Anda di halaman 1dari 80

1

LENSA TIPIS

I. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung
(divergen) serta sifat bayangan.

II. Alat dan Bahan


1. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif
tempat lensa, benda, cermin, benda, dan tabir (layar).
2. Lensa cembung dan cekung
3. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala.
4. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

III. Teori Dasar


A. Rumus Gauss
Benda nyata yang terletak di depan lensa konvergen dapat
membentuk bayangan nyata di belakang lensa. Bayanngan ini dapat
ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat.
Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperlihatkan

pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan lensa konvergen f= titik fokus, O=
pusat sumbu optik lensa.
Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

1 =1 + 1
f b v

f=b.v
b+v

2
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan
f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan
(-) untuk
divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+)
untuk
benda nyata dan negatif untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+)
untuk
bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakanh lensa dan dapat


ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak didepan lensa
dan tidak dapat ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya
terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan
komponen optik leinnya (lensa dan cermin).
Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai
perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari
persamaan

m = tinggi bayangan = - b.
tinggi benda v

Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika


m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan
terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus maka
perjanjiannya akan terbalik.

3
B. Rumus Bessel
Jika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih
besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan
menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir.

Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada
tabir.

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing


menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam
diperbesar dan diperkecil, sedangkan

a = jarak benda ke tabir


d = jarak antara dua kededekan lensa yang menghasilkan
bayangna
tajam yang diperbesar dan diperkecil.
vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan
diperbesar
bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan
diperbesar
vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan
diperkecil
bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan
diperkecil

4
Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa:

d = vk – vb
=bb – bk
=bb – vb

Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh (4)

vb = a – d
2

bb = a + d
2

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) menghasilkan

f = a2 – d2
4a
(5)

Perhatikan bahwa a dan d selalu positif.

C. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar


Misalkan benda diletakkan pada bidang fokus lensa dan
dibelakang lensa terdapat cermin datar.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar.

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan


dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di
tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini
akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa
sehingga berbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.

5
D. Rumus lensa Gabungan
Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa
lensa. Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini
dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jaarak
fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg dirumuskan sebagai :

1 =1 + 1 – t .
fg f1 f2 f1 f2

dengan t adalah jarak dua sumbu optik lensa.


Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga :

1 =1 + 1
fg f1 f2

E. Pembentukan Bayangan oleh gabungan lensa Konvergen-


Divergen
Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari
benda nyata tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata.
Atas dasar ini maka diperlikan bantuan lensa positif dengan

susunan seperti gambar berikut.

Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan


divergen, O- adalah
bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini
menjadi objek/
benda maya lensa divergen (-).
B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-

6
IV. Cara Kerja
A. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen
Merujuk pada teori diatas maka penentuan jarak fokus lensa
konvergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss dan
berbantuan cermin datar.

i. Cara Gauss
1. Mengambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya
sebanyak 5 kali. Isikan pada tabel data.
2. Mengambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur
jarak fokusnya
3. Meletakkan benda, lensa, dan tabir pada rel optik sehingga
berbentuk seperti gambar 1.
4. Mengatur posisi benda, lensa dan tabir pada rel optik
sehingga terbantuk bayangan tajam diperkecil.
5. Mengukur v,b, tinggi bayangan h’, dan posisi bayangan
apakah tegak atau terbalik. Mengisikan hasil ini pada tabel
data.
6. Menggeser lensa mendekati benda sejarak 2 cm dan
mengatur posisi tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.
melakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. mengulangi langkah 6 terus menerus selama masih
mungkin.

ii. Cara Bessel


1. Mengukur tinggi benda yang berbentuk anak panah dan
mencatat hasilnya. Mengulangi pengukuran ini sampai 5
kali.
2. Menempatkan benda didepan lampu sorot.
3. Menempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm dibelakang
benda.
4. Menempatkan lensa yang akan diukur jarak fokusnya
diantara lensa dan tabir. Susunan posisi benda, lensa dan
tabir akan seperti gambar 2.
5. Menggeser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah
terbentuk bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. Jika
tidak terjadi anda mungkin perlu menaikkan/menurunkan
posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada
lensa atau menggeser posisi tabir.
6. Jika langkah 5 berhasil, mengaturlah posisi lensa secara
halus untuk mendapatkan bayangan tajam diperbesar dan
diperkecil.
7. Mencatat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan
dan mencatat apakah bayangan terbalik atau tegak.
8. Mengisikan hasil hasil pengukuran ini pada tabel data.

7
9. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. Pada setiap
pengulangan posisi lensa harus digeser-geser.

iii. Dengan bantuan Cermin datar


1. Menempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk
susunan seperti gambar 3.
2. Menggeser posisi benda benda sehingga pada bidang benda
terbentuk bayangan yang sama besar dengan benda.
3. Mencatat jarak benda ke lensa (lihat tabel data).
4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali.

B. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen


1.Mengambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan
ditentukan jarak fokusnya.
2. Menempatkan benda, lensa konvergen, dan tabir dibelakang
lensa
3. Mengatur posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan
tajam pada tabir
4. Mencatat posisi benda, lensa dan tabir

V. Data Hasil Pengamatan


Data Percobaan 1 : Lensa Tipis
Hari/tanggal :

4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konfergen


4-1-A. Cara Gauss
Tinggi benda (h) : 2 cm
No v b h’ Tegak/terbali M1 = h’ M=-b
(cm) (cm) (cm) k h v
1 32 56 4 Terbalik 4=2 - 1,75
2
2 27 83 6 Terbalik 6=3 - 3,07
2
3 82 28 1 Terbalik 1 = 0,5 - 0,34
2

1/V cm 1/b cm
1/32= 0,031 1/56=0,017
1/27=0,037 1/83=0,012
1/82=0,012 1/28=0,035

8
f=b.v
b+v

f = 56 . 32
56+32
= 20,36

f = 83 . 27
83+ 27
= 20,37

f = 28 .82
28+ 82

4-1-B. Cara Bessel


4-1-B. Cara Bessel 4-1-C. dgn cermin Datar
No a (cm) vb (cm) vk (cm) d f (cm) v (cm) f (cm)
(cm)
1 110 27 82 65 17,89 10 10
2 90 31 59 28 20,32 10 10
3 85 34 51 17 20,4 10 10

4-2. Lensa Divergen


No v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)
1 30 70 -5 65 20
2 30 68 -10 58 10
3
4
5

VI. Kesimpulan
Ada dua cara untuk menghitung panjang fokus lensa yaitu Gauss dan
Bessel, menurut hasil praktikum lensa positif akan membentuk bayangan
terbalik dan nyata. Lensa negatif tidak akan menbentuk bayangan tanpa di
bantu lensa positif.
Semakin jauh jarak benda dengan lensa maka jarak lensa positif
dengan layar semakin kecil.

9
10
RESONANSI BUNYI

I. Tujuan

Tujuan percobaan resonansi bunyi ini adalah sebagai berikut :

 Memahami gejala resonansi bunyi

 Menentukan kecepatan bunyi di udara dengan cara resonansi

II. Dasar Teori

Resonansi Bunyi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda
lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan
bilangan bulat dari frekuensi itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi bunyi pada kolom udara dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat musik pada umumnya
dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga suara alat musik
tersebut menjadi nyaring. Contoh alat musik itu antara lain: seruling,
kendang, beduk, ketipung dan sebagainya.

Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat


menghasilkan nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar
terdapat kotak atau ruang udara tempat udara ikut bergetar apabila senar
gitar dipetik. Udara di dalam kotak ini bergerak dengan frekuensi yang
sama dengan yang dihasilkan oleh senar gitar. Udara yang mengisi tabung
gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan logam pada gamelan
tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah lempengan
logamnya, Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan
tersebut. Reonansi juga dipahami untuk mengukur kecepatan perambatan
bunyi di udara.

Untuk mengetahui proses resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling
beresonansi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

11
Gambar 1. Dua garputala yang saling beresonansi

Jika garputala dipukul, garputala tersebut akan bergetar. Frekuensi bunyi yang
dihasilkan bergantung pada bentuk, besar, dan bahan garputala tersebut.

Resonansi Pada Kolom Udara

Apabila pada kolom udara yang terletak di atas permukaan air digetarkan
sebuah garputala, molekul-molekul di dalam udara tersebut akan bergetar.
Perhatikan Gambar 2.

Gambar 2. Sebuah kolom udara di atas permukaan

air digetarkan oleh sebuah garputala

Syarat terjadinya reronansi, yaitu:

(a) pada permukaan air harus terbentuk simpul gelombang;

(b) pada ujung tabung bagian atas merupakan perut gelombang.

Peristiwa resonansi terjadi sesuai dengan getaran udara pada pipa organa
tertutup. Jadi, resonansi petama akan terjadi jika panjang kolom udara di
atas air ¼ λ, resonansi ke dua ¾ λ, resonansi ke tiga 5/4 λ, dan seterusnya.

12
Kolom udara pada percobaan penentuan resonansi di atas berfungsi
sebagai tabung resonator. Peristiwa resonansi ini dapat dipakai untuk
mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara. Agar dapat terjadi
resonansi, panjang kolom udaranya adalah l = (2n-1)¼λ dengan n = 1, 2, 3,
...

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditentukan bahwa resonansi


bertuturutan dapat Anda dengar apabila suatu resonansi dengan resonansi
berikutnya memiliki jarak Δl = ½ λ. Jika frekuensi garputala diketahui,
cepat rambat gelombang bunyi di udara dapat diperoleh melalui hubungan:

v= λf

Peristiwa resonansi juga dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan


sehari-hari. Misalnya, gelas piala bertangkai bisa pecah bila diletakkan
didekat penyanyi yang sedang menyanyi. Hal ini terjadi karena gelas
memiliki frekuensi alami yang sama dengan suara penyanyi sehingga gelas
mengalami resonansi dan mengakibatkan pecahnya gelas tersebut.
Peristiwa resonansi juga dapat menyebabkan runtuhnya jembatan gantung
jika frekuensi hentakan kaki serentak orang yang berbaris di atas jembatan
gantung sama dengan frekuensi alami jembatan sehingga jembatan akan
berayun hebat dan dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.

Pipa Organa

Pipa organa merupakan sejenis alat musik tiup. Bisa dicontohkan sebagai
seruling bambu. Anda tentu pernah melihat bahwa ada dua jenis seruling
bambu. Demikian juga dengan karakteristik pipa organa. Ada pipa organa
terbuka (kedua ujungnya terbuka) dan pipa organa tertutup (salah satu
ujungnya tertutup).

Pipa organa merupakan semua pipa yang berongga di dalamnya, bahkan


Anda dapat membuatnya dari pipa paralon. Pipa organa ini ada dua jenis
yaitu pipa organa terbuka berarti kedua ujungnya terbuka dan pipa
organa tertutup berarti salah satu ujungnya tertutup dan ujung lain
terbuka. Kedua jenis pipa ini memiliki pola gelombang yang berbeda.

Pipa Organa Terbuka

Jika pipa organa ditiup, maka udara-udara dalam pipa akan bergetar
sehingga menghasilkan bunyi. Gelombang yang terjadi merupakan
gelombang longitudinal. Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat
bergetar.

13
Sebuah garpu tala yang telah diketahui frekuensinya (f) digetarkan di atas
ujung pipa kaca yang berisi kolom udara dan sebagian dengan cairan.
Dengan mengatur kedudukan permukaan air dalam pipa dengan kran yang
dihubungkan dengan reservoir maka akan terjadi resonansi kolom udara
sehingga terdengar bungi dengung pada panjang kolom tertentu.

Terjadinya resonansi yang pertama jika :

h=¼λ

Terjadinya resonansi yang kedua jika :

h=¾ λ

Terjadinya resonansi yang ketiga jika :

h = 5/4 λ

Terjadinya resonansi yang ke-n jika :

h =(2n+1) / 4 λ

h = panjang dari permukaan air sampai ujung pipa.

14
Intensitas

Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan luas


tiap satuan waktu. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai
pengertian daya, maka intensitas bisa dikatakan juga daya tiap satuan luas.
Secara matematis :

Keterangan :

I : Intensitas bunyi (W/m2)


P : Energi tiap waktu atau daya (W)
A : Luas (m2)

Intensitas bunyi maksimum bila kolom udara beresonansi dengan garpu


tala. Kolom udara beraksi seperti sebuah tabung yang tertutup disalah satu
ujungnya. Pola gelombang tegak terdiri dari sebuah titik simpul
dipermukaan air dan sebuah titik perut di dekat ujung terbuka. Karena
frekuensi sumber adalah tetap dan laju bunyi didalam kolom udara
mempunyai sebuah nilai yang pasti, maka resonansi terjadi pada sebuah
panjang gelombang spesifik.

III. Alat dan Bahan

1. Statif 1 buah
2. Pipa pembuluh kaca 1 buah
3. Tabung Reservoir air 1 buah
4. Garpu penala 5 buah
5. Pemukul Garpu penala 1 buah
6. Pipa karet 1 buah
7. Speaker 1 buah
8. Microphone 1 buah
9. Air

15
IV. Langkah Kerja

A. Menentukan kecepatan bunyi di udara

1. Menyiapkan perkakas alat resonansi lengkap dengan


reservoirnya yang berisi air garam

2. Atur permukaan air dalam pipa kaca sampai kira-kira


diujung pipa dengan menaikkan reservoir air

3. Garpu tala yang frekuensinya telah diketahui (f) getarkan di


ujung pipa dan serentak turunkan permukaan air dalam pipa
serta dengarkankapan terjadi resonansi

4. Tandailah pipa kaca, dimana terjaadi resonansi yang


pertama,kedua, str.

5. Ukurlah oanjang dari pemukaan air dalam pipa sampai


ujung pipa dimana terjadi resonansi

6. Hitunglah kecepatan bunyi dalam udara

V. Hasil Pengamatan

Percobaan A.1 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No h λ V

1 78 λ=4h = 312 39.936

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 72 λ=4/5h = 57,6 7.373

V rata2 = 20.036
cm/s

16
Percobaan A.2 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 78 λ=4h = 312 39.936

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 71 λ=4/5h = 56,8 7.270

V rata2 = 20.002
cm/s

Percobaan A.3 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 76 λ=4h = 304 38.912

2 73 λ=4/3h = 97,3 12.454

3 71 λ=4/5h = 56,8 7.270

V rata2 = 19.545
cm/s

Percobaan A.4 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 74 λ=4h = 296 37.888

2 73 λ=4/3h = 97,3 12.454

3 72 λ=4/5h = 57,6 7.373

V rata2 = 19.283
cm/s

17
Percobaan A.5 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No h λ V

1 77 λ=4h = 308 39.424

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 74 λ=4/5h = 59,2 7.578

V rata2 = 19.934
cm/s

VI. Analisis Data

Setelah didapatkan data-data dari hasil pengamatan,didapatkan bahwa


kecepatan rata-ratanya adalah 19.760 cm/s. Berarti dengan kecepatan
tersebut gelombang udara dapat di hantarkan pada tabung resonansi
tersebut melalui media hantar berupa air.

VII. Penutup
A. Kesimpulan

 Gelombang adalah getaran yang merambat dengan laju


tertentu melalui medium tertentu

 Penyampaian gelombang suara agar manusia dapat


mendengar merupakan aplikasi dari konsep resonansi
bunyi.

 Jika media atau pengahantar mengalami


kelainan,gelombang suara tidak akan bisa di interpretasikan
B. Kendala

 Dalam praktikum ini mahasiswa kurang bisa menentukan


Δh,karena kurangnya pakar yang menemani dalam
praaktikum.

 Konsentrasi air juga kurang akuat karena komposisi NaCl


yang tdk pasti hitungannya.

 Kurang terdengarnya suara gelombang yang harus didengar


karena bisingnya suara di laboratorium

18
C. Saran

 Penjelasan mengenai jalannya praktikum lebih di


tingkatkan dan adanya pakar yang mendampingi
kelangsungan praktikum.

19
20
SISTEM SENSORIK

I. TUJUAN :
1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin.
2. Menetapkan adanya titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit.
3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada
peransangan serentak (simultan) dan peransangan berurutan (suksesif).
5. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda
a. kekasaran permukaan
b. bentuk
c. bahan pakaian
6. Mengukur waktu reaksi.

II. ALAT DAN BAHAN :


1.3 baskom dengan air bersuhu 200, 300 dan 400
2.Gelas beker dan termometer kimia
3.Alkohol dan eter
4.Es
5.Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey
dan jarum
6.Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan
pakaian
7.Mistar pengukur reaksi
8. Larutan perasa manis, asin, asam, dan pahit.
9. Kopi dan tembakau

III. DASAR TEORI

A. Reseptor kulit

Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit
mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada
manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.

Klasifikasi reseptor antara lain:


* Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu
1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).
2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

* Berdasarkan sumber rangsangan


1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap
rangsangan eksterna atau luar.

21
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan
terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
* Berdasarkan morfologi
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan
dengan tipe sel lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan
saraf di samping saraf badan akhir saraf.

 Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain :

* Ujung Saraf Bebas


Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada
banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.
Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat
saraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan
di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak
dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum
korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan
suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang
berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.

Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis


berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk
badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini
merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti
mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan
kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di
bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon
rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.

* Korpuskulus Peraba (Meissner)


Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada
ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya
tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya
sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan
perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah
korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa
sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak
cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung
mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik
yang letaknya berdekatan).

22
* Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada
telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo,
ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar
(panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat
dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap
korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah
kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak
mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun
rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua
alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.

* Korpuskulus Gelembung (Krause)


Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan
genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel
ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai
sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam
korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan
spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai ganda.
Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.
Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

* Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula
sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung
akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan
mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini
terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam
kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar
berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi
otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

 Mekanisme sensoris

Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada
reseptor-reseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan
philogenesis, jalur-jalur syaraf spinal, dan daerah cortex cerebri.
Golongan pertama, yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa-rasa primitif atau
rasa-rasavital, antara lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas.
Syaraf-syaraf afferen darirasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-
interneuron yang bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medulla
spinalis dan juga dengan thalamus dan cortex cerebri melalui
traktusspinotalamicus. Indera somatik merupakan mekanisme saraf yang
mengumpulkan informasisensoris dari tubuh. Indera somatik dapat

23
digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera somatik
mekanoreseptif yang dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah
jaringantubuh, indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan
indera nyeri yang digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan.
Golongan kedua adalah gnostic atau neo-sensibilities yang meliputi rasa-rasa
yang sangat dideferensiasikan, antara lain sensasi raba yang membutuhkan
rangsangan denganderajat lokalisasi tinggi, sensasi getaran, sensasi posisi
tubuh, sensasi tekan yang berkaitandengan derajat penentuan intensitas
tekanan. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-rasa inimenghantarkan impuls-
impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorsospinalis kedaerah sensoris
di dalam cortex cerebri setelah diintegrasikan seperlunya. Rangsangan raba,
tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-satunya
perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya
disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan
biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan
sensasi getaran disebabkan oleh isyarat sensoris yang berulang dengan cepat,
tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang
digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat
beradaptasi
Guyton menyebut golongan paleo-sensibilities dengan golongan sistem
anterolateral.Sedangkan untuk golongan neo-sensibilities, guyton menyebut
dengan golongan sistemkolumna dorsalis-lemnikus medialis. Sistem
anterolateral atau paleo-sensibilities mempunyaikemampuan khusus yang
tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan unutk menjalarkan
modalitas sensasi yang sangat luas.

B. Indera Pengecapan
Kemoresptor untuk sensasi pengecapan terkemas dalam papil-papil
pengecap (taste buds). Sebuah papil pengecap terdiri dari sekitar lima
puluh sel reseptor. Setiap papil pengecap terdiri dari pori-pori pengecap
tempat berkontaknya cairan dalam mulut dengan permukaan sel reseptor.
Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan
banyak lipatan permukaan, atau mikrovili. Membran plasma mikrovili
mengandung reseptor-resptor yang berikatan secara selektif dengan
molekul zat-zat kimia di lingkungan. Ujung-ujung terminal aferen
beberapa saraf kranialis bersinaps dengan papil-papil pengecap di
berbagai bagian mulut. Sinyal menuju ke batang otak dan thalamus ke
daerah gustatorik korteks, suatu daerah di lobus parietalis yang dekat
dengan lidah korteks somatosensorik. Persyarafan untuk bagian 2/3
depan lidah oleh N.VII, 1/3 bagian belakang lidah oleh N.IX, dan
pergerakan lidah oleh N.XII.
Ada 4 rasa utama : manis, asin, asam, dan pahit.

24
Gambar 1. Lokasi perasa pada lidah Gambar 2. Papila-
papila pengecap

25
Gambar 3. Sel-sel reseptor dan sel-sel penunjang tersusun seperti potongan-
potongan jeruk.

Faktor yang mempengaruhi persepsi rasa :


1. Perbedaan samar dalam pola stimulasi papil-papil pengecap sebagai
respon terhadap berbagai zat.
2. Informasi berasal dari reseptor lain, terutama bau.
3. Suhu dan tekstur makanan.
4. Faktor psikologis yang berkaitan dengan pengalaman terdahulu mengenai
makanan yang bersangkutan.

C. Indera Penghidu
Mukosa olfaktorius, yang terletak di langit-langit rongga hidung,
mengandung tiga jenis sel : reseptor olfactorius, sel penunjang, dan sel
basal. Sel-sel penunjang mengeluarkan mukus, yang melapisis saluran
hidung. Sel-sel basal adalah prekursor untuk sel-sel reseptor olfactorius
yang baru, yang diganti setiap sekitar 2 bulan. Hal ini sungguh luar biasa,
karena tidak seperti reseptor indera lainnya, reseptor olfaktorius
merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus, bukan sel-sel tersendiri.
Neuron keseluruhuan, termasuk akson aferen yang menuju ke otak,
diganti. Sel-sel ini adalah satu-satunya neuron yang ,mengalami
pembelahan sel. Akson-akson sel reseptor secara kolektif membentuk
saraf olfaktorius. Bagian reseptor dari reseptor olfaktorius terdiri dari
sebuah kepala yang menggembung dan berisi beberapa silia panjang yang
meuas ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan
untuk melekatnya berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk
bau). Selama kita bernapas biasa, odoran biasanya mencapai reseptor-
reseptor peka hanya dengan berdifusi karena mukosa olfaktorius terletak

26
di atas alur aluran udara normal. Tindakan mengendus meningkatkan
proses ini dengan menarik arus udara ke atas dalam rongga hidung,
sehingga semakin banyak molekul odoriferosa di udara yang berkontak
dengan mukosa olfaktoorius.
Agar dapat dibaui, suatu bahan harus (1) cukup mudah menjadi gas
(mudah menguap), sehingga sebagian molekulnya dapat masuk
kehidung dalam udara yang dihirup dan (2) cukup mudah untuk larut-
air, sehingga dapat larut ke dalam lapisan mukus yang melapisi
mukosa olfaktorius. Sepeti reseptor pengecepan, molekul-molekul
harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh respetor penghidu.
Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di
silia menyebabkan pembukaan saluran-saluran Na+ dan K+. Terjadi
perpindahan ion-ion yang menimbulkan depolarisasi potensial reseptor
yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di serat aferen.
Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekul-molekul
zat kimia yang terstimulasi.
Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng
tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak di
atasnya. Serat-serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius,
suatu struktur saraf kompleks yang mengandung beberapa lapisan sel
yang berbeda-beda yang secara fungsional serupa dengan lapisan
retina mata. Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan
melalui dua rute (1) rute subkortikal yang terutama menuju ke daerah-
daerah sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis
(yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer) dan (2) rute
talamus-kortikal. Sampai saat ini rute subkortikal dianggap sebagai
satu-satunya jalur penghidu. Rute ini yang mencakup keterlibatan
hipothalamus, memungkainkan kordinasi erat antara reaksi penghidu
dan prilaku yang berkaitan dengan makan, kawin, dan penentuan
arah.rute talamus-kortikal, seperti pada indera lainnya, penting untuk
persepsi sadar dan diskriminasi halus penghidu.

27
Gambar 4. Penghidu

Mekanisme fisiologis diskriminasi penghidu masih belum dipahami.


Manusia dapat membedakan puluhan ribu yang berbeda-beda. Para
peneliti umumnya beranggapan bahwa persepsi berbagai bau ini
bergantung pada kombinasi bau-bau primer, serupa dengan penglihatan
warna dan diskriminasi rasa. Namun, belum ada kesepakatan mengenai
berapa jumlah bau primer ata apa bau-bau tersebut. Seorang peneliti
baru-baru ini menemukan gen-gen untuk lebih dari seratus jenis
reseptor bau yang berbeda-beda di mukosa penghidu, dan ia
beranggapn mungkin terdapat samapi seribu reseptor jenis ini. Jenis
reseptor untuk reseptor bau yang berjumlah sangat besar tersebut
diduga diperlukan untuk berespon terhadap berbagai bentuk dan
ukuran molekul orodiferosa. Menurut teori terkemuka tentang bau,
molekul-molekul dengan bau serupa memiliki suatu konfigurasi
tertentu yang sama, bukan komposisi kimiawi yang serupa. Dengan
demikian, setiap jenis tempat pengikatan reseptor diperkirakan
memiliki bentuk dan ukuran tertentu (kunci) yang cocok dengan
konfigurasi(anak kunci).
Apapun mekanisme yang digunakan untuk menyortir dan
membedakan berbagai bau, mekanisme itu sangat efektif, bahkan pada
manusia, yang indera penghidunya kurang berkembang dibandungkan
spesies lain. Suatu contoh nyata adalah kemampuan kita untuk
mendeteksi metil merkaptan (bau bawang putih) dengan konsentrasi 1
molekul per 50.000 juta molekul udara!. Zat ini ditambahkan ke dalam
gas alam yang tidak berbagi agar kita dapat mendeteksi adanya
kebocoran gas yang dapat mematikan.
Walaupun sangat peka dan sangat diskriminatif, sistem penghidu juga
cepat beradapatsi. Kepekaan kita terhadap bau baru dengan cepat
menghilang setelah periode singkat pajanan terhadap bau tersebut,
walaupun sumber bau tersebut tetap ada. Penurunan kepekaan ini
diduga; sebenarnya, reseptor-reseptor olfaktorius itu sendiri yang
beradaptasi secara lambat. Penurunan kepekaan tersebut tampaknya
melibatkan proses adaptasi di SSP. Adapatsi bersifat spesifik untuk bau
tertentu, dan ketanggapan terhadap bau laun tetap tidak berubah.
Apa yang membersihkan molekul-molekul odoriferosa dari tempat
pengikatan di reseptor penghidu, sehingga sesai bau tidak “tetap ada”
setelah sumber bau dihilangkan? Baru-baru ini ditemukan adanya
beberapa enzim “pemakan bau” di mukosa penghidu yang mungkin
berfungsi sebagai pembersih molekuler, yang membersihkan molekul-
molekul odoriferosa, sehingga molekul-molekul tersebut tidak terus
merangsang reseptor penghidu. Yang menarik, enzim-enzim
penghilang bau ini secara kimiawi sangat mirip dengan enzim
detoksifikasi yang ditemukan dihati). Kemiripan ini mungkin bukan
suatu kebetulan. Para peneliti berspekulasi bahwa enzim-enzim ini
mungkin memiliki fungsi ganda, yaitu membersihkan mukosa

28
olfaktorius dari odoran-odoran lama dan mengubah zat-zat kimia yang
mungkin berbahaya menjadi molekul yang tidak membahayakan.
Detoksifikasi seperti ini akan sangat bermanfaat, mengingat sangat
dekatnya letak mukosa penghidu dengan otak.

IV. LANGKAH KERJA


I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

1. 3 baskom disediakan masing-masing berisi air dengan suhu 200, 300, 400C
2. Tangan kiri dimasukkan kedalam air bersuhu 200 dan tangan kanan
dimasukkan kedalam air bersuhu 40 0C selama 2 menit. (Catat kesan dari
OP)
3. Kemudian dimasukkan segera kedua tangan secara serentak ke baskom
yang berisi air dengan suhu 300C.
4. Kulit punggung tangan perlahan-lahan ditiup hingga kering dengan jarak
10 cm.
5. Kemudian kulit punggung tangan dibasahi dengan air biasa dan ditiup-tiup
kembali dengan kecepatan yang sama. (Catat kesan dari OP)
6. Kemudian punggung tangan diolesi alkohol. (Catat kesan dari OP)
II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri kulit

1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik
garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2. Pilih dan gambarkan ditelapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm
dan gambarkan pula dearah itu dilukisan tangan pada kertas.
3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya
santai di meja.
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajr titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi
kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi
kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 35°C. Tandai
titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kuningan
yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu
dengan menepatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang
direndam dalam air es.
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikn kesan nyeri
pada jarum.
7. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada
lukisan tangan di kertas.

III. Daya membedakan berbagai sifat benda

A. Kekerasan permulaan benda

29
1. Dengan mata tertutup suruh orangpercobaan meraba-raba permukaan
amplas yang derajat kekerasan yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat
kekasaran amplas.

B. Bentuk benda
1. Dengan mata tertutup sutuh orang percobaan memegang-megang
benda-benda kecil yang saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

C. Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-
benda itu.

IV. Waktu reaksi

1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan


tangannya ditepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap
menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi dan titik hitam
dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan
telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang


percobaan harus menangkap mistar itu dengan secepat-cepatnya. Ulangi
percobaan ini sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu teaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang
diperoleh).

V. Indera Pengecapan

1. OP diminta untuk menutup mata, kemudian menjulurkan lidah.


2. Tetesi bagian lidah dengan larutan manis, asam, asin, dan pahit.
3. Setiap pergantian rasa OP diminta untuk minum, atau kumur-kumur agar
rasa yang sebelumnya hilang.
4. Catat respon dari OP.

VI. Indera Penghidu

30
1. OP diminta untuk menutup mata, kemudian salah satu lubang hidung
ditutup.
2. Kemudian OP diminta menyebutkan kopi atau tembakau dari bau kedua
bahan tersebut.
3. Catat respon dari OP.
4. Lakukan hal yang sama dengan lubang hidung sebelahnya.

V. Hasil Percobaan

Tabel.1 Percobaan I

Nama Tangan Ki Tangan Ka


O 200C 300C 400C
P
Tito Dingin 200C => Hangat Hangat
400C => Dingin

Niza Dingin 200C => Hangat Hangat


0
40 C => Dingin
* Setelah Punggung Tangan Ditiup
Tito Dingin Biasa
Niza Dingin Hangat
* Setelah Punggung Tangan Diolesi Eter
Tito Punggung tangan kanan lebih dingin daripada tangan kiri
NIza

Percobaan II

31
Percobaan III
Nama Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan
OP I II III IV V
Uca √ √ √ √ √
Tito √ √ √ √ √
* OP dapat membedakan Kasar dan Halus
* Semaki tinggi No.Bahan semakin kasar permukaannya

Percobaan IV

32
Percobaan Puasa Tidak Sudah Tidak
Puas Maka Mak
a n an
Pagi Pagi
1 0,17 0,14 0,16 0,16
2 0,18 0.13 0,19 0,20
3 0,20 0,13 0,13 0,19
Rata-rata 0.55/3 0,40/3= 0,48/3= 0,55/3 =
= 0,13 0,16 0,18
0,1
8

Percobaan V
Rasa Neng Liko
Dewi
Manis √ √

Asin √ √

Asam √ √

Pahit √ √

Percobaan VI
Bahan Liko Neng Dewi
Lubang Lubang Lubang Lubang
hidung hidung Ki hidung Ka hidung
Ka Ki
Kopi √ √ √ √

Tembakau √ √ √ √

VII. Analisis
Percobaan I
Saat salah satu tangan di celupkan pada air yang bersuhu 20°C, kesan yang
di alami orang percobaan adalah perasaan dingin pada tangannya. Dan saat
tangan satunya di celupakan pada air bersuhu 40°C, orang percobaan hangat
pada tangannya.
Terdapat Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis
(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.

33
Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin. Di
dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi
tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau
berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung.
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan
kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang
mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung.
Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya.
Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang
bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.
Tetapi setelah ke dua tangannya dicelupakan pada air yang bersuhu 30°C,
tangan yang tadi merasakan dingin kini menjadi hangat dan tangan yang
merasakan hangat menjadi dingin. Panas berpindah mengikuti penurunan
gradien termal dari benda yang lebih panas ke yang lebih dingin karena
dipindahkan dari molekul ke molekul. Semuas molekul terus menerus
bergetar, dengan molekul yang lebih panas bergerak lebih cepat dari pada
yang dingin. Molekul-molekul panas yang berbeda bersentuhan satu sama
lain, molekul yang lebih panas dan bergerak lebih cepat akan memacu
molekul yang lebih dingin bergerak lebih cepat, sehingga molekul yang lebih
dingin menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul yang lebih panas
akan kehilangan sebagian energi termalnya sewaktu molekul tersebut
melambat dan menjadi lebih dingin. Radiasi adalah emisi energi panas dari
permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik,
yang berjalan melalui ruang. Saat energy pancaran mengenai suatu benda dan
diserap energy gerakan gelombang dipindahkan menjadi panas di dalam benda
tersebut. Tubuh manusia memancarkan (sumber pengurangan panas) dan
menyerap (sumber penambahan panas) energy pancaran. Konveksi
perpindahan energy panas melalui arus udara. Udara dingin dihangakan oleh
tubuh melalui konduksi bergerak ke atas dan di gantikan oleh udara yang lebih
dingin. Proses ini ditingkatkan oleh gerakan udara yang dipaksa melintasi
permukaan tubuh.
Percobaan II
Gnostic atau neo-sensibilities yang meliputi rasa-rasa yang sangat
dideferensiasikan, antara lain sensasi raba yang membutuhkan rangsangan
denganderajat lokalisasi tinggi, sensasi getaran, sensasi posisi tubuh, sensasi
tekan yang berkaitandengan derajat penentuan intensitas tekanan. Syaraf-
syaraf afferen dari rasa-rasa inimenghantarkan impuls-impuls yang
terutama dialirkan melalui traktus dorsospinalis kedaerah sensoris di dalam
cortex cerebri setelah diintegrasikan seperlunya. Rangsangan raba, tekan, dan
getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari
ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh
perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya
disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi

34
getaran disebabkan oleh isyarat sensoris yang berulang dengan cepat, tetapi
menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan
untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat beradaptasi.

Percobaan III
Kemampuan mengidentifikasi suatu benda dengan hanya memegang tanpa
melihat, disebut stereognosis. Orang yang normal dapat mudah
mengidentifikasi benda-benda seperti kunci dan macam-macam ukuran
logam. Kemampuan ini bergantung pada keutuhan rasa raba dan tekanan dan
akan terganggu bila kolumna dorsalis mengalami kerusakan. Peran korteks
serebri pada kemampuan ini cukup besar, gangguan stereogenesis adalah
tanda awal adanya kerusakan korteks serebrum dan kadang-kadang timbul
tanpa adanya gangguan yang jelas pada rasa raba dan tekan bila terdapat lesi
di lobus parietalis posterior dari gyrus postsentralis.

Percobaan IV
Pertama daerah-daerah otak yang lebih rendah dan korda spinalis
mengontrol aktivitas otot sebagian berperan penting dalam memantau dan
mengkoordinasikan aktivitas motorik volunter yang telah diatur oleh korteks
motorik primer. Kedua walaupun serat-serta yang berpangkal di korteks
motorik dapat mengaktifkan neuron-neuron motorik untuk menimbulkan
kontraksi otot. Korteks motorik diaktifkan oleh pola lepas muatan neuron
luas.
Daerah-daerah motorik otak yang diperkirakan terlibat dalam periode
pengambilan keputusan volunter ini antara lain adalah daerah motorik
suplementer, korteks pramotorik dan korteks parietalis posterior. Semua
daerah ini mengendalikan korteks motorik primer. Selain iu daerah
subkorteks otak yaitu serebelum berperan penting dalam merencanakan,
mengawali dan menentukan waktu jenis gerakan tertentu dengan mengirim
masukan ke daerah-daerah motorik korteks.
Semua daerah tersebut penting dalam mengkoordinasikan gerakan kompleks
yang melibatkan kontraksi simultan banyak otot. Walaupun stimulasi listrik
pada korteks motorik primer menimbulkan kontraksi otot-otot tertentu, tidak
ada gerakan terkoordinasi dengan tujuan tertentu dapat dilakukan seperti
halnya menangkap mistar dengan ibu jari dan telunjuk. Daerah ini
mengembangkan program motorik untuk tugas volunter tertentu dan
kemudian menangkap mistar yang sesuai di korteks motorik primer agar
menimbulakn kontraksi berurutan otot-otot yang sesuai untuk melakukan
gerakan kompleks yang diinginkan.
Percobaan V
Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan
banyak lipatan permukaan, atau mikrovili. Membran plasma mikrovili
mengandung reseptor-resptor yang berikatan secara selektif dengan molekul

35
zat-zat kimia di lingkungan. Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf
kranialis bersinaps dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian mulut.
Sinyal menuju ke batang otak dan thalamus ke daerah gustatorik korteks,
suatu daerah di lobus parietalis yang dekat dengan lidah korteks
somatosensorik. Persyarafan untuk bagian 2/3 depan lidah oleh N.VII, 1/3
bagian belakang lidah oleh N.IX, dan pergerakan lidah oleh N.XII.

Percobaan VI
Agar dapat dibaui, suatu bahan harus (1) cukup mudah menjadi gas
(mudah menguap), sehingga sebagian molekulnya dapat masuk kehidung
dalam udara yang dihirup dan (2) cukup mudah untuk larut-air, sehingga
dapat larut ke dalam lapisan mukus yang melapisi mukosa olfaktorius.
Sepeti reseptor pengecepan, molekul-molekul harus dilarutkan agar dapat
dideteksi oleh respetor penghidu. Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke
tempat perlekatan khusus di silia menyebabkan pembukaan saluran-saluran
Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion-ion yang menimbulkan depolarisasi
potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di serat
aferen. Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekul-
molekul zat kimia yang terstimulasi.
VII. Menjawab Pertanyaan
VII.1. Apakah ada perbedaan persaan subjektif antara kedua tangan tersebut?
Apakah sebabnya?
Jawab : Ada, karena air tersebut memiliki suhu yang berbeda sehingga
reseptor panas dan dingin tersensitisasi yang kemudian reseptor tersebut
akan mengirim sinyal ke pusat pengaturan suhu.
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil tindakan pada sub 4,5, dan 6?
Apakah sebabnya?
Jawab : Ada, karena ada proses konduksi, konveksi dan radiasi.
VII.3. Menurut teori, Kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin
dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya?
Jawab :
VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat
benda, apa nama kelainan neurologinya?
Jawab :
Astereognosis ketidak mampuan untuk menebak berbagai bentuk atau
tekstur dari perabaan.
VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?
Jawab : Jenis kelamin, umur seseorang, jenis rangsangan, kondisi
fisik, tingkat keterlatihan, dan intensitas perhatian serta
konsentrasi.
VIII. Kesimpulan

Informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal dapat


mengaktfikan SSP melalui berbagai reseptor sensorik. Reseptor-
reseptor itu adalah transduser yang mengubah berbagai bentuk

36
energy di dalam lingkunan menjadi potensial aksi dineuron. Reseptor
sensorik dapat merupakan bagian dari neuron atau sel khusus yang
membangkitkan potensial aksi di neuron. Reseptor sensorik sering
kali bersatu dengan sel non saraf yang melingkupinya dan
membentuk alat indera. Bentuk energy tertentu ketika reseptor ini
paling sensitive dinamakan rangsangan yang adekuat.

37
PENGLIHATAN I
TUJUAN :
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco Ingersoll
yang menirukan mata sebagai susunan optik
2. Mendemostrasi pelbagai keadaan dibawah ini dengan menggunakan model
mata Cenco Ingersoll :
a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakkan koreksi
b. Mata emetrop tanpa atau dengan koreksi
c. Mata miop serta tindakkan koreksi
d. Mata miop serta tindakkan koreksi
e. Mata miop serta tindakkan koreksi
f. Mata miop serta tindakkan koreksi

Alat yang diperlukan :


1. Model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapan

TEORI DASAR

 Optotip Snellen
Pada tahun 1862 Hermann Snellen memperkenalkan obyek berupa huruf.
Keputusan terbesarnya adalah pemberian nama obyek dengan nama
optotipe dimana pembuatannya didasarkan pembuatan 25 buah kotak

38
berbentuk bujur sangkar. Hal ini menjadi begitu penting karena
memberikan standar dalam pembuatan obyek. Snellen juga memberikan
rumusan “standar penglihatan ” dalam pembuatannya berupa sudut 5″ ( 5
menit ) dimana setiap huruf tersebut harus mewakili secara penuh bagian
kotak dari 25 kotak yang tersedia .

Satuan yang biasa digunakan cukup bervariatif tergantung dari kebiasaan tiap
negara. Di indonesia menggunakan satuan meter, tetapi tidak sedikit juga
yang menggunakan satuan feet. Bilangan 6/60 dalam skala meter
menunjukkan nilai pembilangnya adalah jarak orang yang tidak mampu
melihat sebuah deretan obyek dengan sempurna dan nilai penyebutnya
mewakili jarak orang normal yang masih dapat melihat obyek tersebut
dengan baik.

Apabila didesimalkan, maka 6/60 = 0.1 dan bila dipersentasikan berarti 10%
bermakna fungsi penglihatan individu yang diperiksa sebesar 10%, dan dia
kehilangan 90% fungsi penglihatannya. Menurut batasan WHO( World
Health Organisation ) dan telah di adopsi secara aklamasi di kalangan
praktisi, batasan tajam penglihatan normal adalah berkisar 6/12 atau fungsi
penglihatan yang dimiliki adalah 50%. Namun 6/6 adalah nilai dimana
seseorang dianggap memiliki kemampuan penglihatan 100%. Semuanya
tercakup dalam satuan meter sebagai acuan

Selain objek berupa huruf yang dipopulerkan oleh Snellen, terdapat objek
berupa angka yang diperkenalkan oleh Hess, huruf C dalam berbagai
broken ring yang ditemukan oleh Landolt, serta huruf E dalam berbagai
posisi dan gambar.
Gambar Alat

39
Gambar 1: Optotip snellen
Gambar 2: Trial lens set

 Gangguan Pada Mata


Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-
paket individual energi seperti partikel yang disebut foton yang berjalan
menurut cara-cara gelombang. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya
dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas cahaya. Pembelokan suatu
berkas cahaya, refraksi, ketika suatu berkas berpindah dari suatu medium
dengan kepadatan (densitas) tertentu dengan medium yang berbeda.

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawabayangan cahaya terfokus


di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah terfokus
sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina,
bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari
benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata, daripada berkas-
berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber sejajar yang terletak lebih
dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.

40
Mata normal (emetropi memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga
di depan mata. Mata yang jangkauan penglihatannya tidak terdekat di titik
dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga disebut cacat mata. Cacat mata
dapat ditanggulangi dengan menggunakan kaca mata, lensa kontak, atau
operasi.

Penderita miopi atau rabun jauh memiliki titik jauh terbatas di depan matanya
sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang jauh dengan jelas.
Bayangan benda yang jauh pada miopi jatuh di depan retina. Cacat mata
ini disebabkan karena mata terlalu cembung (jarak fokus lensa terlalu
pendek). Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina digunakan kaca
mata berlensa negatif atau lensa cekung.

Penderita hipermetropi atau rabun dekat memiliki titik dekat lebih besar dari
25 cm di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang
dekat dengan jelas. Bayangan benda yang dekat pada mata hipermetropi
jatuh di belakang retina. Hal ini disebabkan karena bola mata terlalu pipih
(jarak fokus lensa terlalu panjang). Agar bayangan benda jatuh tepat pada
retina digunakan kaca mata berlensa positif atau lensa cembung.

Gambar 3: Gangguan Mata Miopi

41
Gambar 4: gangguan mata hipermetropi

Gambar 4 : Astigmatisma. (a) Belum Dikoreksi (b) Telah Dikoreksi

Karena kelengkungan pada bidang vertikal lebih besar dari pada bidang
horisontal, garis vertikal di objek akan tergambar pada I v lebih dekat ke lensa
daripada gambar garis horisontal I h . The astigmatik perbedaan diwakili oleh D.
Koreksi terdiri dalam penggunaan lensa tontonan silinder S tanpa kelengkungan
dalam satu bidang datar dan lengkungan yang cukup di lain untuk menebus
kekurangan kelengkungan L. Kombinasi tersebut kemudian setara dengan lensa
bulat tunggal. Jika negatif lensa tontonan digunakan memiliki kelengkungan
dalam bidang vertikal, gambar akan dikoreksi pada I h . Mata astigmatik melihat
desain seperti Gambar 5 akan melihat satu set garis paralel lebih jelas daripada
set lain.

42
Gambar 5 : Test chart untuk Astigmatisma

Seorang siswa yang memakai kacamata untuk koreksi astigmatisme akan


menemukannya instruktif untuk memeriksa Gambar 5 dengan dan tanpa
kacamata mereka, dan untuk melihat pengaruh memutar lensa sebelum mereka
mata.

TATA KERJA
I. Mata sebagai Susunan Optik
Pelajari model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapannya :
1. Sebuah bejana yang berisi air hampir penuh
p-VI. 2.1. a. Apa fungsi dalam bejana ini?
Sebagai pengganti bola mata serta cairan dalam bola
mata untuk membiaskan cahaya.

43
b. Apa analogi air dalam bejana ini dengan cairan dalam mata?
Aqueous Humour dan Vitreous Humour.
2. “Kornea”
3. “Retina” yang diletakkan di 3 tempat yang berbeda
p-VI. 2.2. Mengapa disediakan tempat yang berbeda-beda untuk
retina?
Untuk mendemonstrasikan mata normal, rabun jauh, dan
rabun dekat.
4. Kotak yang berisi :
a. Iris
b. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D, +7D, +20D,
-1,75D
c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan
-5,5D
p-VI. 2.3. a. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis
negative dengan lensa sferis positive?
Lensa sferis negatif merupakan lensa konkaf
(cekung) dan lensa sferis positif merupakan lensa
konveks (cembung).
b. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis
dengan lensa silindri?
Lensa sferis berbentuk konveks ataupun konkaf,
sedangkan lensa silindris berbentuk prisma.
c. Tahukah saudara cara yang lebih sempurna
untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa?
Dengan menghitung kebalikan jarak fokus lensa.
Jika hasilnya positif maka lensa tersebut sferis
positif (konveks), sedangkan jika hasilnya negatif
maka lensa tersebut sferis negatif (konkaf).

A. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis


1. Pada lensa sferis +2D di tempat lensa kristaline (di L)
p-VI. 2.4. Apakah fungsi lensa sferis +2D di sini?
Untuk membiaskan cahaya agar lebih konvergen.
2. Pasang retina di R
3. Arahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7 meter atau
lebih

44
p-VI. 2.5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya?
Rabun Jauh, karena bayangan jatuh di depan retina setelah
retina
dipasang di R.
4. Tempatkan sekarang iris di GI dan perhatikan perubahan bayangan
yang terjadi
p-VI. 2.6. Mengapa bayangan menjadi lebih tajam setelah iris dipasang?
Karena iris berfungsi mengatur lebar pupil sehingga cahaya
yang masuk dapat diatur dan terfokus.

B. HIPERMETROPIA
1. Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap gunakan lensa sferis +7D
sebagai lensa krisralina
2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no.A ada) pindahkan retina di Rh.
Perhatikan bayangan menjadi kabur lagi.
P-VI. 2.7 Mengapa bayangan menjadi kabur?
 Karena bayangan yg masuk ke mata difokuskan dibelakang retina
3. Koreksi kelainan ini dengan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81
atau 82 sebagai kacamata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.
P-VI.2.8. Lensa apa sebaiknya saudara gunakan untuk tindakan
tersebut diatas?
 Lensa konvergen atau lensa cembung atau lensa positif

4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di 81 dan 82?
 Lensa konveks.

C. MIOPHIA
1. Angkat lensa sferis positif dari 81 dan 82. Kembalikan retina ke R.
Perhatikan bayangan tetap tegas.
2. Pindahkan retina ke Rm. Perhatikan bayangan menjadi kabur.
P-VI.2.9 Mengapa bayangan menjadi kabur?
 Karena bayangan yang masuk ke mata difokuskan di depan retina
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82
sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas.
P-VI.2.10. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini?
 Lensa divergen atau lensa cekung atau lensa negatif

45
4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81 dan 82.
P-VI.2.11 Bagaimana menyatakan arah sumbu lensa silindris
Catatan : untuk percobaan S, C dan D model mata Cenco Ingersoll disusun
sebagai mata dalam keadaan yang tidak berakomodasi (istirahat)

B. Astigmatismus
1. Angkat lensa sferis negatif dari 81/82 dan pindahkan retina ke R.
2. Lentakkan lensa silindris -5,5D di 82. Perhatikan sebagian bayangan
menjadi kabur.
p-VI. 2.12. Sebutkan kelainan refraksi mata yang analog dengan keadaan
ini.
Miophia
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau
82 dan mengatur arah sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi
tegas.
p-VI. 2.13. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini?
Sferis silindris
4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81
atau 82.
p-VI. 2.14. Bagaimana menyatakan arah lensa sumbu silindris?
Catatan : Untuk percobaan B, C dan D model mata Cenco Ingersoll
disusun sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi
(istirahat).

C. Akomodasi
1. Angkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan 81 atau 82.
2. Tanpa mengubah keadaan model mata Cenco Ingersoll tempatkan
benda yang bercahaya 25 cm di depan model mata tersebut. Perhatikan
bayangan yang kabur.
3. Ganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa sferis
lainnya yang memberikan bayangan yang tegas pada retina.
p-VI. 2.15. a. Jenis lensa apa yang saudara perlukan untuk tujuan
tersebut diatas?
b. Terangkan alasan saudara.

46
c. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan untuk
menggantikan lensa kristalina (+7D).
D. Mata Afaksis
1. Buat susunan seperti yang didapatkan pada A ad.A.
2. Angkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa
lensa kristalina.
3. Perbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferis positif yang
dipasang sebagai kacamata di 81 atau 82 supaya bayangan menjadi
lebih tajam.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di 81 atau 82.
p-VI. 2.16. Jenis dan kekuatan lensa apakah yang dapat digunakan
untuk mengoreksi mata afakia ini?

Hasil percobaan :

Mata Kiri Mata Kanan

Dewi 20/30 20/50

Niza 20/30 20/40

Dewi : Miopia, Visus 20/30 pada mata kiri dan 20/50 pada mata kanan
Lensa : lensa konkaf dengan -0,75 pada mata kiri dan -1,25

Niza : Miopia, Visus 20/30 pada mata kiri dan 20/40 pada mata kanan
Lensa : lensa konkaf dengan -0,75 pada mata kiri dan -1,00

47
PENGLIHATAN II
TUJUAN:
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta
fenomena yang berhubungan dengan peristiwa tersebut.
2. Memeriksa luas pandang untuk beberapa macam warna dengan
menggunakan perimeter.
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.

48
4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensuil) dengan
refleks pupil pada akomodasi.
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di
kertas
6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.

DASAR TEORI

Fosfen akibat rangsangan selain cahaya (misalnya, mekanis, listrik) pada


sel batang dan kerucut pada mata atau neuron lain pada sistem visual.

LAPANG PANDANG

Lapangan penglihatan yang dapat terlihat tanpa menggerakkan kepala


dikenal sebagai lapangan pandang. Informasi yang mencapai korteks penglihatan
karena beberapa alasan:
1. Bayangan yang dideteksi di retina pada awal pengolahan visual terletak
terbalik dan ke belakang karena pembelokan berkas-berkas cahaya.
Setelah diproyeksikan ke otak, bayangan yang terbalik tersebut
diinterpretasikan sebgaai bayangan dengan orientasi sesuai.
2. Informasi yang disalurkan dari retina ke otak bukan sekedar catatan titik
ke titik pengaktifan fotoreseptor. Sebelum informasi mencapai otak,
lapisan neuron retina di luar sel batang dan kerucut memperkuat informasi
yang dipilih dan menekan informasi lain untuk meningkatkan kontras.
Salah satu mekanisme pengolahan retina adalah inhibisi lateral, yakni jalur
sel kerucut yang sangat tereksitasi menekan aktivitas jalur sel kerucut di
sekitarnya yang kurang terangsang. Hal ini memperbesar kontras gelap-
terang untuk meningkatkan ketajaman batas-batas.

Pemetaan lapang pandang penting dalam mendiagnosis penyakit


neurologis. Bagian perifer lapang pandang dipetakkan dengan alat yang disebut
perimeter. Salah satu mata ditutup sedangkan mata lain menatap ke suatu titik
sentral. Sebuah benda digerakkan menuju titik sentral tersebut di sepanjang
meridian teretntu, dan disetiap meridian lokasi benda tersebut pertama kali tampak
diplot dalam derajat busur menjauhi titik sentral.

49
DIPLOPIA

Apabila satu mata secara lembut di dorong keluar garis saat sedang
menatap terfiksasi ke benda yang ada di bagian tengah lapangan pandang, akan
timbul penglihatan ganda (diplopia), bayangan di retina dari mata yang terdorong
tersebut tidak lagi jatuh di titik persesuaian. Diplopia atau penglihatan ganda
adalah suatu gangguan penglihatan yang mana obyek terlihat dobel atau ganda.

Diplopia secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabila si pasien


melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Kondisi
ini disebabkan antara lain oleh gangguan pergerakan otot bola mata sehingga
sudut kedua mata tidak sinkron (tahap awal seseorang yang akan menjadi juling
atau strabismus). Penyebab lainnya adalah kerusakan saraf yang melayani otot
otot bola mata. Kerusakan saraf ini disebabkan oleh stroke, cidera kepala, tumor
otak dan infeksi otak. Diplopia binokular juga bisa terjadi pada pasien diabetes,
miastenia gravis, penyakit graves, trauma atau cidera pada otot mata dan
kerusakan pada tulang penyangga bola mata.

Diplopia monokular yaitu diplopia yang hanya terjadi pada satu mata.
Penglihatan ganda muncul saat salah satu mata ditutup. Gangguan ini dapat terjadi
pada pasien dengan astigmus gangguan lengkung kornea, pterigium, katarak,
dislokasi lensa mata, gangguan produksi air mata dan beberapa gangguan pada
retina.

Karena bukan merupakan penyakit secara khusus atau dengan kata lain
diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada beberapa penyakit yang saya
sebutkan diatas maka pengobatan diplopia terggantung dari penyakit dasar yang
menyebabkan terjadinya diplopia.

REFLEKS PUPIL

Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dibelakang


iris terdapat lensa. Pupil dapat mengecil pada akomodasi dan konversi.
Akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung akibat
kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos dapat merenggang dan

50
mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi dapat
menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi,
terjadi konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang
melihat benda yang dekat.

Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh


iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat
yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar,
agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat
terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil
akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari
mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan
berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks
cahaya pupil.

Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil.


Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam
menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan
berakomodasi disebut tempo akomodasi.

BINTIK BUTA

Bintik buta adalah suatu daerah di retina mata yang merupakan


jalur syaraf penglihatan menuju ke otak, dan tepat di jalur keluar tersebut
tidak terdapat sel peka cahaya sehingga bila bayangan benda jatuh tepat di
bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata karena
bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya.

ALAT dan BAHAN:


1. Perimeter + formulir
2. Lampu senter + kaca biru atau kaca ungu

TATA KERJA:
I. Percobaan Fosten Tekan
1. Pejamkan kedua mata

51
2. Tekan perlahan-lahan salah satu bola mata dibagian temporal
dengan ujung jari
3. Ulangi percobaan ini dengan menekan bola mata yang sama
dibagian nasal.
3.1 Apa yang saudara harapkan akan terjadi akibat penekanan
pada bola mata bagian temporal dan nasal?
3.2 Hukum dan fenomena apa yang berhubungan dengan
peristiwa fosfen tekan?
II. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)
1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter
2. Tutup mata op dengan sapu tangan
3. Letakkan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur
tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi
bagian atas batang vertikal sandaran dagu.
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah piringan perimeter,
sebagai berikut:
a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan
penjepit formulir berada dibagian atas perimeter
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0
formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180 piringan
perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala
perimeter.
5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah
perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetap
dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser pada bussur perimeter untuk
pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih
dengan diameter sedang (±5 mm) pada benda tersebut.
3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur
diameter bulatan?
7. Gunakan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari
tepi kiri op ketengah tepat saat op melihat bulatan putih tersebut
penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir
dengan tepat.
3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir
9. Ulangi tindakan no.7 dan no.8 pada sisi busur yang berlawanan
tanpa mengubah posisi busur.
10. Ulangi tindakan no.7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30˚
sesuai arah jarum jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada
posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi.

52
12. Ulangi tindakan no.7, 8, dan 9 setelah memutar busur tiap kali
diputar 30˚ berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, sampai
tercapai posisi busur 60˚ dari bidang horizontal
13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain: Merah, hijau,
kuning, dan biru dengan cara yang sama seperti diatas.
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya
dengan bulatan berwarna putih.
3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya
putih dan berwarna.

III. Percobaan Diplopia


1. Pandang suatu benda dengan kedua mata
2. Tekan bola mata kiri untuk memaksa bola mata itu memutar
kedalam
3. Perhatikan terjadinya penglihatan rangkap
3.6 Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan rangkap
pada percobaan diplopia.

IV. Refleks Pupil


1. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan
perubahan diameter pupil pada maat tersebut
3.7 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
2. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan
perubahan diameter pupil pada mata kirinya
3.8 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
3. Suruh sekarang op melihat kepada jari sipemeriksa yang
ditempatkan pada jarak ± ~ m didepannya. Sambil memperhatikan
pupilnya, dekatkan jari itu sehingga mata op berakomodasi
3.9 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
V. Pemeriksaan Bintik Buta
1. Gambarkan suatu palang kecil ditengah sehelai kertas putih ynag
cukup besar. Letakkan kertas itu diatas meja.

53
2. Suruh op menutup mata kirinya, menempatkan mata kanannya
tepat diatas gamaba palang pada jarak 20 cm dan mengarahkan
pandangan pada gambar palang tersebut.
3. Gerakan ujung pensil mulai dari palang tersebut kelateral terus,
sampai ujung pensil menghilang dan terlihat kembali. Beri tanda
pada kertas pada saat ujung pensil menghilang dan terlihat
kembali. Tetapkan titik tengah (T). Gerakan ujung pensil setiap kali
melewati ujung T sesuai dengan arah 8 penjuru angin dan buatlah
tanda dikertas tiap kali ujung pensil menghilang dan terlihat lagi.
Jumlah tanda : 8, tanpa titik.
4. Hubungkan semua titik ini, maka ini merupakan proyeksi ekstern
bintik buta mata kanan op
3.10 Dimana letak proyeksi bintik buta terhadap gambar
paling kecil

54
HASIL PENGAMATAN

PERIMETRI

 Kanan 80˚  lapang pandang = 180˚

Kiri 90˚  lapang pandang = 180˚

 Kanan 80˚  lapang pandang = 60˚

Kiri 75˚  lapang pandang = 240˚

 Kanan 70˚  lapang pandang = 30˚

Kiri 60˚  lapang pandang = 210˚

 Kanan 80˚  lapang pandang = 225˚

Kiri 70˚  lapang pandang = 45˚

 Kanan 60˚  lapang pandang = 330˚

Kiri 85˚  lapang pandang = 150˚

DIPLOPIA

Akan terbentuk bayangan ganda.

REFLEKS PUPIL

Jika disorot senter pada mata kanan, maka pupil mata kanan dan
kiri akan mengecil. Jika jari didekatkan pada mata op maka mata
berakomodasi pupil akan mengecil.

BINTIK BUTA

Penglihatan Mata Kanan sampai objek menghilang = 35,5 cm

Titik Tengah = 18,25 cm

Titik Tengah TIMUR = 18,25 cm

Titik Tengah UTARA = 26 cm

Titik Tengah SELATAN = 26,3 cm

55
Titik Tengah BARAT = 50,75 cm

Titik Tengah Timur Tenggara = 27,5 cm

Titik Tengah Barat Daya = 37,5 cm

Titik Tengah Barat Laut = 39,5 cm

Titik Tengah Timur Laut = 24,5 cm

ANALISIS DATA

PERIMETRI

Batas minimal luas lapang pandang total normal adalah 500˚, dan op
memiliki total luas lapang pandang 960˚.

DIPLOPIA

Bayangan di retina dari mata yang terdorong tersebut tidak lagi jatuh di
titik persesuaian.

REFLEKS PUPIL

Pupil mata yang terkena cahaya senter secara tiba-tiba akan


mengecil dibanding pupil mata yang tidak terkena cahaya dari senter. Mata
yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan mengecil secara cepat dan iris
mendekat secara cepat, sedangkan mata yang tidak terkena cahaya tiba-
tiba, pupil akan mengecil secara lambat dan iris mendekat secara lambat.

Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris
mendekati jika cahaya ysng masuk terlalu terang dan iris menjauhi jika
cahaya yang masuk terlalu redup. Jika mata tidak siap saat terkena cahaya
maka pupil mengecil atau meredup secara langsung, kalau siap maka pupil
akan mengecil atau meredup secara perlahan.

Bisa saja terjadi refleks apabila mata kiri yang di senter maka
yang meredup mata kanan. Hal itu disebabkan karena ada kiasma optikus
yaitu persilangan bawah otak.

BINTIK BUTA

56
Bayangan benda jatuh tepat di bintik buta, maka otak tidak akan
mendapatkan sinyal dari mata karena bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel
yang peka cahaya.

MENJAWAB PERTANYAAN

3.1 Apa yang saudara harapkan akan terjadi akibat penekanan pada
bola mata bagian temporal dan nasal?
Akan terbentuk suatu bayangan hitam yang terlihat

3.2 Hukum dan fenomena apa yang berhubungan dengan peristiwa


fosfen tekan?
Fosfen akibat rangsangan selain cahaya (misalnya, mekanis, listrik)
pada sel batang dan kerucut pada mata atau neuron lain pada
sistem visual.

3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter


bulatan?
dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur perimetri

3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?


dengan cara memperlihatkan besar sudut perimetri yang didapatkan

3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan
berwarna.
Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan
penglihatan binocular sedangkan warna abu-abu atau berwarna
dengan penglihatan monookular.

3.6 Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan rangkap pada


percobaan diplopia?
bayangan di retina dari mata yang terdorong tersebut tidak lagi
jatuh di titik persesuaian

3.7 Peristiwa apa yang saudara lihat disini


Pupil mengecil (miosis)
3.8 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
Pupil mengecil (miosis)

3.9 Peristiwa apa yang saudara lihat disini


Pupil mengecil (miosis) dan mata konvergen

3.10 Dimana letak proyeksi bintik buta terhadap gambar paling kecil
Titik tengah timur

57
PENUTUP
Kesimpulan
 Op memiliki luas pandang normal, dengan nilai diatas batas minimal lapang
pandang normal.
 Terbentuk bayangan ganda bila bayangan di retina dari mata yang terdorong
tersebut tidak lagi jatuh di titik persesuaian.
 Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, yang dapat mengecil
dan membesar.
 Pupil dapat melebar pada tempat yang gelap dan mengecil pada tempat yang
terang.
 Refleks pupil adalah peristiwa mengecilnya pupil karena diberikan
rangsangan cahaya.
 Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mencembungkan yang terjadi
akibat kontraksi otot siliari.
 Jika bayangan benda jatuh tepat di bintik buta, maka otak tidak akan
mendapatkan sinyal dari mata karena bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel
yang peka cahaya.

58
VI.4 PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

VI.4.1. PENDENGARAN

Tujuan Percobaan

59
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometer


(Pemeriksaan audiometer).

2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari pemeriksaan audiometer


sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas
normal atau tidak.

Teori Dasar

Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan


molekul udara yang berlangsung secara bergantian
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-
molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul tersebut
Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya
air
Suara ditandai oleh :
Nada
Ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran,
semakin tinggi nada.
Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi
20-20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi antara
1.000 dan 4.000 siklus per detik.
Intensitas atau kepekakan (kekuatan)
Bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan
antara daerah pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah
penjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo, semakin
keras (pekak) suara
Kepekakan dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu ukuran logaritmik
intensitas dibandingkan dengan suara teredam (terhalus) yang dapat
terdengar
Kualitas suara atau warna nada (timbre)
Bergantung pada nada tambahan (overtone), yaitu frekuensi tambahan
yang menimpa nada dasar

Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara
menjadi getaran cairan di telingan dalam

60
Sel rambut di organ Corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf
Telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan
berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju
mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-
rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian)
saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di
reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan
potensial aksi yang merambat ke otak

Diskriminasi nada bergantung pada daerah membrana basilaris yang bergetar;


diskriminasi kepekakan suara bergantung pada amplitudo getaran
Diskriminasi nada, yaitu kemampuan membedakan berbagai frekuensi
gelombang suara yang datang
Bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris, yang menyempit dan
kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya
Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada
tinggi, sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar
maksimum pada nada-nada rendah
Nada-nada tambahan dengan berbagai frekuensi menyebabkan banyak titik di
sepanjang membrana basilaris ikut bergetar secara simultan, tetapi dengan
intensitas yang lebih rendah daripada nada dasar, sehingga SSP mampu
membedakan warna nada (diskriminasi warna nada)
Diskriminasi intensitas (kepekakan)
Bergantung pada amplitudo getaran

Korteks pendenganran dipetakan berdasarkan nada


Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di
korteks pendengaran dalam lobus temporalis
Jalur saraf antara organ Corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa
sinaps dalam perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan
nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan masukan
pendengaran untuk kewaspadaan dan arousal. Talamus menyortir dan
memancarkan sinyal ke atas. Sinyal pendengaran dari kedua telinga
disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan secara
parsial di batang otak

Alat Percobaan

1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.

2. Penala berfrekuensi 256.

3. Kapas untuk menyumbat teliga.

61
Cara Kerja

1. Pemeriksaan menyiapakan alat sebagai berikut :


a. Putar tombol utama (T1) pada “off”
b. Putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125
c. Putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp

2. Hubungkan audiometer dengan sumbu lisrik (125V) dan putar T1 ke “on”,


S1 dan S2 akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisor.

3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah


telepon pada telinganya sehingga telepon “black” di telinga kiri.

4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke


atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon,
dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.

6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankan selama pemeriksaan.

7. Putarlah tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam


sampai orang percobaan mengacungkan tangannya ke atas.

8. Teruskanlah memutar tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah


tombol T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang
percobaan menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.

9. Ulangi tindakan 7 & 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai
“hearing loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.

10. Selama pecobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan
mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar
mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.

11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama denga cara yang sama pula
pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12000 Hz dan catatlah data
hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.

12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.

13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan
dengan data yang diperoleh pada pengukuran.

Hasil Percobaan

62
(Terlampir) hal.78

Pembahasan

P-VI.4.1 Apakah guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?


Audiometer berguna untuk menguji pendengaran.
Cara kerja audiometer : Prinsip kerja audiometer yaitu menghasilkan
nada murni yang akan direspon oleh pasien pada frekuensi-frekuensi 125
Hz hingga 8000 Hz dalam pita satu oktaf.

P-VI.4.2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz?


Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu
detik. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz.

P-VI.4.3 Apa yang dimaksud dengan satuan desibel?


Satuan untuk mengukur intensitas suara.
Intensitas suara adalah banyaknya energi yang melewati satu satuan luas
setiap satu satuan waktu (detik).

P-VI.4.4 Apa yang dimaksud pemutusan nada pada pemeriksaan?


Untuk menguji apakah orang pemeriksaan benar-benar mendengar nada
atau hanya pura-pura mendengar

Analisa Data
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi
gelombang suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat
membrana basilaris yang menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya
dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di
membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada
frekuensi yang berbeda. Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar
maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat
dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah.
Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin
rendah.

VII.2.SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

TUJUAN:

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

63
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh
perasangan kanalis semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan badan” setelah
ekstirpasi labirin.

2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan


sikap diatas.

3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam


mempertahankan keseimbangan badan pada manusia.

4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh

Percepatan sudut : a. Dengan kursi Barany terhadap :

Gerakan bola mata

- Tes penyimpangan

Penunjukkan Tes jatuh

Kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :

1. Katak

2. Papan fiksasi katak + gejala beker.

64
3. Ether + kapas + jarum pentul

4. Skalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus

5. Kursi putar barany

6. Tongkat atau statif yang panjang

7. Bak berisi air

TEORI DASAR

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan


tubuh ketika di

tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk


mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat
posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan
maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas
otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk


mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center
of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh


dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu
akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis :


kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap
(sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan);
keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.

65
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem
sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan
muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam
otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai
respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh
faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat
dan pengalaman terdahulu

TATA KERJA:

Percobaan pada katak

1. Letakkan seekor katak di papan fiksasi dan tutuplah dengan gelas


beker.

2. Pengaruh papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan
dan gerakkanlah

keatas, kebawah, putarlah kekanan dan ke kiri.

3. Perhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak:

a. Posisi kepala

b. Fleksi/ekstensi ekstremitas

4. Bukalah gelas beker dan palingkan kepala katak ke kanan,


perhatikan sikap dan kedudukan kakinya.

5. Masukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan perhatikan gerakan kaki
dan arah berenangnya.

6. Buanglah labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut:

66
a. Biuslah katak itu dengan cara memasukkannya bersama-sama dengan kapas
yang telah dibasahi dengan eter kedalam gelas beker yang ditelungkupkan.

b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak itu telentang di papan fiksasi dan
sematkan jarum-jarum pentul pada kakinya.

c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan
bukalah mulutnya selebar-lebarnya.

d. Guntinglah selaput lendir rahang atas di garis median dengan gunting halus
sesuai dengan garis y pada gambar.

e. Bebaskan selaput lendir itu dari jaringan dibawahnya dan doronglah ke


lateral. Cegah perdarahan sedapat-dapatnya.

f. Perhatikan dasar tengkorak katak terutama os parabasalenya yang


membayang.

g. Rusaklah labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang


di beri tanda X secara hati-hati sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah
menembus tulang yang keras)

h. Bersihkan daerah operasi dengan kapas dan kembalikan selaput lender


ketempat semula, dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang.

7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, ulangi tindakan no. 1 s/d
no. 6

8. Buanglah sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6

9. Ulangi sekarang tindakan no.1 s/d no.6

10. Catatlah hasil pengamatan saudara pada formulir yang disediakan.

DATA HASIL ANALISIS

67
1. a)Perubahan-perubahan sikap pada katak di dalam gelas beker setelah
digoyangkan kekiri dan ke kanan :

-posisi kepala lurus kekanan

-ekstermitas pada posisi ekstensi

b)Gerakan kaki dan arah berenangnya setelah dimasukkan kedalam air


miring kekanan.

2. a)saat labirin kanan dirusak arah berenang katak ke arah kanan,sebaliknya.

b)saat kedua labirin dirusak arah berenang katak lurus

MENJAWAB PERTANYAAN

1. Apa maksud kita memalingkan kepala katak?

Maksudnya adalah melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila
kepala katak dimiringkan ke kanan.

68
2. Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius?

Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya


kurang

dan tidak begitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak
terbius (normal), ditusuk dengan jarum pentul –> tidak memberikan
respons

KESIMPULAN

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan


kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi
anguler atau rotasional kepala. Ketika seseorang berada dalam posisi
tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan
rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

I. PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA


Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam
mempertahankan keseimbangan badan pada manusia

69
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Dasar Teori
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.
Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat
posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan
maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas
otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk
mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center
of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di
dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan
untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat
manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis :
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap
(sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan);
keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi
sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk
proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang
dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia,
motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman
terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan
postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan
dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.

70
Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah
tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan
pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber
utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak
sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol
gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi keserebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks
serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular
formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju
ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat

71
sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan
mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif
menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui
lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor
raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari
aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan
dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi
sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan
aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan
kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi
gerak tertentu.
Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan
tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban
baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal
(internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi
otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot
yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot
tersebut.

72
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot
untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara
terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik
(output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
lingkungan.
Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan
terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak
tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada
tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh
selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada
manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan
berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas
pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari
titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi
garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.
2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat
gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat
gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan
permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,
tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari
luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi
stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding
berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat
gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
Keseimbangan Berdiri

73
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan
batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang
tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh
manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi
sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan
efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan
pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input)
visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta
memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai
pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk
respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual
dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi,
tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting
untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata
respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain
itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan
renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup
gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur
yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin.
Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari
tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan
diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang
menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of
pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi
oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar
sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun
posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak
dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk
mencegah kelelahan.

Alat yang diperlukan


Kursi barany + tongkat/statif yang panjang.

Cara Kerja

74
A. Percobaan dengan kursi Barany
1. Nistagmus
a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua
tangannya memegang erat tangan kursi.
b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p
30° kedepan.
c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.
e.Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepan
f. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat
dan cepat nistagmus tersebut.
B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany)
1. Menyuruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan menutup kedua matanya
dengan sapu tangan.
2. Memeriksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan
kearah o.p
3. Menyuruh o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat
menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Menyuruh o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan
cepat menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan no. 1 s/d 4 merupakan Persiapan untuk tes yang sesungguhnya
sebagai berikut :
a. Menyuruh o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.
b. Memutar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa
sentakan.

A. Kesan sensasi
1. Menggunakan orang percobaan yang lain
2. Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan
sapu tangan.

75
3. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-
angsur bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara
berangsur-angsur sampai terhenti.
4. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
5.Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar
yang dirasakan oleh o.p
B. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal
1. Menyuruh o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30°, berputar
sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram
sebanyak 10 kali dalam 30 detik.
2. Menyuruh o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke
muka.
3. Memperhatikan apa yang terjadi
4. Mengulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan arah jarum jam
Hasil
A. Percobaan dengan kursi barany :
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10
kali. Maka
pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal.
B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) :
Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke
arah kanan.

A. Kesan Sensasi :
Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak
kesebelah kiri.
B. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horizontal :

76
Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p
berjalan miring ke arah kiri,

Analisis
Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit
(utrikulus dan sakulus). Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi
dan gerakan kepala.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau
rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala
arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak
sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut
dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan
bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke
posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi.
Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi
kepala sementara kepala melambat unutk berhenti.
Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus
berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara
horizontal

Menjawab Pertanyaan
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30° ke depan ?
Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi
P.VIA.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory
nystagmus ?
Nistagmus rotatory : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis
visual.
Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan
pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi
dihentikan memiliki arah berlawanan.

P.VIA.11.a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p ketika berjalan
lurus ke muka setelahberputar 10 kali searah dengan jarum jam ?
b. Bagaimana keterangannya ?

O.p. akan berjalan searah putarannya. Bila op diputar ke kanan maka jalannya
lebih miring ke arah kanan, bila diputar ke arah kiri maka jalannya akan ke
arah kiri

77
Kesimpulan
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau
rotasional kepala. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-
rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut
sakulus berjajar secara horizontal.

Terlampir hal.62

78
Daftar pustaka:

 Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2011.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

79
 Sears, dan Zemansky, “ Fisika Untuk Universitas “, jilid III.
Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB.
 Ganong, William, F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran eds. 20.
Jakarta : EGC.

 Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system


eds. 2. Jakarta : EGC.

 www.whonamedit.com

 http://optikonline.info/2010/02/02/hikayat-tajam-
penglihatanvisual-acuity.html

 Martin, The Human Body, Henry Holt, 1930


 Helmholtz, Physiological Optics, O.S.A., 1924-25.

80

Anda mungkin juga menyukai