Presus
Presus
ABSES HEPAR
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Fitri Wirastami
20184010045
Diajukan Kepada :
dr. Kus Budayantiningrum, Sp. Rad
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
ABSES HEPAR
AGUSTUS 2018
Oleh :
FITRI WIRASTAMI
2018011045
Disetujui oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Abses Hepar
Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan yang dimiliki, tanpa kerja
keras, dan bantuan dari semua pihak serta pertolongan Allah SWT, maka
presentasi ini tidak dapat terselesai dengan baik. Pada kesempatan ini
izinkanlah penulis menyampaikan terimakasih:
1. dr. Kus Budayantingrum, Sp.Rad selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
bagian Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan di RSUD KRT Setjonegoro,
Wonosobo yang telah berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan
bimbingan dari awal sampai selesainyapresentasi kasus ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I ........................................................................................................................................ 6
B. ANAMNESIS ........................................................................................................... 6
F. DIAGNOSIS ........................................................................................................... 15
G. TERAPI................................................................................................................... 15
BAB II..................................................................................................................................... 16
A. DEFINISI ................................................................................................................ 16
B. ETIOLOGI .............................................................................................................. 17
C. EPIDEMIOLOGI .................................................................................................... 18
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................... 19
iv
G. PENATALAKSANAAN ........................................................................................ 28
H. PROGNOSIS .......................................................................................................... 29
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 31
BAB IV ................................................................................................................................... 35
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 35
v
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.P
Umur : 58 Tahun
NO RM : 730340
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 10 hari SMSR. Nyeri
perut menjalar ke pinggang kanan. Pasien mengeluh mual, nyeri ulu hati
dan terasa panas. Pasien tidak mengeluh adanya muntah dan demam.
6
4. Riwayat penyakit keluarga :
6. Anamnesis Sistem
Sistem Indra:
d. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), nyeri
tenggorokan (-)
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (+), kembung (-) BAB cair (-),
Sistem Urogenital : BAK (+) normal, BAK warna merah (-), BAK
7
Sistem Muskuloskeletal : gerak bebas (+), kelemahan anggota gerak(-),
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. GCS : E4M6V5
d. Pernapasan : 20 x/menit
e. Suhu : 37,2oC
2. Kepala : Mesosefal
dada.
10. Cor
8
b. Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra.
11. Pulmo
12. Abdomen
a. Inspeksi : Datar
d. Palpasi : Supel +, nyeri tekan dibagian ulu hati dan perut kanan atas
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
Kimia klinik
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Thorak
11
Intrepretasi:
Kesan :
- Cardiomegali ringan
USG Abdomen
12
13
Intrepretasi :
Pemeriksaan USG upper dan lower abdomen pada pasien klinis dyspepsia
- Vesica Urinaria : terisi cairan, dinding tampak reguler tak tebal, tak
tampak massa/batu.
Kesan :
14
F. DIAGNOSIS
- Abses hepar
- Diabetes melitus
G. TERAPI
- Braxidin tab
- Domperidon 10 mg
- Gliquidon tab
- Scobutrin tab
- Ulsicral syrp
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abses hati adalah rongga patologis yang timbul dalam jaringan hati
akibat infeksi bakteri, parasit, jamur, yang bersumber dari saluran cerna, yang
ditandai adanya proses supurasi dengann pembentukan pus yang terdiri dari
jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi, atau sel darah di dalam parenkim hati
piogenik dan abses hati amebik (Alwi, et al., 2015). Abses hati amebik (AHA)
merupakan jenis abses hati yang terbanyak dijumpai dan sering terjadi di
negara maju. Abses hati karena jamur atau mycobacterium sering diakibatkan
terjadi pada jaringan hati yang disebabkan oleh invasi bakteri melalui aliran
16
Abes hati sudah dikenal sejak zaman hippocrates. Namun hingga saat
kesakitan dan kematian yang masih cukup tinggi bila terlambat didiagnosis
B. ETIOLOGI
tinggi. Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling
sering terjadi akibat infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25 % (rata-rata 8,1 %)
Penyakit AHP merupakan akibat dari infeksi dari tempat lain, dimana
infeksi umunya berasal dari infeksi organ intrabdomen lain. Kolangitis yang
17
bilier, serta Bacteroides dan Clostridium sp.berhubungan dengan penyakit
C. EPIDEMIOLOGI
jauh lebih sering terjadi dibandingkan AHP. Penyakit AHA ini masih menjadi
Sekitar 48% kasus abses viseral adalah AHP dan merupakan 13% dari
Data insidensi tertinggi yaitu 13,6 kasus per 100.000 penduduk. Setiap tahun,
7-20 per 100.000 ribu kasus AHP dirawat dirumah sakit. Pada abses tunggal,
75% terletak dilobus kanan, 20% di lobus kiri, dan 5% pada kauda. Faktor
resiko terjadinya AHP adalah diabetes melitus (DM), adanya penyakit dasar
pada organ hepatobilier dan pankreas, serta transplantasi hati (Adha, 2013).
18
D. PATOFISIOLOGI
mengeluarkan eitrosit, sel inflamasi, dan sel epitel. Ulserasi yang meluas
memakan waktu kurang dari 3 minggu, tetapi bentuk yang kronis lebih
dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun. Disamping itu hanya lebih
19
kurang 10 % penderita abses hati yang dapat ditemukan adanya kista
vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan
bakteri yang berulang, tetapi dengan adanya sel Kuppfer yang membatasi
20
akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan intrahepatik
lobus kiri. Hal ini berdasarkan anatomi hati di mana lobus kanan lobus
kanan menerima darah dari arteri mesenterika superior dan vena porta,
sedangkan lobus kiri menerima darah dari arteri mesenterika inferior dan
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada awal perjalanan penyakit pada abses hepar piogenik, gejala klinis
seringkali tidak spesifik. Gambaran klasik abses hati piogenik adalah nyeri
perut terutama kuadran kanan atas demam yang naik turun disertai menggigil.
Nyeri perut kanan biasanya menetap dan dapat menyebar ke bahu kanan.
umum, dan penurunan berat badan. Pasien juga mungkin datang dengan
tidak mengeluh nyeri perut kanan atas atau hepatomegali dan hanya terdapat
demam tanpa diketahui sebabnya. Ikterus hanya terjadi pada stadium akhir
21
kecuali jika terdapat kolangitis supuratif. Anemia dan dehidrasi merupakan
beberapa hari hingga beberapa minggu sebelumnya. Nyeri perut kanan atas
hepar piogenik terutama di kuadran kanan atas. Kadang nyeri disertai mual,
hati yang juga disertai nyeri. Nyeri spontan perut kanan atas dan disertai
diatasnya merupakan gambaran klinis khas yang sering dijumpai. Pada abses
hepar amuba, demam umunya dapat terjadi tapi intermiten. Ikterus jarang
F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
22
nafsu makan, disertai paru. Ikterik jarang
malaise, ikterus, buang air ditemukan dan jika ada
besar sepertu dempul, dan ikterik merupakan penanda
buang air kecil berwarna prognosis buruk.
gelap.
Pemeriksaan Peningkatan suhu tubuh, Pasien cenderung untuk
fisik ikterus, hepatomegali yang tidur dengan posisi miring
nyeri tekan, nyeri tekan ke kiri. Peningkatan suhu
perut kanan atas. Jika AHP tubuh dan menggigil <10
telah kronik dapat hari, ikterik, nyeri tekan
ditemukan asites dan tand- abdomen yang dapat
tanda hipertensi portal. menjalar dengan batuk atau
inspirasi dalam dan sering
dirasakan pada malah hari,
terlihat ada masa di kuadarn
kanan atas abdomen,
terdengar friction rub di
hati.
Pemeriksaan DPL: leukositosis, Tes serologi
penunjang pergeseran ke kiri, Pemeriksaan PCR
anemia, peningkatan untuk mendeteksi
LED. DNA amuba, ELISA
Alkali fosfatase, untuk mendeteksi
enzim transaminase, antigen amuba pada
dan serum bilirubin: serum
meningkat. Organisme dapat
Albumin serum: diioslasi pada tinja
dapat menurun. hanya 50% kasus.
Waktu protombin: Imaging tidak dapat
dapat memanjang. membedakan abses
Tes serologis: untuk oleh amuba atau
menyingkirkan kuman piogenik
diagnosis banding. Ultrasonography
Kultur darah abdomen: sering
Foto toraks: dilobus kanan,
diafragma kanan single, dan
meninggi, efusi berdekatan dengan
pleura, atelektasis diafragma.
bilier, empiema,
atau abses paru.
Pada posisi PA
sudut kardiofrenikus
23
tertutup, pada posisi
ateral sudut
kostofrenikus
anterior tertutup
dibawah diafragma
terlihat air fluid
level.
Foto polos abdomen
Angiografik: daerah
avaskuler
CT Scan abdomen
dapat mendeteksi
ukuran <1cm, lesi
hipodens. Dapat
menentukan lokasi
abses, hubungan
dengan struktur
jaringan sekitarnya,
dan mendeteksi
adakah udara dalam
abses (berhubungan
dengan
meningkatnya angka
mortalitas)
MRI abdomen
Ultrasonography
abdomen: dapat
digunakan untuk
aspirasi cairan pus.
Pemeriksaan radiologis
mungkin ada efusi pleural. Pada foto toraks bisa didapatkan pula kelainan lain
atelektasis, garis adhesi tegak lurus dari diafragma ke paru-paru. Abses paling
24
sering di bagian superoanterior hepar sehingga tampak ada kubah dibagian
hambatan dalam membedakan abses hepar piogenik dengan amoebik, hal ini
dikarenakan gambaran .pada kedua jenis abses tersebut relatif sama (Adha,
2013).
lesi dengan ukuran yang bervariasi, dapat multiple maupun solitair. (Gambar
1). Biasanya bentuk bulat atau oval, tepi regular kadang irregular, dinding
25
tipis atau tebal. Ekogenesitas abses piogenik dapat bervariasi, berupa lesi
anekoik (50 %), hiperekoik (25%), hipoekoik (25%), dapat dijumpai adanya
fluid level atau debris, internal septa dan posterior acoustic enhancement.
lesi soliter, hipoekoik homogen dengan fine internal echo, bentuk bulat atau
oval, batas tegas, dengan lokasi lebih sering diperifer (subcapsuler) (Gambar
2). Tak tampak adanya pembentukan gas. Kadang ditemukan adanya septa,
tetapi tak tampak adanya peningkatan vaskularisasi baik pada dinding ataupun
26
Gambar 2. Tampak gambaran abses amoeba dengan internal echo
disertai gambaran hallo hipoekoik (A). Tampak gambaran abses hepar
amoeba dengan posterior acoustic enhancement (B). ( Diambil dari
Ahuja .T.Anil.Piogenic Hepatic Abscess. Diagnostic Imaging
Ultrasound : 1.42-1.45)
27
Tepi + -
CFM
Dalam - -
Halo
- +
Hipoechoic
G. PENATALAKSANAAN
pada semua AHP dengan berbagai sumber infeksi untuk mengatas infeksi
sumber infeksi dari usus, dimana kombinasi ini juga dapat mengatasi infeksi
berukuran >5cm. Pada abses multipel, hanya abses berukuran besar yang
tidak sembuh, penurunan fungsi ginjal, dan abses multilokuler (Setiati, et al.,
2014).
amobid. Sembilan puluh lima persen abses amuba tanpa komplikasi membaik
28
dengan pemberian metronidazol saja. Gejala klinis biasanya membaik dalam
sebagai pilihan utama untuk mengurangi ukuran abses. Salah satu dari
tindakan tersebut dilakukan jika hasil serologis negatif pada abses berukuran
besar (> 3-4 cm), tidak memberi respons terhadap terapi antiamuba setelah 4-
Tindakan drainase operatif hanya diperlukan jika abses telah ruptur sehingga
menyebabkan peritonitis amuba atau jika pasien tidak berrespon terhadap obat
walaupun sudah dilakukan aspirasi dan drainase dengan kateter (Setiati, et al.,
2014)..
H. PROGNOSIS
lobus kanan hati mempunyai prognosis lebih baik dengan angka harapan
hidup 90%. Jika abses multipel terutama yang mengenai traktus bilier
Pada abses amebik yang berada dilobus kiri lebih besar kemungkinan
29
penanganan, serta hasil kultur memperlihatkan adanya bakter yang multipel,
adanya penyakit lain seperti keganasan bilier, disfungsi multiorgan, dan sepsis
30
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 10 hari SMSR. Nyeri
perut menjalar ke pinggang kanan. Pasien mengeluh mual, nyeri ulu hati dan
terasa panas dibagian perut. Pasien tidak mengeluh adanya muntah dan
demam. Terjadi penurunan nafsu makan dan minum pada pasien. Pasien juga
adanya nyeri tekan perut di bagian epigastrik, bising usus normal, dan perut
supel. Selain itu pasien juga merasa mual, nyeri ulu hati, dan perut terasa
menunjukkan bahwa sedang terjadi adanya suatu proses infeksi. Dari hasil
pada pasien ini. Tanda ikterik kadang juga didapatkan, tetapi biasanya pada
fase lanjut, pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda ikterik. Ikterik pada
31
abses hepar piogenik terjadi jika terdapat kolangitis supuratif, sedangkan pada
patologis yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hati. Abses
tempat yang jauh, atau penyebab idiopatik (10-20 %) abses hepar amobid.
mukosa sekum, kolon sigmoid, dan rektum yang mengeluarkan eitrosit, sel
ulser khas berbentuk termos yang berisi topozoit dibatasi jaringan mati dan
sehat. Selanjutnya organisme dibawa menuju hati oleh sirkulasi vena porta.
32
hati, Entamoeba Hystolytica mengeluarkan enzim proteolitik yang berfungsi
piogenik, gejala klinis seringkali tidak spesifik. Gambaran klasik abses hati
piogenik adalah nyeri perut terutama kuadran kanan atas dan disertai demam.
Pada abses hepar amobik, pasien dapat merasakan gejala sejak beberapa hari
piogenik terutama di kuadran kanan atas. Kadang nyeri disertai mual, muntah,
yang juga disertai nyeri. Nyeri spontan perut kanan atas dan disertai dengan
merupakan gambaran klinis khas yang sering dijumpai. Pada pasien ini, jika
dilihat dari segi manifestasi klinis sulit dibedakan antara abses hepar piogenik
hambatan dalam membedakan abses hepar pyogenik dengan amoebik, hal ini
dikarenakan gambaran pada kedua jenis abses tersebut relatif sama. Hasil
pemeriksaan pada pasien ini yaitu di dapatkan hasil tampak lesi hypoecoic di
33
lobus kanan hepar, bentuk relatif membulat, batas tegas, ukuran l.k.
Berdasarkan dari uraian diatas kasus ini pasien menderita abses hepar amuba,
karena tampak adanya lesi hypoechoic, yang berbatas tegas, dan tidak adanya
1. Metronidazole 3x750mg setiap hari per oral atau secara intravena selama
7-10 hari.
2. Amebesid luminal:
10 hari
a. Indikasi
abses amebik
34
BAB IV
KESIMPULAN
Pada anamnesis pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 10 hari SMSR. Nyeri
perut menjalar ke pinggang kanan. Pasien mengeluh mual, nyeri ulu hati dan terasa
panas. Pasien tidak mengeluh adanya muntah dan demam. Terjadi penurunan nafsu
makan dan minum pada pasien. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan
serupa sebelumya. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan alergi disangkal. Pada
pemeriksaan fisik abdomen ditemukan perut supel, nyeri tekan dibagian ulu hati dan
perut kanan atas. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang foto thorak dan USG.
Dari hasil pemeriksaan thoraks didapatkan adanya efusi pelura dan cardiomegali.
hepar, bentuk relatif membulat, batas tegas, ukuran l.k. 5,95x6,52x7,16cm. Pada
diagnosis adanya abses hepar dengan disertai diabetes melitus. Prognosis pasien ini
bisa dikatakan buruk, karena pasien mengalami efusi pleura. Telah disebutkan diatas
bahwa salah satu prognosis buruk dari abses amuba, sehingga diperlukan terapi yang
35
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kruniawan, J., & Tahapany, D. (2015).
Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta:
Interna Publishing.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., Simandibrata, M., Setyohadi, B., & Syam, A. F.
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publisher.
36