HERNIA INGUINALIS
Disusun Oleh :
Suci Sabila
406172033
Pembimbing:
dr. Suryo Adji, Sp.B
AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B
Mengetahui,
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi kesempatan untuk
menyusun referat dengan judul Hernia Inguinalis. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Hernia Inguinalis. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
2. AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B, selaku kepala SMF sekaligus dokter pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat maupun selama
penulis mengikuti kepaniteraan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
3. dr. Suryo Adji, Sp.B, selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti kepaniteraan Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang.
4. Ns. Yohana Kristiyaning, S.Kep, selaku perawat klinik Bedah Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang yang juga banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan tentang Bedah.
5. Para staf dan seluruh karyawan serta para perawat yang telah banyak membantu dan memberikan
saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani kepaniteraan di Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang.
6. Keluarga serta seluruh teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan
dalam penulisan referat ini.
Walaupun penulis mendapat berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan, dorongan,
bimbingan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
referat ini tepat pada waktunya.
Akhir kata, semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm dan
terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinal1. Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
a. Anterior: Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus
obliqus internus. 6
b. Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang bersatu dengan
fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk
oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis
muskulus transversus abdominis dan fasia transversal. 6
c. Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan muskulus
transversus abdominis dan aponeurosis. 6
d. Inferior: Dibentuk oleh ligamentum inguinal dan lakunare. 6
Ligamentum gubernakulum turun pada tiap sisi abdomen dari ujung gonad inferior ke
permukaan labia interna atau skrotum. Gubernakulum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernakulum bilateral. Pada pria testis
awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati kanalis
inguinalis ke skrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia inguinalis lateralis dengan angka
kejadian lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan,
sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis
disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi
yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.8
Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
transversa yang kuat sehingga menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan
intraabdomen lalu muskulus oblikus internus dan muskulus tranversus berkontraksi, serabut otot
yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon
yang melengkung meliputi spermatik kord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale
sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin
interna dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi muskulus transversus
abdominis menarik dan meregang krura anulus internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis
menebal sehingga cincin menutup seperti sphincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama
muskulus oblikus eksternus berkontraksi sehingga aponeurosis yang membentuk dinding anterior
kanalis inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang
lemah. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia1.
BAB III
HERNIA INGUINALIS
3.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan sebagai suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh
dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.3
Hernia inguinalis adalah kondisi protrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang
masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan sesuatu jaringan lemak atau
omentum.3
3.3 Klasifikasi
Hernia inguinalis dibedakan menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis dan medialis.
3.3.1 Hernia inguinalis lateralis
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui trigonum
Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan
oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses turunnya testis ke skrotum. Hernia dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di
kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi
sebagian kolon desendens. Pada hernia inguinalis lateralis, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang
melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.1
3.3.2 Hernia inguinalis medialis
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh peninggian
tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh sebab
itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Kadang ditemukan defek kecil di
muskulus oblikus internus abdominis. Pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang
sering menyebabkan strangulasi. Pada hernia inguinalis medialis, isi hernia tidak terkontrol oleh
tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan lipat paha, tidak turun
ke dalam sktrotum.1
3.5 Diagnosis
3.5.1 Anamnesa
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat benda berat, dan menghilang waktu istirahat
baring.1 Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering
gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung.1
3.5.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Keadaan asimetri akan tampak pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.7
Palpasi: Dengan jari telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya berarti hernia inguinalis medialis.7
Auskultasi: Jika benjolan berisi usus akan terdengar bising usus.7
3.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Tes urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha. Pemeriksaan radiologis tidak rutin dilakukan
pada pemeriksaan hernia tetapi ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa
pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.7
3.6 Tata-laksana
3.6.1 Tindakan Konservatif
Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi.1
Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya.1
Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.1
3.6.2 Tindakan Pembedahan
Jaringan Benjolan
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Arteri Aneurisma
3.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel1. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas 11 omentum, organ ekstraperitoneal1. Di sini tidak timbul
gejala klinis kecuali berupa benjolan1. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana1. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, maka lebih sering terjadi jepitan parsial1. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu
dua segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritoneum seperti huruf “W”1. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia1. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia1. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu (strangulasi)1. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus1. Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut1.
3.9 Prognosis
Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis lateralis pada dewasa dilaporkan
berkisar 0,6-3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab residif yang paling sering ialah
penutupan annulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi kantong
yang kurang memadai dan tidak teridentifikasinya hernia femoralis atau hernia inguinalis
medialis.1 Sementara itu, kekambuhan dari perbaikan hernia medialis adalah 1-28%.1 Pada
hernia inguinalis medialis, penyebab residif umumnya karena regangan yang berlebihan pada
jahitan plastik atau akibat relaxing incision pada sarung rektus.1 Penggunaan mesh pada
perbaikan hernia menurunkan resiko kekambuhan 5-75%.1
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal. Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis (hernia inguinalis direk)
dan hernia ingunalis lateralis (hernia indirek) dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih
banyak dua pertiga dari hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan
pada pria daripada wanita.
Terdapat berbagai macam faktor resiko dalam timbulnya hernia pada seseorang seperti
umur, pekerjaan, obesitas dan batuk kronis. Faktor resiko tersebut memicu melemahnya dinding
abdomen dan meningkatnya tekanan intraabdomen. Gejala klinis yang biasa muncul pada hernia
inguinalis antara lain teraba adanya benjolan di daerah lipat paha yang dapat dipicu oleh batuk,
mengedan dan menghilang ketika tidur, lalu adanya rasa nyeri atau terbakar di daerah lipat paha
dan skrotum juga rasa seperti ada yang menekan di daerah lipat paha.
Dalam penanganan hernia inguinalis, terdapat dua cara yaitu secara konservatif dan
pembedahan. Tindakan konservatif diantaranya dengan melakukan reposisi manual, reposisi
spontan pada anak dan memberikan bantal penyangga. Penanganan secara konservatif seringkali
menimbulkan residif dan memberikan efek samping lain sehingga jika sudah tegak diagnosis
hernia inguinalis tidak ada penanganan lain sebaik dengan tindakan pembedahan. Tindakan
pembedahan memiliki dua cara yaitu herniotomi dimana isi yang ada didalam kantong hernia
dibebaskan dan selanjutnya hernioplasti dimana dinding dari kanalis inguinalis diperkuat untuk
meminimalisir terjadinya residif.
DAFTAR PUSTAKA