secara umum kegiatan
itu menyangkut; kesiapsiagaan, identifikasi bahaya, analisa resiko, tindakan preventif,
respon bencana, serta rehabilitasi, dan rekonstruksi yang konsisten dan
berkesinambungan, melibatkan berbagai pihak (stakeholders) terkait, sesuai ketentuan
umum dan tahapan di dalam penanggulangan bencana, sesuai Undang-undang Nomor
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
I-29
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
bertujuan sebagai acuan dan pedoman bagi semua pemangku kepentingan dalam
rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana yang terjadi di Provinsi Kalimantan
Tengah.
I-30
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-31
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-32
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Kawasan Industri Tayan dengan luas ± 225 Ha menjadi salah satu kawasan strategis
provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Kawasan ini relatif memenuhi
kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi seperti yang diatur pada
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional antara lain sebagai berikut:
a. Peruntukan Kecamatan Tayan Hilir (Kota Tayan) di luar kawasan hutan (areal
penggunaan lain) dan tidak dibebani perizinan karena sudah ditetapkan menjadi
kawasan industri dalam RTRW Kabupaten Sanggau Tahun 2014-2032;
b. Aksesibilitas Kota Tayan relatif terbuka terhadap pasar regional dan luar negeri.
Kota Tayan terletak pada jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan Kota
Pontianak, Kota Entikong, wilayah selatan Provinsi Kalimantan Barat, dan
Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, Kota Tayan termasuk kedalam Koridor
Ekonomi Nasional sebagai program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2031; dan
c. Kota Tayan relatif dekat terhadap pusat perkebunan kelapa sawit, pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit, pabrik pengolahan karet, dan industry
pertambangan.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kalimantan Barat menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Industri
Tayan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Industri Tayan yang produktif, seimbang, terpadu,berkelanjutan, dan
memiliki kepastian hukum.
I-33
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Salah satu upaya pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Prov. Kalbar adalah
dengan pembentukan Tahura Pandan Puloh yang saat ini sudah sampai pada pengajuan
penetapan ijin oleh KLHK. Beberapa lokasi strategis yang telah dikoordinasikan dan
menjadi progress Tahun 2015 :
I-34
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
Singkawang, Kab. Bengkayang, Kab. Mempawah, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong
Utara dan Kab. Ketapang
I-35
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
dilakukan pula groundchekke lokasi sebaran yang dianggap perlu dan penting. Pada
Tahun 2015 telah dilakukan groundcheck di 3 lokasi, yaitu : Kab. Kubu Raya, Kab.
Sanggau dan Kab. Ketapang 1 lokasi.
Untuk bencana banjir, kegiatan yang telah disiapkan adalah penyusunan dokumen
rencana kontigensi dan gladi/posko lapangan bencana banjir di Kab/Kota, serta program
kedaruratan logistik berupa pengadaan logistik (bufferstock) sekaligus pendistribusiannya,
mobilisasi sumberdaya dan peralatan, monev logistik dan peralatan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca telah
mencantumkan rencana aksi penurunan emisi dari pembukaan lahan gambut
sebesar 5,83% pada Tahun 2020 melalui aksi mitigasi penambahan tutupan lahan
gambut, pencegahan alih fungsi lahan gambut, pengendalian kebakaran gambut,
rehabilitasi lahan gambut, pembangunan hutan kota, mempertahankan muka air
tanah gambut pada 50 - 60 serta pemberdayaan masyarakat melaui hutan desa.
I-36
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-37
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
BAB- 4
I. KALIMANTAN TENGAH
4.1.1 Permasalahan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Prov. Kalimantan Tengah
Masih terdapat persepsi pengelolaan Lingkungan Hidup adalah tugas institusi
LH, sehingga instansi terkait masih belum memberikan perhatian terhadap
pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam program kerja kegiatannya.
Demikian pula kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup/Sekolah Adiwiyata baru
dilaksanakan pada beberapa sekolah sebagai percontohan. Berkenaan dengan
regulasi sampai saat ini belum ada turunan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.1.2 Permasalahan Pengelolaan Lahan Kritis Prov. Kalimantan Tengah
Lahan kritis identik dengan lahan eks tambang. UU 4/2009 ttg Minerba pada
dasarnya membolehkan adanya WPR (wilayah pertambangan rakyat), tetapi
penetapannya kawasan tersebut tidak mudah. Secara sosial, harus diakui PETI
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, walau hanya sesaat (tidak ada
keberlanjutan). Ketika muncul strategi/ide utk memanfaatkan kawasan eks PETI
untuk pemanfaatan baru non pertambangan (misal pariwisata), maka akan sulit
berhasil jika tidak bermuara pada kesejahteraan masyarakat.
Daerah membutuhkan dukungan anggaran untuk mengelola kawasan eks
tambang (termasuk PETI), walaupun seharusnya disediakan oleh Pemegang Izin
dalam bentuk dana reklamasi. Penegakan hukum pada dasarnya sudah dilakukan
oleh semua jenjang penegak hukum. Akan tetapi, efektivitas kegiatan ini hanya
sesaat. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan Pusat untuk memutus mata
rantai dari hulu sampai hilir.
I-38
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-39
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-40
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-41
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-42
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-43
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-44
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
BAB- 5
I. KALIMANTAN TENGAH
5.1.1 Kehutanan
1. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan
2. Pengendalian DAS dan HL
3. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
4. Planologi dan Tata Lingkungan
5. Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
6. Penegakan Hukum Lingkungan Hidup & Kehutanan
7. Pengendalian Perubahan Iklim
8. Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya
I-45
KERTAS KERJA FKRP2RK FOKUS SDA LH KALIMANTAN
I-46