Mulyati, S.Kep
N.I.P : 196311081988032001
“Pengaruh Cold Compression Therapy terhadap Proses Penyembuhan Pasien Pasca Open
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah
penduduk 238 juta, merupakan terbesar di Asia Tenggara (Wrongdignosis, 2011).
Kejadian fraktur di Indonesia yang dilaporkan Depkes RI (2007) menunjukkan
bahwa sekitar delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis yang berbeda.
Insiden fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2%
sampai 9% (Depkes 2007). Fraktur ekstremitas bawah memiliki prevalensi sekitar
46,2% dari insiden kecelakaan.
Fraktur biasanya terjadi karena adanya trauma mendadak yang disebabkan
oleh kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut penyebabnya
fraktur dibedakan menjadi 3 yaitu fraktur yang disebabkan oleh trauma, baik
langsung maupun tak langsung, fraktur yang disebabkan oleh kelelahan pada tulang,
fraktur karena keadaan patologi (Sjamsuhudajat dan Jong 2007).
Pada kasus fraktur, dapat ditangani dengan cara konservatif atau penanganan
tanpa dilakukan operasi, seperti pembebatan, gips, bracing, dll. Dapat pula
dilakukan dengan operatif atau tindakan dengan operasi, menggunakan fiksasi
internal (ORIF) ataupun fiksasi eksternal (OREF). Pada kasus ini menggunakan
metode operasi dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Metode ini
merupakan metode yang paling sering digunakan yaitu dengan melakukan
pembedahan dan pemasangan internal fiksasi berupa Plate and Screw atau Intra
Medullary Nail.
Pada kasus fraktur terutama post operasi ORIF fraktur cruris 1/3 distal akan
menimbulkan problematik seperti edema, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi,
penurunan kekuatan otot, gangguan aktifitas fungsional dalam melakukan aktifitas
sehari-hari seperti berjalan (Smeltzer & Bare, 2005). Trauma akibat pembedahan
pada tulang, otot, jaringan, atau sendi akan mengakibatkan nyeri secara signifikan.
Pembedahan menimbulkan trauma jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya
tidak mengalami cedera. Nyeri pasca pembedahan ekstremitas bawah memiliki
intensitas nyeri hebat dengan kejadian sampai 70 % dengan durasi 3 hari
(Smeltzer
& Bare, 2005).
Homeostasis, bengkak, nyeri, rasa tidak nyaman, peningkatan mobilisasi dini
dan rencana pulang merupakan fokus utama pada periode akut pasca operasi (Smith,
Stevens, Taylor, & Tibbey; 2002). Pendekatan famakologis perlu dikombinasikan
dengan pendekatan non farmakologis untuk meningkatkan penyembuhan pasien
sehingga mempersingkat lama hari rawat.
Perawatan fase pasca operasi ortopedi merupakan upaya untuk
menanggulangi efek operasi dan meningkatkan penyembuhan. Manajemen trauma
jaringan lunak meliputi proteksi, istirahat, dingin, kompresi, dan elevasi. Cold
compression therapy merupakan terapi modalitas yang digunakan pada berbagai
manajemen operasi dengan berbagai variasi prosedur ortopedi dimana pembedahan
menghasilkan kerusakan jaringan yang sama tetapi berat ringannya ter
gantung gejala (Block, 2010).
Cold compression therapy secara langsung ditujukan untuk bengkak,
inflamasi, dan nyeri berkaitan dengan cedera dengan berbagai mekanisme (Block,
2010). Cold compression akan mengakibatkan efek secara lokal menurunkan tingkat
metabolisme jaringan lunak sehingga mereduksi aktivitas enzimatik mencegah
kerusakan jaringan yang diakibatkan hipoksia. Lokal hipotermia merangsang
vasokontriksi dan penurunan mikrosirkulasi lebih dari 60 % sehingga mereduksi
ekstravasasi darah melingkupi jaringan, inflamasi lokal, dan produksi edema.
Penurunan formasi edema akan menurunkan konduksi saraf sensorik dan motorik
sehingga nyeri menurun. Reduksi aliran darah dan bengkak akan tercapai dengan
kompresi pada area yang cedera. Kompresi akan meningkatkan tingkat, besaran, dan
kedalaman reduksi temperatur yang akan mempercepat vakuasi limfe. Dingin
meningkatkan rentang gerak sendi dengan mengurangi nyeri, menghambat spasme
otot, dan mengurangi tegangan otot (Lin, 2002).
Penelitian yang dilakukan Smith, Stevens, Taylor, & Tibbey (2002)
menunjukan bahwa kompres es dengan elastis bandage mengurangi nyeri, edema,
meningkatkan rentang gerak sendi, dan mempersingkat lama hari rawat pada pasien
total knee arthroplasty. Penelitian berjudul “Cold and Compression in The
Management of Musculosceletal Injuries and Orthopaedic Operative Procedures : a
Narrative Review”dilakukan pada berbagai prosedur bedah ortopedi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terapi merupakan cold compression therapy
memberikan manfaat lebih sebagai intervensi pada kerusakan jaringan yang parah
akibat pembedahan, edema dan nyeri pasca operasi, dan kehilangan darah dalam
jumlah cukup banyak (Block, 2010).
Berdasarkan wawancara dengan salah satu pegawai bagian Rekam Medis
pada tanggal 19 Mei 2016 mengatakan setiap hari lebih kurang adanya 3 pasien
yang terpasang ORIF dan membutuhkan hari rawat yang lama baik pada fraktur
tibia maupun fibula. Dan pada ruangan Bedah RSUP Dr M Djamil Padang belum
ada melakukan cold compression therapy untuk melakukan kompres pada pasien
yang dipasang ORIF. Untuk itu kelompok tertarik untuk melakukan seminar jurnal
mengenai cold compression therapy terhadap proses penyembuhan pasien pasca
ORIF.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan pada latar belakang, penetapan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Cold Compression
Therapy terhadap proses penyembuhan pasien pasca Open Reduction Internal
Fixation (ORIF) ektremitas bawah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Cold Compression Therapy terhadap proses
penyembuhan pasien pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) ektremitas
bawah
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi apakah Cold Compression Therapy dapat memberikan
pengaruh terhadap nyeri pada pasien pasca Open Reduction Internal Fixation
(ORIF) ektremitas bawah
b. Mengidentifikasi apakah Cold Compression Therapy dapat memberikan
pengaruh terhadap edema pada pasien pasca Open Reduction Internal
Fixation (ORIF) ektremitas bawah.
c. Mengidentifikasi apakah Cold Compression Therapy dapat memberikan
pengaruh terhadap rentang gerak sendi pada pasien pasca Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) ektremitas bawah
Mengidentifikasi apakah hasil penelitian mengenai pengaruh Cold Compression
Therapy dapat memberikan pengaruh terhadap proses penyembuhan pasien
pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) ektremitas bawah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh
yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik
(gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Setiadi, 2007).
Fungsi Tulang
Penyusun Tulang
Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan
osteoklast serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama
kalsium dan fosfor. Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat
lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari
bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik
tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral ditimbun terutama calsium,
fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit
fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan
disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella
terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam
kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi
dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18%
pertahun.
Struktur Tulang
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat
osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh
darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang
dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki
sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun
bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-
serat sehingga lebih lentur.
2. Penatalaksanaan
a. Gangguan Musculoskeletal
b. ORIF
ORIF adalah alat bantu jalan dan mobilisasi yaitu alat yang digunakan untuk
membantu klien supaya dapat berjalan dan bergerak.
c. OREF
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur, sekrup atau kawat ditransfiksi di
bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.
Abstrak dalam jurnal ini belum memenuhi kriteria penulisan abstrak. Abstrak dalam
jurnal ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan jumlah kata 139 kata, seharusnya syarat
abstrak yang baik berkisar antara 150-200 kata. Adapun poin-poin yang dimuat dalam
abstrak tersebut adalah sebagai berikut:
- Latar belakang
“ Permasalahan pasca pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri, perfusi
jaringan, promosi kesehatan, mobilitas fisik, dan konsep diri. Perawatan fase
pasca operasi ortopedi merupakan upaya untuk menanggulangi efek operasi
dan meningkatkan penyembuhan”.
Dalam abstrak jurnal ini sudah terdapat penjabaran tentang latar
belakang dari penelitian yang dilakukan. Seharusnya dalam abstrak sebuah
penelitian harus terdapat latar belakang. Latar belakang diperlukan sebagai
pengantar tentang alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan dan untuk
memperlihatkan secara spesifik tentang fenomena yang ditemukan dilapangan,
angka kejadian, dan masalah lanjut dari bedah ortopedi.
- Tujuan
Pada abstrak jurnal tidak mencantumkan tujuan penelitian sehingga
variabel yang diukur tidak dapat dinyatakan secara jelas, rinci dan tegas.
Sebaiknya tujuan pada abstrak di tuliskan agar jelas apa tujuan kita
melakukan penelitian ini, seperti :
“ Tujuan untuk mengetahui pengaruh cold compression therapy
terhadap proses penyembuhan pasien pasca Open Reduction Internal Fixation
(ORIF) ekstremitas bawah.
- Metode
Pada abstrak dalam jurnal ini tidak memaparkan secara ringkas tentang
metode penelitian yang digunakan sehingga tidak jelas bagaimana metode dalam
melakukan penelitan ini.
Sebaiknya metode dalam abstrak ini dituliskan, seperti :
“Metode Penelitian menggunakan Quasy Eksperimen : Non Randomized
Pretest-posttest”
- Hasil
“Hasil analisa penerapan EBN menunjukan bahwa nyeri menurun dari
rata-rata 6,6 menjadi 3,2; edema menurun dari rata-rata 49,3 cm menjadi 48
cm; dan rentang gerak sendi lutut dari rata-rata 250 meningkat menjadi 440.”
Hasil penelitian ada dicantumkan di dalam abstrak walaupun tidak
mencantumkan tujuan dari penelitian yang di lakukan.
- Saran/ Rekomendasi
“Cold compression therapy merupakan terapi modalitas yang digunakan
pada berbagai manajemen operasi dengan berbagai variasi prosedur ortopedi
dengan kerusakan jaringan berperan dapat meningkatkan proses penyembuhan
dengan indikator penurunan nyeri dan edema, serta peningkatan rentang gerak
sendi. Cold compression therapy dapat digunakan sebagai standar operasional
prosedur untuk memberikan asuhan keperawatan saat 24 – 48 jam pasca
ORIF”.
Saran dalam abstrak penelitian ini tidak menjelaskan secara rinci, jelas
dan tegas karena tidak ada kata-kata yang berupa mengajak atau menghimbau.
Dalam saran pada abstrak ini lebih seperti kesimpulan atau inti dari penelitian,
seperti :
“Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan bisa menggunakan
cold compression theraphy tehadap proses penyembuhan dengan indikator
proses penyembuhan nyeri, edema, dan rentang gerak sendi”
- Kata Kunci
“Kata kunci : cold compression therapy, proses penyembuhan, pasca
ORIF “.
Kata kunci dalam jurnal sudah memenuhi syarat penulisan abstrak, yaitu
terdiri dari 2-5 kata kunci yang mencerminkan konsep utama yang dibahas
dalam penelitian. Tetapi penulisan kata kunci pada abstrak ini
sebaiknya berurutan berdasarkan abjad, seperti :
“Kata kunci : cold compression therapy, pasca ORIF, proses
penyembuhan “.
- Daftar pustaka
Dalam abstrak jurnal tidak mencantumkan jumlah dan tahun daftar
bacaan yang digunakan, sebaiknya :
“ Referensi : 10 ( 2002 – 2010)
2. Pendahuluan
Kelebihan:
Pada tinjauan pustaka sudah menjelaskan secara rinci manfaat dari penggunaan
pengaruh cold compression therapy terhadap proses penembuhan pasien pasca
Open Reduction Intenal Fixation (ORIF) ekstremitas bawah.
Tinjauan pustaka yang digunakan mendukung dan berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
Subjek dalam penerapan cold compression therapy adalah pasien pasca bedah
ortopedi yang dirawat di Lantai 1 Gedung Prof Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta yang
memenuhi kriteria inklusi selama EBN berlangsung. Kriteria sampel adalah pasien pasca
bedah ortopedi ekstremitas bawah pada area femur, lutut, tibia, dan fibula, usia > 18 tahun,
dapat berkomunikasi dengan baik, serta bersedia dilakukan EBN. Kriteria eksklusi meliputi
pasien yang menjalani bedah ortopedi lebih pada satu area, pasien dengan alergi
dingin, suhu tubuh kurang dari 360C.
Jumlah subyek dalam penerapan EBN mempertimbangkan karakteristik pasien yang
menjadi responden dibandingkan dengan subyek uji klinis yang telah ditelaah. Metode
penghitungan adalah dengan menggunakan nilai f, yaitu faktor yang menunjukan seberapa
berat pasien kita (relatif terhadap prognosis) dibanding rerata pasien pada uji klinis. Rerata
pasien sama dengan rerata pasien uji klinis maka f=1, apabila rerata pasien lebih berat
maka f < 1, dan jika rerata pasien lebih ringan maka f > 1.
Berdasarkan hal tersebut, dengan nilai NNT=1, f=1, maka jumlah pasien yang
dibutuhkan adalah 6,25/1=6 orang. EBN dilakukan di GPS Lt. 1 RSUP Fatmawati selama
empat minggu dengan jumlah pasien yang menjalani pasca bedah ortopedi sebanyak
lima
orang.
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang menjadi sasaran penelitian
(Nursalam, 2013). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel pada jurnal ini tidak dijelaskan, pada jurnal ini
pengambilan jumlah sampel menggunakan rumus, tetapi tidak menjelaskan
sumbernya. Apabila sudah ditentukan jumlah sampel maka pengambilan sampel
dilakukan dengan memberikan kriteria yaitu kriteria inklusi dan ekslusi yang akan
dijadikan sampel dan ini sudah memenuhi syarat dalam cara pengambilan sampel.
8. Instrumen Penelitian
Nyeri yang diukur dengan numeric rating scale, mengurangi edema yang diukur
dengan lingkar kaki 2 cm diatas area operasi, dan rentang gerak sendi lutut.
9. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian (Dahlan, 2011). Penelitan ini tidak menggunakan tekhnik pengolahan dan
analisa data yang jelas.
10. Hasil
Karakteristik subjek yang mengikuti cold compression antara lain rentang usia
antara 25 – 70 tahun, 60 % berjenis kelamin laki-aki, 60 %, dan berpendidikan SMA.
Berdasarkan kasus 80 % fraktur femur dan 20 % Osteoarthritis Genu, dengan tindakan
ORIF 80 % dan 20 % Total Knee Replacement, serta 60 % dengan anastesi regional dan
20 % anastesi general.
Hasil penerapan cold compression therapy diukur berdasarkan indikator proses
penyembuhan. Indikator proses penyembuhan meliputi : nyeri, edema, dan rentang gerak
sendi lutut. Hasil observasi berdasarkan respon pasien saat dilakukan cold compression
therapy, pasien merasa cukup nyaman dengan suhu ice cold pack serta menyatakan
bahwa nyeri berkurang, sirkulasi lebih lancar, dan otot-ototnya berkurang
ketegangannya.
Nyeri sebelum dilakukan cold compression therapy rata-rata 6,6 dan setelah
dilakukan cold compression turun menjadi 3,2. Semua subyek mengalami penurunan
tingkat nyeri, gambaran tingkat nyeri sebelum dan setelah terapi dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1
Tingkat Nyeri Subyek Sebelum dan Setelah Dilakukan Cold Compression Therapy pada Pasien
Pasca Bedah Ortopedi di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2013 (n=5)
Edema saat sebelum dilakukan cold compression rata-rata 49,3 cm dan setelah
dilakukan cold compression turun menjadi 48 cm. Hampir semua subyek mengalami
penurunan edema kecuali 1 orang, gambaran tingkat edema sebelum dan setelah terapi lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Tingkat Edema Subyek Sebelum dan Setelah Dilakukan Cold Compression Therapy pada
Pasien Pasca Bedah Ortopedi di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2013 (n=5)
Rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan cold compression rata-rata 250 dan
setelah dilakukan cold compression meningkat menjadi 440. Semua subyek mengalami
peningkatan rentang gerak sendi lutut, gambaran rentang gerak sendi lutut sebelum dan
setelah terapi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Rentang Gerak Sendi Lutut Subyek Sebelum dan Setelah Dilakukan Cold Compression Therapy pada
Pasien Pasca Bedah Ortopedi di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2013 (n=5)
Kesimpulan tentang hasil penelitian diuraikan dalam bentuk narasi bukan dalam
bentuk penjelasan per poin. Dalam kesimpulan juga tidak mencantumkan hasil dari
penelitian. Saran penelitian untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dikelompokkan
sehingga jelas saran ini ditujukan kepada siapa.
Penulisan daftar pustaka yang digunakan dalam jurnal ini adalah Gaya penulisan
daftar pustaka menurut APA Style (American Psychological Association) adalah gaya
yang mengikuti format Harvard. Beberapa ciri penulisan daftar pustaka dengan APA
style yaitu :
2. Kekurangan
Terapi Cold compression therapy ini belum ada dilaksanakan diruangan
dan di setiap Rumah Sakit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cold compression therapy merupakan terapi modalitas yang digunakan pada
berbagai manajemen operasi dengan berbagai variasi prosedur ortopedi dimana
pembedahan menghasilkan kerusakan jaringan yang sama tetapi berat ringannya
tergantung gejala (Block, 2010). Cold compression akan mengakibatkan efek secara
lokal menurunkan tingkat metabolisme jaringan lunak sehingga mereduksi aktivitas
enzimatik mencegah kerusakan jaringan yang diakibatkan hipoksia.
Cold compression therapy memberikan manfaat lebih sebagai intervensi pada
kerusakan jaringan yang parah akibat pembedahan, edema dan nyeri pasca operasi, dan
kehilangan darah dalam jumlah cukup banyak. Aplikasi cold compression yang paling
sederhana, murah, dan mungkin dilakukan diruangan adalah kompres dingin dengan ice
cold pack serta kompresi dengan elastis verban dalam rentang waktu yang tepat untuk
mendapatkan efek komplek yang tepat dan mencegah terjadinya efek samping.
B. Saran
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa teknik Cold Compression Therapy dapat
diajarkan kepada perawat ruangan dengan SOP yang baku sehingga akan meningkatnya
asuhan keperawatan dengan tujuan membantu mempercepat proses penyembuha seperti
mengurangi rasa nyeri, odema dan peningkatan rentang gerak sendi. Perlu peneltian
lebih lanjut tentang pengaruh Cold Compression Therapy terhadap proses penyembuhan
pasien pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) ektremitas bawah
DAFTAR PUSTAKA