CHF
SHAIFUL BACHRI
2006730095
2010
Gagal Jantung Kongestif
Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi
jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup
untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:
1. Penyakit arteri koroner
2. Penyakit-penyakit jantung kongenital
3. Penyakit-penyakit pada otot-otot jantung
4. Penyakit-penyakit pada katup-katup jantung
Jantung mempunyai dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri) yang membentuk kamar-kamar
jantung bagian atas, dan dua ventrikel (ventrikel kiri dan ventrikel kanan) yang membentuk
kamar-kamar jantung bagian bawah. Ventrikel-ventrikel adalah kamar-kamar yang berotot yang
memompa darah ketika otot-otot berkontraksi (kontraksi dari otot-otot ventrikel disebut systole).
Perubahan-perubahan yang terlihat dengan gagal jantung
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
tidak/dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat hipertensi, infark miokard baru/akut, episode gagal jantung
kongestif sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung , endokarditis, anemia,
syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
i. Tekanan Darah ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
ii. Irama Jantung ; Disritmia.
iii. Frekuensi jantung ; Takikardia.
iv. Bunyi jantung ; S3 (gallop), S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah. Murmur sistolik dan diastolic.
v. Warna ; Kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
vi. Punggung kuku ; Pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
vii. Hepar ; Terdapat pembesaran/dapat teraba.
viii. Bunyi napas ; Ronkhi.
ix. Edema ; Pitting khususnya pada ekstremitas.
3. Metabolis
a. Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
4. Asupan makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat
badan yang signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema.
5. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan alat bantu pernapasan.
b. Tanda :
i. Pernapasan ; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
ii. Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
iii. Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
MEKANISME KOMPENSASI
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit
sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari
pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal
ke alam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin
adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stres mendadak.
Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras,
untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung
sampai derajat tertentu. Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai
dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung.
Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan
fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan.
Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan
kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah
mengalami kerusakan. Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan
menurunya fungsi jantung.
1. Foto dada : Biasanya disertai kardiomegali. Paru tampak edema vena pulmonal.
2. Elektrokardiografi : di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia, dapat
ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit miokardium/
pericardium.
3. Ekokardiografi : M-mode dapat menilai kuantitas ruang jantung dan shortening fraction
yaitu indeks fungsi jantung sebagai pompa. Pemeriksaan Doppler dan Doppler berwarna
dapat menambah informasi secara bermakna.
Beberapa pemeriksaan atau test pada pasien dengan dugaan gagal jantung:
Penatalaksanaan
Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes
Tetap aktif secara fisik
Makan makanan yang sehat
Menjaga berat badan yang ideal
Mengurangi faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres
Farmako Terapi
Sampai akhir-akhir ini, pilihan dari obat-obat yang tersedia untuk perawatan gagal jantung
kongestif terbatasnya membuat frustrasi dan terfokus terutama pada mengontrol gejala-gejala.
Obat-obat sekarang telah dikembangkan yang melakukan kedua-duanya yaitu memperbaiki
gejala-gejala, dan yang penting, memperpanjang kelangsungan hidup.
Jika digunakan secara hati-hati dengan pengamatan yang tepat, bagaimanapun, mayoritas dari
pasien-pasien gagal jantung kongestif mentolerir obat-obat ini tanpa persoalan-persoalan yang
signifikan. Contoh-contoh dari ACE inhibitors termasuk:
captopril (Capoten),
enalapril (Vasotec),
lisinopril (Zestril, Prinivil),
benazepril (Lotensin), dan
ramipril (Altace).
Untuk pasien-pasien yang tidak mampu untuk mentolerir ACE inhibitors, kelompok alternatif
dari obat-obat, yang disebut angiotensin receptor blockers (ARBs), mungkin digunakan. Obat-
obat ini bekerja pada jalur hormon yang sama seperti ACE inhibitors, namun sebagai gantinya
menghalangi aksi dari angiotensin II pada tempat reseptornya secara langsung. Efek-efek
sampingan yang mungkin dari obat-obat ini adalah serupa pada yang berhubungan dengan ACE
inhibitors, meskipun batuk keringnya jauh kurang umum. Contoh-contoh dari kelompok obat-
obat ini termasuk:
losartan (Cozaar),
candesartan (Atacand),
telmisartan (Micardis),
valsartan (Diovan), dan
irbesartan (Avapro).
Beta-blockers
Beta-blockers adalah agen-agen yang menghalangi aksi dari hormon-hormon yang menstimulasi
reseptor-reseptor beta dari jaringan-jaringan tubuh. Karena diasumsikan bahwa menghalangi
reseptor-reseptor beta lebih jauh menekan fungsi dari jantung, beta-blockers secara tradisi telah
tidak digunakan pada pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif.
Beta-blockers umumnya harus tidak digunakan pada orang-orang dengan penyakit-penyakit
signifikan yang tertentu (contohnya, asma, emphysema). carvedilol (Coreg) dan Metoprolol
(Toprol XL) sangat efektif pada pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif.
Digoxin
Digoxin (Lanoxin) telah digunakan dalam perawatan dari gagal jantung kongestif. Digoxin
menstimulasi otot jantung untuk berkontraksi lebih kuat. Efek-efek sampingan yang potensial
termasuk:
mual,
muntah,
gangguan irama jantung,
disfungsi ginjal, dan
ganguan elektrolit tubuh.
Diuretics
Diuretics adalah komponen yang penting dari perawatan gagal jantung kongestif untuk
mencegah atau mengurangi gejala-gejala dari retensi cairan. Obat-obat ini membantu menahan
pembetukan cairan dalam paru-paru dan jaringan-jaringan lain. Efek samping yang potensial dari
diuretics termasuk:
dehidrasi,
ganguan elektrolit tubuh,
tekanan darah rendah.
Maggioni AP. Review of the new ESC guidelines for the pharmacological management of
chronic heart failure. European Heart Journal Supplements. 2005.
Sudoyo, Aru, Setiohadi, Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta. 2006
Congestive Heart Failure. American Heart Association (dikutip pada tanggal 20 April 2010)