Anda di halaman 1dari 34

Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kekuatan pada kami,
sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul : “Lingkup Asuhan Neonatus,
Bayi dan Anak Balita”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Neonatus, Bayi dan Anak Balita untuk menunjang tugas belajar kami di program studi DIV
Kebidanan Cirebon dengan lebih optimal.

Kami menyadari masih diperlukan waktu, tenaga, dan juga pikiran untuk membuat
makalah ini menjadi sempurna.

Ucapkan terimakasih kami sampaikan kepada ibu Dewi Vimala, SST, MPH. Selaku
dosen mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Teman-teman yang telah
mendukung, serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
makalah ini.

Oleh karena tak ada gading yang tak retak. Maka kritik dan saran kami harapkan
demi hasil yang sempura untuk pembelajaran kita semua. Semoga makalah ini dapat
mendatangkan manfaat bagi kita semua. Amin..

Cirebon, 18 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………... i

BAB 1

Latar Belakang………………………………………………………………………….1

Rumusan masalah………………………………………………………………………1

Tujuan penulisan………………………………………………………………………..1

BAB 2

Pengertian Bayi baru lahir normal………………………………………………………2

Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir...............................................................................................2

Bayi baru lahir bermasalah………………………………………………………………3

Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir………………………………………………….5

Trauma pada bayi baru lahir……………………………………………………………..10

Kegawatdaruratan neonatal,bayi dan anak………………………………………………16

Balita dengan penyakit lazim……………………………………………………………27

Penutup………………………………………………………………………………… 28

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para bidan mempunyai tanggung jawab terhadap para ibu untuk membantu bayi baru lahir,
tidak hanya melewati fase kehidupan dalam rahim menuju kehidupan luar rahim seaman
mungkin, namun juga melakukan adaptasi fisik terhadap kehidupan luar rahim.

Bidan dapat membantu dalam kehidupan bayi dengan mempelajari dan mengetahui apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan pada saat seorang bayi baru lahir menjadi
anak sampai balita. Para bidan tidak hanya membantu agar lebih banyak bayi yang hidup,
juga menolong lebih banyak bayi untuk memulai kehidupan yang sehat.

Pemahaman dasar mengenai adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai
landasan rencana asuhan kebidanan yang tepat. Hal ini dicapai melalui pemahaman
menyeluruh mengenai fungsi normal tubuh bayi baru lahir sehingga bidan dapat membantu
bayi sehat untuk tetap sehat dan memulihkan kondisi bayi baru lahir yang sakit.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lingkup asuhan neonates,bayi,anak dan balita?

2. Apa saja penyebab kelainan pada neonatus,bayi dan anak?

1
3. Apa saja kelainan yang terjadi pada bayi,anak dan balita dan bagai mana penatalaksanaan
nya?

C.Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian lingkup asuhan pada bayi,neonatus dan anak.

2. Untuk mengetahui penyebab kelainan pada bayi,neonatus dan anak.

3. Dapat merumuskan diagnosa pada bayi

4. Dapat menyusun asuhan berdasarkan diagnosa

5.Dapat melakasanakan asuhan berdasarkan rencana asuhan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi baru lahir normal

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.

Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500
– 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat.

2.1.1 Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

1. Berat badan 2500 - 4000 gram

2. Panjang badan 48 - 52 cm

3. Lingkar dada 30 - 38 cm

2
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit

6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10.Genitalia;

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan

2.2 Bayi baru lahir bermasalah

a. Bercak mongol
Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong, punggung,
bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang(berubah menjadi seperti warna
kulit lainnya) seiring dengan pertumbuhan usia.

Gejala yang menandai bercak Mongol adalah:

 Muncul pada tekstur kulit normal.


 Ukuran bercak antara 2 hingga 8 sentimeter.
 Berwarna biru atau biru keabu-abuan.
 Timbul pada bokong, punggung, bahu, kaki, tangan, atau bagian tubuh lain.
 Bentuk bercak datar dan tidak beraturan.

b. Hemangioma
Hemangioma adalah tanda lahir berbentuk tonjolan kenyal berwarna merah
terang pada kulit akibat adanya pertumbuhan berlebih (proliferasi) dari pembuluh
darah. Warna merah pada hemangioma muncul karena adanya pembuluh darah
di permukaan yang melebar. Terkadang hemangioma bisa berwarna kebiruan atau
ungu jika terjadi pada pembuluh darah di lapisan yang lebih dalam.

3
Hemangioma bisa terdapat di bagian tubuh manapun, namun paling sering
ditemukan di kulit kepala, punggung, dada, atau wajah.Penyakit ini termasuk jenis
tumor pembuluh darah yang tidak ganas dan jarang menimbulkan komplikasi.
Kemunculan hemangioma biasanya terjadi beberapa bulan setelah bayi lahir. Sekitar
50 persen hemangioma menyusut ketika anak berusia 5 tahun dan pada akhirnya
memudar setelah usia 10 tahun. Hemangioma umumnya tidak membutuhkan
pengobatan, kecuali jika pertumbuhannya sangat besar dan mengganggu.

c. Muntah dan gomoh


Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan. Gumoh
bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung tanpa di dahului rasa
mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam perut bayi. Isi lambung mengalir keluar
begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding
bayi cukup bulan. Gumoh terjadi karena:
1. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup tegak
seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau dewasa
2. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada
3. Besar lambung yang relatif lebih kecil
4. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum
sempurna

d. Oral trush
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi
kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang
telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut)
disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya
gangguan sistem kekebalan.
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir)
atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan
yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur
candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada
pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan
dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan
antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral
thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa
dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral
thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga
kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol,
bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada
mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging
yang berdarah. Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut,
superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan
hipoparatiroidisme
4
e. Diaper rash/Ruam popok
Diaper Rash atau Dermatitis Diaper Iritan adalah suatu terminology medis
yang tidak spesifik yang menggambarkan gejala-gejala yang muncul pada daerah
popok yang disebabkan oleh reaksi inflamasi kulit. Napkin Dermatitis atau biasa juga
dikenal sebagai Diaper Rash atau Nappy Rash adalah kelainan yang biasanya muncul
pada neonatus dan bayi yang disebabkan oleh beberapa faktor aktivasi antara lain
kontak dengan bahan-bahan kimia, dan/atau kebersihan yang kurang.
Kondisi ini diakibatkan langsung oleh penggunaan popok (dermatitis kontak
iritan), yang dipicu oleh penggunaan popok (psoriasis) dan yang terjadi baik dengan
atau tanpa penggunaan popok (contohnya akrodermatitis enteropatik). Diaper
rash memiliki karakteristik berupa kulit yang kering dan bersisik, serta eritema.
Kelainan ini paling sering didapatkan pada usia 9-12 bulan, tapi dapat pula dijumpai
pada orang dewasa yang menggunakan popok.

f. Bayi rewel
Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa disebabkan
mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau
mendengar suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri
pada tubuhnya. Terkadang kandungan susu sapi atau kafein pada makanan/minuman
ibu juga dapat menjadi penyebabnya. Susu sapi memicu alergi.

g. Bayi kolik
Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab yang jelas
dan amat sulit untuk ditenangkan disertai gerakan bayi menekukkan kakinya ke arah
perut atau berusaha menggerakan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan
dengan masalah pada saluran cerna bayi. Bila pada pemeriksaan semua hal didapati
dalam batas normal, tangisan akan berkurang pada usia 3 bulan dan akhirnya akan
menghilang dengan sendirinya. Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal.

h. Cradle kap (kerak topi)


Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga terjadi pada usia
lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup
tebal dan berminyak. Kadang kerak juga dijumpai pada bagian kulit lain seperti pada
wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa
terganggu. Kelainan kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak diketahui
dan akan menghilang dengan sendirinya. Pengunaan sampo yang rutin dapat
mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat proses penyembuhan. Bila
kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung bahan anti ketombe. Bila
kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal/ nyeri atau
meluas bayi perlu dirujuk.

i. Millia
Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan pipi bayi
baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar sebasea (minyak) pada kulit.
Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan sendirinya. Basuh wajah
dengan air dan sabun bayi serta hindari penggunaan krim, lotion, ataupun vaselin.
5
J. Miliaria
Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang keringat akibat
tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi nyaman, memakai pakaian tipis dan
ringan dan segera mengganti bila basah umumnya cukup untuk menghilangkan
miliaria, karena pada dasarnya miliaria emang bersifat sementara.

2.3 Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

1. Labioskizis & Labiopalatokisizis


a. Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang
diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
Labiopalatokizis (cleft lift and clift palate) adalah suatu kelainan yang ddapat
terjadi pada daerah mulut, palatosis (sumbing palatum), dan labiosis (sumbing
pada bibir) untuk menyatu selama perkembangan embrio.
b.Tanda dan gejala
1. Terjadi pemisahan langit-langit
2. Terjadi pmisahan bibir
3. Infeksi telinga berulang
4. Berat badan tidak bertambah
5. Pada bayi trjadi regurgitasinasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari
hidung
c. Penanganan:
Tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
penanganan selanjutnya.
Adanya kemajuan tekhnik bedah kosmetik serta kerjasama yang baik antara
ahli bedah, dokter anak, dokter THT, orthodontic serta ahli wicara, maka hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung
dari berat ringannya kelainan yang ada maka tindakan bedah maupun tindakan
orthodontic dilakukan secara bertahap.
Penutupan labioskizis biasanya di lakukan pada umur 3 bulan sedangkan
labiopalastokizis biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak
belajar bicara yang penting dalam operasi ini adalah haruslah memperbaiki
lebih dulu bagian belakangnya (bisa dicicil ) supaya anak bisa dioperasi umur
2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan
berulang-ulang.
Tahapan tindakan orthodontic di perlukan untuk perbaikan gusi dan gigi
Pendekatan terhadap orang tua sangat penting agar mereka mengetahui
masalah tindakan yang di perlukan untuk perawatan anaknya.
Contohnya :
 Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan kalau ibu
mempunyai reflek memancarkan air susu dengan baik yang mungkin
dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
 Bila anak sukar menghisap sebaiknya digunakan botol peras ( squeeze
bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap dipakai dot yang panjang
dengan memeras botol maka susu dapat didorong jatuh dibelakang mulut

6
hingga dapat dihisap. Kalau anak tidak mau berikan dengan cangkir dan
sendok.

` 2. Atresia Esophagus
a. Pengertian
 Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan
lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan
primitif
 Atresia berarti buntu jadi atresia esophagus adalah kelainan bawaan
dimana ujung saluran esophagus buntu 60 % biasanya disertai
hidramnion.
 Atresia esophagus terjadi pada 1 dari 3.000-4.500 kelahiran hidup,
sektar 1/3 anak yang terkena lahir premature. Pada lebih 85 % kasus,
fistula antar trakea antara trakea dan esophagus distal menyertai atresia.
Lebih jarang, atresia esophagus atau fistula trakeoesophagus menjadi
sendiri-sendiri dengan kombinasi yang aneh.
b. Gejala/tanda
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara lain :
-Hipersekresi cairan dari mulut
-Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
c. Penanganan
Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan
untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
Dilakukan tindakan pembedahan

3. Atresia Rektum & Atresia Anus


a. Pengertian
Atresia rekti dan anus adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang
anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak
ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
b. Gejala
 Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia rekti dan anus adalah kegagalan
lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal,
adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2001).
 Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air
besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran
abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Adele,1996)
 Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan
salah satu manifestasi klinis atresia rekti dan anus. Cairan muntahan akan
dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam
kehijauan karena cairan mekonium
c. Penanganan
Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut
diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital
Colostomi sementara
7
4. Obstrukti Billiaris
a. pengertian
Suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu
sehingga cairan cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk di
keluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin)
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu dimana bayi tampak ikterus, selain
itu feses tampak berwarna putih keabu-abuan dan terlihat seperti dempul. Urine
menjadi lebih tua warnanya karena mengandung urobilin.
b. Tanda dan Gejala :
Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati,
sehingga bilirubin indirek meningkat)
Bilirubinuria
Tinja berwarna seperti dempul
Terjadi hepatomegali
c. Penanganan
Medik
Operasi
Keperawatan
Pertahanakan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai
dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-
lain.
Lakukan konseling kepada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning
yang dialaminya bukan kuning biasa tetapi disebabkan karena adanya
penyumbatan empedu.
Lakukan inform consent dan inform choice untuk di lakukan rujukan.

5. Hirschprung
a. pengertian
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem
pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas
kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
b. Tanda dan Gejala :
Konstipasi/tidak bisa BAB/diare
Distensi abdomen
Muntah
Dinding abdomen tipis
c. Penanganan :
Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
Dilakukan tindakan Colostomi
Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat

6. Omfalokel
a. pengertian
Omfalokel merupakan kelainan berupa prostusi isi rongga perut ke luar dinding
perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam satu kantong. Dalam
pengertian lain dikatakan bahwa omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi
perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput
8
perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel merupakan hernia pada pusat,
sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
b.Tanda dan Gejala
Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
Berat badan lahir > 2500 gr
c.Penanganan
 Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong
omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya
dengan kain dakron agar tidak tercemar. Setelah itu segera melaksanakan
persiapan untuk merujuk ke Rumah Sakit untuk segera dilakukan
pembedahan menutup omfalokel agar tidak terjadi cedera pada usus dan
infeksi perut.
 Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk
penebalan selaput yang menutupi kantong
 Pembedahan

7. Hernia Diafragmatika
a. Pengertian
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang
diafragma
b.Tanda dan gejala
Bayi mengalami sesak napas
Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
c.Penanganan
Berikan diit RKTP
Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
Dilakukan tindakan pembedahan

8. Meningokel dan Ensefalokel


a. pengertian
Meningokel dan ensefalokel yaitu adanya defek pada penutupan spina yang
berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau
penutupannya
b.Tanda dan Gejala
Gangguan persarafan
Gangguan mental
Gangguan tingkat kesadaran
c.Penanganan
Pembedahan

9.Hidrosefalus
a. pengertian
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya Liquor Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
b.Tanda dan Gejala
Terjadi pembesaran tengkorak
Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah
kebawah)
9
Gangguan perkembangan motorik
Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
c. Penanganan
Pembedahan
Pemasangan “Suchn Suction”

10.Fimosis
a. pengertian
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu
keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan
biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi
Malformasi konginetal
b. Tanda dan Gejala
Gangguan proses berkemih
c. Penanganan
Dilakukan tindakan sirkumsisi

11.Hipospadia
a. pengertian
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di
bawah penis

b.Tanda dan Gejala


Penis agak bengkok
Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
c.Penanganan
Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat
digunakan pada tindakan neouretra.

2.4 Trauma pada bayi baru lahir

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik
yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama
sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.

Faktor resiko yang dapat meningkatkank angka kejadian trauma lahir antara lain:

 Makrosomia (berat lahir > 4000 gram)


 Primipara
 Oligohidramnion
 Persalinan ganda
 Malpresentasi
10
 Presentasi ganda
 Disproporsi kepala panggul
 Kelahiran dengan tindakan
 Persalinan lama
 Persalinan presipitatus/dipercepat
 Distosia bahu

Beberapa kelainan pada bayi baru lahir akibat trauma lahir adalah sebagai berikut :

1. Perlukaan jaringan lunak

a. Perlukaan kulit

Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat seperti
cunam atau vakum. Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul pada kejadian
ini. Karena itu, kebersihan dan pengeringan kulit yang terluka perlu diperhatikan. Bila
perlu dapat juga digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya diperlukan waktu 6-8
minggu untuk penyembuhan.

b. eritema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak subkutan

Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini yaitu presentasi muka dan
persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam dan ekstraksi vakum. Kelainan ini
memerlukan pengobatan khusus dan menghilang pada minggu pertama.

c. Perdarahan subaponeurotik

Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena yang


menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak. Perdarahan dapat
terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat, dan biasanya tidak mempunyai batas
tegas, sehingga kadang-kadang kepala berbentuk asimetris. Kelainan ini dapat
menimbulkan anemia, syok, atau hiperbilirubinemia. Pemberian vitamin K dianjurkan
pada perdarahan ringan,dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari selama tiga hari dan transfuse
darah bila diperlukan.

d. Trauma m. Sternokleidomastoideus

Kelainan ini didapat pada persalinan sungsang karena usaha untuk melahirkan kepala
bayi. Kepala serta leher bayi cenderung miring ke arah otot yang sakit dan jika keadaan
dibiarkan, otot sembuh, tetapi dalam keadaan lebih pendek dari normal. Sebelum hal itu
terjadi, perlu dilakukan fisioterapi dengan cara pengurutan setempat dan peregangan leher
secara pasif ke sisi yang berlawanan. Jika setelah 6 bulan tidak berhasil maka harus
dilakukan pembedahan korektif.

11
e. Caput Succedaneum

Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak
berbatas tegas dan melewati batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi
kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi
edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak
memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.

f . Cephal hematoma

Istilah cephal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang
disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada tulang
temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
paada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam
atau vakum. Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia.
Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan
intra kranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan
perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu.
Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.

g. Perdarahan subkonjungtiva

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan biasa maupun pada yang
sulit. Darah yang tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi setelah 1-2
minggu tanpa diperlukan pengobatan apa-apa.

Perdarahan intra kranial

a. Perdarahan subdural

Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada tengkorak yang dapat menimbulkan
robekan falks cerebri atau tentorium cerebelli, sehingga terjadi perdarahan. Hal ini
biasanya ditemukan pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dengan
dipaksakan untuk lahir pervaginam dan lebih sering ditemukan pada bayi aterm dari
pada bayi prematur.

b. Perdarahan subependimal dan intraventrikuler

Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan biasanya terdapat pada bayi-
bayi prematur.

12
c. Perdarahan subarakhnoidal

Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi-bayi premmatur dan mempunyai hubungan
erat dengan hipoksia pada saat lahir.

Bayi dengan perdarahan intra kranial menunjukkan gejala-gejala asfiksia yang sukar
diatasi. Bayi setengah sadar, merintih, pucat, sesak nafas, muntah dan kadang-kadang
kejang. Bayi dapat meninggal atau hidup terus tanpa gejala-gejala lanjut atau dengan
gejala-gejala neurologik yang beraneka ragam, tergantung pada tempat dan luasnya
kerusakan jaringan otak akibat perdarahan.

Tindakan pada perdarahan intra kranial adalah sebagai berikut :

 kelainan yang membawa trauma harus dihindari dan kalau ada disproporsi
harus dilakukan sectio caesaria
 bayi dirawat dalam inkubator
 temperatur harus dikontrol
 kalau perlu diberikan tambahan oksigen
 sekret dalam tenggorokan diisap keluar
 bayi jangan terlampau banyak digerakkan dan dipegang
 kalau ada indikasinya, vitamin K dapat diberikan
 konvulsi dikendalikan dengan sedativ
 kepala jangan direndahkan, karena tindakan ini bisa menambah perdarahan
 jika pengumpulan darah subdural dicurigai, pungsi lumbal harus dikerjakan
untuk mengurangi tekanan
 diberikan antibiotik sebagai profilaktik.
2. Patah tulang
a. Fraktur klavikul
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi
apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul
pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada
kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan
pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba,
perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya
refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto
rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan
posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
b. Fraktur humeri
Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi
puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada
keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada
sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya
imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai
berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan
membaik dalam waktu 2-4 minggu.

c. Fraktur tulang tengkorak


13
Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran pervaginam sebagai
akibat penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau dari simpisis pubis,
promontorium, atau spina ischiadica ibu pada persalinan dengan diproporsi
sefalopelvik. Yang paling sering adalah fraktur linier yang tidak menimbulkan gejala
dan tidak memerlukan pengobatan, serta fraktur depresi yang biasanya kelihatan
sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip lekukan pada bola pingpong. Semua
fraktur ini harus direposisi untuk menghindari cedera korteks akibat tekanan yang
terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal dalam minggu pertama dan segera
setelah kondisi bayinya stabil.

d. Fraktur femoris
Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya disebabkan oleh kesalahan
teknik dalam pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada
penderita adalah pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif
pada tungkai. Pengobatan dilakukan dengan melakukan traksi pada kedua tungkai,
walaupun fraktur hanya terjadi unilateral. Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4
minggu pengobatan.
e. Fraktur dan dislokasi tulang belakang
Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk
melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu pada
presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang belakang servikal
bagian bawah dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar dari perdarahan setempat
hingga destruksi total medulla spinalis pada satu atau lebih aras (level) cerebral.
Keadaan bayi mungkin buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan
hipotermia. Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai
menimbulkan kematian dalam beberapa jam. Pada bayi yang selamat, pengobatan
yang dilakukan bersifat suportif dan sering terdapat cedera permanen.

3. Perlukaan susunan saraf

a. Paralisis nervus facialis

Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat kelahiran. Hal ini
sering tampak pada bayi yang lahir dengan ekstraksi cunam Kelumpuhan perifer ini
bersifat flasid, dan bila kelumpuhan terjadi total, akan mengenai seluruh sisi wajah
termasuk dahi. Kalau bayi menangis, hanya dapat dilihat adanya pergerakan pada sisi
wajah yang tidak mengalami kelumpuhan dan mulut tertarik ke sisi itu. Pada sisi yang
terkena gangguan, dahinya licin, mata tidak dapat ditutup, lipatan nasolabial tidak ada
dan sudut mulut kelihatan jatuh. Kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
tindakan-tindakan khusus.

b. Paralisis nervus frenikus


ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan terjadinya paralisis diafragma.
Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang. Kelainan ini biasanya menyertai
paralisis Duchenne – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan. Pada
paralisis berat bayi dapat memperlihatkan sindroma gangguan pernafasan dengan
dispneu dan sianosis. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan röntgen foto torak
atau fluoroskopi dimana diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi. Pengobatan
14
biasanya simptomatik. Bayi harus diletakkan pada sisi yang terkena gangguan dan
kalau perlu diberi oksigen. Infeksi paru merupakan komplikasi yang berat.
Penyembuhan biasnya terjadi spontan pada bulan ke-1 samapi ke-3.
c. Paralisis plexus brachialis
Kelainan ini dibagi atas :
 paralisis Duchenne – Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi
oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari plexus brachialis. Pada keadaan ini
ditemukan kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar ke luar disertai
hilangnya refleks biseps dan Moro.

 Paralisis Klumpke, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh


cabang C8-Th 1 dari plexus brachialis. Disini terdapat kelemahan oto-otot
fleksor pergelangan, sehingga bayi kehilangan refleks mengepal.Kelainan ini
timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga
terjadi kerusakan pada plexus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan
sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala
bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan
bahu lebar. Penanggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam
posisi abduksi 90° dan putaran ke luar. Siku berada dalam fleksi 90° disertai
supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan untuk beberapa waktu.
Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan.

 Paralisis pita suara Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan dengan
traksi kuat di daerah leher. Trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring
dari nervus vagus, sehingga terjadi gangguan pita suara (afonia), stridor pada
inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Kelainan ini dapat menghilang
dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan kadang-kadang diperlukan
tindakan trakeotomi pada kasus yang berat.

4. Kerusakan medulla spinalis

Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang, presentasi muka atau presentasi
dahi. Hal ini terjadi akibat regangan longitudinal tulang belakang karena tarikan,
hiperfleksi, atau hiperekstensi pada kelahiran. Gejala yang ditemukan tergantung dari
bagian medulla spinalis yang terkena dan dapat memperlihatkan sindroma gangguan
pernafasan, paralisis kedua tungkai, retensio urine, dan lain-lain. Kerusakan yang
ringan kadang-kadang tidak memerlukan tindakan apa-apa, tetapi pada beberapa
keadaan perlu dilakukan tindakan bedah atau bedah saraf.

5. Perlukaan lain

Perdarahan intra abdominal

Kelainan ini dapat terjadi akibat teknik yang salah dalam memegang bayi pada
ekstraksi persalinan sungsang. Gejala yang dapat dilihat ialah adanya tanda-tanda
15
syok, pucat, anemia, dan kelainan abdomen tanpa tanda-tanda perdarahan yang jelas.
Ruptur hepar, lien dan perdarahan adrenal merupakan beberapa faktor yang dapat
menimbulkan perdarahan ini. Operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki
prognosis bayi.

2.5 Neonatus Risiko tinggi

Pengertian
Bayi yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami kematian atau menjadi sakit berat dalam masa
neonatal
2. Kategori Neonatus Risiko Tinggi :
a) Kelahiran < 37 minggu atau > 42 minggu
b) BBL < 2500 gram atau > 4000 gram
c) BBLR
d) Riwayat penyakit neonatal yang parah
e) Apgar Score : 0 – 4

2.6 Kegawatdaruratan neonatal,bayi dan anak

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus :
a. Faktor Kehamilan
b. Faktor pada Partus
c. Faktor pada Bayi
Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus ,bayi dan anak
2.6.1. Prematur
2.6.2. Posmatur
2.6.3. Bayi besar
2.6.4. Hydrocheoalus
2.6.5 Gawat janin
2.6.6. Hipotermia
2.6.7 Hipertermia
2.6.8 Hyperglikemia
2.6.9 Tetanus neonatorum
2.6.10 Sindrom gawat nafas
Penanganan Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir adalah Resusitasi merupakan
sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui
sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat.
16
Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan
terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua
sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).

2.6.1. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat badan lahir antara 500-2499 gram (obstetric patalogi :9). Faktor risiko persalinan
premature akan meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan sebagai berikut:

Karakteristik pasien:

Kejadian prematuritas pada sebuah kehamilan akan di picu oleh karakteristik pasien
dengan: status sosio ekonomi yang rendah, termasuk di dalamnya penghasillan rendah,
pedidikan yang rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah,
Umur.kehamilan pada usia 16 tahun dan primigravida >30 tahun; Riwayat pernah
melahirkan prematur; pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental(strees) atau
kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian pematur; merokok lebih dari 10
batang sehari; penggunaan obat bius/ kokain(obstetric patalogi:10).

Faktor predisposisi

Beberapa factor penyebab akan menambah keadaan prematuritas antara lain: infeksi
saluran kemih; penyakit ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, asma, penyaakit
jantung, kecanduaan obat, kolestatis, anemia; keadaan yang menyebabkan distensi
uterus berlebihan yaitu kehamilan multiple, hidramnion, disbetes,isomunisasi Rh;
perdarahan antepartum; infeksi umum pada ibu; tindakan bedah selama kehamilan;
kehamilan dengan AKDR (obstetric patalogi:10).

Pengeloaan kehamilan dengan resiko persalinan permatur yaitu:


a. Mendidik ibu dengan resiko tinggi agar mengenal tanda persalinan dini yang harus di
waspadai sebelum kehamilan usia 37 minggu di mana gejalanya seperti nyeri saat
haid, nyeri pinggang, merasa tekanan pada janin lahir meningkat, adanya lender
bercampur darah dari kemaluan.
b. Pengawasan ibu dengan risiko tinggi untuk prematur setelah kehamilan berumur >20
minggu dengan cara menanyakan adanya tanda persalinan, jika tanda-tanda tersebut
ada maka periksa keadaan servik terhadap adanya ostium internum atau eksternum,
kemajuan persalinan.
c. Bila di temukan adanya perubahan servik dan his pasien harus di rawat.
d. Bila ada persalinan, di berikan terapi: istirahat rebah dengan posisi miring kiri untuk
peredaran darah ke uterus, member cairan, mengobati bakteri uri tak bergejala dan
memeriksa kemungkinan infeksi setiap 6-8 minggu, mengurangi stress,
istirahat,perbaikan gizi, tidak melakukan hubungan seksual setelah 20 minggu pada
ibu resiko tinggi, pemantauan kemungkinan adanya kontraksi rahim(obstetric
patologi:10).

Pengobatan
Penatalaksanaan dalam mengobati prematuritas lbih ditujukan untuk mengecah
matang, tindakannya antara lain:
a. Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat :dosis awal 4 gr intravena di
lanjutkan dengan 1-3 gr/jam.efek samping yang di timbulkan yaitu depresi pernafasan
, untuk antidotumnya berupa calsi gluconas; Golongan B2- adrenergic untuk
merangsang reseptor B2 pada otot polos uterus sehingga terjadi relaksasi dan
hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis 0,25 mg diberikan di
bawah kuilt setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau Ritodrin di berikan secara infuse
intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam setelah kontraksi hilang dengan
dosis pemeliharaan secara oral 10 mg setiap 2-6 jam (obstetric patologi:11).

17
b. Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid di berikan pada umur
kehamilan 28-34 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan.
c. Metode kanguru un tuk merawat bayi prenatur
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga member
peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar.
Keuntungan metode kanguru meningkatkan hubungan emosional ibu-bayi,
menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan, mengurangi stress pada ibu
dan bayi, mengurangi lama menangis pada bayi, memperbaiki keadaan emosi ibu
dengan bayi, meningkatkan produksi ASI, menurunkan masa rawat di RS.
Kriteria bayi untuk metode kanguru: berat badan kurang atau sama dengan 2000 gr,
tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai reflex dan koordinasi hisap dan
menelan baik, perkembangan selama di incubator baik, Keesiapan dan keikut sertaan
orang tua, sangat mendukung keberhasilan.

2.6.2. Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau


menggunakan rumus Neagle di hitung dari HPHT dan berdasarkan Taksiran persalinan
(280 hari atau 40 minggu) dari HPHT. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran
umur kehamilan dan lebih akurat. (obstetric patologi:12).
Etiologi
Faktur potensial berupa defisiensi hormone adenokortikotropik(ACTH) pada atau
defesiensi enzim sulfatase plasenta, kelainan system saraf pusat pada janin seperti
pada anansefalus, terdapatnya factor yang menganggu ibu maupun anak dan plasenta
dengan gambaran klinis : menghilangnya lemak subkutan, kulit kering, keriput, atau
retak-retak, pewarnaan mekonium pada kulit, umbilicus dan selaput ketuban, kuku dan
rambut panjang, bayi malas.
Komplikasi yang terjadi :
kematian janin dalam rahim akibat insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta,
kematian neonates yang tinggi, asfiksia. Penilaian kesejahteraan janin harus di lakukan
seperti :evaluasi cairan amnion dengan amniosentesis atau USG untuk melihatnya
adanya hidramnion, pantau perubahan denyut jantung janin, menentukan scoring dari
USG untuk melihat pernapasan janin, tonus, pergerakan fetus dan jumlah cairan
amnion.
Pengeloaan
Pengelolaan : dibagekspektatif dan menjadi aktif
a. Ekspektatif :syaratnya keadaan janin baik dengan dasar 60% kehamilan akan berakhir
dengan persalinan spontan pada usia kehamilan 40-41 minggu dan 80% pada
kehamilan 43 minggu.
b. Aktif :tanpa melihat kedaan serviks induksi harus di lakukan pada fetus yang memiliki
resiko untuk mrngalami dismaturitas atau bila kehamilan mrncapai 44 minggu,
syaratnya di lakukan pengawasan intrapartum yang lebih ketat. Indukasi di lakukan
dengan oksitosin per infus atau dengan pemakain preparat prostaglandin.

2.6.3. Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia,atau Giant Baby (bayi raksasa),adalah
bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram.Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai
10 persen total kelahiran.kasus bayi besar dengan BB dibawah 5kg masih sering
terjadi,akan tetapi,bayi yang lahir dengan berat ekskrim antara 6 kg massih sangat
jarang terjadi.Untuk Aceh pernah lahir bayi dengan 6 kg yang lahir 17 Oktober tahun
lalu,dan BB besar yang tercatat di museum record MUri,6,4 kg,sedangkan yang
terberat di dunia bayi assal Siberia dengan 7,7 kg.
Etiologi
Penyebab bayi mengalami makrosomia adalah :
a) Diabetes mellitus (DM)
DM mengakibtkan ibu melhirkan bayi besar (makrosomi) dengan berat lahir mencapai
4000-5000 gram atau lebih.Namun bias juga sebaliknya,bayi lahir dengan berat lahir

18
rendah,yakni di bawah 2000-2500 gram.Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin
meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan.
Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resisstensi insulin yang
meningkat dan ambilan glukossa parifer yang menurun akibat hormone plasenta yang
memiliki aktifitas anti-insulin.Dengan cara ini janin dapat menerima pasokan glukosa
secara kontinu.Insidensinya 3-5 % dari seluruh kehamilan.
Melalui difusi dalam membrane plasenta,dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal.(meenyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi).Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolic
(hipoglikemia,hipomagnesemia,hipokalsemia,hiperbilirubinemia,dan sebagainya).
Seorang ibu dengan riwayat sakit gula,bilaa hamil harus melakukan pemeriksaan
laborataarium tentang kadar gula daarah umtuk mencegah terjadinya komplikasi
kematian bayi di dalam rahim.
Pemeriksaan kadar gula daah ssebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28
minggu,bila kadar gula darah tidak normal,nilai kadar gula haru diturunkan dalam
batas aman atau normal dengan menggunakan suntikan hormon insulin,karena
penggunaaan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan,sebab bias
membahaayakaan bayi.
b) Keturunan ( orang tuanya besar)
Seorang ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan baayi
besar.baayi besar dapat ddisebaabkan beraat bdaan ibu yang berlebihan baik sebelum
hamil (obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.
Dalam penelitian yang ddi publikasikan dalam jurnal kebidanan dan kandungan
tersebut,peneliti melibatkan partisipan lebih dari 40.000 wanita amerika dan
baayinya.etelah di analisis,di peroleh data bahwa satu dari lima wanita mengalami
peningkatan bobot berlebih semasa hamil,yang membuatnya berisiko ddua kali lipat
melahirkan bayi besar.

c) Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya


Bilaa bumil punya riwayat melahirkan bayi mikrosomiaa sebelumnya,maka ia
berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi macrosomia di
bandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi acrosomia karena umumnya
berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80 sampai 120 g.bayi
besar (bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4.000 gram) dan sering terjadi pada ibu
yang telah sering melahirkan (multipara) dibandingkan dengan kehamilan pertama.
Penanganan
a) Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan
maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal,ada tidaknya masalah
kehamilan seorang ibu.
b) Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan risiko komplikasi bagi ibu yang sering
terjadi akibat bayi besar.
c) Segera dirujuk ke rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi/sesar pada saat
menjelang persalinan.
d) Pemeriksaan kadar gula darah.

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara
teratur,pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar,ANC
teratur,USG,pemeriksaan besar bayi dengan USG akan memberikan ketepatan sampai
90 persen,sedangkan dengan pemeriksaan pisik saja missal dengan berat badan ibu dan
tinggi fundus uteri memberikan ketepatan sampai 50 persen.
Persalinan dengan makrosomia
Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit.kadang-kadangg baru diketahui
adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan

19
his yang kuat.periksa pada panggul normal,janin dengan BB 4000-5000 gr pada
umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkan.tapi mengingat ibu hamil
dengan makrosomia mempunyai resiko besar pada saat persalinan maka lebih baik
melahirkan dengan operasi sesar.
SOAP persalinan dengan Giant Baby
Data subjectif : Ny.N umur 28 th datang pada pukul 24.00 WIB mengaku
hamil 9 bulan,ibu mengaku pernah melahirkan 2 kali dan tidak pernah keguguran,ibu
mengatakan anak pertamanya lahir sehat dengan berat badan 3,3 kg dan anak kedua
lahir sehat dan normal dengan berat badan 4 kg,ibu mengatakan sudah merasakan
mules sejak jam 12.00 WIB dengan frekuensi 3 x dalam 10 menit lamanya 45
detik,ibu mengatakan mulesnya menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah dan
jika di bawa jalan mulesnya tidak hilang malah semakin kuat,ibu mengatakan belum
keluar air-aiir,hanya keluar lendir bercampur darah sedikit-sedikit dari
kemaluannya,ibu mengatakan sering sesak nafas,sering BAK dengan frekuensi 12x
sehari dari 1 minggu yang lalu,ibu mengatakan bahwa kandunngannya terasa lebih
berat dan kalau di tekan perutnya keras seperti tidak ada ruang lagi,ibu mengatakan
masih merasakan gerakan janin,dan ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM
dari ibunya.
Data Subjectif : keadaan ummum ibu kurang baik dan ibu merasa ketakutan dan
gelisah,kesadaran compos menthis,TD 120/80 mmHg,nadi 85x/menit,suhu
37°C,respirasi 28x/menit,LILA 25,5 cm,BB 78 kg,BB sebelum hamil 60 kg, kenaikan
BB selama kehamilan 18 kg, TB 157 cm, pada pemeriksaan kepala, muka, dada, leher
tidak di temukan adanya kelainan. Pemeriksaan abdomen meninspeksi perut lebih
besar tidak sesuai dengan masa kehamilan, tidak ada striae dan linea, palpasi TFU 43
cm, FU teraba 1 bagian lunak, kurang melenting yaitu bokong, LII kanan teraba
bagian-bagian kecil dari janin yaitu ekstremitas, kiri teraba 1 bagian keras, memanjang
seperti papan yaitu punggung, LIII teraba bagian keras, melenting, bulat yaitu kepala,
sudah tidak dapat di goyangkan. LIV tangan divergen, kepala 2/5 masuk ke PAP. HIS
3x dalam 10 menit lamanya 45 detik, TBJ(43-11) x 155=4960 gr, DJJ (+) 135x/menit
regular, pemeriksaan anogenital inspeksi tidak ada tumor, tidak ada varises, tidak ada
edema, VT suhu hangat, posisi portio posterior, konsistensi lunak, di latasi 5 cm,
penipisan 50%. Pemeriksaan ekstremitas tidak ada kelainan.
Pemeriksaan lab :glukosa urine : (+3) penunjang USG di dapatkan hasil janin taksiran
berat janin 4960 gr, tidak ada kehamilan ganda, tidak ada hidramnion. HB 11,5 gr%.
Pemeriksaan kadar gula glukosa darah sewaktu > 200 mg%.
Assesment Diagnosa ibu :G3 P2 A0 hamil 36 minggu partus kala I fase aktif dengan
partus lama yang di sebabkan oleh giant baby karena ibu memiliki riwayat penyakit
DMG. Diagnosa janin : tunggal hidup intrauterine preskep.
Masalah potensial janin : Aspeksia janin, gawat janin. Pada ibu yakni perdarahan
pasca salin, rupture uterus dan robekan jalan lahir. Tindakan segera :kolaborasi
dengan dokter SpOG untuk persalinan; pasang oksigen 6 liter / menit; pasang infus;
rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap yang memiliki fasilitas bedah
sesar dan NICU;

a. Memberitahu hasil peemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
seperti TD 120/80 mmHg, nadi 85x/menit, suhu 37C, respirasi 28x/menit.
Pemeriksaan dalam : dilatasi 7 cm. Pemeriksaan penunjang USG di dapatkan hasil
taksiran berat janin 4960 gr, tidak ada kehailan ganda, tidak ada hidramnion. HB 11,5
gr%. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg%. Bahwa saat ini keadaan
ibu kurang baik dan harus segera di rujuk ke RS.
b. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar suplai oksigen ke janin berjalan lancer. Ibu
telah miring kiri dengan di bantu olh keluarga.
c. Memberikan ibu dukungan berupa mendengarkan keluhan ibu dan menganjurkan
keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu dan menemani ibu. Ibu telah di beri
dukungan dan terlihat tenang.

20
d. Memberikan ibu rehidrasi peroral agar ibu tidak kekurangan energi. Ibu telah di
berikan minum teh manis ½ gelas.
e. Evaluasi eliminasi ibu 15 menit kemudian. Mengevaluasi jumlah urine yang keluar
agar tidak terjadi overload cairan. Ibu telah di evaluasi jumlah urine +200 cc.
f. Membuat infoemend concent untuk meminta persetujuan tindakan rujkan ke rumah
sakit dan menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi yaitu apabila kondisi ibu
semakin memburuk maka ibu akan melahirkan melalui sesar. Ibu dan keluarga telah
menyetujui dan menandatangani informend concent.
g. Menyiapkan manajemen rujukan dengan BAKSOKU (B: bidan menemani selama
perjalanan ke rumah sakit, A :siapkan alat-alat kegawatdaruratan seperti oksigen,
ambu bag, infuse set. K : keluarga menemani ibu selama proses rujukan dan
menyiapkan pendonor darah. S :surat rujukan untuk RS. O : obat yang di perlukan. K :
kendaraan. U :uang). Rujukan telah di siapkan.
h. Merujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki fasilitas bedah sesar dan NICU. Ibu telah di
rujuk.
i. Memantau TTV dan HIS selama perjalanan menuju rumah sakit. TD 110/80 mmHg,
nadi 70x/menit, respirasi 16x/menit, HIS 3x dalam 10 menit lamanya 30 detik.
j. Ibu telah sampai di RS dan telah di terima oleh dokter SpOG. Dokter memberikan
instruksi agar pasien di kateterisasi persiapkan untuk operasi. Bayi lahir sesar dengan
selamat.
k. Dokumentasikan hasil pemeriksaan, mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan
asuhan ke dalam SOAP dan partograf. Semua hasil pemeriksaan dan asuhan telah di
dokumentasikan.

2.6.4. Hidrosepalus adalah keadaan di mana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran satura-satura dan
ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500 ml, akan
tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Hidrosepalus sering kali di sertai
kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabipida.

Epidemiolog

Insiden hidrosepalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosepalus


konginetal adalah 0,5 -1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43% di sebabkan oleh
stenosis aquaductus serebri. Hidrosephalus dapat terjadi pada semua umur.

Etiologi

Penyebab hidosephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan cerebro spinalis
(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sisstem ventrikel
dan tempat absorbs dalam ruangan CC diatasnya.Hidrosefalus di sebabkaan oleh satu
dari tiga factor : 1) produkai CSS yang berlebihan,2) obstruksi jalur CSS,dan 3)
gangguan absorpsi CSS.

Patofisiologi dan pathogenesis

CSS di produksi ± 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari dengan demikian CSS diperbaharui
setiap 8 jam pada anak dengan hidrosefalus,produksi CSS ternyaata berkurang ±
0,3/menitt.
CSS ddibentuk oleh : plexus choroideus parenchim otak arachknoid.CSS mengalir dari
tempat pembentukannya ke tempat absorbsinya.CSS mengalir dari ventrikel lateralis
melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus
sylvius menuju ventrikel IV.
21
Jumlah Cairan Serebrospinalis
Dalam otak manusia orang dewasa : jumlah normal Cairan serebro spinalis = 90-150
ml,anak umur 8-10 th : 100-140 ml,bayi : 40-60 ml,neonates : 20-30 ml,premature
kecil ; 10-20 ml.

Diagnosa

Hidrosepalus dapat ditegakkan dengan : CT Scan dan Ultrasonografi (USG).Diagnosa


banding : Makrosefali,tumor otak,penilaian foto roentgen tidak boleh berdasarkan
besarnya kepala saja,tetapi juga pada bentuk kepala pada hidrosefalus lebih bundar
dan pada tengkorak normal agak lonjong perbandingan antara bagian tengkorak dan
bagian muka pada hidrosefalus yang relative lebih kecil tebalnya tulang tengkorak
yang hanya memberikan bayangan yang tipis pada hidrosefalus.
Harus diingat bahwa kemungkinan hidrosefalus jika kepala tetap tinggi walaupun
panggul baik dan his kuat dalam persalinan kepala tetap dapat digoyangkan dan sutura
sangat lebar pada perabaan akhir kehamilan primipara tampak ada spina bifida pada
tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang pada pemeriksaan USG tampak gambaran
ventrikumegali atau perubahan sudut pleksus koroidalis dan lain-lain
.
Manifestasi Klinis

Tanda awal dan gejalaa hidrosefalus tergantung pada dimulainya dan derajat ketidak
seimbangan kapasitas produksi dan reabsorbsi CSS.Hidrosepalus terjadi pada masa
neonates,hidrosefalus terjadi pada masa anak-anak.
Pada ibu hamil dengan janin hidrosefalus akan terjadi bahaya pada ibu,apabila tidak
segera dilakukan pertolongan,bahaya rupture uteri akan mengancam
penderita.hidrosefalus yang tidak terapi/dioperasi akan menimbulkan gejala
sisa,gangguan neurologi serta kecerdasan.

Penanganan

Persalinan pada wanita dengan janin hidrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang
seksama,karena bahaya terjadinya rupture uteri mengancam.pada hoidrosefalus yang
nyata,kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan.pada pembukaan 3cm
cairan cerebrospinalis dikeluarkan dengan fungsi pada kepala menggunakan jarum
sinal,setelah kepala mengecil,bahaya regangan segmen bawah uterus hilang,sehingga
tidak terjadi kesulitan penurunan kepala ke dalam rongga panggul.bila janin dalam
letak sungsangpengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dilakukan dengan
fungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau ssutura
temporalis.diaanjurkan pula untuk mencoba melakukan ventrikulosentesis trans
abdominal jarum spinal,kandung kencing harus dikosongkan terlebih
dahulu.(Prawirohardjo,2005).

Akibat Hidrosefalus
Tanpa tindakan operasi,penimbunan cairan akan mengakibatkan penekanan pada
jaringan otak normal dan selanjutnya akan menggsnggu berbagai fungsi otak,termasuk
fungsi-fungsi vital yang dapat mempengaruhi jantung dan paru.

2.6.5. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengalami
hipoksia.situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama),atau akut selama
persalinan menunjukkan hipoksia ( kurang oksigen)pada janin.tanpa oksigen yang

22
adekuat.pengendaalian frekuensi denyut jantung janin secara fisiologi terdiri atas
beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran darah serta
oksigenesi.selain itu,aktifitas mekanisme-mekanisme pengendali ini dipengaruhi oleh
keadaan oksigenesi sebelumnya,seperti tampak pada insufisiensi plasenta kronik.

Etiologi
Etiologi gawat janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari factor ibu maupun factor
janin sehingga memicu terjadinya gawat janin,berikut etiologinya :
a) Insufiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu
dalam waktu singkat) berupa aktifitas uterus yang berlebihan,hipertonik uterus,dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin hipotensi ibu,kompresi vena kava ,posisi
terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta previa.
b) Insufiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu
lama) berupa penyakit hipertensi : pada hipertensi khususnya preeklamsi dan eklamsi
terjadi vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas kedalam
lapisan otot pembuluh darah sehingga pembunuh darah mengalami kerusakan dan
menyebabkan aliran darah ke plasenta menjadi terhambat dan menimbulkan hipoksia
pada janin yang akan menjadi gawat janin.
c) Diabetes militus :pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan
mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa
terganggu,dan sering kali disertai ddengan hipoksia.
d) Issoimunisasi Rh,Postmaturitas atau dismaturitas,kompresi (penekanan) tali pusat.
Diagnosis
Data subjektif dan objektif berupa gerakan janin yang menurun atau berlebihan
menandakan gawat janin.Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala yang
subyektif.seringkali indicator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola
denyut jantung janin (braadikardia,takikardia,tidak adanya variabilitas atau deselerasi
lanjut).Hipotensi pada ibu,suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang
hipertonik atau ketiganya secara keseluruhhan dapat menyebabkan asfiksia (kegagalan
nafas adekuat padda menit-menit pertama kelahiran)janin.Pola frekuensi denyut
jantung janin selama persalinan sebelum pelahiran diklasifikasikan sebagai
normal,stress,atau gawat.
Frekuensi Denyut jantung Janin
Dikatakan denyut jantung janin (DJJ) normal bilaa dapat melambat sewaktu his,dan
segera kembali normal setelah relaksasi,DJJ lambat (kurang dari 100 per menit)saat
tidak ada his,menunjukkan adanya gawat janin DJJ cepat (lebih dari 180 kali per
menit) yang di sertai takhikardi ibu bias karena ibu demam,efek obat,hipertensi atau
amnionitis.jika denyut jantung ibu normal,denyut jantung janin yang cepat sebaiknya
dianggap sebagai tanda gawat janin (Prawirohardjo,2002).
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin
Terdapat beberapa hal yang dapat mengindikasikan kemungkinan terjadinya gawat
janin yaitu :
a) Brakardi yaitu denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit.
b) Takikardi akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>160) dapt\at
dihubungkan dengan demam pada ibu yang sekunder terhadap infekssi intrauterine.
c) Varriabilitas denyut jantung dasar yang menurun,yang berarti depresi system saraf
otonom janin oleh medikasi ibu
(aatropine,skopolamin,diazepam,fenobarbital,magnesium dan analgesic narkotik)
d) Pola deselerasi : desselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh
insufisiensi uteroplasenter.
e) Ph darah janin : perdarahan yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang
secara otomatis menyebabkan turunnya PO2 yang akan menyebabkan terjadi
perubahan metabolism sehingga pembakaran glukosa tidak seempurna dan
meninggalkan hasil akhir asam laktat dan asam piruvat.
f) Mekonium dalam Cairan Amnion
23
Keluarnya mekonium kemungkinan merupakan peringatan adanya asfiksia janin.para
ahli kebidanan mengatakan bahwaa deteksi mekonium selama persalinan
menimbulkan masalah dalam mempredeksi asfiksia atau gawat janain. Dalam sebuah
penelitian di Parkland Hospital mekonium terbukti sebagai bahaya risiko rendah
karena angka kematian perinatal yang disebabkan oleh mekonium adalah 1 kematian
per 1000 kelahiran hidup (Nathan dkk,1994).
Penjelasan patalogis menyatakan bahwa janin mengeluarkan mekonium sebagai
respon terhadap hipoksia, dengan demikian mekonium merupakan tanda gangguan
janin (Walker,1953). Mekonium yang kental merupakan tanda pengeluaran mekonium
pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi, rencana kelahiran
(pervaginam atau perabdominam) di dasarkan pada factor-faktor etiologi, kondisi
janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
Penatalaksanaan dan Pendidikan Pasien
Prinsip-prinsip penatalaksanaan dalam kasus gawat janin atas prinsip umum dan
prinsip khusus, berikut penjelasannya secara umum : pasien di baringkan miring kiri ;
berikan oksigen ; nilai apakah persalinan dapat berlansung normal atau kelahiran
segera merupakan indikasi, rencana kelahiran (pervaginam atau perabdomen) di
dasarkan pada factor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan
jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. Posisi ibu di ubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung
dan aliran darah uteroplasenter.Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan
kompresi tali pusat.
b. Oksigen di berikan melalui masker muka 6 liter per menit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. Oksigen di hentikan, karena kontraksi
uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervili.
c. Hipotensi di koreksi dengan infuse intravena dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat.
Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
d. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan
persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut dapat merupakan suatu prosedur yang
bermanfaat.
e. Pengisapan mekonium dari jalan nafas bayi barun lahir mengurangi resiko aspirasi
mekonium. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut di bersihkan dari
mekonium dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus di lihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk meenyingkirkan mekonium dengan
pipa endotrakeal.
f. Jika denyut jantung janin di ketahui tidak normal dengan atau tanpa kontaminasi
mekonium pada amnion, lakukan hal sebagai berikut : jika sebab dari ibu di ketahui
(seperti demam, obat-obatan) : mulailah penanganan yang sesuai ; Jika sebab dari ibu
tidak di ketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3
kontraksi.
g. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin : jika terdapat
perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap pikirkan solusio plasenta ;
juika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina berbau tajam) berikan
antibiotic untuk amnionitis; jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina
lakukan penanganan prolaps tali pusat; jika denyut jantung janin tetap abnormal atau
jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion).
h. Rencana persalinan : jika servik telah berdilatasi dan kepala jjanin tidak lebih dari 1/5
di atas simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0 lakukan
persalinan dengan ekstraksi vakum atau forceps ; jika servik tidak berdilatasi penuh
dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simpisis pubis
i. atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0 lakukan dengan secsio
sesar

24
2.6.6. HipotermiaHipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak
dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas,
asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral,
pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang
dingin.Penanganan hipotermia ditujukan pada: 1) Mencegah hipotermia, 2) Mengenal
bayi dengan hipotermia, 3) Mengenal resiko hipotermia, 4) Tindakan pada hipotermia.
Tanda-tanda klinis hipotermia: a) Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - <360C ),
tanda-tandanya antara lain : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah,
tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.b)
Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ), tanda-tandanya antara lain : sama dengan
hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung
lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik.c) Stadium lanjut
hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah
terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama
pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)

2.6.7 Hipertermia Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih
banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi,
hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk
mencegah kecacatan dan kematian.
Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat.
Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu
lama dengan benda yang mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme
penganturan panas tubuh menjadi tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik
tak terkendali.
Hipertermia karena reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia karena
reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang merupakan komplikasi yang terjadi
karena beberapa jenis anestesi umum.
Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas,
pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir
bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi
yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala,
dan tekanan darah rendah.
Hal ini dapat menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba.
Tachycardia dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah
dan jantung.
Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit,
mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus lanjutan stroke
panas.
Beberapa korban, terutama anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya,
sebagai organ tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.

2.6.8 Hiperglikemia Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.
Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia
biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi insulin
pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena

25
kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnyanya membuat
sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi (sering haus),
poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun,
sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi (pria),
infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi, arrhythmia, pingsan, koma.

2.6.9 Tetanus neonaturum Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh
bayi baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis
antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut
ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai
sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut,
alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan :


a. bersihkan jalan napas,ü longgarkan atau buka pakaian bayi,
b. masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi,
c. ciptakan lingkungan yang tenang
d. berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.

2.6.10 Sindrom Gawat Nafas Neonatusa) Definisi Sindrom gawat nafas neonatus merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi
pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi
di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak Sakit,
Ngastiah. Hal 3).Penyakit Membran Hialin (PMH) Penyebab kelainan ini adalah
kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. PMH sering kali
mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak kehamilan
minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.b) Patofisiologi
Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang
peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari
protein, karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini
mulai di bentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu
ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus akan
kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk bernafas berikutnya di butuhkan
tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai usaha inspiarsi yang lebih
kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2. dan oksidosis.c) Prognosis Prognosis bayi dengan PMH terutama
ditentukan oleh prematuritas serta beratnya penyakit. Bayi yang sembuh mempunyai
kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur lain yang tidak
menderita PMH.d) Gambaran Klinis PMH umumnya terjadi pada bayi prematur
dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa generasi 30-36 minggu. Gangguan
pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir dan gejala yang
karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72 jam.e) Pemeriksaan DiaknostikFoto thorak
Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di sebabkan oleh berbagai
penyebab dan untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan
foto thoraks.Pemeriksaan darah : perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah
dan elektrolit.f) Penatalaksanaan Tindakan yang perlu dilakukan :1. Memberikan
lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc) dan
meletakkan bayi dalam inkubator.2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati
karena terpengaruh kompleks terhadap bayi prematur, pemberian oksigen terlalu
banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain.3.
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125
ML/ Kg BB/ hari.4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin
dengan dosis 50.000-10.000 untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari
26
dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg BB / hari.5. Kemajuan terakhir dalam
pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen ( surfaktan dari
luar).Keperawatan Pada umumnya dengan BB lahir 1000-2000 gr dan masa kehamilan
kurang dari 36 minggu.1. Bahaya kedinginanBayi PMH adalah bayi prematur
sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum berbentuk dan pusat pengatur
suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury, sianosis,
dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat dalam inkubator yang dapat
mempertahankan suhu bayi 36.5-37oc 2. Resiko terjadi gangguan pernafasanGejala
pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi
prematur adalaha. Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimumb. Bila bayi mulai
terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera berikan oksigen.3. Kesukaran dalam
pemberian makanan Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus dengan
cairan glukosa 5-10 %. Makanan bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu selama bayi
belum diberi asi harus tetap pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3
jam.4. Resiko mendapat infeksiUntuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara
aseptik dan inkubator harus aseptik pula. Ruangan tempat merawat bayi terpisah,
bersih, dan tidak di benarkan banyak orang memasuki ruangan tersebut kecuali
petugas, semua alat yang diperlukan harus steril.5. Kebutuhan rasa nyamanGangguan
rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya penghisapan lendir,
pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya selain sikap yang
lembut setiap menolong bayi dalam memberi pasi harus di pangku. 2.4 Penanganan
Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir Resusitasi merupakan sebuah upaya
menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah
tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat
(Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat
terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam
waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit). Tindakan resusitasi merupakan tindakan
yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup
(Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas
merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat
harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini
memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada
situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis
(Hudak dan Gallo, 1997).Apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi.? Kira-kira 10
% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan
sekitar 1 %saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan
nafas hingga pemberian obat – obatan darurat. Untuk praktisnya, setiap menolong bayi
baru lahir ada 5 pertanyaan yang menentukan apakah resusitasi dibutuhkan: 1. Apakah
bersih dari mekonium? 2. Apakah bernafas atau menangis? 3. Apakah tonus otot baik?
4. Apakah warna kulit kemerahan? 5. Apakah cukup bulan? Jika salah satu dari 5
pertanyaan tersebut jawabannya tidak,maka perlu dilakukan resusitasi.Mengapa
diberikan resusitasi.? Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat
asphiksia. Dan bila pada bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi
secara benar akan meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya
“cerebral palsy”, kelainan jantung misalnya tidak menutupnya “ductus
arteriosus”.Kapan Bayi perlu resusitasi.? Tiga hal penting dalam resusitasi 1.
Pernafasan : Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama
1 menit. Nafas tersengal – sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan
misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50
x / menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya. 2. Frekuensi
Jantung: Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung
secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi
denjut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian : • Apabila frekeunsi. > 100 x / menit
27
dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit • Apabila frekuensi
< 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan
VTP (Ventilasi Tekanan Positif) 3. Warna Kulit : Setelah pernafasan dan frekuensi
jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central,
oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin

2.7 Balita dengan penyakit lazim

1.BERCAK MONGOL
Definisi
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian
sacral,walaupun kadang terlihat dibagian tubuh lai.menurut Mary Hilton dalam buku dasar dasar
keperawatan maternitas,bintik mongol adalah daerah pigmentasi biru kehitaman yang dapat terlihat
pada semua permukaan tubuh termasuk pada ekstremitas
Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir,warna khas dari bercak mongol yang
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melaninbpada dermis yang terhambat selama
proses migrasi dari Krista neuralis ke epidermis
Tanda dan gejala
 Luka seperti pewarnaan
 Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
 Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
 Bercak yang biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun
 Tiadak ada komplikasi yang ditimbulkan

Penatalaksanaan
Dengan memberikan konseling kepada orang tua bayi,bidan menjelaskan bahwa bintik
mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak
memerlukan penanganan khusus sehingga ortua bayi tidak merasa cemas.2

2.HEMANGIOMA
Definisi
Suatu tumor jaringan lunakakibat dari proliferasi(pertumbuhan ang berlebih) dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.

Pembagian
 Nevus flammeus
Daerah kapiler yang tidak menonjol,berbatas tegas,ukurannya tidak bertambah,berwarna
merah ungu,dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
 Nevus vaskulosus

28
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan derms dan subdermis) yang
tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan menghilang dengan
asendrinya
Penatalaksanaan
Berikan konseling kepda orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada
bayi baru lahir,sehingga orang tua tidak perlu khawatir dalam mengadapi kejadiaan ini

3.IKTERUS
Defnisi
Salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat
terjadinya hiperbilirubinemia.ikterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi
baru lahir,sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah
Etiologi
 Prahepatik (ikterus hemolitik)
Disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah
merah.peningkatan bilirubin dapat disesbabkan karena infrksi,kelainan sel darah merah dan
toksin dari luar tubauh serta dari tubuh itu sendiri
 Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruktif pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan
kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah,kemudian sebagian msauk
dalam ginjal sehingga kulit dan skelera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagian
akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin ke dalam saluran
pencernaan berkurang,sehingga feses akan berwarna putih keabu-abuan,liat dan seperti
dempul
 Hepatoseluler
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati,apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara
otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat
dalam aliran darah.
Penatalaksanaan
a.ikterus fisiologis
 Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
 Lakukan perawatan bayi sehari-hari
 Memandikan
 Mlakukan perawatan tali pusat
 Membersihkan jalan nafas
 Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi,lebih kurang 30 menit
 Ajarkan ibu cara
 Memandikan bayi
 Melakukan perawatan tali pusat
 Menjaga bayi agar tidak hipotermi
 Jelaskan pentingnya hal –hal seperti
 Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
 Menemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang
 Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu

29
 Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungkin
 Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
 Apabial ikterus lebih parah anjurkan ibu untuk segera merujuk
 Anjurkan ibu untuk control setelah 2 hari

b. hiperbilirubinemia sedang
 Berian ASI secara adekuat
 Lakukan pencegahan hipotermi
 Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari
 Lakukan pemeriksaan ulang selama 2 hari kemudian
 Anjurka ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi bertambah parah
serta mengeluarkan feses berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul

c. hiperbilirubinemia berat
 Berikan informed consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
 Selam persiapan merujuk,berikan ASI secara adekuat
 Lakukan pencegahan hipotermi

4. MUNTAH
Definisi
Keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan msuk
lambung agak lama,disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah
lahir,bayi mungkin mengalami munth lender,bahkan disertai sedikit darah.
Etiologi
 Kelainan congenital
 Infeksi saluran pencernaan
 Cara pemberian makan yang salah
 Keracunan

Sifat muntah
 Keluar cairan terus menerus,hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esophagus
 Muntah proyektil,hal ini disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelemahan pada katup di
ujung bawah lambung yang menghubungkn lambung denagn usus 12 jari yang tidak mau
membuka)
 Muntah segera setelah lahir dan menetap,kemungkinan adanya tekanan intracranial yang
tinggi atau obstruksi pada usus

Penatalaksanaan
 Kaji factor penyebab dan sifat muntah
 Jika teradi pengeluaran cairan terus menerus,maka kemungkinan dikarenakan
obstruksi esophagus
 Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan,patut dicurigai adanya
obstruksi di bwah ampula vateri
 Jika terjadi muntah proyektil,maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus
 Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap,maka kemungkinan terjadi
peningkatan tekanan intracranial
 Berikan pengobatan yang bergantung pda factor penyebab
 Ciptakan suasana tenang
 Perilakukan bayi dengan baik dan hati-hati
 Beriakn diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah

30
 Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis
 Rujuk segera

5.GUMOH
Definisi
Keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan
masuk ke dalam lambung.gumoh terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusui
Etiologi
 Bayi sudah merasa kenyang
 Posisi salah saat menyusui
 Posisi botol yang salah
 Tergesa –gesa saat pemberian susu
 Kegagalan dalam mengeluarka uadara yang tertelan

Penatalaksanaan
 Perbaiki teknik menyusui
 Perhatiakn posisi botol saat pembarian susu
 Sendawakan bayi setelah disusui
 Lakukan teknik menyusui yang benar,yaitu bibir mencakup rapat seluruh putting susu ibu

6.ORAL TRUSH
Definisi
Terinfeksinya membrane mukosa mulut bayi oleh jamur candidaasis yang ditandai dengan
munculnya bercak-bercak keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di mulut,terjadi ulkus
dangkal
Etiologi
Terjadi karena adanya infeksi jamur (candida albican) yang merupakan organism penghuni
kulit dan mukosa mulut,vagina,dan saluran cerna
Tanda dan gejala
Adanya lesi pada mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak yang berkeping
menutupi seluruh atau sebagian lidah,kedua bibir,gusi dan mukosa pipi
Penatalaksanaan
 Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
 Apabila sumber infeksi berasal dari ibu,maka ibu harus segera di obati dengan pemberian
antibiotic berspektrum luas
 Jaga kebersihan dengan baik,terutama kebersihan mulut
 Bersihkan daerah mulut bayi setelah makn ataupun minum susu dengan air matang dan juga
bersih
 Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan boto,gunakan teknik steril dalm
membersihkn botol susu
 Berikan terapi pada bayi
 1 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali sehari dengan interval
stiap 6 jam.
 Gunakan violet 3 kali sehari

31
32

Anda mungkin juga menyukai