Anda di halaman 1dari 18

REFERAT BEDAH

HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh :
Suci Sabila
406172033

Pembimbing:
dr. Suryo Adji, Sp.B
AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RS BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 28 MEI 2018 – 11 AGUSTUS 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama/ NIM : Suci Sabila / 406172033


Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tarumanagara
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 28 Mei – 11 Agustus 2018
Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang
Modul Referat : Hernia Inguinalis
Pembimbing : dr. Suryo Adji, Sp.B
AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B

Telah diperiksa dan disahkan tanggal 30 Juli 2018

Mengetahui,

Ketua SMF Bedah dan Pembimbing,


Pembimbing,

AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B dr. Suryo Adji, Sp.B


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi kesempatan untuk
menyusun referat dengan judul Hernia Inguinalis. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Hernia Inguinalis. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
2. AKBP dr. Adi Purnomo, Sp.B, selaku kepala SMF sekaligus dokter pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat maupun selama
penulis mengikuti kepaniteraan di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
3. dr. Suryo Adji, Sp.B, selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti kepaniteraan Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang.
4. Ns. Yohana Kristiyaning, S.Kep, selaku perawat klinik Bedah Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang yang juga banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan tentang Bedah.
5. Para staf dan seluruh karyawan serta para perawat yang telah banyak membantu dan memberikan
saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani kepaniteraan di Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang.
6. Keluarga serta seluruh teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan
dalam penulisan referat ini.

Walaupun penulis mendapat berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan, dorongan,
bimbingan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
referat ini tepat pada waktunya.

Akhir kata, semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Semarang, 23 Juli 2018


BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan1. Hernia terdiri atas cincin, kantung, dan isi hernia1. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita1.
Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, hernia inguinal, hernia umbilikalis, hernia femoralis1.
Umumnya hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal (direk dan
indirek), serta hernia femoralis1. Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan
lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan mempunyai presentase
sekitar 75-80% dari seluruh jenis hernia1. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis
lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih
banyak dua pertiga dari hernia inguinalis medialis2. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan
pada pria daripada wanita dengan angka perbandingan kejadian 13,9% pada laki-laki dan
2,1% pada perempuan2. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur2.
Insidens hernia yang meningkat dengan bertambahnya umur mungkin disebabkan oleh
menignkatnya penyakit yang membuat tekanan intraabdomen meninggi dan berkurangnya
kekuatan jaringan penunjang1.
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah tindakan
pembedahan3. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur bedah mengenai
hernia inguinalis3. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat yang
bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun3.
Kasus hernia inguinalis di USA (United States of America) sekitar 800.000 kasus setiap tahun
dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahun3. Salah satu rumah sakit di Indonesia
yaitu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis
dari keseluruhan pasien bedah rawat jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau dengan prevalensi
6,12 %4.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Struktur lapisan abdomen daerah inguinal5


a. Kulit (kutis) 5
b. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak5
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun kesekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian profundus meluas dari dinding abdomen kearah penis
(Fasia Buck)
c. Innominate fasia (Gallaudet): lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar
dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui5
d. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak
mulai dari sias sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernat) merupakan
paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus
eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari
45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk
pinggir medial kanalis femoralis dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut
aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin eksterna yang meluas ke linea alba5
e. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita5
f. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon5
g. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea
(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis5
h. Jaringan penghubung peritoneal dengan lemak5
i. Peritoneum5
j. Cincin inguinal superfisial dan profundus5
Gambar 2.1 Lapisan abdomen3

 Struktur Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm dan
terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinal1. Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:

a. Anterior: Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus
obliqus internus. 6
b. Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang bersatu dengan
fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk
oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis
muskulus transversus abdominis dan fasia transversal. 6
c. Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan muskulus
transversus abdominis dan aponeurosis. 6
d. Inferior: Dibentuk oleh ligamentum inguinal dan lakunare. 6

Gambar 2.2 Kanalis Inguinalis3


Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Batas cincin
interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis, iliopubik tract dan ligamen
interfoveolar (trigonum Hasselbach) dan pembuluh darah epigastrika inferior di bagian medial.
Batas cincin eksternal adalah daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,
berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial.7

Ligamentum gubernakulum turun pada tiap sisi abdomen dari ujung gonad inferior ke
permukaan labia interna atau skrotum. Gubernakulum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernakulum bilateral. Pada pria testis
awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati kanalis
inguinalis ke skrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia inguinalis lateralis dengan angka
kejadian lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan,
sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis
disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi
yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.8

Gambar 2.3 Perbandingan HIL dan Anatomi Normal8

Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
transversa yang kuat sehingga menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan
intraabdomen lalu muskulus oblikus internus dan muskulus tranversus berkontraksi, serabut otot
yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon
yang melengkung meliputi spermatik kord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale
sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin
interna dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi muskulus transversus
abdominis menarik dan meregang krura anulus internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis
menebal sehingga cincin menutup seperti sphincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama
muskulus oblikus eksternus berkontraksi sehingga aponeurosis yang membentuk dinding anterior
kanalis inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang
lemah. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia1.
BAB III
HERNIA INGUINALIS

3.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan sebagai suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh
dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.3
Hernia inguinalis adalah kondisi protrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang
masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan sesuatu jaringan lemak atau
omentum.3

Gambar 3.1 Hernia Inguinalis9

3.2 Faktor resiko


 Usia
Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis sebagaimana pada
hernia inguinalis medialis lebih sering pada laki-laki usia tua yang telah mengalami
kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebaliknya pada dewasa muda berkisar antara 20-40
tahun yang merupakan usia produktif apabila melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-
menerus sehingga dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.10
 Pekerjaan
Aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen memberikan
predisposisi besar terjadinya hernia inguinalis pada pria. Dan apabila terjadi pengejanan pada
aktivitas fisik maka proses pernapasan terhenti sementara menyebabkan diafragma
berkontraksi sehingga meningkatkan kedalaman rongga torak, pada saat bersamaan
diafragma dan otot-otot dinding perut dapat meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga
terjadi dorongan isi perut dinding abdomen ke kanalis inguinalis.11
 Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada
jaringan adiposa. Pada obesitas terjadi kelemahan pada dinding abdomen yang disebabkan
dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di dinding rongga perut sehingga menimbulkan
kelemahan jaringan rongga dinding perut dan dapat terjadi defek pada kanalis inguinalis.12
 Batuk kronis
Memiliki riwayat batuk kronis juga merupakan salah satu pemicu terjadinya hernia
dimana peningkatan tekanan intraabdomen meningkat ketika batuk. Biasanya sering
ditemukan pada orang yang memiliki kebiasaan merokok dalam jangka waktu lama atau pada
orang yang memiliki riwayat penyakit kronis yang salah satu gejalanya adalah batuk.13

3.3 Klasifikasi
Hernia inguinalis dibedakan menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis dan medialis.
3.3.1 Hernia inguinalis lateralis
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui trigonum
Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan
oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses turunnya testis ke skrotum. Hernia dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di
kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi
sebagian kolon desendens. Pada hernia inguinalis lateralis, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang
melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.1
3.3.2 Hernia inguinalis medialis
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh peninggian
tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh sebab
itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Kadang ditemukan defek kecil di
muskulus oblikus internus abdominis. Pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang
sering menyebabkan strangulasi. Pada hernia inguinalis medialis, isi hernia tidak terkontrol oleh
tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan lipat paha, tidak turun
ke dalam sktrotum.1

Gambar 3.2 Henia direk dan indirek9

3.4 Manifestasi Klinik


 Benjolan di lipat paha14
 Rasa terbakar atau nyeri pada benjolan14
 Rasa berat dan seperti ada tekanan di daerah lipat paha14
 Nyeri dan bengkak di daerah skrotum14

3.5 Diagnosis
3.5.1 Anamnesa
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat benda berat, dan menghilang waktu istirahat
baring.1 Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering
gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung.1
3.5.2 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi: Keadaan asimetri akan tampak pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.7
 Palpasi: Dengan jari telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya berarti hernia inguinalis medialis.7
 Auskultasi: Jika benjolan berisi usus akan terdengar bising usus.7
3.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Tes urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha. Pemeriksaan radiologis tidak rutin dilakukan
pada pemeriksaan hernia tetapi ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa
pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.7

3.6 Tata-laksana
3.6.1 Tindakan Konservatif
 Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi.1
 Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya.1
 Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.1
3.6.2 Tindakan Pembedahan

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplasti.1

- Herniotomi: tindakan membuka kantong hernia sampai ke lehernya, memasukkan


kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin dan memotong kantong hernia.1

Gambar 3.3 Herniotomi15

- Hernioplasti: tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding


belakang kanalis inguinalis.1 Terdapat beberapa metode hernioplasti, yaitu:
 Metode Bassini: Memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, menjahit pertemuan otot transversus
internus abdominis dan otot oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoins tendon, ke ligamentum inguinale Pouparti.16
 Metode Lotheissen-McVay: Menjahit fasia transversa, otot transversus abdominis dan
otot oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper.16
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain adalah terdapat regangan berlebihan pada otot-
otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan pendekatan
bebas regangan yaitu teknik hernioplasti menggunakan mesh dan sekarang teknik ini banyak
dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh protesis untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum inguinal.1.

Gambar 3.4 Penggunaan Mesh17

3.7 Diagnosis Banding


 Hidrokel: Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.14
 Varikokel: Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah
beberapa tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis
yang terasa nyeri.14
 Benjolan-benjolan lain14:

Jaringan Benjolan

Kulit Kista sebasea atau epidermoid

Lemak Lipoma
Fasia Fibroma

Otot Tumor yang mengalami hernia melalui


pembungkusnya

Arteri Aneurisma

Vena Vena varikosa

Limfe Pembesaran KGB

3.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel1. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas 11 omentum, organ ekstraperitoneal1. Di sini tidak timbul
gejala klinis kecuali berupa benjolan1. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana1. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, maka lebih sering terjadi jepitan parsial1. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu
dua segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritoneum seperti huruf “W”1. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia1. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia1. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu (strangulasi)1. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus1. Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut1.

3.9 Prognosis
Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis lateralis pada dewasa dilaporkan
berkisar 0,6-3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab residif yang paling sering ialah
penutupan annulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi kantong
yang kurang memadai dan tidak teridentifikasinya hernia femoralis atau hernia inguinalis
medialis.1 Sementara itu, kekambuhan dari perbaikan hernia medialis adalah 1-28%.1 Pada
hernia inguinalis medialis, penyebab residif umumnya karena regangan yang berlebihan pada
jahitan plastik atau akibat relaxing incision pada sarung rektus.1 Penggunaan mesh pada
perbaikan hernia menurunkan resiko kekambuhan 5-75%.1
BAB IV

KESIMPULAN

Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal. Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis (hernia inguinalis direk)
dan hernia ingunalis lateralis (hernia indirek) dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih
banyak dua pertiga dari hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan
pada pria daripada wanita.
Terdapat berbagai macam faktor resiko dalam timbulnya hernia pada seseorang seperti
umur, pekerjaan, obesitas dan batuk kronis. Faktor resiko tersebut memicu melemahnya dinding
abdomen dan meningkatnya tekanan intraabdomen. Gejala klinis yang biasa muncul pada hernia
inguinalis antara lain teraba adanya benjolan di daerah lipat paha yang dapat dipicu oleh batuk,
mengedan dan menghilang ketika tidur, lalu adanya rasa nyeri atau terbakar di daerah lipat paha
dan skrotum juga rasa seperti ada yang menekan di daerah lipat paha.
Dalam penanganan hernia inguinalis, terdapat dua cara yaitu secara konservatif dan
pembedahan. Tindakan konservatif diantaranya dengan melakukan reposisi manual, reposisi
spontan pada anak dan memberikan bantal penyangga. Penanganan secara konservatif seringkali
menimbulkan residif dan memberikan efek samping lain sehingga jika sudah tegak diagnosis
hernia inguinalis tidak ada penanganan lain sebaik dengan tindakan pembedahan. Tindakan
pembedahan memiliki dua cara yaitu herniotomi dimana isi yang ada didalam kantong hernia
dibebaskan dan selanjutnya hernioplasti dimana dinding dari kanalis inguinalis diperkuat untuk
meminimalisir terjadinya residif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC. 2010.
2. Ruhl CE, Everhert JE. Risk factors for inguinal hernia among adults in the US
population. Am J Epidemiol. 2007.
3. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2004.
4. Rekam Medik. Data Rekam Medik. Sragen: RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
2012.
5. Brunicardi, F Charles. Inguinal Hernias Schwartz’s Principles of Surgery. 08th Edition.
New york: Mc Graw-Hill. 2005.
6. Kerry V, Cooke. Incarcerated hernia. 2005. http://webmed.com
7. Way, Lawrence W. Hernia & Other Lesions of the Abdominal Wall, Current Surgical
Diagnosis and Treatment. 11th Edition. New york: Mc Graw-Hill. 2003.
8. Norton, Jeffrey A. Hernias and Abdominal Wall Defects Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. New york: Springer. 2001
9. http://slu.adam.com/content.aspx?productId=617&pid=3&gid=100027
10. Sabiston D, C. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. 2010.
11. Syifa’MEDIKA. Jurnal, vol.6 (No.1). September, 2015.
12. WHO. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva.. 2000.
13. Constance ER, James E. Risk factors for inguinal hernia among adults in the US
population. American J Epidemiology. Am J Epidemiol. 2007;165(10):1154-61.
14. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta. Indonesia: Media Aesculapius.
2000.
15. https://www.google.co.id/search?q=herniotomy&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwi675nf49_cAhWFfSsKHTpwBh4Q_AUICigB&biw=1148&bih=62
8#imgrc=MYkDNXsfGkdS5M:
16. Zinner, Michaek J. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. 10th Edition. New York:
Mc Graw-Hill. 2001.
17. https://www.hollis-wright.com/hernia-mesh.html

Anda mungkin juga menyukai