Anda di halaman 1dari 8

STUDI PENGGUNAAN MATERIAL RETROFIT WIREMESH DAN SCC

DENGAN VARIASI OVERLAPPING TULANGAN DI SEPERTIGA


BENTANGAN TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK BETON
BERTULANG

STUDY OF THE USE RETROFIT MATERIALS WIREMESH AND SCC WITH


OVERLAPPING VARIATION OF REINFORCEMENT IN ONE – THIRD OF THE
STRETCH TO FLEXURAL BEHAVIOR OF REINFORCED CONCRETE BEAM
Beatriks Thomana1, Herman Parung2, A. Arwin Amiruddin3

Abstrak
Balok beton bertulang sebagai salah satu elemen struktur yang sering dijumpai dalam pemasangan tulangannya
memerlukan penyambungan karena ketersediaan panjang tulangan di lapangan. Penyambungan tulangan pada
beton sebaiknya tidak diletakkan pada daerah momen lentur maksimum dan tidak terkumpul dalam satu lokasi
yang sama karena akan memperlemah penampang beton khususnya balok. Balok beton bertulang dapat diperkuat
untuk menahan beban dengan cara menempelkan wiremesh yang dilapisi Self Compacting Concrete (SCC) pada
daerah lentur, geser, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini menggunakan 4 sampel benda uji berupa balok
berdimensi 270 cm x 15 cm x 20 cm. Benda uji terdiri dari 1 sampel balok yang tidak diperkuat sebagai balok
kontrol (BN) dan 3 sampel balok yang diperkuat dengan wiremesh dan SCC pada daerah lentur dengan variasi
overlapping tulangan di sepertiga bentangan balok (BWS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok yang
diperkuat dengan wiremesh dan SCC mampu meningkatkan kekuatan balok dalam menahan beban sebesar 11,558
% untuk balok BWS 50D, 17,085 % untuk balok BWS 60D, dan 16,080 % untuk balok BWS 70D terhadap balok
normal (BN). Selain itu, balok yang diperkuat dengan wiremesh dan SCC lebih daktail dibandingkan dengan
balok normal (BN). Hal ini terlihat dari lendutan yang terjadi pada balok retrofit lebih besar daripada balok normal
(BN).
Kata kunci : Balok Beton Bertulang, Sambungan Tulangan, Wiremesh, SCC, Perilaku Lentur
Abstract
Reinforced concrete beams as one of the structural elements that are often found in the installation of
reinforcement requires grafting due to the availability of reinforcement length in the field. The reinforcement of
the reinforcing concrete should not be placed in the maximum flexural moment areas and not collected in the same
location as it will weaken the concrete cross section especially the beam. Reinforced concrete beams can be
strengthened to withstand loads by attaching wiremesh coated Self Compacting Concrete (SCC) to bending areas,
shear, or a combination of both. This study used 4 test specimens of beam with dimension 270 cm x 15 cm x 20
cm. The test specimens consisted of a single beam is not strengthened as a control beam (BN) and 3 specimens
strengthened beams with wiremesh and SCC at the flexural area with overlapping variation of reinforcement in
one third of the beam stretch (BWS). The results showed that the beam strengthened with wiremesh and SCC
increased the beam strength in 11.558% for BWS 50D, 17.085% for BWS 60D, and 16.080% for BWS 70D
beams of normal beam (BN). In addition, the beam reinforced with wiremesh and SCC is more ductile than the
normal beam (BN). This can be seen from the deflection that occurs in the retrofit beam larger than the normal
beam (BN).
Keywords: Concrete Reinforced Beam, Reinforcement Connection, Wiremesh, SCC, Flexural Behavior

1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : beatriks_thomana@yahoo.com
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : parungherman@yahoo.co.id
3
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : a.arwinamiruddin@yahoo.com
I. PENDAHULUAN karena adanya variasi overlapping tulangan
Balok sebagai salah satu elemen struktur di sepertiga bentangan balok.
yang sering dijumpai, merupakan elemen yang 3. Untuk menganalisis mode kegagalan /
cukup besar peranannya dalam memikul beban, keruntuhan yang terjadi pada balok beton
terutama beban lentur. Elemen struktur yang bertulang yang diperkuat dengan wiremesh
panjang dan menerus seperti balok, membuat dan SCC karena adanya variasi
tulangan yang dipasang memerlukan overlapping tulangan di sepertiga
penyambungan akibat ketersediaan panjang bentangan balok.
tulangan di lapangan. Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
Penyambungan tulangan pada beton harus 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
diperhitungkan dengan cermat dan teliti agar referensi untuk mengetahui bagaimana
transfer tegangan lekatan antara tulangan yang perilaku lentur balok beton bertulang yang
satu dengan tulangan lainnya tercukupi. diperkuat dengan wiremesh dan SCC
Penyambungan tulangan sebaiknya tidak karena adanya variasi overlapping tulangan
diletakkan pada daerah dimana terjadi momen di sepertiga bentangan balok.
lentur maksimum dan juga tidak terkumpul pada 2. Dapat memberikan solusi yang efektif dan
satu lokasi yang sama karena akan memperlemah ekonomis dalam dunia konstruksi.
penampang beton khususnya pada balok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA
oleh A. Arwin Amiruddin (2009) pada benda uji Sambungan Batang Tulangan
balok beton bertulang dengan perkuatan lentur Sambungan batang tulangan (splices) di
menggunakan Carbon Fiber Reinforced Polymer lapangan seringkali diperlukan karena
(CFRP) Grid diperoleh kekuatan lentur 3 kali keterbatasan panjang tulangan yang tersedia,
lebih kuat dari beton normal. Namun, dikarenakan persyaratan pada sambungan konstruksi, dan
masyarakat belum terlalu mengetahui material perubahan dari tulangan diameter besar ke
CFRP dan juga karena harganya yang mahal, tulangan diameter lebih kecil. Penyambungan
maka dipilih material wiremesh sebagai alternatif tulangan di lapangan diperlukan untuk
pengganti CFRP Grid. mentransfer tegangan lekatan antara tulangan
Balok beton bertulang dapat diperkuat yang satu ke tulangan yang lainnya.
untuk menahan beban dengan cara menempelkan Untuk menghindari terjadinya kegagalan
wiremesh yang dilapisi Self Compacting Concrete struktur, penyambungan batang tulangan di daerah
(SCC) pada daerah lentur, daerah geser, ataupun momen lentur maksimum balok sebaiknya tidak
kombinasi keduanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan. Selain itu, penyambungan tulangan
dilakukan oleh Hery Dualembang (2014) pada tidak terkumpul pada satu titik yang sama karena
benda uji balok beton bertulang yang diperkuat akan memperlemah penampang beton atau
dengan menggunakan wiremesh pada daerah membentuk garis lemah struktur. Penyelesaian
lentur, diperoleh kekuatan lentur sebesar 6 – 40 % sambungan tulangan dapat dilakukan dengan cara
terhadap balok normal. pengelasan, penggunaan alat sambung mekanis,
Berkaitan dengan hal tersebut, maka atau sambungan lewatan yaitu membuat tulangan
dilakukan penelitian tentang pengaruh bertumpang tindih kemudian diikat dengan kawat
penggunaan wiremesh sebagai perkuatan balok baja.
beton bertulang terhadap perilaku lentur balok
Material Retrofit
karena adanya variasi overlapping tulangan di
Retrofitting adalah kegiatan memperkuat
sepertiga bentangan balok beton bertulang.
atau memperbaiki struktur bangunan yang sudah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
ada agar bisa dalam menghemat biaya
maka tujuan penelitian ini adalah :
perencanaan konstruksi bangunan. Retrofitting ini
1. Untuk menganalisis perilaku lentur balok
bertujuan untuk menghasilkan perkuatan
beton bertulang yang diperkuat dengan
bangunan yang lebih kuat lagi dari sebelumnya.
wiremesh dan SCC karena adanya variasi
overlapping tulangan di sepertiga Wiremesh
bentangan balok. Wiremesh adalah jaring baja tulangan yang
2. Untuk menganalisis pola retakan yang berbentuk persegi yang dapat digunakan untuk
terjadi pada balok beton bertulang yang penulangan beton terutama pada struktur pelat
diperkuat dengan wiremesh dan SCC lantai beton bertulang. Keuntungan menggunakan
wiremesh adalah mempercepat proses pembuatan 4. Proses pengecoran lebih cepat.
bangunan dan konstruksi beton menjadi lebih 5. Susut lebih rendah.
akurat, bangunan jadi lebih baik mutunya dengan 6. Dapat membungkus tulangan dengan baik.
yang biaya lebih hemat. 7. Mengurangi polusi suara akibat vibrator.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Secara garis besar, metodologi penelitian yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut.
Mulai

Kajian Pustaka
Teori Dasar dan Jurnal

Persiapan :
· Desain Benda Uji
· Bahan dan Alat Pengujian
Gambar 1. Wiremesh
Self Compacting Concrete (SCC)
· Uji Karakteristik Agregat
Self Compacting Concrete (SCC) adalah · Uji Tarik Baja Tulangan
beton yang memiliki sifat plastis dan dapat
mengalir sendiri tanpa perlu dipadatkan dengan
bantuan alat pemadat mekanis / vibrator. Dalam
pembuatannya, material yang digunakan harus Pembuatan Balok Normal :
memenuhi kriteria-kriteria sebaga berikut : · Pembuatan Balok Normal Ukuran 270 cm x 15 cm x 20 cm
1. Agregat kasar berdiameter maksimum 20 · Pembuatan Sampel Silinder Beton Normal
· Pembuatan Sampel Balok 40 cm x 10 cm x 10 cm
mm ( Ømaks 20 mm ).
2. Agregat halus memiliki modulus kehalusan
antara 2.5 – 3.2.
3. Agregat gabungan harus dianalisis dengan Perawatan Benda Uji Selama 28 Hari
teliti untuk memperoleh gradasi yang baik
dan kompak sesuai dengan persyaratan.
4. Persentase gabungan kerikil dan pasir 45% A
- 55%.
5. Penggunaan bahan tambah / zat adiktif
untuk mereduksi air campuran sehingga
faktor air semen yang rendah tetap dapat
dipertahankan untuk mengurangi bleending
dan segregasi.
6. Slump Flow campuran beton berkisar
antara 60 – 75 mm.
7. Air yang digunakan harus memenuhi
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (
Bahan Bangunan Bukan Logam ) SK SNI
S-04-1989-F.
Dengan menerapkan kriteria-kriteria
seperti diatas, maka dapat diperoleh komposisi
campuran SCC yang memiliki keunggulan sebagai
berikut :
1. Lebih homogen dan stabil.
2. Tidak memerlukan pemadatan manual.
3. Lebih kedap dan porositas lebih rendah.
A

Pembuatan Balok Retrofit :


· Pemasangan Wiremesh yang Dilapisi SCC pada Balok
Normal Umur 14 Hari
· Pembuatan Sampel Silinder Beton SCC
· Pembuatan Sampel Balok 40 cm x 10 cm x 10 cm

b. Balok Retrofit wiremesh dan SCC dengan


Perawatan Benda Uji Selama 28 Hari overlapping tulangan 50D (BWS 50D)

Pengujian Balok Normal :


· Pengujian Karakteristik Beton Normal
· Pengujian Kuat Lentur Balok Normal

Pengujian Balok Retrofit :


· Pengujian Karakteristik Beton SCC
· Pengujian Kuat Lentur Balok Retrofit
c. Balok Retrofit wiremesh dan SCC dengan
overlapping tulangan 60D (BWS 60D)

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian


Desain Benda Uji
Dimensi dan tulangan balok dianalisa d. Balok Retrofit wiremesh dan SCC dengan
dengan metode kekuatan batas (ultimate strength overlapping tulangan 70D (BWS 70D)
design) dan pengujian balok dilakukan dengan
instrumen standar umum pengujian balok. Desain
balok sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan 4 sampel balok


beton bertulang berdimensi 270 cm x 15 cm x 20
Gambar 3. Desain Beban dan Balok cm, dimana 1 sampel merupakan balok normal
(BN) dan 3 sampel balok retrofit (BWS).
Adapun variasi benda uji adalah
sebagai berikut : Model Pengujian
a. Balok Normal Pengujian balok dilakukan dengan
pembebanan two point load, dengan pembebanan
yang bersifat monotonik dengan kecepatan ramp
actuator konstan sebesar 0,05 mm/dt sampai
balok runtuh. Pada bagian atas distribute load,
diletakkan load cell untuk mengentahui besarnya
beban yang diberikan oleh alat Static Loading
Frame. Selain itu, 3 buah LVDT dipasang untuk Hubungan Beban dan Lendutan
merekam lendutan yang terjadi pada beberapa
lokasi pada benda uji. Kemudian pembacaan
direkam melalui data logger TDS 530 dan
dikontrol melalui komputer.

Gambar 5. Grafik Hubungan Beban dan


Lendutan
Gambar 4. Model Pengujian (tampak depan)
Dari Gambar 5 memperlihatkan bahwa
balok normal (BN) mengalami retak awal pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
beban 5,664 kN dengan lendutan sebesar 1,263
Karakteristik Material Beton dan Baja
mm. Pada balok retrofit wiremesh dan SCC
Tabel 1. Karakteristik Beton
dengan overlapping tulangan sebesar 50D di
Normal SCC
Karakteristik Beton sepertiga bentangan balok ( BWS 50D)
(MPa) (MPa)
mengalami retak awal pada beban 7,963 kN
Kuat Tekan (f’c) 16.77 42.48 dengan lendutan sebesar 1,608 mm. Pada balok
Modulus Elastisitas BWS 60D mengalami retak awal pada beban
20415.92 23192.24
(Ec) 8,363 kN dengan lendutan sebesar 1,933 mm dan
Kuat Tarik Belah pada balok BWS 70D mengalami retak awal pada
2.375 3.801
(fct) beban 8,930 kN dengan lendutan sebesar 2,673
Modulus mm.
3.392 4.757
Keruntuhan (fr) Selanjutnya balok memasuki daerah
Tabel 2. Karakteristik Tulangan dan Wiremesh plastis hingga kemudian tulangan mengalami
leleh yang ditandai dengan peningkatan lendutan
σy σu
Material ε (%) yang lebih besar tanpa diikuti dengan peningkatan
(N/mm2) (N/mm2)
beban yang signifikan. Beban terus bertambah
Ø 8 mm 355.66 504.57 44 hingga mercapai beban maksimum yaitu pada
Ø 10 mm 383.74 540.76 47 balok BN sebesar 26,523 kN dengan lendutan
Welded sebesar 52,253 mm, pada balok BWS 50D sebesar
Wiremesh 29,588 kN dengan lendutan sebesar 61,682 mm,
679.41 764.33 28.33 pada balok BWS 60D sebesar 31,054 kN dengan
Galvanized
tipe 2210 lendutan sebesar 67,035 mm, dan pada balok
Dari hasil pengujian kuat tarik baja, dapat BWS 70D sebesar 30,788 kN dengan lendutan
diketahui bahwa baja tulangan Ø 8 dan Ø 10 sebesar 68,629 mm.
termasuk dalam BJTP 30. Dari grafik beban lendutan diatas
memperlihatkan bahwa kapasitas beban
meningkat seiringan dengan perbesaran
overlapping tulangan. Peningkatan kapasitas
beban terhadap balok kontrol dapat dilihat pada
tabel berikut.
Pola Retak dan Mode Kegagalan
Tabel 3 Persentase Peningkatan Kapasitas Beban

(a)
Lendutan

(b)

(c)
Gambar 6. Grafik Lendutan pada Beban
Maksimum
Gambar 6 memperlihatkan lendutan yang terjadi
pada tiap balok saat beban maksimum. Lendutan
yang terjadi pada balok kontrol (BN) sebesar
52,253 mm pada saat beban maksimum sebesar
26,523 kN. Setelah balok diberi perkuatan (d)
wiremesh dan SCC, lendutan yang terjadi pada Gambar 7. Pola Retak Balok (a) BN; (b) BWS
balok BWS 50D sebesar 61,682 mm, pada balok 50D; (c) BWS 60D; dan (d) BWS 70D
BWS 60D sebesar 67,035 mm, dan pada balok
BWS 70D sebesar 68,629 mm. Hal ini Berdasarkan Gambar 7. menunjukkan
bahwa balok BN (a), balok retrofit wiremesh dan
memperlihatkan bahwa penggunaan wiremesh dan
SCC BWS 50D (b), BWS 60D (c), dan BWS 70D
SCC, serta perbesaran overlapping tulangan
(d) mengalami kegagalan lentur. Hal ini dapat
meningkatkan kekuatan balok dan memperbesar
dilihat dari pola retak yang terjadi pada masing –
lendutan.
masing benda uji merupakan pola retak lentur.
Daktilitas Mode kegagalan / keruntuhan yang terjadi
Nilai daktilitas masing – masing balok pada balok yang diperkuat dengan wiremesh dan
dapat dilihat pada tabel berikut. SCC terjadi debonding failure dimana ikatan
Tabel 4. Daktilitas Tiap Balok antara beton eksisting dengan beton SCC terlepas
akibat kurang melekatnya beton eksisting dengan
beton SCC seperti terlihat dalam gambar berikut.

Dari Tabel 4 diperoleh daktilitas dari balok


kontrol (BN) sebesar 4,618 (daktail parsial), balok
BWS 50D sebesar 4,379 (daktail parsial), balok
BWS 60D sebesar 5,567 (daktail penuh), dan
balok BWS 70D sebesar 5.176 (daktail parsial). Gambar 8. Debonding Failure
Selain itu wiremesh pada daerah lentur
dalam keadaan putus. Hal ini menunjukkan bahwa beton retrofit. Selain itu, lapisan beton
beton SCC memberikan lekatan yang baik SCC memberikan lekatan yang baik pada
terhadap wiremesh. wiremesh.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disarankan beberapa hal
yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan variasi lapisan wiremesh yang
berbeda dengan overlapping tulangan yang
sama misalnya penambahan jumlah lapisan
wiremesh atau dengan menggunakan
wiremesh dengan diameter yang lebih
besar.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan variasi tebal lapisan beton SCC.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya
Detail pada beton eksisting ditambahkan angkur
Wiremesh putus atau kawat bendrat yang nantinya
digunakan untuk mengaitkan wiremesh
pada beton eksisting.
4. Untuk penelitian selanjutnya, ditambahkan
data perilaku lentur untuk balok normal
dengan variasi overlapping tulangan tanpa
Gambar 9. Wiremesh dalam Keadaan Putus
perkuatan wiremesh dan SCC.
V. PENUTUP
5. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan
KESIMPULAN
dengan mengurangi panjang penyaluran
Berdasarkan hasil penelitian yang
tulangan dengan cara membengkokkan
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
tulangan (hook).
:
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Lapisan wiremesh dan SCC serta
Dalam kesempatan ini dan dengan
perbesaran (variasi) overlapping tulangan
kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
mempengaruhi perilaku lentur balok. Balok
terima kasih kepada dosen pembimbing, para
yang diberi lapisan wiremesh dan SCC
dosen, staf dan asisten Laboratorium Struktur dan
serta variasi overlapping tulangan lebih
Bahan, mahasiswa S2, dan teman – teman
bersifat daktail dibandingkan dengan balok
seperjuangan (2013) atas segala bimbingan,
normal. Hal ini terlihat dari lendutan yang
arahan, dan bantuannya selama penelitian ini.
terjadi pada balok retrofit lebih besar
daripada balok normal sebelum mengalami
kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Pola retak yang terjadi pada semua balok
Asroni, Ali.2010. Balok dan Pelat Beton
baik balok kontrol (normal) maupun balok
Bertulang. Yogyakarta : Graha Ilmu.
retrofit mengalami retak lentur. Hal ini
American Standard for Testing and Material.
membuktikan bahwa lapisan wiremesh dan
2003. Annual Book of ASTM. Concrete
SCC menyebabkan meningkatnya kekuatan
and Aggregates. Volume 04.02. US and
pada balok dalam menahan gaya lentur
Canada.
yang diberikan.
3. Mode kegagalan yang terjadi pada balok
Amiruddin, Andi Arwin. 2009. A Study On
seluruhnya mengalami leleh pada tulangan
Seismic Tetrofit Design of Existing RC
tekan. Pada balok retrofit terjadi debonding
Bridge Piers Using CFRP Grid and
dan putus pada wiremesh karena tidak
PCM Shotcrete. Kyusu University.
mampu menahan beban yang diberikan
Japan.
pada balok. Hal ini diakibatkan karena
kurang melekatnya beton eksisting dengan
Dualembang, Hery. 2014. Studi Perkuatan Lentur
Balok Beton Bertulang dengan Metode
Retrofit Menggunakan Wiremesh dan
SCC. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Ismhayanti, Ma’rifah. 2014. Studi Perkuatan


Lentur Balok Beton Bertulang dengan
Metode Retrofit Dikekang pada Daerah
Lentur dan Geser Menggunakan
Wiremesh dan SCC. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Nawi, Edward. G. 1998. Beton Bertulang. Jilid 1.


Bandung : Refika Aditama.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1996. Metode


Pengujian Modulus Elastisitas Statis dan
Rasio Poison Beton dengan Kompresor
Ekstensometer. SNI-03-4169-1996.
Badan Standarnisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1997. Metode


Pengujian Kuat Lentur Normal dengan
Dua Titik Pembebanan. SNI-03-4431-
1997. Badan Standarnisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Standar


Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung. SNI-03-1726-
2002. Badan Standarnisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Metode


Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. SNI-
03-2491-2002. Badan Standarnisasi
Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Tata


Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung. SNI-03-2847-2002.
Badan Standarnisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2014. Baja


Tulangan Beton. SNI-2052-2014. Badan
Standarnisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai