Anda di halaman 1dari 32

AKPER

Sabtu, 09 Mei 2015


KONSEP KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Di susun oleh :

1. Lela Kumala Sari (14.401.14.042)


2. Sayidatul Mukaromah (14.401.14.064)
3. Septa Nur Laila (14.401.14.065)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN
“ RUSTIDA”
KRIKILAN – BANYUWANGI TELP. 0333 – 821495 / FAX. 0333 – 821193

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan sesuatu apapun.
Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah
menuju jaman Islamiyah.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memetik manfaat dan dapat
mengembangkan potensi dirinya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia.Makalah ini tidak akan tersusun tanpa adanya pihak-pihak yang
mendukung proses pelaksanaan ini. Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada
pihak-pihak yang mendukung penyusunan makalah ini, diantaranya :
Dan beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap
saran dan kritik yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................4
1.2 RumusanMasalah ............................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep DasarKulit Sebagai Pengatur Suhu .........................5
2.2 Macam-Macam Suhu Tubuh ...............................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh ..................6
2.4 Keseimbangan Suhu Tubuh ..................................................7
2.5 Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit .........................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................20
3.2 Saran ...................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat
lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme
untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian
yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S.
Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin
basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur
panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan
teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1.Menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh?
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?

1.3 Tujuan
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Kebutuhan dasar keperawatan
“menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh”

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kosep Dasar

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur
dengan alat termometer.

2.2. Kulit sebagai Pengatur Suhu


Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas
yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

2.3. Macam – macam suhu tubuh


Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu
ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

2. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan
pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa
jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.

3. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit.

4.Emosi
Saat emosi tidak setabil misalnya dalam keadaan marah akan menyebabkan meningkatnya
suhu tuhuh.Sedangkan apatis dan depresi menyebabkan menurunya suhu tubuh.

5.Waktu
Bervariasi 1,1-1,6 C

6. Jenis Kelamin
Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan menjaga suhu internal.Peningkatan
progesteron selama ovulasi menyebabkan perubahan suhu sekitar 0,3-0,5 C.

2.5. Keseimbangan Suhu Tubuh

Panas secara terus menerus di hasilkan dalam tubuh sebagai efek hasil metabolisme dan panas
secara terus menerus di buang di lingkungan sekitar.
Pembentukan panas akan sesui dengan laju hilangnya panas pada orang yang mempunyai
keseimbangan panas.
Pembentukan yang terlebih→Panas tubuh meningkat→Temperatur tubuh meningkat.

Kehilangan yang terlebih→Panas tubuh menurun sehinga temperatur tubuh menurun.

Produksi panas→Banyak dihasilkan organ dalam terutama hati,otak,jantung,dan otot


rangka.

Dihantarkan ke kulit sebagai suhu tubuh

2.6. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit

a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5
– 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar
energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit.
Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya
lebih dingin dari suhu tubuh.

b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang
ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat
kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena
dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh
lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses
perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

c. Evaporasi
vaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar
0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan
kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi
akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada
waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanàmenjadi dipanaskan (dengan melalui
konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini
kurang berperan dalam pertukaran panas.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

I. IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

II.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN


1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual muntah 3x,
semula di rumah sudah diperiksakan ke mantri setempat, tetapi karena panas lagi maka segera
dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit,
hanya pilek atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantri setempat. Tidak ada riwayat alergi.
Pasien mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, DT dan Hepatitis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit herediter
yang lain.

III.POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI

1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit: Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang tidak disukai
yaitu kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien makan dengan piring dan sendok
biasa, tanpa memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas sehari.
Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis ¼ porsi, karena
lidahnya terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 7 - 8
gelas sehari.

2. Pola Eleminasi
Sebelum sakit: BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning. BAK 3-4 x sehari ,
warna kuning jernih.
Selama sakit: selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna kuning jernih

3. Pola Istirahat - Tidur


Sebelum sakit: pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00 WIB sampai jam
05.00 WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga terbiasa tidur siang dengan
waktu sekitar 2 jam. Ibu pasien selalu membacakan cerita sebagai pengantar tidurnya.
Selama sakit : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit: pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah dengan pola
permainan berkelompok dan jenis permainan menurut kelompok.
Selama sakit: pasien hanya terbaring di tempat tidur.

IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL

1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.


Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa dia sakit dan
perlu perawatan tetapin dia masih ketakutan dengan lingkungan barunya.
2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
Hubungan pasien dengan tetangga dan keluarga sangat baik, banyak tetangga dan sanak
saudara yang menjenguknya di rumah sakit. Sedangkan hubungan dengan pasien lain tidak
begitu akrab. Pasien ketakutan.
3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh keluarganya. Ibu
pasien selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.
b. Kesadaran : composmentis.
c. Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata..
Tidak ada lesi.
d. Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
e. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.
f. Mulut : tidak ada stomatitis, bibir tidak kering.
- gigi : kotor dan terdapat caries
- lidah : kotor
g. Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
i. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.
j. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.
k. Ekstremitas :
- atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.
- bawah : tidak ada lesi
l. Anus : tidak ada haemorroid.
m. Tanda - tanda Vital :
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 39° C
Respirasi : 24 x/menit

VI.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)
Ht : 34,7% (34 – 48%)
Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)
VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)
KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)
Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103 /uI)
LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)
2 jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)
Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)
Hitung jenis
Eosinofil : - Segmen: 91%
Basofil :- Limfosit: 9%
N. Batang : - Monosit: -
b. Bakteriologi Serogi
Widal
St - O 1/320
St - H 1/160
St - AH -
Spt - BH 1/320
c. Urine
Phisis = warna: kuning
Kimia = PH : agak keruh
Protein :- (negatif)
Glukosa : - (negatif)
Sedimen = epitel : +
Lekosit : + (6 – 8)
Eritrosit : + (1 -2)
Kristal : - (negatif)
Silinder : - (negatif)

B. Diagnosa keperawatan
Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pasien dan
merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan kasus yang ada dalam pathway :
2. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
4. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi.
Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam kasus nyata tetapi dalam teori ada, yaitu:
Diare berhubungan dengan inflamasi usus.

ANALISA DATA
1. SYMTOM , ETIOLOGI, PROBLEM

 SYMTOM

DO : a. Suhu 39°C
b. Nadi 120 x/ menit
c. Turgor sedang
DS : a. Pasien mengatakan
badannya terasa panas
b. Pasien rnengeluh pusing

 ETIOLOGI

Pengaruh
endotoksin pada hipothalamus
intake yang kurang

 PROBLEM

Hypertermi

C. Perencanaan
Pada tahap-tahap perencanaan asuhan keperawatan pada An. S dengan Typhus
Abdominalis meliputi penentuan prioritas, penentuan tujuan dan menentukan tindakan
keperawatan
Dalam menentukan tujuan yang akan dicapai, unsur-unsur tujuan yang digunakan yaitu spesifik,
bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan waktu pencapaianya juga perlu menentukan kriteria hasil.
(Budi Anna Kelliat,1996)
Diagnosa keperawatan pertama, tujuan yang ingin dicapai adalah suhu tubuh menjadi
normal kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan dengan
kriteria waktu tersebut tidak terjadi kekurangan cairan karena perspirasi yang meningkat yang
akan menyebabkan kondisi tubuh makin lemah.
Rencana tindakannya antara lain dengan mengukur tanda-tanda vital, yang ditekankan pada
pengukuran suhu untuk memantau penurunan suhu dengan tidak mengabaikan pengukuran
pernafasan, nadi dan tekanan darah.
Kompres dingin dan pemberian minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang
lewat penguapan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretik, untuk menurunkan
suhu.
Diagnosa keperawatan ke dua, dengan kritenia waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien
tidak mual dan tidak muntah sehingga dapat menghabiskan porsi makannya dengan evaluasi
terakhir terjadi kenaikan berat badan.
Penulis membuat rencana tindakan dengan melibatkan keluarga dalam memberikan
makanan yang disukai pasien dalam batas diet, melakukan penimbangan berat badan tiap hari
untuk mengetahui status gizi pasien sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan lebih lanjut
dan memudahkan dalam pemberian terapi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti
emetik untuk mencegah rasa mual dan muntah, serta pemberian cairan parenteral sebagai
penambah asupan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuan yang ingin dicapai nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, karena kalau tidak cepat diatasi akan mengganggu
aktifitas pasien. Dengan rencana tindakan yang lebih memfokuskan pada pengajaran tehnik
relaksasi dan distraksi serta latihan nafas dalam saat nyeri. Juga kompres dingin pada daerah
yang nyeri karena dengan vasokontriksi dapat memblok rasa nyeri. Pemberian diet lunak
dimaksudkan pada pasien Typhus Abdominalis terdapat tukak-tukak pada usus halus sehingga
tidak terjadi pendarahan atau perforasi usus.
Diagnosa keperawatan ke empat, tujuan yang hendak dicapai adalah perawatan diri
terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan sekitar 20 menit.

D. Pelaksanaan
Pada diagnosa keperawatan yang pertama, semua rencana tindakan dapat dilakukan
seluruhnya. Pada saat kompres seharusnya dilakukan pada lipatan ketiak, lipat paha dan dahi
yang banyak pembuluh darahnya tetapi hanya dilakukan di dahi karena pasien merasa risih.
Mengukur tanda-tanda vital dilakukan setiap 6 jam sekali. Kolaborasi dengan dokter dalam
memberikan anti piretik (paracetamol 3 x 500 mg) dan anti biotik (injeksi ampicillin 2 x I gr).
Injeksi antibiotik dilakukan sampai hari ke-6 dan diganti anti biotik oral (amoxilin 3 x 500 mg).
Dalam diagnosa keperawatan ke dua, diberikan cairan parenteral (dextrose 5% 20
tetes/menit) dan anti emetik (primperan 1/2 cth). Semua tindakan dapat dilakukan bersama
perawat dan keluarga terutama dalam memberikan makanan tambahan.
Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga dan kelima rencana tindakan keperawatan dapat
dilakukan sepenuhnya.
Kompres dingin, tehnik relaksasi dan distraksi dilakukan pasien men jelang tidur agar atau
saat nyerinya datang dapat beristirahat dengan cukup dan untuk mengurangi rasa nyeri.
Diagnosa keperawatan yang ke empat dilakukan tidak hanya sekali, tetapi setiap pagi dan sore
selama pasien dirawat.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi dari keseluruhan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Hypertermi berhubungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.


Masalah dapat diatasi sepenuhnya tanggal 13 Juli 2005, suhu tubuh kembali normal
menjadi normal 37°C dan tetap diobservasi sampai pasien diperbolehkan pulang.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang.
Masalah dapat teratasi pada tanggal 16 Juli 2005 dengan kenaikan berat badan pasien
yang semula 24 kg menjadi 24,1 kg

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.


Masalah dapat teratasi sepenuhnya pada tanggal 14 Juli 2005, dari skala nyeri 3 menjadi
skala nyeri 0. Rencana tindakan dihentikan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas
yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di
tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.

3.2. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Integumen”.
Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson ,Fundamental of Nursing,1997


Carpeniton,Lynda Juall,Diagnosa Keperawatan,Aplikasi pada praktik,edisi6,EGC,Jakarta,1999
Guyton,Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit,EGC,Jakarta,1997.

Rahmah Safitri Lion


Soon to be your future nurse

Selasa, 24 Mei 2016


Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh dan Konsep Keseimbangan Infeksi

1. Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh

a. Pengertian Suhu Tubuh

Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh

adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Suhu tubuh mencerminkan kesimbangan antara produksi dan pengeluaran panas
dari tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.

b. Proses pengaturan suhu tubuh


Kulit –> Reseptor ferifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –> Preoptika hypotalamus –> Nervus
eferent –> kehilangan/pembentukan panas.
sitem yang mempengaruhi suhu tubuh memiliki 3 bagian penting :
1) Sensor dibagian permukaan dan inti tubuh
2) Integrator di hipotalamus,
3)
Faktor yang mempengaruhikehilangan
panas

radiasi

konduksi

konveksi

evakurasi
Faktor yang mempengaruhiproduksi panas

metabolisme basal

aktivitas otot

tiroksin

epinefrin (efek stimulasipada lajumetabolism)

efek suhu pada sel

Sistem epektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengolahan panas.


Selama terjadi keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas, suhu tubuh akan tetap konstan.

Mekanisme kehilangan panas adalah sebagai berikut:

1) Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.

2) Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di
sekitar tubuh.

3) Evaporasi

Evaporasi (penguapan) dapat menfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada kondisi individu tidak
berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.

4) Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran udara/air.

c. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh


Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain :

1. Usia Bayi, sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan harus dilindungi dari perubahan suhu yang
sangat ekstrem. Suhu tubuh anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu tubuh orang dewasa hingga
menginjak pubertas atau masa remaja. Sebagian lansia, terutama mereka yang diatas 75 tahun, beresiko
mengalami hipotermia (suhu tubuh dibawah 36) karena berbagai alasan, seoerti diet makanan yang
tidak adekuat, kehilangan lemak subkutan, kurangnya aktivitas, dan penurunan efesiensi pengaturan
suhu (termoregulator). Lansia juga sangat sensitive terhadap suhu lingkungan yang ekstrem karena
penurunan control termoregulator.

2. Variasi diurnal (irama sirkadian). Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari, dengan
perbedaan 1C antara pagi dan sore hari. Titik suhu tubuh tertinggi biasanya terjadi antara pukul 20.00
dan 24.00, dan titik tubuh terendah terjadi saat tidur, yaitu pada pukul 04.00 dan 06.00.

3. Olahraga. Kerja berat dan olahraga yang keras dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40 ºC
apabila diukur melalui rectal.

4. Hormon. Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormone lebih sering daripada pria. Pada wanita, sekresi
progesterone pada saat ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6 ºC diatas suhu basal
(LADEWIG, LONDON, & OLDS,1998)

5. Stres. Stimulasi pada system saraf simpatis dapat meningkatkan produksi epinefrin dan norepinefrin
yang akan meningkatkan aktivitas metabolisme basal dan produksi panas lingkungan.

6. Lingkungan. Suhu tubuh yang ekstrem dapat mempengaruhi system pengaturan suhu tubuh seseorang.
Jika suhu tubuh dikaji dalam ruangan yang hangat dan tidak dapat di modifikasi melalui proses konveksi,
konduksi, atau radiasi, suhu tubuh akan meningkat. Selain itu apabila klien baru saja berada di luar
ruangan yang suhunya sangat dingin tanpa menggunakan pakaian yang sesuai, suhu tubuhnya akan
rendah.

d. Pengkajian Keseimbangan Suhu Tubuh

Unit perawatan intensif mengukur suhu inti melalui arteri pulmonal,esofagus, dan kandung
kemih.tindakan ini membutuhan penempatan alal kedalam rongga tubuh atau organ dan menyajikan
hasil pembacaan kontinu pada monitor elektronik.

Pengukuran suhu intermitem dapat di lakuan di mulut,rektum,membram tinpani, arteri


temporalis, dan aksila. Pengukuran ini juga dapat dilakukan dengan mengunakan lembaran termometer
ke kulit. Suhu oral, rectal. Aksila, dan kulit bergantung pada sirkulasi daerah keloksih pengukuran. Panas
pada daerah akan di smapai kan ke termometer. Suhu timpani bergantung pada rediasi panas tubuh ke
sensor inframerah. Karena memiliki suplai daerah arteri yang sama dengan hipotalamus, maka suhu
timpani di katagorikan sebagi suhu inti. Pengukuran arteri temporalis mendeteksi suhu aliran darah.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, tiap lokasi harus di ukur dengan benar. Pengukuran suhu
akan berperiasi sesuai lokasi pengukuran, tetepi biasanya berkisar antara 36’C dan 38’C. suhu rectal
lebih tinggi 0.5’C dari suhu oral, sedangkan suhu aksila lebih rendah 0.5’C dari suhu oral. Tiap lokasih
pengukuran memiliki kelebihan dan kekurangan, pilihlan lokasih yang aman bagi klien dan gunakan
lokasi yang sama saat pengukuran ulang.

e. Gangguan Kesehatan Akibat Perubahan Suhu Tubuh

1. Kelelahan akibat panas


Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang panas.

2. Hipertermia
Hipertermia adalah meningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.

3. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tubuh tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas. Demam tidak berbahaya
apabila suhu tubuh masih berada di bawah 39ºC.

4. Heat Stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Heat stroke memliki angka mortalitas yang
tinggi.

5. Hipotermia
Pengeluran panas akibat paparan yang terus-menerus terhadap dingin akan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
Berikut adalah klasifikasi hipotermia melalui pengukuran suhu tubuh:

a) Ringan: 33-36 ºC
b) Sedang: 30-33 ºC

c) Berat: 27-30 ºC

d) Sangat berat: <30 ºC


Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan,dan cairan inilah yang berperan dalam mengatur suhu
tubuh manusia.Seperti yang terlihat saat berkeringat,yaitu tubuh melepaskan keringat saat panas untuk
mengurangi panas berlebih dalam tubuh sehingga mengurangi suhu tubuh yang tinggi tersebut.Semua
pengaturan suhu tubuh seperti ini dilakukan dan bergantung pada asupan air yang ada pada tubuh kita.

f. Metode pengukuran suhu tubuh


Ada beberapa metode cara yang bisa dilakukan untuk mengukur suhu tubuh anak, yaitu:

1. Oral
Termometer dimasukkan ke dalam mulut anak. cara ini membutuhkan kerjasama dengan anak
yang sulit dilakukan sehingga jarang sekali digunakan. Hasil pengukuran sering kali terganggu
karena dipengaruhi oleh suhu makanan/minuman yang ada dalam mulut. suhu tubuh normal
dengan pengukuran oral, menurut metode pengukuran canadian paediatric society (2004)
adalah 35,5 - 37,5 C.

2. Membran timpani
Suhu tubuh anak diukur dengan menggunakan termometer inframerah yang dimasukkan ke
dalam lubang telinga. membran timpani merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran suhu
inti karena terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi (kemampuan tubuh
mempertahankan suhu dalam batas sehat tertentu). akan tetapi ada beberapa kekurangan ,
yaitu perbedaan model termometer inframerah bisa menyebabkan hasil yang bervariasi,
lekukan lubang telinga juga memberikan kesulitan untuk mencapai membran timpani, terutama
pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal dengan pengukuran membran timpani menurut
metode pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 35,8 - 38 ºC.

3. Rektal
Termometer dimasukkan ke dalam rektum anak. cara ini dianggap paling mendekati suhu
sentral, namun ketika suhu sentral meningkat atau menurun secara tiba-tiba , maka temperatur
rektal berubah lebih lama dan dapat berbeda dari temperatur sentral. Hasil pemeriksaan melalui
rektal tidak direkomendasikan pada pasien bati baru lahir ataupun pasien diare. suhu tubuh
normal dengan pengukuran rektal menurut metode pengukuran canadian paediatric society
(2004) adalah 36,6 - 38 ºC.

4. Aksila
Cara ini adalah dengan termometer diselipkan di ketiak anak. cara ini mudah dilakukan dan
nyaman bagi anak, hanya saja memiliki sensitivitas yang bervariasi. pemeriksaan dengan cara
aksila dipengaruhi oleh jenis termometer, lama pengukuran dan suhu lingkungan. biasanya suhu
aksila lebih rendah 0,5 derajat selcius daripada suhu rektal ataupun membran timpani. suhu
tubuh normal dengan pengukuran aksila menurut metode pengukuran canadian paediatric
society (2004) adalah 34,7 - 37,3 C.
5. Dahi

Thermometer yang digunakan kan pada bayi merupakan thermometer arteri temporalis yang
memanfaatkan scanner inframerah untuk mengukur suhu tubuh melalui arteri temporalis pada dahi.

g. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.


Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan
1. Kompres Hangat

Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan
merelaksasi otot-otot yang tegang (Gabriel F.J, 2000)

a) Tujuan:
 memperlancar sirkulasi darah
 mengurangi rasa sakit
 memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
 merangsang peristatik usus

b) Indikasi :

 klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)


 klien dengan perut kembung
 klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian sepasme otot
 adanya abses, hematoma

c) Kontraindikasi :

 Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan perdarahan dan
pembengkakan
 Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkanperdarahan
 Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
 Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel,
dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat metastase (tumor sekunder)
 Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat membakar atau
menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

d) Cara pemberian kompres hangat basah

1) Persiapan alat :

 Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)


 Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
 Kasa perban atau kain segitiga
 Pengalas
 Sarung tangan bersih di tempatnya
 Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
 waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
 pinset anatomi 2 buah
 korentang
2) Prosedur

 Atur posisi klien yang nyaman


 Dekatkan alat-alat kedekat klien
 Perhatikan privacy klien
 Cuci tangan
 Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
 Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang bekas balutan ke
dalam bengkok kosong
 Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke dalam kom yang berisi
cairan hangat.
 Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres
 Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa kering. selanjutnya
dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga
 Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan kompres tiap 5 menit
 Lepaskan sarung tangan
 Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
 Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya

3) Hal yang perlu diperhatikan:

1. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap hangat

2. Cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar

3. Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres

4. Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka tertutup seperti memar atau
bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang penting bersih.

h. Kompres Dingin

Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Menempatkan suatu zat dengan suhu rendah bertujuan untuk
melakukan terapi penyembuhan

a) Tujuan

 Menurunkan suhu tubuh

 Mencegah peradangan meluas

 Mengurangi kongesti
 Mengurangi perdarahan setempat

 Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

b) Indikasi

 Klien dengan suhu tubuh yang tinggi

 Klien dengan batuk dan muntah darah

 Pascatonsilektomi

 Radang, memar

c) Kontraindikasi :

 Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran ke luka
terbuka
 Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan
kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud, dingin akan meningkatkan spasme
arteri
 Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi terhadap dingin
yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan
kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.

d) Cara pemberian kompres

Kompres dingin basah dengan air biasa/air es.

1) Persiapan alat

 Kom kecil berisi air biasa/air es


 Perlak pengalas
 Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu
 Sampiran bila perlu
 Selimut bila perlu
2) Prosedur :

 Atur posisi klien dengan senyaman mungkin


 Dekatkan alat-alat ke klien
 Pasang sampiran bila perlu
 Cuci tngan
 Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
 Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas sampai lembab
 letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
 ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah terendam dalam air biasa atau air
es.
 Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
 Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai
 Cuci tangan
 Dokumentasikan
3) Hal yang harus diperhatikan:

 Bila suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
 Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur selimut di atas dada dan
perut klien agar seprei atas tidak basah

2. Konsep Pencegahan Infeksi

a. Pengertian Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menghindari risiko infeksi yang ditularkan
oleh klien, petugas kesehatan, atau pengunjung.

b. Tujuan

Tujuan pencegahan infeksi adalah untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada tangan dan
tubuh yang mungkin dapat berpindah ke klien, pengunjung, peralatan, dan tenaga kesehatan lain. Selain
itu, juga untuk mencegah penyebaran kuman penyakit.

c. Rantai Infeksi

Rantai infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, diantarannya:

1. Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat di mana patogen dapat bertahan hjidup, tetapi dapat atau tidak dapat
berkembang biak. Sebagai contoh pseudomonas dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam
reservoir nebulizer yang digunakan dalam perawata klien dengan masalah pernapasan. Reservoir yang
paling dikenal adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup di kulit dan berada dalam rongga,
cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.
Karier adalah individu yang menunjukkan tidak adanya gejala penyakit, tetapi memiliki organism
patogen pada atau dalam tubuhnya yang yang dapat ditransfer ke individu lain.
2. Jalan masuk
Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari berbagai kuman
seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain. Organisme masuk ke tubuh melalui jalur
yang sama saat merek keluar.
3. Inang (host)
Inang merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan
kuman.
4. Jalan keluar
Jalan keluar merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir seperti sistem pernapasan,
sistem pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain. Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk
tunbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh
pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat berupa darah, kulit, ,membran mukosa,
traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, dan transplasenta (ibu ke janin).
5. Jalan penyebaran
Jalan penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke
berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.
d. Pengertian infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial adalah adalah infeksi yang terjadi di rumah sarkit berasal dari fasilitas rumah sakit
atau tenaga kesehatan atau pasien lain. Infeksi ini dapat terjadi saat pasien dirawat di rumah sakit atau
setelah pasien pulang.

Sumber infeksi nosokomial

1. Klien
Klien dapat menyebarkan kuman penyakit ke klien lain, tenaga kesehatan, petugas rumah sakit,
pengunjung, dan ke benda atau alat-alat di rumah sakit.
2. Petugas atau perawat
Perawat dan petugas kesehatan dapat terkontaminasi kuman penyakit dari satu pasien dan
menyebarkannya ke pasien lain, tenaga kesehatan lain, pengunjung, dan ke alat-alat rumah sakit.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat terkontaminasi kuman penyakit dari lingkungan luar atau dapat pula bertindak
sebagai pembawa (karier). Pengunjung dapat menyebarkan kuman ke klien dan lingkungan rumah sakit.
4. Sumber lain
Sumber lain dapat berupa lingkungan rumah sakit yang kurang bersih, peralatan rumah sakit yang tidak
bersih atau steril, peralatan/barang milik klien yang dibawa dari rumah, dan lain-lain. Kuman penyakit
dapat menyebar ke klien, pengunjung, dan petugas kesehatan. Faktor pendukung terjadinya infeksi
nosokomial antara lain terapi medis, kurangnya kebiasaan cuci tangan, dan rendahnya daya tahan
tubuh.

e. Prosedur pencegahan infeksi

1. Cuci tangan
Langkah cuci tangan adalah rata tata cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk membersihkan
jari – jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta bakteri jahat penyebab
penyakit.
Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang benar:
a) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun
kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
b) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

c) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

d) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

e) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian


f) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

g) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri
dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai
handuk atau tisu.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk
kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun
adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari
tangan ke tubuh anda.

2. Penggunaa Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri harus selalu tersedia untuk individu yang melakukan pelayanan klien.
a) Gaun
Alasan utama memakai gaun adalah untuk melindingi pengotoran pakaian selama kontak dengan
pakaian. Gaun menutup individu pelayanan kesehatan dan pengunjung dari kontak dengan materi darah
yang terinfeksi atau cairan tubuh.
b) Pelindung pernapasan
Gunakan pelindung seluruh wajah (dengan penutup mata, hidung, dan mulut) untuk mengantisipasi
percikan atau semua darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, gunakan masker juga saat bekerja
dengan klien yang ditempatkan pada pencegahan droplet atau darah. Jika klien berada dalam
perlindungan pencegahan udara untuk TB, gunakan masker tipe respirator yang disetujui OSHA.
c) Pelindung mata
Gunakan baik kacamata khusus atau google ketika melakukan prosedur yang menyebabkan percikan
atau semburan. Kacamata harus disesuaikan dengan wajah sehingga cairan tidak dapat masuk diantara
wajah dan kacamata.
d) Sarung tangan
Sarung tangan membantu untuk mencegah penularan patogen dengan kontak langsung dan tidak
langsung.

Ketika diperlukan alat perlindungan diri lengkat, pertama-tama lakukan cuci tangan, kemudian pakai
gaun, gunakan masker dan kacamata (selama diperlukan), dan diakhiri dengan memakai sarung tangan.

3. Pemasangan & Pelepasan Sarung Tangan Bersih dan Sarung Tangan Steril
a) Sarung Tangan Bersih
Cara pemasangan dan pelepasan bersih tidak memerlukan prosedur khusus. Pemasangannya dilakukan
seperti memasang sarung tangan pada umumnya, begitu juga saat pelepasan sarung tangan bersih.
b) Sarung tangan steril
1) Pemasangan
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang di tarik ke atas.
2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
3. Perawat mencuci tangan

4. Buka pembungkus bagian luar dari kemasan sarung tangan dengan memisahkan sisi - sisinya
5. Jaga agar sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam pembungkus

6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan pada tangan yang dominan terlebih
dahulu

7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan pegang tepi mancet sarung tangan
untuk menggunakan sarung tangan dominan

8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari - jari ke dalam mancet sarung tangan
kedua

9. Kenakan sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan

10. Jangan biarkan jari -jari tangan yang sudah bersarung tangan menyentuh setiap bagian atau benda yang
terbuka

11. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan jatuh ke tangan setelah pemakaian
sarung tangan

12. Setelah kedua tangan bersarung tangan tautkan kedua tangan ibu jari adduksi ke belakang

13. Pastikan setelah pemakaian sarung tangan steril hanya memegang alat - alat steril.
2) Cara melepaskan sarung tangan steril

1. Pegang bagian luar dari satu mancet dengan tangan bersarung tangan, hindari menyentuh pergelangan
tangan

2. Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, buang pada bengkok

3. Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian dalam sarung tangan
lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar, buang pada bengkok.
Daftar Pustaka

Aimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental keperawatan, Ed. 7, Vol 1. Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC.

Nasution, Septian. 2012. Prosedur Mengenakan dan Melepas Sarung Tangan [online]. Tersedia:
http://septinas.blogspot.com/2012/06/prosedur-mengenakan-melepas-sarung.html [9 Juni 2015].

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai