PENDAHULUAN
Pada wanita hamil terjadi perubahan- perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap
insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur
kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat
sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa.
Adanya suatu bentuk diabetes melitus (DM) yang hanya ditemukan saat kehamilan
dan kemudian menghilang setelah persalinan telah disinggung oleh Duncan (dikutip oleh
Adam) sejak satu abad yang lalu. Walaupun demikian barulah pada tahun 1980 WHO
mengakui diabetes melitus gestasi (DMG) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri.
1
BAB 2
I. JUDUL BLOK
SISTEM REPRODUKSI
II. JUDUL SKENARIO
1. SGD 1
2
BAB 3
SKENARIO 4
3
BAB 4
PEMBAHASAN SKENARIO
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Glukosa urin +2 : warna kuning kehijauan (bennedict)
2. Partus pervaginam : persalinan normal melalui vagina
3. G5P3A1 : gestational (kehamilan), para (anak), abortus
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Penyakit yang menyertai kehamilan dan pengaruh DM terhadap kehamilan,
kelahiran, masa nifas, dan bayi
2. Definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi dan faktor resiko DM gestasional
3. Patofisiologi dan manifestasi klinis DM gestasional
4. Diagnosa DM gestasional
4
5. Panatalaksanaan dan pencegahan DM gestasional
6. Komplikasi dan prognosis DM gestasional
5
BAB 5
DASAR TEORI
B. Kelainan Uterus
1. Kelainan Kongenital :
a. Uterus didelfis
b. Uterus Septus
6
c. Uterus bikornis unikolis
d. Uterus arkuatus.
2. Kelainan Letak Rahim
Pada hamil tua, uterus membengkok dengan sumbunya ke kanan disebut latero-fleksi
dekstra. Hal ini tidak menimbulkan gejala, kecuali agak mendesak dan kadang-kadang
menekan pada ulu hati.
a. Perut gantung (abdomen pendulum)
Dijumpai pada multi para atau grandemultipara karena melemahnya dinding perut.
b. Retrofleksia uteri Gravida Inkarserato (RUGI)
Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga
panggul, tidak dapat keluar memasuki rongga perut.
c. Prolapsus Uteri
Descensus uteri atau turunnya uterus
d. Tumor Rahim
e. Mioma Uteri dan Kehamilan
Frekuensi mioma uteri sekitar 1%, biasanya dijumpai mioma yang kecil, namun bisa
juga dengan mioma yang besar.
f. Kelainan Ovarium
Tumor ovarium mempunyai arti obstetrik yang lebih penting. Ovarium merupakan
tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor.
7
3. Penyakit Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan gejala hipertensi yang dapat dijumpai pada wanita hamil adalah:
a. Glomerulonefritis akut dan kronik.
b. Pielonefritis akut dan kronik.
1. Keguguran
2. Partus Prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, inu lemah
4. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
5. Syok
6. Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7. Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8. Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr % ) terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan peralinan, bahkan bisa fatal.
Hasil Konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah beasr
untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi.
8
B. Leukemia dan Kehamilan
Leukemia dan kehamilan tidak begitu saling mempengaruhi, namun pada wanita
leukemia, bila hamil, harus memeriksakan diri secara lebih teratur dan lebih sering, karena
ancaman terhadap kehamilan dan jiwanya tetapi ada.
F. ISO-imunisasi
A. Tuberkulosis Paru
B. Asma Bronkial
Asma bronkial sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh penyakit ini
terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas serta sebaliknya adalah bervariasi.
9
C. Pneumonia dan Kehamilan
Pneumonia atau radang paru-paru dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas,
terutama pada kasus-kasus bstetrik berat, seperti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan
sesydah operasi.
Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit di atas tidak akan membahayakan
kehamilan, persalinan, dan nifas. Istirahat yang cukup juga diperlukan. Bronkitis dan
influenza yang tidak diobati dapat menjadi lebih berat menyebabkan pneumonia.
A. Mulut
1. Hipersaliva (ptialismus)
Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa.
Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah berdarah, terutama
sewaktu menggosok gigi.
3. Karies gigi
Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memburuk karena nafsu makan berkurang,
mual, dan muntah, sehingga kalsiu,m menjadi berkurang.
1. Pirosis (heartburn)
10
2. Esofagitis erosif
Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada lambung.
3. Varises Esofagus
Dijumpai pada sirosis hepatis dan pada kehamilan menjadi lebih berat, bahkan bisa
pecah dan terhadi perdarahan karena hipervolemia dan hiper tensi portal.
4. Hernia hiatus
5. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan. Apabila ada muntah-muntah ajan
mempersulit penderita dalam kehamilan.
6. Gastritis
Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karna gejala hampir sama.
C. Penyakit Usus halus dan Usus Besar
2. Vulvulus usus
3. Hernia
Walaupun apendisitis akut jarang terjadi dalam kehamilian dan gejalanya dapat
membingungkan dengan gejala abdomen akut obstetrik (KET, solutio plasentae, dan
lain-lain).
11
5. Kolitis ulserosa
Adalah peradangan dan luka-luka kecil pada usus besar, sifatnya kronis.
6. Hemoroid (wasir)
5. Megakolon
6. Pruritis ani
7. Fisura ani.
Prevalensi penyakit hati di Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu, penyakit hati
sebagai komplikasi kehamilan akan lebih sering kita jumpai. Hal ini dapat berakibat buruk
terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas, bahkan dapat mengancam keselamatan ibu.
Penyakit hepatitis infeksiosa adalah 2 jenis virus yang menyerang baik para remaja
maupun orang dewasa, baik oleh virus A dan virus B hepatitis.
C. Sirosis Hepatitis
Wanita dengan sirosis hepatis dapat hamil, bila fungsi hati masih baik dan proses
sirosis tidak luasa.
Biasanya karena pemberian obat-obatan atau toksin dengan dosis tinggi dan salah
yang dapat mengganggu fngsi hati.
12
E. Ruptura hepatitis
Dijumpai 2-3 lebih sering pada wanita dibandingkan pria. kehamilan dianggap
sebagai faktor predisposisi.
Pada pre-eklamsia dan eklamsia terjadi spasme arteriol menyeluruh termasuk di hati,
sehingga beberapa bagian hati menjadi nekrosis yang kadang-kadang menjalar sampai ke
tengah lobulus hati.
Adalah timbulnya ikterus yang tidak diketahui penyebabnya, disertai rasa gatal di
badan pada setiap kehamilan.
Penyebab atrofi kuning hati akut (acute yellow liver atrophy) dibagi:
13
2. Sistitis
Adalah peradangan kandung kemih (vesika urinaria) disebabkan oleh bakteri atau
kuman-kuman lain.
3. Pielonefritis Akut
Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada
kehamilan triwulan III. 3% wanita dengan urin steril dan 30% wanita dengan bakteriuria
menimbulkan pielitis dalam kehamilan.
4. Pielonefritis Khronika
Penyakit ini menahun mungkin sebelumnya telah mederita sititis atau pielonefritis
akut.
Ada 2 jenis :
b. Nekrosis kortikal.
9. Tubekulosis Ginjal
Apa bila tidak diobati secara adekuat, kehamilan dapat memperburuk tbc-ginjal.
Pengobatan dalam kehamilan sama saja terapi di luar kehamilan.
b. Ginjal tunggal
14
c. Kehamilan setelah transplatasi ginjal, yang masih belum dilakukan di indonesia.
Dapat merupakan kelainan herediter dengan ciri iinsufisiensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis.
Pada waktu hamil kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan
naiknya metabolisme basa sampai 15-25% dan kadang kala disertai pembesaran ringan.
b. Hipoparatiroidismus(hiperfungsi)
3. Hipofisis:
b. Sindrom Chiari-Frommel,
c. Nekrosis hipofisis.
Eklamsia yang terjadi dalam kehamilan menyebabkan kelainan pada susunan saraf
15
B. Khorea Gravidarum
Disebut juga khorea sydenham yaitu keadaan yang di derita ibu hamil. Bisanya suatu
penjelmaan demam rematik yang diderita pada masa anak-anak.
C. Epilepsi
1. Tumor otak
2. Poliomielitis
3. Sklerosis multipleks
4. Miastenia gravis
5. Otos klerosis
Neuritis dan polineuritis biasanya terjadi karena defisiensi vitamin B1 dan vitamin B
kompleks pada triwulan I dimana wanita tidak ada selera makan, mual, dan muntah.
G. Paralisis
1. Kelainan otak
2. Kelainan Spinal
Tiga faktor utama dalam persalinan, yaitu faktor jalan lahir (passage), faktor anak
(passenger), dan faktor tenaga (power). Selain itu, dalam persalinan dapat ditambahkan
faktor psikis(kejiwaan) wanita menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Karena itulah
seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosionil, dan psikoseksual serta psikososial
sebelum kawin dan menjadi hamil.
16
Proses Kejiwaan Dalam Kehamilan:
1. Triwulan I
2. Triwulan II
Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, kini mulai
menyadari kenyataan bahwakehamilan merupakan identifikasi nyata.
3. Triwulan III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai
ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan.
4. Dalam Persalinan
Kesabaran, ketenangan, dan bebas dari rasa takut akan memperlancar kala I dan II
5. Dalam nifas
Dalam minggu pertama setelah melahirkan dapat timbul gejala psikiatrik dalam
bentuk depresi ringan sampai berat dan gejala neurosis traumatik.
Efek infeksi virus terhadap kehamilan bergantung pada apakah virus dapat melewati
barier pasenta. Di antara virus yang dijumpai dalam tubuh janin, ada 3 yang menyebabkan
pengaruh teratogenik: 1.) Rubella, 2.) Sitomegalovirus, 3.) Herpesvirus hominis.
Wanita hamil dengan rubella mempepunyai distribusi angka cacat bawaan pada janin.
17
2. Inveksi Sitomegalovirus
b. Dari vagina naik ke atas dan menuju ke janin, bila ketuban sudah pecah (dari
herpes genitalis), dan
c. Kontak langsung
WHO mengumumkan bahwa seluruh dunia termasuk indonesia telah bebas cacar.
5. Hepatitis infeksiosa
Bila infeksi virus coxsakie didirita ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan
kematian janin.
7. Rubeola
Morbilli atau campak bisanya menyerang anak-anak. Bila di derita pada masa
dewasa biasanya jalan penyakit lebih berat. Wanita hamil dengan campak akan berakibat
buruk terhadap janin.
8. Parotitis Epidemika
18
B. Gonorea
1. Tifus Abdominalis
2. Kolera
3. Tetanus
4. Erisipelas
5. Skarlatina
6. Difteri
D. Infeksi Protozoa:
1. Malaria
2. Toksoplasmosis
3. Trikomoniasis
Kanker Ginekologi
1. Serviks
2. Ovarium
19
Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
20
Pada prediabetik dijumpai kelainan anatomic dan metabolic, namun tanpa gejala
yang jelas. Prediabetik dapat menjadi diabetes bila timbul tekanan (stress) seperti adanya
kehamilan, infeksi, obesitas, emosi dan lain-lain.
21
d. Dismaturitas
e. Janin besar (bayi kingkong / makrosomia)
f. Kematian neonatal tinggi
g. Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik
Diabetes melitus Gestasional adalah suatu kondisi dimana wanita yang sebelumnya
tidak terdiagnosis diabetes menunjukkan tingginya kadar gula darah pada saat masa
kehamilan (terutama selama trimester ketiga). (National Institute of Health)
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. (WHO-World
Health Organisation 2011).Hal ni berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya digunakan
untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah
kehamilan. Ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum
diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.
22
2003. Dan lebih banyak dijumpai pada wanita usia diatas 32 tahun dan lebih 50% sudah
dipastikan memiliki riwayat keluarga DM.
23
5.8 PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Tetapi, sebagian kehamilan ditandai dengan adanya
resistensi insulin dan hiperinsulinemia dan beberapa perempuan akan menjadi faktor
predisposisi untuk terjadinya DM selama kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon
diabetogenik hasil sekresi plasenta yang terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon),
corticotropin releasing hormon, placental lactogen, dan progesteron. Hormon ini dan
perubahan endokrinologik serta metabolik akan menyebabkan perubahan dan menjamin
pasokan bahan bakar dan nutrisi ke janin sepanjang waktu. Akan terjadi DMG apabila fungsi
pankreas tidak cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh
perubahan hormon diabetogenik selama kehamilan.
Kadar glukosa yang meningkat pada bumil sering menimbulkan dampak yang
kurang baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu dengan DM biasanya
lebih besar, dan bisa terjadi juga pembesaran dari organ-organnya (hepar, kelenjar adrenal
dan jantung). Segera setelah lahir, bayi dapat mengalami hipoglikemia karena produksi
insulin janin yang meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi.
A. Perubahan metabolisme karbohidrat pada kehamilan
Kehamilan normal ditandai dengan hipoglikemia ringan akibat puasa, hiperglikemia
postprandial, dan hiperinsulinemia (Gambar 4-1). Konsentrasi glukosa puasa dalam
plsama turun tanpa diketahui penyebabnya, diduga akibat meningkatnya kadar insulin
plasma. Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh suatu perubahan dalam metabolisme insulin
karena waktu paruh insulin tidak mengalami perubahan.
Meningkatnya kadar insulin basal dalam plasma yang ditemui pada kehamilan normal
berhubungan dengan beberapa respons unik terhadap ingesti glukosa. Sebagai contoh,
setelah makan glukosa per oral, terjadi baik hiperglikemia maupun hiperinsulinemia
yang memanjang pada wanita hamil yang disertai supresi yang lebih bsar terhadap
glukagon. Tujuan dari mekanisme seperti ini kemungkinan adalah untuk memastikan
suplai glukosa postprandial ke janin yang terus menerus dipertahankan. Respons ini
sejalan dengan suatu keadaan ketahanan perifer terhadap insulin yang diinduksi
kehamilan; respons ini dicurigai berdasarkan tiga pengamatan: (1) meningkatnya respons
insulin terhadap glukosa. (2) berkurangnya asupan glukosa perifer. (3) tertekannya
respons glukagon.
24
Mekanisme-mekanisme yang bertanggung jawab terhadap resistensi insulin
dipengaruhi oleh hormon-hormon diabetogenik hasil sekresi plasenta. Progesteron dan
estrogen mungkin berperan secara langsung maupun tidak langsung untuk
memperantarai resistensi ini. Kadar plasma laktogen plasenta (human placental lactogen)
meningkat pada kehamilan, dan hormon protein ini ditandai dengan kerjanya yang
menyerupai hormon pertumbuhan yang dapat mengakibatkan peningkatan lipolisis
disertai pembebasan asam-asam lemak bebas. Konsentrasi asam lemak bebas sirkulasi
yang meningkat juga memfasilitasi peningkatan resistensi jaringan terhadap insulin.
Mekanisme tersebut di atas menjamin tersedianya suplai glukosa terus-menerus untuk
ditransfer ke janin. Tetapi, wanita hamil dengan cepat berubah dari status posprandial
yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi dan menetap ke status puasa yang
ditandai dengan menurunnya glukosa plasma dan asam amino seperti alanin. Terdapat
juga konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, dan kolesterol plasma yang lebih tinggi
pada wanita hamil tersebut selama puasa. Pergeseran bahan bakar dari glukosa ke lipid
yang diinduksi kehamilan ini disebut juga sebagai ‘acceleration starvation’. Tentu saja,
jika puasa pada wanita hamil terjadi berkepanjangan, perubahan-perubahan ini
bertambah berat dan dengan cepat akan terlihat ketonemia.
Respon puncak insulin terhadap infus glukosa meningkat sebanyak empat kali lipat
pada kehamilan lanjut. Sebaliknya, konsentrasi glukagon plasma ditekan, dan derajatnya
sama antara kehamilan lanjut dan masa nifas. Hasil-hasil ini konsisten dengan pandangan
bahwa sensitivitas sel-β terhadap suatu tantangan glukosa jelas meningkat pada wanita
hamil normal, tetapi sensitivitas sel-α terhadap rangsangan glukosa tidak berubah selama
kehamilan.
B. Efek Human Placental Lactogen
Sudah dapat dideteksi 5-10 hari setelah fertilisasi. Nama lainnya: chorionic
somatomammotropic hormone atau human prolactin. Sekresinya mencapai sekitar 1
gram/hari pada hamil aterm.
Fungsi HPL adalah:
1. Meningkatkan transportasi asam amino menuju janin.
2. Meningkatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak sehingga dapat dipergunakan
dalam metaqbolisme dan membenduk cadangan lemak baru
3. Merupakan antiinsulin maternal yang relaitf tinggi sehingga dapat menekan
penggunaan glukosa oleh ibu dan diarahkan menuju sumber energi janin.
25
4. Dengan konsentrasi yang tinggi, pengeluaran FSH dan LH maternal dapat ditekan
sehingga tidak terjadi tumbuh-kembang primer folikel dan menghalangi terjadinya
ovulasi.
5. Konsentrasi HPL inilah yang menyebabkan terjadinya pengeluaran ASI selama
kehamilan.
Gambar 1.1 Perubahan diurnal kadar glukosa dan insulin plasma pada kehamilan
normal
Gambar 1.2 Peranan fisiologi HPL selama hamil. HPL mempersiapkan agar
dapat meningkatkan metabolisme glukosa pada janin dengan jalan aktivitas
antagonis insulin.
26
Gambar 1.3 Metabolisme abnormal dan simtomatologi utama pada diabetes
melitus.
27
sehingga pembuluh darah menjadi kekurangan air yang menyebabkan penderita
menjadi cepat haus.
3. Poliuri
Akibat insulin yang tidak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen, kadar
glukosa dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat menyebabkan hiperfiltrasi
pada ginjal sehingga kecepatan filtrasi ginjal juga meningkat. Akibatnya, glukosa
dan natrium yang diserap ginjal menjadi berlebihan sehingga urin yang dihasilkan
banyak dan membuat penderita menjadi cepat BAK.
4. Kelelahan
5. Mual
6. Penglihatan kabur
7. Glukosa dalam urin
8. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
9. TFU > normal
28
dilakukan pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes melitus
sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.
Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes Association mengusulkan dua jenis tes
yaitu yang disebut tes toleransi glukosa oral tiga jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam.
Perbedaan utama ialah jumlah beban glukosa, yaitu pada yang tiga jam menggunakan beban glukosa
100 gram sedang yang pada dua jam hanya 75 gram. (gambar 1.4)
Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk menyatakan diabetes melitus gestasional,
baik untuk tes toleransi glukosa tiga jam maupun yang hanya dua jam berlaku sama yaitu ditemukan
dua atau lebih angka yang abnormal. (tabel 1)
Tabel 1.1 Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam dengan beban glukosa 100 g, dan 2 jan
dengan beban glukosa 75 gr.
Hasil TTGO 3 jam dengan beban glukosa 100 gr Hasil TTGO 2 jam dengan beban glukosa 75 gr
(mg/dl) (mg/dl)
Puasa 95 Puasa 95
1-jam 180 1-jam 180
2-jam 155 2-jam 155
3-jam 140
Diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan apabila ditemukan dua atau lebih angka yang
abnormal.
Wanita hamil
Glukosa 50 gr
TTGO – 2 jam
100 (75) gr glukosa
Normal
Normal DMG
Gambar 1.4 Tes toleransi glukosa oral 2 jam dengan beban glukosa 75 g.
29
B. Menurut WHO
WHO dalam buku Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus tahun 1999
mengajurkan untuk diagnosis diabetes melitus gestasional harus dilakukan tes toleransi
glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan
wanita hamil yaitu puasa ≥ 126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl, dengan
tambahan mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai
diabetes melitus gestasional. (tabel 2)
Tabel 1.2 nilai glukosa plasma puasa dan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75
gram
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
Glukosa puasa terganggu ≥ 110 mg/dl - < 126 mg/dl
Diabetes melitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa oral.
Normal < 140 mg/dl
Toleransi glukosa terganggu ≥ 140 mg/dl - < 200 mg/dl
Sedang puasa < 126 mg/dl
Diabetes melitus ≥ 200 mg/dl
Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl dan / atau 2 jam
setelah beban glukosa ≥ 200 mg. Atau toleransi glukosa terganggu. Definition, diagnosis and clasification of
diabetes melitus and its complications. Report of a WHO consultation. World Health Organization, Geneva
1991 (Tech Rep Ser 894).
30
pada saat pertama kali datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila tes
hasil normal,maka perlu dilakukan tes ulang pada minggu kehamilan antara 24-28 minggu,
sedangkan pada mereka yang beresiko tinggi tidak perlu dilakukan skrining.
Faktor risiko DMG yang dikenal adalah:
a. Faktor risiko obstetri
Riwayat keguguran beberapa kali
Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab jelas
Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Riwayat melahirkan bayi ≥4000 gram
Riwayat pre eklamsi
Polihidramnion
b. Riwayat umum
Usia saat hamil >30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
Infeksi saluran kemih berulang saat hamil
Di indonesia,untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih baik,perkeni menyakan
untuk melakukan penapisan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dan
mengulanginya pada usia kehamilan 26-28 minggu apabila hasilnya negatif.
Perkeni memodifikasi cara yang dianjurkan WHO dengan menganjurkan
pemeriksaan TTGO menggunakan 75 gram glukosa dan penegakan diagnosis cukup melihat
hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan glukosa. Seperti yang tercantum
pada consensus perkeni 2006, persiapan TTGO adalah sebagai berikut:
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperi biasa.
Berpuasa paling sedikit delapan jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diberikan glukosa 75 gram yang dilarutka dalam 250 ml air dan diminum dalam
waktu lima menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan dua jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
Diperkirakan konsentrasi glukosa darah dua jam sesudah beban glukosa
31
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap beristirahat dan tidak
merokok.
Hasil pemeriksaan TTGO dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Glukosa darah 2 jam <140 mg/dL normal
2. Glukosa darah 2 jam 140 - <200 mg/dL TGT
3. Glukosa darah 2 jam ≥ 200 mg/dL DM
Pada kehamilan,subyek dengan hasil pemeriksaan TTGO menunjukkan TGT akan
dikelola sebagai DMG.
D. PEMERIKSAAN REDUKSI URIN
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang
selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria. Beberapa hal
yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 – 300 mg%
Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
Reduksi (++++) kemungkinan KGD: ≥ 400 mg%
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
32
4. Pertahankan berat badan ideal
Diskusikan dengan dokter berapa berat badan ideal anda pada masa kehamilan
5. Olahraga
Diskusikan dengan dokter untuk merancang olahraga yang aman.
33
3. Terapi Insulin
Jika dengan pengaturan makan selama dua minggu tidak mencapai normoglikemia
maka terapi insulin harus segera dimulai dengan jenis human insulin. Dosis untuk
trimester 2, 0,8U/kg dan trimester 3, 1U/kg dengan pilihan obat :
a. Long Acting (2/3 diberikan dipagi hari dan 1/3 pada sore hari)
Insulin Glargine
Humulin 70/30
b. Short Acting (1/3 diberikan setiap setengah jam sebelum makan)
Insulin Lispro
Insulin Aspart
Insulin Glisisn
c. Pengelolaan Obstetrik
Dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah,
pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi.
Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai
FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian ini dilakukan setiap minggu
sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin
terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan
secara seksio sesarea.
Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia
kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan normal.
II. Rehabilitasi
Dari hasil penelitian, didapati 50% wanita dengan GDM akan berlanjut menjadi
diabetes mellitus. Oleh karenanya, setelah persalinan wanita DMG dianjurkan untuk
melakukan tes toleransi glukosa oral 4-6 minggu setelah persalinan dan selanjutnya setiap 6
minggu sekali.
Diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin
intrauteri.(tabel 1.3 )
34
Tabel 1.3 komplikasi ibu hamil dan janin
Komplikasi ibu hamil dengan diabetes melitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik
dapat bersumber dari :
35
4.3. Ekstravasi menimbulkan edema
Komplikasi keterangan
Retinopati 1. Gangguan penglihatan ibu hamil,terjadi karena :
1.1. Ekstravasi cairan yang menimbulkan edema
1.2. Pembentukan pembuluh darah baru karena
hiperglikemia
1.3. Terjadinya siklik makular edema pada kombinasi :
1.3.1. Hiperglikemia
1.3.2. Proteinuria
1.3.3. Hipertensi
1.3.4. Mungkin terjadi mikrokoagulasi
2. Pengobatannya : fotokoagulasi dengan lancar
36
Mekanisme makrosomia dpat dilihat pada tabel 1.5
37
Kematian janin Sebagian besar dijumpai pada kehamilan 37-38 minggu
intrauterin karena ketidakseimbangan antara kebutuhan pertumbuhan
yng pesat karena overnutrisi dan pemenuhan O2
Respiratory distress Insulin merangsang terbentuknya H3 kolin menjadi
syndrome fosfadikolin ( listin)
Fibroblas pulmonum merangsang faktor fibroblas
pneumonosit yang terdapat padda sel tipe II sehingga
terbentuk surfaktan
Kerja dari fibroblas pulmonum akan dipercepat oleh
glukokortikoid
Terjadi hiperinsulin pada darah janin yang
menyebabkan gangguan kerja kortikosteroid
dampak gangguan ini adalah terhambatnya
pembentukan surfaktan paru sehingga saat lahir sulit
berkembang dan menimbulkan repiratory distress
syndrome
Distosia bahu Terjadi pada makrosomia karena janin gemuk, leher
agak pendek
Tekhnik pertolongan distosia bahu sangat sulit
dengan mortalitas tinggi. SC pilihan tepat.
38
BAB 6
KESIMPULAN
Ny. Ani 36 tahun, hamil 32 minggu datang ke rumah sakit dengan keluhan sering
buang air kecil hal tersebut dikarenakan uterus menekan kandung kemih. Anak pertama,
kedua dan ketiga Ny. Ani lahir normal. Ny. Ani tidak mempunyai riwayat dibetes melitus,
pernah abotus dan mempunyai riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus dimana hal
tersebut menjadi faktor resiko kemungkinan Ny. Ani mendrita diabetes melitus saat
kehamilan yang ditandai dengan pemeriksaan lab : glukosa urin +2 saat kehamilan 32
minggu.
Jadi, Ny. Ani menderita diabetes melitus gestasional. Tindakan yang dilakukan adalah
melakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes toleransi glukosa oral untuk memastikan Ny. Ani
menderita DMG dan terapi yang dapat dilakukan ialah pengaturan diet. Selanjutnya kita rujuk
kepada dokter spesialis.
39