Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

DESTILASI DAN UJI SIFAT FISIK MINYAK ATISIRI


DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

DISUSUN OLEH :

NAMA : SINDI DILAPANGA

NIRM : 1603041

KELAS : FARMASI B

DOSEN PENGAMPU :

1. AHLAN SANGKAL.S,pd.,M.si

2. ERLADYS. S.si.,M.farm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut
juga minyak menguap (minyak terbang), minyak eteris, atau minyak esensial karena pada
suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa
pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Minyak atsiri digunakan pada
berbagai produk yaitu deterjen, sabun, produk perawatan, kosmetik, farmasi, parfum,
makanan, minuman, ringan, minuman beralkohol dan insektisida. Produksi dan konsumsi
dunia akan minyak esensial dan parfum meningkat pesat. Teknologi produksi merupakan
elemen penting untuk meningkatkan hasil total dan kualitas minyak esensial. Teknologi
tradisional dalam memperoleh minyak esensial masih banyak digunakan di berbagai
belahan dunia. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi campuran senyawa
organik yang kadang kala terdiri dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan Oleh
karena itu, inovasidan kreasi dibidang pengembangan obat-obatan yang berbasis
pengobatan herbal harus lebih dikembangkan, dengan tidak mengesampingkan mutu
keamanan dan khasiat obat. Salah satu tumbuhan obat yang perlu dikembangkan dan
banyak digunakan sebagai bahan obat adalah daun jambu biji (psidium guajava L.).
(caroline 2011)

Selama ini penelitian tentang pemanfaatan tanaman jambu biji belum optimal,
khususnya pada daun. Khasiat dari daun jambu biji sebagai obat antara lain : (1) daun
segar jambu biji dapat digunakan untuk luka bakar maupun luka yang melepuh dan untuk
menanggulangi maag, (2) daun jambu biji yang masih muda dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi masuk angin dan beser (sering kencing) berlebihan), (3) daun jambu biji
ditambah kulit batang, jari akar dan kuntum bunga, diambil sarinya digunakan sebagai
obat disentri dan (4) daun segar dari tanaman dapat digunakan sebagai obat diare.
(caroline 2011)

Destilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan tekanan uap
dari masing-masing zat tersebut. Terdapat tiga jenis penyulingan air yang sederhana
antara lain penyulingan air (water destillation), penyulingan dengan uap dan air (water
and steam distillation) dan penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
(caroline 2011)
1.2. Tujuan praktikum

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara destilasi minyak atisri dan
menguji kemurnian minyak atsiri pada daun jambu biji.

1.3. Manfaat praktikum

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah
kepada masyarakat tentang pemanfaatan daun jambu biji.

1.4. Prinsip kerja

pada prktikum ini prinsip kerja dimana sampel yang kemudian diuji sifat fisik dari
minyak atsiri yang terdapat pada daun jambu biji dengan menggunaka metode destilasi
uap yang merupakan proses pemisahan atau pemurnian dari suatu senyawa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Destilasi

a. pengertian
Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari cairan yang mudah
menguap yang penting. Prosesnya meliputi penguapan cairan tersebut dengan cara
memanaskan, dilanjutkan dengan kondensasi uapnya menjadi cairan, disebut dengan
destilat. Terdapat berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi
fraksi, destilasi tekanan rendah, destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam
prakteknya pemilihan prosedur destilasi tergantung pada sifat cairan yang akan
dimurnikan dan sifat pengotor yang ada di dalamnya. (dedi irwandi, 2014)

b. Destilasi uap
Destilasi uap adalah tipe khusus dari destilasi (proses pemisahan) untuk suatu bahan
seperti senyawa aromatic alami. Banyak senyawa organik cenderung terurai pada sushu
tinggi bekelanjutan. Pemisahan dengan destilasi normal maka tidak akan menjadi pilihan,
sehingga air atau uap dimasukkan kedalam alat destilasi. (dedi irwandi, 2014)
Pada destilasi uap, uap digunakan untuk menurunkan suhu destilasi pada senyawa
organic yang bertitikdidih tinggi yang bercampur dengan air. Pada proses ini, uap
dibebankan pada matrik untuk menguapakan cairan hidrofobik dan membawanya
melewati kondensor dingin untuk perairan berikutnya dan pemisahan dari. Variasi suhu,
tekanan, dan waktu destilasi digunakan untuk mengontrol proses. (dedi irwandi, 2014)

c. Prinsip kerja
pada system ini, air sebagai sumber air panas terdapat pada “boiler” yang letaknya
terpisah dari ketel pemilihan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari
tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk
menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit, batang, daun, dan maupun biji-
bijian yang relatife keras. (dedi irwandi, 2014)
Dalam destilasi uap pada minyak atsiri, uap panas membantu melpaskan molekul
aromatic dari bahan tanama ketika tekanan uap membuka kantung dimana minyak
dismpan dalam bahan tanama. Suhu dan tekanan pada uap perlu dikontrol dengan hati-
hati untuk mencegah terbakarnya bahan tanaman atau minyak atsiri. Destilasi harus
diijinkan untuk meneruskan pada waktu tertentu untuk cukup mengekstrak komponen
minyak dari tanama saat beberapa komponen dilepaskan lebih cepat dari yang lainnya.
(dedi irwandi, 2014)
2.2. Daun jambu biju

Klasifikasi dau jambu buju

Sistematika dan klasifikasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut:

1. Divisi : Spermatophyta
2. Subdivisi : Angiospermae
3. Kelas : Dicotyledonae
4. Bangsa : Myrtales
5. Suku : Myrtaceae
6. Marga : Psidium
7. Jenis : Psidium guajava L

Morfologi dan Karakteristik Jambu Biji Jambu biji berasal dari Amerika tropik,
tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air
yang cukup banyak. Tanaman jambu biji(P Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji be rbunga sepanjang tahun. Perdu atau
pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras,
kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan. (Rochmasari Yulinar,2011)

Kandungan kimia daun jambu biji antara lain : asam psidiolat, asam ursolat, asam
kategonat, asam oleanolat, asam guajavolat, asam krategolat, guajaverin, isokuersetin,
hiperin, senyawa flavonol, tanin, kasuarinin dan kuersetin. Salah satu kandungan kimia
dari daun jambu biji, yaitu kuersetin, termasuk senyawa flavonoid yang mempunyai
fungsi menghambat fusi membran gamet landak laut saat terjadi fertilisasi. Kuersetin juga
menghambat aktivitas hialuronidase sehingga spermatozoa tidak dapat menembus
kumulus menjelang fertilisasi. (Rochmasari Yulinar,2011)
Khasiat dari daun jambu biji sebagai obat antara lain :
1. daun segar jambu biji dapat digunakan untuk luka bakar maupun luka yang melepuh
dan untuk menanggulangi maag
2. daun jambu biji yang masih muda dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masuk
angin dan beser (sering kencing) berlebihan)
3. daun jambu biji ditambah kulit batang, jari akar dan kuntum bunga, diambil sarinya
digunakan sebagai obat disentri
4. daun segar dari tanaman dapat digunakan sebagai obat diare. (Rochmasari
Yulinar,2011)
2.3. Uraian bahan

1. Aquadest
Nama resmi : aqua destilata
Nama lain : air suling
Rumus molekul : H2 O
Bobot molekul : 18,02
Kelarutan : larut dalam etanol dan gliser
Kegunaan : sebagai pelarut
Pemerian : caira jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

2. Etanol/alcohol (FI III 1997)


Nama resmi :AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol
RM/BM : C2H6O / 46,0
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : Hampir larut dalam larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertututp rapat
Kegunaan : sebagai pengurang rasa sakit

3. Perak nitrat (FI III 1997)


Nama resmi : ARGENTI NITRAS
Nama lain : Perak nitrat
RM : AgNO3
BM : 169,87
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air ;larut dalam etanol (95%)P.
Kegunaan : Sebagai indicator
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak
berbau,menjadi gelap jika kena cahaya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ,terlindung dari cahaya.

4. HNO3 (FI III,650)


Nama resmi : ACIDUM NITRAS
Nama lain : Asam nitrat
RM : HNO3
Pemerian : cairan berasap, jernih,tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam.
5. NaCL (FI III,403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida
RM : NaCL
BM : 58,44
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air mendidih,dan
dalam kurang lebih 10 bagian gliserol P.,sukar larut dalam
etanol (95%) P.
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, dan rasa asin .
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah ntertutup baik .
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat

a. Destilasi minyak astiri


1. Alat destilasi
2. Penangas listrik
3. Timbangan analitik
4. Thermometer
5. Labu Erlenmeyer

b. Uji sifat fisika minyak astiri


1. Piknometer
2. Gelas ukur 10 mL
3. Pipet tetes
4. Neraca analitik
5. Hair dryer
6. Pengaduk
7. Labu ukur 25 mL, 50 mL, dan 100 ml
8. Beaker glass 50 mL dan 100 mL.

3.2. bahan

a. Destilasi minyak astiri


1. Aquadest
2. Daun jambu biji (Psidium guajava L.)

b. Uji sifat fisika minyak astiri


1. Sampel minyak atsiri
2. Etanol 78%
3. HNO3 25% 25 mL
4. AgNO3 0,1 N 50 mL
5. NaCL 0,0002 N 100 mL

3.3. cara kerja

a. Destilasi Minyak Atsiri


1. Sampel tanaman jambu biji yang telah dihaluskan ditimbang
2. Kemudian sampel dipindahkan ke dalam tempat sampel dalam labu destilasi
3. Ke dalam labu destilasi dituangkan aquades hingga setengah labu ddestilasi terisi
aquades. Setelah itu, labu destilasi dipasang.
4. Labu dipanaskan sampai mendidih sampai diperoleh tetesan minyak atsiri. Saat
dipanaskan, sesekali destilasi dihentikan bila air di dalam labu tinggal sedikit.
5. Volume minyak atsiri ddalam labu erlenmeyer dicatat. Dihitung kadar minyak atsiri
dalam sampel yang dinyatakan dalam presentase bobot/bobot sebagai berikut:

b. Uji sifat fisika minyak astiri

a) Uji Berat Jenis


1. Uji berat jenis dilakukan menggunakan piknoeter.
2. Piknometer yang akan digunakan dicuci dengan aquades, dibilas dengann etanol dan
dietil eter serta dikeringkan bagian dalam piknometer menggunakan hair dryer.
3. Setelah kering, piknometer ditimbang dan dicatat nilainya sebagai W 1. Selanjutnya
piknometer diisi dengan aquades hingga penuh kemudian piknoeter berisi aquades
tersebut ditimbang sebagai W2.
4. Piknometer yang sudah berisi aquades dibilas kembali dengan etanol dan dietil eter,
dan dikeringkan.
5. Piknometer yang sudah kering diisi dengan minyak atsiri hingga penuh kemudian
piknometer berisi minyak atsiri tersebut ditimbang sebagai W3.
6. Nilai berat jenis minyak atsiri ditentukan dengan rumus:

BJ = (W3 – W1) X BJ
aquades
Dimana:
BJ = Berat jenis
W1 = Bobot Piknometer kosong
W2 = Bobot piknometer berisi aquades pada suhu 25°C
W3 = Bobot piknometer berisi minyak atsiri jambu biji pada suhu 25°C

b) Uji Kelarutan dalam Alkohol


1. Kelarutan minyak atsiri jambu biji dalam etanol absolut atau etanol yang diencerkan
yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut
seluruhnya.
2. Berarti bahwa minyak tersebut membentuk larutan yang bening dan cerah.
3. Uji kelarutan dalam etanol dan larutan pembanding.
4. Larutan pembanding dibuat dengan menambahkan 0,5 mL larutan AgNO3 0,1 N ke
dalam larutan NaCl 0,0002N dan dikocok, kemudian ditambahkan satu tetes HNO3
25% dan diamati selama 5 menit, lindung dari sinar matahari langsung.
5. Kemudian 1 mL minyak ditempatkan ke dalam gelas ukur yang berukuran 10 mL,
etanol ditambahkan setetes demi setetes, dikocok setiap penambahan sampai
diperoleh suatu larutan yang bening.
6. Bila tidak bening bandingkan kekeruhan dengan larutan pembanding.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Destilasi air, destilasi air dan uap, destilasi uap, kohobasi, maserasi, dan enfleurage
merupakan metode yang paling tradisional dan yang paling umum digunakan dalam
destilasi. Maserasi digunakan bila minyak yang dihasilkan dari destilasi kurang baik.
Metode destilasi baik digunakan untuk isolasi minyak atsiri serbuk almond, kelopak
mawar, dan bunga mawar. Ekstraksi dengan pelarut yang sesuai digunakan untuk bahan
yang mahal, rapuh dan tidak stabil secara thermal seperti melati, tuberose, dan hyacinth.
Minyak atsiri bisa didapatkan dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, serai wangi,
kenanga, jambu, kayu putih, cendana, lada, dan kayu manis yang meliputi pada bagian
daun, bunga, batang dan akar.

Berdasarkan percobaan, didapatkan berat jenis dari sampel minyak atsiri sebesar
1.0175. Nilai tersebut didapatkan berdasarkan perbandingan antara berat minyak atsiri
dengan berat aquadest dalam volume dan suhu yang sama. Berat jenis minyak atsiri
umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting
dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Guenther, 1987). Hal ini
menunjukkan bahwa minyak atsiri jambu biji hasil destilasi masih berada dalam batas
yang telah dijelaskan oleh Guenther. Namun, apabila pengujian didasari pada SNI 2001
dengan range 1.0250-1.0609, minyak atsiri jambu biji tersebut tak memenuhi kualifikasi.

Sastroharmidjojo (2004) menyatakan minyak atsiri yang mudah menguap apabila


dengan air akan terpisah dikarenakan tak larutnya minyak atsiri terhadap air. Hal tersebut
diakibatkan perbedaan berat jenis kedua cairan tersebut sehingga akan terbentuk dua
lapisan yang terpisah. Minyak atsiri akan mengambang berada diatas air dikarenakan
berat jenisnya yang lebih ringan. Namun, bila minyak atsiri memiliki berat jenis lebih
dari 1.0, maka minyak atsiri akan berada dibagian bawah.

Adanya perbedaan berat jenis tiap minyak atsiri disebabkan perbedaan komponen
kimia yang terkandung dalam minyak. Umumnya minyak atsiri yang mengandung
molekul berantai panjang dan memiliki ikatan rangkap menyebabkan berat jenis yang
dimilikinya besar. Minyak atsiri kebanyakan larut dalam alkohol dan pelarut organik
lainnya jarang larut dalam air. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga
tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan
minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena
proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisi penyimpanan kurang baik dapat
mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan
pengaruh yang tidak baik.
Hasil penentuan rata-rata kelarutan minyak jambu biji dalam alkohol dapat dilihat dari
tabel

No Minyak Atsiri Kelarutan


: Alkohol
(dalam tetes)

1 20:1 s/d 20:5 Jernih


2 20:6 s/d 20:10 Jernih
20:11 s/d
3 Jernih
20:15
20:16 s/d
4 Sangat Jernih
20:20
Perbandingan Kelarutan Minyak Jambu Biji dalam Alkohol 90%

Kelarutan minyak jambu biji dalam alkohol 90% pada perbandingan 20:1 hingga
20:20 terlihat mampu larut dengan ditandai jernihnya campuran tersebut dalam berbagai
perbandingan. Kejernihan tersebut berdasarkan perbandingan antara campuran dengan
pembanding yang terbuat dari AgNO3 dan NaCl serta 1 tetes HNO3.

Semakin mudah minyak atsiri larut dalam alkohol maka akan semakin
mempermudah minyak untuk diencerkan dalam pengolahan lebih lanjut. Alkohol sering
digunakan sebagai bahan pemalsu dikarenakan harganya lebih murah dan dapat
melarutkan semua jenis minyak atsiri (Guenther, 1987). Minyak atsiri yang dipalsukan
akan memiliki kelarutan yang rendah dalam alkohol.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman


2. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi campuran senyawa organik yang
kadang kala terdiri dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan
3. Destilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam atau lebih
4. Menurut standar SNI, densitas minyak atsiri jambu biji yang diperloleh tidak
memenuhi kualifikasi
5. Minyak atsiri yang diuji mampu larut dalam alkohol

5.2. Saran

Dalam melakukan praktikum sebaiknya kita perlu memperhtika cara kerja pada
penelitian ini agar tidak mempengaruhi hasil yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Caroline. 2011. Pembuatan Minyak Esensial Dengan Cara Destilasi. Program


Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2. E. Guenther. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Penerjemah Ketaren S. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
3. H, Novita Setya, dkk. 2012. Proses Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun Nilam
Dengan Pemanfaatan Gelombang Mikro (Microwave). Institut Teknologi sepuluh
Nopember. Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-13.
4. I. Ismail, S. Lemriss, Z. Ben Aoun, L. Mhadhebi, A. Dellai, Y. Kacem, P. Boiron dan
A. Bouraoui, 2008, Antifungal activity of aqueous and methanolic extracts from the
Mediterranean sea cucumber, Holothuria polii, Journal de Mycologie Médicale, 18
(1): 23-26.
5. Kikuzaki, H., M. Hisamoto, K. Hirose, K. Akiyama, H. Taniguchi. (2002).
Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound. J.Agric.Food
Chem, 50, 2161-2168.
6. S. Haryanto. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Palmall, Jogjakarta.
7. Sudjadi,M.S. 1995. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
8. Syofyan, H. Lucidia dan A. Bakhtiar. (2008). Peningkatan Kelarutan Kuersetin
Melalui Pembentukan Kompleks Insklusi Dengan β-Siklodekstrin. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi. 13(2): 43-48.
9. Yulinar Rochmasari, 2011 Studi Isolasi Dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa
Kimiam Dalam Fraksi Netral Daun Jambu Biji Australia (Psidium Guajava L.),
Universitas Indonesia, Depok,
10. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Fessenden R.J dan J.S.Fessenden. 1986. Kimia Organik edisi 3 jilid 1. orth
Publishers, INC, Belmont: USA.
11. Irwandi, Dedi. 2014. Experiment’s of organic chemistry. Jakarta : UIN syarif
Hidayatullah Jakarta P.IPA-FITK press

Anda mungkin juga menyukai