“Tinea Cruris”
DISUSUN OLEH:
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Menurut data UPTD Puskesmas Baluase angka kejadian Tinea
termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Baluase tahun 2017
yaitu menempati urutan kesembilan, dengan jumlah kasus 82 kasus (
Dermatitis Infeksi).
3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Baluase
4
BAB II
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.W
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Baluase
Tanggal pemeriksaan : 31 Juli 2018
Tempat Pemeriksaan : Puskesmas Baluase
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Gatal pada selangkangan
Riwayat Penyakit Sekarang :
2 bulan yang lalu pasien pernah menderita yang sama seperti ini
5
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
Pasien setiap harinya bekerja sebagai seorang petani di kebun.
Pasien memulai kerja dari jam 08.00 WITA hingga pukul 14.00 WITA.
Pada saat bekerja sering terpapar sinar matahari sehingga membuat pasien
berkeringat. Selesai melakukan kegiatan di kebun, pasien jarang
membersihkan badan dan jarang mengganti pakaian. Pasien biasanya
mandi dalam 2 hari sekali.
Tempat tinggal pasien adalah rumah beratap rumbia+seng terdapat
plavon, dengan lantai tanah dan semen, yang terdiri dari 1 kamar tidur.
Satu ruang tamu, satu ruang keluarga yang tergabung dengan ruang
makan. Terdapat dapur. Terdapat sumber air yang berasal dari
sumur/sungai. Rumah pasien tidak memiliki WC. Anggota keluarga
biasanya buang air besar WC umum yang ada di dekat rumah pasien.
c. Ukuran : -
6
d. Susunan : -
e. Distribusi : intertriginosa
f. Warna : coklat
g. Konsistensi : -
Kepala:
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal.
Mata : Konjungtiva : anemis (-/-),
sklera : ikterik (-/-)
refleks cahaya: (+/+),
refleks kornea: (+/+),
Pupil: Bulat, isokor.
Telinga : Otorrhea (-)
Hidung :Pernafasan cuping hidung(-), epistaksis: (-) Rhinorea (-)
Mulut : Bibir: Sianosis (-), Tonsil :T1-T1 tidak hiperemis.
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening : (-)
Pembesaran kelenjar thiroid : (-)
Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikular (+/+), Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
7
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular. Murmur (-),
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) : Kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani (+), asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan : (-), Distensi Abdomen (+)
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
V. DIAGNOSIS
Tinea Cruris
VI. DIAGNOSIS BANDING
Eritrasma
Kandidiasis intertriginosa
VII. TERAPI
- Sistemik
1. Antimikotik oral : Ketokonazol 1 x 200 mg/hari selama 2 minggu.
2. Antihistamin oral : Loratadin 1 x 10 mg/hari selama 10 hari.
8
- Topikal
1. Antimikotik topikal : ketokonazol 2 % 2 x 1 selama 2-4 minggu
Non medikamentosa :
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
- Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
- Menjaga kebersihan tubuh seperti mandi 2x sehari, mengganti pakaian
secara teratur terutama pakaian dalam.
- Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
- Apabila terdapat lembab pada lipatan paha segera dikeringkan
9
BAB III
PEMBAHASAN
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada
daerah genito krural (lipat paha, genitalia eksterna, sekitar anus dan dapat meluas
ke bokong dan perut bagian bawah). Penyebab dari Tinea kruris adalah
Trichophyton rubrum dan Epidermophyton floccosum. Dapat juga disebabkan
oleh Trichopyton mentagrophytes dan Trichopyton verrucosum. Infeksi Tinea
kruris dapat disebabkan oleh infeksi langsung (autoinoculation) misalnya karena
penderita sebelumnya menderita Tinea manus, Tinea pedis, atau Tinea unguium.
Dapat juga ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui handuk. 1,3
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
10
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah
sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
11
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu
1. Faktor genetik (keturunan),
2. Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,
3. Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan
4. Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya)
Berdasarkan hasil penelusuran kasus di atas, jika dilihat dari segi konsep
kesehatan masyarakat, maka ada beberapa faktor yang menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit pnemonia, yaitu:
1. Faktor Genetik
Berdasarkan teori Tinea bukanlah penyakit keturunan
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan fisik
Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal pasien yang mendukung
terjadinya penyakit Tinea yang dialaminya adalah:
Pasien tinggal di iklim tropis yang merupakan iklim yang baik untuk
perkembangan jamur penyebab tinea cruris. Pasien juga sering terpapar
sinar matahari yang membuat pasien sering berkeringat.
Kebiasaan Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pasien jarang mandi setelah beraktifitas, biasanya pasien mandi dalam
2x sehari. Pasien juga jarang mengganti pakaian terutama pakaian
dalam setelah beraktifitas.
Lingkungan sosial-ekonomi
Pasien berada pada status ekonomi menengah kebawah dengan
penghasilan yang kurang. Rendahnya status ekonomi akan menyulitkan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mendapatkan
pengobatan.
12
3. Faktor prilaku
Pengetahuan
Pendidikan yang rendah : pasien berpendidikan rendah sehingga
memiliki pengetahuan yang rendah terutama mengenai perilaku hidup
yang bersih dan sehat. Akibatnya, keluarga pasien kurang memiliki
kesadaran untuk berperilaku yang bersih dan sehat dirumah sehingga
memudahkan untuk terjadinya penyakit infeksi. Dalam kasus ini, jika
pengetahuan pasien baik, pasien akan melalukan aktifitas PHBS yang baik
sehingga akan mempersulit timbulnya penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
Sikap
Dari hasil anamnesis faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini
yaitu kebiasaan mandi yang kurang dan mengganti pakaian.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurangnya informasi mengenai penyakit Tinea
Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah akan berpengaruh
terhadap tindakan yang diambil terhadap pasien yang mengalami infeksi.
Hal ini menyebabkan keluarga pasien memerlukan informasi mengenai
infeksi pada kulit terutama Tinea Cruris sehingga keluarga dapat segera
membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
dapat mencegah terjadinya penyakit yang semakin memberat bahkan
menganggu aktifitas sehari hari
Pelayanan UKP
Pelayanan kesehatan masyarakat terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi Tinea mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan di
polik Umum dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
diagnosa, penatalaksanaan hingga melakukan edukasi pengenai penyakit
yang dialami kepada pasien. Setelah itu pasien menggambil obat di apotik
sebagai penyedia obat yang sesuai dengan resep dari dokter..
13
Pelayanan UKM
Dari pelayanan UKM, berbasis pelayanan Kesling yang berhubungan
dengan Tinea yaitu melakukan kegiatan pokok pengawasan rumah yang
berfungsi meningkatan pengetahuan, keterampilan, kesadaran, kemampuan
masyarakat dalam mewujudkan perumahan dan lingkungan sehat. Menurut
penangungjawab program kesehatan lingkungan program pengawasan
rumah turun lapangan diadakan satu kali dalam setiap bulan dengan
mengunjungi kelurahan yang berbeda tiap bulan, untuk kunjungan ke
rumah pasien jarang dilakukan oleh petugas, hal ini dikarenakan
kurangnya SDM untuk dapat menjangkau pemukiman penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Baluase, dimana satu orang dapat memegang
lebih dari satu program, sehingga dalam pelaksanaannya kunjungan masih
kurang maksimal.
Dari beberapa faktor tersebut diatas, dapat diketahui bahwa banyak hal
yang dapat menyebabkan pasien dalam kasus ini menderita Tinea cruris yaitu.
Ketidakseimbangan antara faktor pejamu, agen dan lingkungan dapat
menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Selain itu adanya faktor-faktor dalam
empat determinan kesehatan, seperti faktor lingkungan, perilaku dan faktor
pelayanan kesehatan masyarakat dapat menjadi penyebab timbulnya suatu
penyakit dalam masyarakat.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tinea masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki
peringkat sembilan di Puskesmas Baluase tahun 2017.
2. Penyakit Tinea Cruris pada kasus ini berkaitan dengan empat
determinan kesehatan, yaitu faktor lingkungan, perilaku, dan faktor
pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor lingkungan dan perilaku, yaitu pasien
terpapar sinar matahari yang membuat pasien sering berkeringat, dan
pasien memiliki perilaku PHBS yang buruk yaitu pasien jarang mandi
dan mengganti pakaian setelah beraktifitas.
3. Untuk faktor pelayan kesehatan juga berperan dalam terjadinya
kekambuhan penyakit yang dialami oleh pasien tersebut, dikarenakan
masih kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan
di puskesmas Baluase.
B. Saran
- Sebaiknya pengadaan alat pemeriksaan penunjang seperti Lampu wood
agar dapat menunjang diagnosis
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17
Kamar pasien
Ruang dapur
18