PENDAHULUAN
1
Komplikasi tersering dari perdarahan subarachnoid adalah :
- Hipertensi
- Vasospasm
- Hidrosefalus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pendarahan subarakhnoid ialah suatu kejadian saat adanya darah
pada rongga subarakhnoid yang disebabkan oleh proses patologis.
Perdarahan subarakhnoid ditandai dengan adanya ekstravasasi darah ke
rongga subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan
lapisan tengah (arakhnoid matter) yang merupakan bagian selaput yang
membungkus otak (meninges).2
Perdarahan Subarachnoid adalah perdarahan ke dalam rongga
diantara otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). Perdarahan
subarachnoid merupakan penemuan yang sering pada trauma kepala
akibat dari robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex di mana
terjadi pergerakan otak yang besar sebagai dampak, atau pada sedikit
kasus, akibat rupturnya pembuluh darah Serebral Major4
SAH biasanya disebabkan oleh tipe perdarahan non-traumatik,
biasanya berasal dari ruptur aneurisma Berry atau arteriovenous
malformation (AVM)/malformasi arteriovenosa (MAV) dan trauma kepala4
B. ETIOLOGI
Etiologi yang paling sering menyebabkan perdarahan subarakhnoid
adalah ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan adanya
malformasi arteriovenosa (MAV). Terdapat beberapa jenis aneurisma
yang dapat terbentuk di arteri otak seperti3 :
1. Aneurisma sakuler (berry)
3
Gambar 2. Aneurisma sakular (berry)
Aneurisma ini terjadi pada titik bifurkasio arteri intrakranial. Lokasi
tersering aneurisma sakular adalah arteri komunikans anterior
(40%),bifurkasio arteri serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral
arteri karotis interna (pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau arteri
komunikans posterior 30%), dan basilar tip (10%). Aneurisma dapat
menimbulkan deficit neurologis dengan menekan struktur disekitarnya
bahkan sebelum rupture. Misalnya, aneurisma pada arteri komunikans
posterior dapat menekan nervus okulomotorius, menyebabkan paresis
saraf kranial ketiga (pasien mengalami diplopia)3.
2. Aneurisma fusiformis
4
Gambar 3. Aneurisma fusiformis
5
3. Aneurisma mikotik
6
Adapun faktor pencetus dari perdarahan subarakhnoid ini adalah 5 :
Merokok
Tekanan darah tinggi
Konsumsi minuman beralkohol
Ada riwayat penyakit yang sama dengan keluarga
Tumor otak (yang berdampak pada pembuluh darah otak)
Infeksi pada otak
Malformasi Arteriovenosa (MAV)
Penggunaan obat pengencer darah
Peradangan pada pembuluh darah
Fibromuscular dysplasia
C. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan Subarachnoid menduduki 7-15% dari seluruh kasus
GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak). Prevalensi kejadiannya sekitar
62% timbul pertama kali pada usia 40-60 tahun. Dan jika penyebabnya
7
adalah MAV (malformasi arteriovenosa) maka insidensnya lebih sering
pada laki-laki daripada wanita2.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak
Perdarahan subarakhnoid adalah salah satu kedaruratan neurologis yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di ruang subarakhnoid13.
Perdarahan subarakhnoid merupakan salah satu jenis patologi stroke
yang sering dijumpai pada usia dekade kelima atau keenam, dengan
puncak insidens pada usia sekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun
untuk perempuan,lebih sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 3 :
213.
Perdarahan subarakhnoid adalah salah satu kedaruratan neurologis
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di ruang subarakhnoid.
Perdarahan subarakhnoid merupakan salah satu jenis patologi stroke
yang sering dijumpai pada usia dekade kelima atau keenam, dengan
puncak insidens pada usia sekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun
untuk perempuan; lebih sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 3 :
213.
Penyebab paling sering perdarahan subarakhnoid nontraumatik
adalah aneurisma serebral, yaitu sekitar 70% hingga 80% dan malformasi
arteriovenosa (sekitar 5-1-%). Aneurisma sakuler biasanya terbentuk di
titik-titik percabangan arteri, tempat terdapatnya tekanan pulsasi
maksimal. Risiko pecahnya aneurisma tergantung pada lokasi, ukuran,
dan ketebalan dinding enurisma. Aneurisma dengan diameter kurang dari
8
7 mm pada sirkulasi serebral anterior mempunyai risiko pecah terendah;
risiko lebih tinggi terjadi pada aneurisma di sirkulasi serebral posterior dan
akan meningkat sesuai besarnya ukuran aneurisma13.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda klasik PSA, sehubungan dengan pecahnya aneurisma yang
besar, meliputi :
1. Nyeri kepala yang hebat dan mendadak,
2. Hilangnya kesadaran,
3. Fotofobia
4. Meningismus,
5. Mual dan muntah.
9
tiba sering didahului dengan nyeri kepala yang hebat. 10% kasus pada
perdarahan aneurisma yang sangat hebat bisa menyebabkan penurunan
kesadaran selama beberapa hari. Nyeri kepala biasanya disertai dengan
kaku kuduk dan muntah3.
Aneurisma pada arteri komunikan anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri
Media bisa ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis,
afasia dan abulia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi
pembesaran aneurisma yang belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III
yang berkaitan dengan dilatasi pupil, refleks cahaya negatif dan nyeri fokal
di atas atau belakang mata bisa tejadi dengan pembesaran aneurisma
pada persimpangan antara Arteri Comunikan Posterior dan Arteri Carotis
Interna. Paresis Nervus Cranialis VI menunjukkan aneurisma dalam sinus
cavernosus. Gangguan ketajaman penglihatan bisa terjadi dengan
pembesaran aneurisma pada Arteri Serebri Anterior. Nyeri pada Occipital
dan Cervikal Posterior menunjukkan aneurisma pada Arteri Cerebellar
Posterior Inferior atau Arteri Serebellar Anterior Inferior3.
Aneurisma bisa mengalami ruptur kecil dan darah bisa masuk ke
dalam ruang Subarachnoid, ini dinamakan perdarahan sentinel. Nyeri
kepala prodromal dari ruptur kecil dilaporkan pada 30 hingga 50%
aneurisma perdarahan Subarachnoid. Nyeri kepala sentinel dapat muncul
2 minggu sebelum diagnosa perdarahan Subarachnoid. Kebocoran kecil
umumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda peningkatan intrakranial atau
rangsang meningeal3.
10
seumur hidupnya), meningismus, deficit saraf kranial
(paresis nervus abdusen sering ditemukan)
III Mengantuk, konfusi, tanda neurologis fokal ringan
IV Stupor, deficit neurologis berat (misalnya,
hemiparesis), manifestasi otonom
V Koma, desebrasi
F. DIAGNOSIS
a. Anamnesa12
1. Nyeri kepala
- Pasien mengalami onset mendadak nyeri kepala yang hebat.\
- Nyeri kepala prodromal (peringatan) dari kebocoran darah kecil
(ditunjuk sebagai nyeri kepala sentinel) dilaporkan pada 30-50%
aneurisma PSA.
- Nyeri kepala sentinel dapat muncul beberapa jam sampai beberapa
bulan sebelum ruptur, dengan nilai tengah yang dilaporkan adalah
2 minggu sebelum diagnosa PSA
- Kebocoran kecil umunya tidak memperlihatkan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) atau rangsang meningeal.
- Kebocoran kecil bukanlah gambaran MAV.
- Lebih dari 25% pasien mengalami kejang mendekati onset akut;
lokasi pusat kejang tidak ada hubungannya dengan lokasi
aneurisma.
2. Mual dan/atau muntah
3. Gejala rangsang meningeal (misalnya : Kaku kuduk, Low back pain,
nyeri tungkai bilateral) ini terlihat pada lebih dari 75% kasus PSA,
namun kebanyakan membutuhkan waktu berjam-jam untuk terbentuk.
4. Fotofobia dan perubahan visus
5. Hilangnya kesadaran ; sekitar setengah pasien mengalami hal ini
ketika onset perdarahan.
b. Pemeriksaan Fisik 12
Temuan pada pemeriksaan fisik bisa jadi normal, atau dokter mungkin
menemukan beberapa hal berikut
1. Kelainan neurologis global atau fokal pada lebih dari 25% pasien
2. Sindroma kompresi nervus kranialis
11
- Kelumpuhan nervus okulomotorius (aneurisma arteri komunis
posterior) dengan atau tanpa midriasis ipsilateral
- Kelumpuhan nervus abdusens
- Hilangnya penglihatan monokuler (aneurisma arteri oftalmika
menekan nervusoptikus ipsilateral)
3. Defisit motorik dari aneurisma arteri serebral media pada 15% pasien
4. Tidak ada tanda-tanda lokal pada 40% pasien
5. Kejang
6. Tanda-tanda oftalmologis
- Perdarahan retina subhyaloid (perdarahan bulat kecil, mungkin terlihat
miniskus, dekat dengan pangkal nervus optikus), perdarah retina
lainnya.
- Edema papil
7. Tanda – tanda vital
- Sekitar setengah pasien memiliki peningkatan tekanan darah (TD)
ringan sampai berat
- TD menjadi labil seiring meningkatnya TIK.
- Demam tidak biasa pada awalnya namun umum setelah hari keempat
dari gangguan darah didalam ruang subarachnoid
- Takikardi mungkin muncul selama beberapa hari setelah kejadian
perdarahan.
8. Tingkatan PSA berdasarkan skema berikut:
- Grade I : nyeri kepala ringan dengan atau tanpa rangsang
meningeal
- Grade II : nyeri kepala hebat dan pemeriksaan non -fokal,
dengan atau tanpa midriasis
- Grade III : perubahan ringan pada pemeriksaan neurologis,
termasuk status mental
- Grade IV : pastinya penekanan tingkat kesadaran atau defisit fokal
- Grade V : posturisasi pasien atau koma
Pada pemeriksaan fisik dijumpai semua gejala dan tanda seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Untuk menunjang diagnosis, dapat dilakukan
pemeriksan.
c. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Pemeriksaan CT scan tanpa kontras adalah pilihan utama karena
sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi perdarahan lebih
12
akurat; sensitivitasnya mendekati 100% jika dilakukan dalam 12 jam
pertama setelah serangan tetapi akan turun pada 1 minggu setelah
serangan1.
Selain skala Hunt dan Hess, skor Fisher juga bisa digunakan untuk
mengklasifikasikan perdarahan subarachnoid berdasarkan munculnya
darah di kepala pada pemeriksaan CT scan.
13
Gambar 6. Acute Subarachnoid Hemorrhage
Tabel Skor Fisher1
Skor Diskripsi adanya darah berdasarkan CT scan kepala
1 Tidak terdeteksi adanya darah
2 Deposit darah difus atau lapisan vertical terdapat darah
ukuran <1 mm, tidak ada jendalan
3 Terdapat jendalan dan/atau lapisan vertical terdapat
darah tebal dengan ukuran >1 mm
4 Terdapat jendalan pada intraserebral atau
intraventrikuler secara difus atau tidak ada darah
2. Pungsi Lumbal
Jika hasil pemeriksaan CT scan kepala negatif, langkah diagnostic
selanjutnya adalah pungsi lumbal. Pemeriksaan pungsi lumbal sangat
penting untuk menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa temuan pungsi
lumbal yang mendukung diagnosis perdarahan subarachnoid adalah
14
adanya eritrosit, peningkatan tekanan saat pembukaan, dan atau
xantokromia. Jumlah eritrosir meningkat, bahkan perdarahan kecil kurang
dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai sekitar 10.000 sel/mL. xantokromia
adalah warna kuning yang memperlihatkan adanya degradasi produk
eritrosit, terutama oksihemoglobin dan bilirubin di cairan serebrospinal1.
3. Angiografi
Digital-substraction cerebral angiography merupakan baku emas untuk
deteksi aneurisma serebral, tetapi CT angiografi lebih sering digunakan
karena non-invasif serta sensitivitas dan spesifitasnya lebih tinggi.
Evaluasi teliti terhadap seluruh pembuluh darah harus dilakukan karena
sekitar 15% pasien memiliki aneurisma multiple. Foto radiologic yang
negative harus diulang 7-14 hari setelah onset pertama. Jika evaluasi
kedua tidak memperlihatkan aneurisma, MRI harus dilakukan untuk
melihat kemungkinan adanya malformasi vascular di otak maupun batang
otak1.
4. EKG5
5. Tes Laboratorium5
a. Jumlah sel darah lengkap
b. Prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT)
15
c. Pemeriksaan golongan darah :
G. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa penyakit yang dapat didiagnosis banding dengan
stroke hemoragik akibat perdarahan subarakhnoid, yaitu4 :
1. Migraine
2. Cluster headache
3. Paroxysmal hemicranial
4. Non-hemorrhagic stroke
5. Ensefalitis
6. Emergensi hipertensif
7. Meningitis
8. Arteritis temporal
9. Transient ischemic attack
H. PENATALAKSANAAN
16
pengobatan adalah pencegahan rebleeding, pencegahan dan pengelolaan
vasospasme, dan pengobatan lainnya komplikasi medis dan neurologis
yaitu vasospasme, cerebral dan akut hydrocephalus11.
Penatalaksanaan standard termasuk istirahat dan tidak melakukan hal
yang berat, serta pemberian obat analgesik. Hiponatremia sering terjadi
beberapa hari selepas perdarahan Subarachnoid. Pemberian supplemen
garam secara oral ditambah dengan normal saline IV bisa diberikan untuk
mengatasi masalah ini. Risiko perdarahan ulang sangat tinggi dengan 20
hingga 30% dalam tempo 2 minggu, maka penatalaksanaan awal dalam 1
hingga 3 hari setelah perdarahan digalakkan untuk mengelakkan ruptur
ulang dan sekalian penatalaksanaan vasospasme11.
Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan
dan, jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk
menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih
kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi
kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari)
menghindari waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari
arteri (vasospasme) dan konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum,
pasien yang sadar dengan defisit neurologis yang minimal pada saat
datang terapi yang terbaik dengan operasi awal, sedangkan individu tidak
sadar lebih baik operasinya ditunda11.
Ruptur aneurisma serebral diperbaiki melalui pembedahan
menggunakan salah satu dari tiga prosedur: menyelaraskan tepi
aneurisma pecah untuk menghentikan pendarahan dengan stainless steel
atau klip paduan kobalt (kliping), mengikat dari pembuluh darah dengan
pendarahan jahitan (ligasi), atau membungkus aneurisma dengan otot.
Cara terbaik untuk mencegah SAH dari pecahnya aneurisma serebral
adalah untuk mendiagnosa dan memperbaiki pembedahan aneurisma
sebelum pecah11.
Setelah aneurisma diperlakukan, tindak lanjut berfokus pada
mencegah komplikasi seperti rebleeding, vasospasme serebral, jumlah
17
abnormal CSS mengumpulkan sekitar otak (hidrosefalus), dan efek dari
tekanan intrakranial tinggi Sejumlah besar cairan intravena (IV) yang
diberikan untuk mengobati vasospasme dengan meningkatkan tekanan
darah untuk meningkatkan aliran darah ke otak. Meningkatnya aliran
darah ini memastikan tingkat oksigen yang cukup ke otak dan
meminimalkan kerusakan pada jaringan otak sekitarnya11.
Jika hidrosefalus tidak terkontrol, kerusakan jaringan otak dapat terjadi
sebagai akibat dari kompresi otak dari kelebihan cairan. Obat anti
inflamasi yang disebut steroid dan obat untuk membersihkan tubuh dari
kelebihan cairan (diuretik) juga dapat digunakan dalam upaya untuk
sementara mengontrol tekanan intrakranial meningkat11.
PSA yang disertai dengan peningkatan tekanan intracranial harus
diintubasi dan hiperventilasi. Pemberian ventilasi harus diatur untuk
mencapai PCO2 sekitar 30-35 mmHg. Beberapa obat yang dapat
diberikan untuk menurunkan tekanan intracranial seperti6 :
a. Osmotic agents (mannitol) dapat menurunkan tekanan intracranial
secara signifikan (50% dalam 30 menit pemberian).
18
diberikan berdasarkan indikasi. Calcium channel blocker dapat
mengurangi risiko komplikasi iskemik, direkomendasikan nimodipin oral1,6.
I. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
Sekitar 10% penderita PSA meninggal sebelum tiba di RS dan 40%
meninggal tanpa sempat membaik sejak awitan. Tingkat mortalitas pada
tahun pertama sekitar 60%. Apabila tidak ada komplikasi dalam 5 tahun
pertama sekitar 70%. Apabila tidak ada intervensi bedah maka sekitar
19
30% penderita meninggal dalam 2 hari pertama, 50% dalam 2 minggu
pertama, dan 60% dalam 2 bulan pertama5.
Hal-hal yang dapat memperburuk prognosis dapat dilihat pada tabel
Sistem Ogilvy dan Carter berikut ini, Tabel Sistem Ogilvy dan Carter1
Skor Keterangan
1 Nilai Hunt dan Hess > III
1 Skor skala Fisher > 2
1 Ukurn aneurisma > 10 mm
1 Usia pasien > 50 tahun
1 Lesi pada sirkulasi posterior berukuran besar
(≥ 25mm)
Besarnya nilai ditentukan oleh jumlah skor Sistem Ogilvy dan Carter,
yaitu skor 5 mempunyai prognosis buruk, sedangkan skor 0 mempunyai
prognosis lebih baik.
Pendapat lain mengemukakan bahwa prognosis pasien-pasien PSA
tergantung lokasi dan jumlah perdarahan serta ada tidaknya komplikasi
yang menyertai. Disamping itu usia tua dan gejala-gejala yang berat
memperburuk prognosis. Seseorang dapat sembuh sempurna setelah
pengobatan tapi beberapa orang juga meninggal walaupun sudah
menjalani treatment8.
Sedangkan prognosis yang baik dapat dicapai jika pasien-pasien
ditangani secara agresif seperti resusitasi preoperative yang agresif,
tindakan bedah sedini mungkin, penatalaksanaan tekanan intracranial dan
vasospasme yang agresif serta perawatan intensif perioperative dengan
fasilitas dan tenaga medis yang mendukung9.
20
1. Mengkonsumsi obat secara teratur
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 56 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: penurunan kesadaran dan lemah separuh badan
22
tengkuk terasa kaku. Pasien pernah mengalami muntah sebanyak 2
kali sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran sebelum
masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol karena pasien tidak rutin setiap hari meminum obat, hanya
meminum obat dulu saat pertama kali diberitahu memiliki tekanan
darah tinggi.
23
Pemeriksaan Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : Simetris, pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Thorax :
Paru-paru :
- Inspeksi : Ekspansi dada simetris bilateral, bentuk dada
normal,
retraksi dinding dada (-)
- Palpasi : Ekspansi dada simetris, taktil fremitus kiri = kanan,
- Perkusi : Batas normal
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I-II murni, regular
Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar
- Auskultasi : bunyi peristaltik usus normal
- Perkusi : tympani
- Palpasi : Nyeri tekan (-), masaa (-)
24
2. N. Cranialis:
o N. Olfactorius (I): Normosmia/Normosmia
o N.Optikus (II):
Ketajaman penglihatan: Baik/Baik
Lapangan penglihatan: Baik/Baik
o N. Occulomotoris (N.III), N. Trochlearis (N.IV), N. Abducens (N.VI)
Celah kelopak mata:
Ptosis: (-)/(-)
Exopthalmus: (-)/(-)
Pupil: ukuran: 3 cm
Isokor/anisokor: isokor
Reflex cahaya langsung: (+)/(+)
Ref. cahaya tdk langsung: (+)/(+)
Reflex akomodasi: (+)/(+)
Gerakan bola mata:
Parese kearah (-) -
Nistagmus (-)
o N. V Trigeminus:
Sensibilitas: N.V1: (+)
N.V2: (+)
N.V3: (+)
Motorik: Inspeksi:
Mengigit : (+)/(+)
Membuka mulut : (+)/(+)
o N. VII Facialis
Motorik: M. Frontalis M. orbik.okuli M. orbik. Oris
Istirahat: simetris simetris simetris
Gerakan mimic: simetris simetris simetris
Pengecap 2/3 lidah bagian depan: tidak dilakukan pemeriksaan
25
o N. VIII Vestibulocochlearis
Pendengaran: baik
Tes rinne/weber: tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi vestibularis: tidak dilakukan pemeriksaan
o N. IX/X: (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks: simetris
Reflex telan/muntah: normal
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang: tidak dilakukan
pemeriksaan
Fonasi: dalam batas normal
Takikardi/bradikardi: dalam batas normal
o N. XI:
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan: (+)/(+)
Angkat bahu: (+)/(+)
o N.XII:
Deviasi lidah: simetris
Fasciculasi: (-)
Atrofi: tidak ada
Tremor: tidak ada
Ataxia: (-)
3. Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk: (+)
Kernig’s sign: (-)
Arteri karotis:
Palpasi: berdenyut
Auskultasi: bising (-)
Kelenjar gondok: tidak terdapat pembesaran
4. Abdomen:
Reflex kulit dinding perut: dalam batas normal
5. Kolumna vertebralis: dalam batas normal
26
6. Ekstremitas:
Motorik:
superior Inferior
Dextra sinistra dextra Sinistra
Pergerakkan bebas bebas bebas bebas
Kekuatan 4 5 4 5
Tonus normal normal normal Normal
Bentuk otot eutrofi eutrofi eutrofi Eutrofi
27
Sensibilitas:
Ekstroseptif
Nyeri: dalam batas normal
Suhu: dalam batas normal
Rasa raba halus: dalam batas normal
Propioseptif
Rasa sikap: dalam batas normal
Rasa nyeri dalam: dalam batas normla
Fungsi Kortikal Luhur: Normal
7. Pergerakan abnormal yang spontan: (-)
8. Gangguan koordinasi: tidak dilakukan pemeriksaan
9. Gangguan keseimbangan: tidak dilakukan pemeriksaan
10. Pemeriksaan fungsi luhur:
Fungsi bahasa : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi orientasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi memori : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi emosi : gelisah
Fungsi kognisi : tidak dilakukan pemeriksaan
V. RESUME
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan penurunan kesadaran
dan hemipharesis dextra. Disertai cephalgia berat yang dirasakan
sebelum dan sesudah penurunan kesadaran. Pasien juga merasa
bagian belakang kepala dengan daerah tengkuk terasa kaku
,nausea (+), vomit (+), febris (-), riwayat HT (+), riwayat DM dan
trauma kepala disangkal. Pada pemeriksaan rangsangan
meningeal terdapat kaku kuduk (+) dan pemeriksaan neurologis
tidak terdapat defisit, pada pemeriksaan motorik ekstremitas
superior dan inferior bagian dextra mengalami kelemahan, refleks
fisiologis normal dan refleks patologis tidak ada. TD: 120/80 mmHg,
N: 88 kali/menit, S: 37oC, P: 24 kali/menit
28
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : penurunan kesadaran + hemipharesis dextra
Diagnosis Topis : hemisfer sinistra
Diagnosis Etiologi : HS ( perdarahan Subarachnoid)
VII. TERAPI
Non medikamentosa
- bed rest
Medikamentosa
- Pemasangan NGT
- IVFD RL 20 TPM + drips neurosanbe 1 amp
- Citicholin 3 x 500 mg iv
- Ketorolac 3 x 10 mg iv
- Ceptriaxone 1 gr iv
- Kalnex 3 x 50 mg
- Aprazolam 1x 0,5 mg
- Nimodipin 60 mg/4 jam
IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sonationem : dubia ad bonam
X. ANJURAN
CT Scan kepala
Darah lengkap
Kimia klinik
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
Neurosurgeont (WFN). Tujuan pemberian skala ini adalah untuk
menentukan prognosis pasien perdarahan subarachnoid seperti apa.12,14
31
manfaatnya, tidak ada bukti yang mengidentifikasikan obat untuk
mencegah atau mengurangi spasme arteri serebral, karenanya
mekanisme aksi sesungguhnya tidak diketahui.12,14
Memulai terapi dalam 96 jam setelah PSA. Jika pasien tidak dapat
menelan kapsul karena sedang dalam operasi atau dalam keadaan tidak
sadar. Buatlah lubang pada kedua ujung kapsul dengan jarum 18 gauge
dan pindahkan isinya kedalam spuit, kosongkan isinya kedalam NGT
pasien dan bilas tabung dengan saline isotonik 30 ml.12,16
32
BAB V
KESIMPULAN
Hampir 50% dari pasien yang memiliki PSA, ketika dianamnesis pasti
memiliki riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-3 minggu
sebelum perdarahan besar. Hampir setengah dari orang-orang ini
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Puncak kejadian perdarahan
berikutnya terjadi pada 24 jam pertama, tetapi tetap ada risiko hari-hari
berikutnya dapat mengalami perdarahan. Sekitar 20-25% kembali rupture
dan mengalami perdarahan dalam 2 minggu pertama setelah kejadian
pertama. Kematian terjadi terkait perdarahan kedua hampir 70%
33
DAFTAR PUSTAKA
34
14. Listiono, Djoko. L, Stroke Hemoragik, Ilmu Bedah Saraf. Jakarta :
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama ; 2008, pg 180-204
15. Venti, Accident dan Agnelli. Subarachnoid Hemorrahage : A
Neurology Emergency The Open Critical Care Medicine journal
Voulme 4. 2011. Pg 55-56
16. Machfoed, Hasan et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Saraf Surabaya : Pusat
Penerbitan dan
Pencetakan Unair ;
35
36
2011. Hal 105-108
37