Abstrak
Balok beton bertulang sebagai salah satu elemen struktur yang sering dijumpai dalam pemasangan tulangannya
memerlukan penyambungan karena ketersediaan panjang tulangan di lapangan. Penyambungan tulangan pada
beton sebaiknya tidak diletakkan pada daerah momen lentur maksimum dan tidak terkumpul dalam satu lokasi
yang sama karena akan memperlemah penampang beton khususnya balok. Balok beton bertulang dapat diperkuat
untuk menahan beban dengan cara menempelkan wiremesh yang dilapisi Self Compacting Concrete (SCC) pada
daerah lentur, geser, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini menggunakan 4 sampel benda uji berupa balok
berdimensi 270 cm x 15 cm x 20 cm. Benda uji terdiri dari 1 sampel balok yang tidak diperkuat sebagai balok
kontrol (BN) dan 3 sampel balok yang diperkuat dengan wiremesh dan SCC pada daerah lentur dengan variasi
overlapping tulangan di sepertiga bentangan balok (BWS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok yang
diperkuat dengan wiremesh dan SCC mampu meningkatkan kekuatan balok dalam menahan beban sebesar 11,558
% untuk balok BWS 50D, 17,085 % untuk balok BWS 60D, dan 16,080 % untuk balok BWS 70D terhadap balok
normal (BN). Selain itu, balok yang diperkuat dengan wiremesh dan SCC lebih daktail dibandingkan dengan
balok normal (BN). Hal ini terlihat dari lendutan yang terjadi pada balok retrofit lebih besar daripada balok normal
(BN).
Kata kunci : Balok Beton Bertulang, Sambungan Tulangan, Wiremesh, SCC, Perilaku Lentur
Abstract
Reinforced concrete beams as one of the structural elements that are often found in the installation of
reinforcement requires grafting due to the availability of reinforcement length in the field. The reinforcement of
the reinforcing concrete should not be placed in the maximum flexural moment areas and not collected in the same
location as it will weaken the concrete cross section especially the beam. Reinforced concrete beams can be
strengthened to withstand loads by attaching wiremesh coated Self Compacting Concrete (SCC) to bending areas,
shear, or a combination of both. This study used 4 test specimens of beam with dimension 270 cm x 15 cm x 20
cm. The test specimens consisted of a single beam is not strengthened as a control beam (BN) and 3 specimens
strengthened beams with wiremesh and SCC at the flexural area with overlapping variation of reinforcement in
one third of the beam stretch (BWS). The results showed that the beam strengthened with wiremesh and SCC
increased the beam strength in 11.558% for BWS 50D, 17.085% for BWS 60D, and 16.080% for BWS 70D
beams of normal beam (BN). In addition, the beam reinforced with wiremesh and SCC is more ductile than the
normal beam (BN). This can be seen from the deflection that occurs in the retrofit beam larger than the normal
beam (BN).
Keywords: Concrete Reinforced Beam, Reinforcement Connection, Wiremesh, SCC, Flexural Behavior
1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : beatriks_thomana@yahoo.com
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : parungherman@yahoo.co.id
3
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, email : a.arwinamiruddin@yahoo.com
I. PENDAHULUAN karena adanya variasi overlapping tulangan
Balok sebagai salah satu elemen struktur di sepertiga bentangan balok.
yang sering dijumpai, merupakan elemen yang 3. Untuk menganalisis mode kegagalan /
cukup besar peranannya dalam memikul beban, keruntuhan yang terjadi pada balok beton
terutama beban lentur. Elemen struktur yang bertulang yang diperkuat dengan wiremesh
panjang dan menerus seperti balok, membuat dan SCC karena adanya variasi
tulangan yang dipasang memerlukan overlapping tulangan di sepertiga
penyambungan akibat ketersediaan panjang bentangan balok.
tulangan di lapangan. Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
Penyambungan tulangan pada beton harus 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
diperhitungkan dengan cermat dan teliti agar referensi untuk mengetahui bagaimana
transfer tegangan lekatan antara tulangan yang perilaku lentur balok beton bertulang yang
satu dengan tulangan lainnya tercukupi. diperkuat dengan wiremesh dan SCC
Penyambungan tulangan sebaiknya tidak karena adanya variasi overlapping tulangan
diletakkan pada daerah dimana terjadi momen di sepertiga bentangan balok.
lentur maksimum dan juga tidak terkumpul pada 2. Dapat memberikan solusi yang efektif dan
satu lokasi yang sama karena akan memperlemah ekonomis dalam dunia konstruksi.
penampang beton khususnya pada balok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA
oleh A. Arwin Amiruddin (2009) pada benda uji Sambungan Batang Tulangan
balok beton bertulang dengan perkuatan lentur Sambungan batang tulangan (splices) di
menggunakan Carbon Fiber Reinforced Polymer lapangan seringkali diperlukan karena
(CFRP) Grid diperoleh kekuatan lentur 3 kali keterbatasan panjang tulangan yang tersedia,
lebih kuat dari beton normal. Namun, dikarenakan persyaratan pada sambungan konstruksi, dan
masyarakat belum terlalu mengetahui material perubahan dari tulangan diameter besar ke
CFRP dan juga karena harganya yang mahal, tulangan diameter lebih kecil. Penyambungan
maka dipilih material wiremesh sebagai alternatif tulangan di lapangan diperlukan untuk
pengganti CFRP Grid. mentransfer tegangan lekatan antara tulangan
Balok beton bertulang dapat diperkuat yang satu ke tulangan yang lainnya.
untuk menahan beban dengan cara menempelkan Untuk menghindari terjadinya kegagalan
wiremesh yang dilapisi Self Compacting Concrete struktur, penyambungan batang tulangan di daerah
(SCC) pada daerah lentur, daerah geser, ataupun momen lentur maksimum balok sebaiknya tidak
kombinasi keduanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan. Selain itu, penyambungan tulangan
dilakukan oleh Hery Dualembang (2014) pada tidak terkumpul pada satu titik yang sama karena
benda uji balok beton bertulang yang diperkuat akan memperlemah penampang beton atau
dengan menggunakan wiremesh pada daerah membentuk garis lemah struktur. Penyelesaian
lentur, diperoleh kekuatan lentur sebesar 6 – 40 % sambungan tulangan dapat dilakukan dengan cara
terhadap balok normal. pengelasan, penggunaan alat sambung mekanis,
Berkaitan dengan hal tersebut, maka atau sambungan lewatan yaitu membuat tulangan
dilakukan penelitian tentang pengaruh bertumpang tindih kemudian diikat dengan kawat
penggunaan wiremesh sebagai perkuatan balok baja.
beton bertulang terhadap perilaku lentur balok
Material Retrofit
karena adanya variasi overlapping tulangan di
Retrofitting adalah kegiatan memperkuat
sepertiga bentangan balok beton bertulang.
atau memperbaiki struktur bangunan yang sudah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
ada agar bisa dalam menghemat biaya
maka tujuan penelitian ini adalah :
perencanaan konstruksi bangunan. Retrofitting ini
1. Untuk menganalisis perilaku lentur balok
bertujuan untuk menghasilkan perkuatan
beton bertulang yang diperkuat dengan
bangunan yang lebih kuat lagi dari sebelumnya.
wiremesh dan SCC karena adanya variasi
overlapping tulangan di sepertiga Wiremesh
bentangan balok. Wiremesh adalah jaring baja tulangan yang
2. Untuk menganalisis pola retakan yang berbentuk persegi yang dapat digunakan untuk
terjadi pada balok beton bertulang yang penulangan beton terutama pada struktur pelat
diperkuat dengan wiremesh dan SCC lantai beton bertulang. Keuntungan menggunakan
wiremesh adalah mempercepat proses pembuatan 4. Proses pengecoran lebih cepat.
bangunan dan konstruksi beton menjadi lebih 5. Susut lebih rendah.
akurat, bangunan jadi lebih baik mutunya dengan 6. Dapat membungkus tulangan dengan baik.
yang biaya lebih hemat. 7. Mengurangi polusi suara akibat vibrator.
Kajian Pustaka
Teori Dasar dan Jurnal
Persiapan :
· Desain Benda Uji
· Bahan dan Alat Pengujian
Gambar 1. Wiremesh
Self Compacting Concrete (SCC)
· Uji Karakteristik Agregat
Self Compacting Concrete (SCC) adalah · Uji Tarik Baja Tulangan
beton yang memiliki sifat plastis dan dapat
mengalir sendiri tanpa perlu dipadatkan dengan
bantuan alat pemadat mekanis / vibrator. Dalam
pembuatannya, material yang digunakan harus Pembuatan Balok Normal :
memenuhi kriteria-kriteria sebaga berikut : · Pembuatan Balok Normal Ukuran 270 cm x 15 cm x 20 cm
1. Agregat kasar berdiameter maksimum 20 · Pembuatan Sampel Silinder Beton Normal
· Pembuatan Sampel Balok 40 cm x 10 cm x 10 cm
mm ( Ømaks 20 mm ).
2. Agregat halus memiliki modulus kehalusan
antara 2.5 – 3.2.
3. Agregat gabungan harus dianalisis dengan Perawatan Benda Uji Selama 28 Hari
teliti untuk memperoleh gradasi yang baik
dan kompak sesuai dengan persyaratan.
4. Persentase gabungan kerikil dan pasir 45% A
- 55%.
5. Penggunaan bahan tambah / zat adiktif
untuk mereduksi air campuran sehingga
faktor air semen yang rendah tetap dapat
dipertahankan untuk mengurangi bleending
dan segregasi.
6. Slump Flow campuran beton berkisar
antara 60 – 75 mm.
7. Air yang digunakan harus memenuhi
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (
Bahan Bangunan Bukan Logam ) SK SNI
S-04-1989-F.
Dengan menerapkan kriteria-kriteria
seperti diatas, maka dapat diperoleh komposisi
campuran SCC yang memiliki keunggulan sebagai
berikut :
1. Lebih homogen dan stabil.
2. Tidak memerlukan pemadatan manual.
3. Lebih kedap dan porositas lebih rendah.
A
Analisa Data
Selesai
(a)
Lendutan
(b)
(c)
Gambar 6. Grafik Lendutan pada Beban
Maksimum
Gambar 6 memperlihatkan lendutan yang terjadi
pada tiap balok saat beban maksimum. Lendutan
yang terjadi pada balok kontrol (BN) sebesar
52,253 mm pada saat beban maksimum sebesar
26,523 kN. Setelah balok diberi perkuatan (d)
wiremesh dan SCC, lendutan yang terjadi pada Gambar 7. Pola Retak Balok (a) BN; (b) BWS
balok BWS 50D sebesar 61,682 mm, pada balok 50D; (c) BWS 60D; dan (d) BWS 70D
BWS 60D sebesar 67,035 mm, dan pada balok
BWS 70D sebesar 68,629 mm. Hal ini Berdasarkan Gambar 7. menunjukkan
bahwa balok BN (a), balok retrofit wiremesh dan
memperlihatkan bahwa penggunaan wiremesh dan
SCC BWS 50D (b), BWS 60D (c), dan BWS 70D
SCC, serta perbesaran overlapping tulangan
(d) mengalami kegagalan lentur. Hal ini dapat
meningkatkan kekuatan balok dan memperbesar
dilihat dari pola retak yang terjadi pada masing –
lendutan.
masing benda uji merupakan pola retak lentur.
Daktilitas Mode kegagalan / keruntuhan yang terjadi
Nilai daktilitas masing – masing balok pada balok yang diperkuat dengan wiremesh dan
dapat dilihat pada tabel berikut. SCC terjadi debonding failure dimana ikatan
Tabel 4. Daktilitas Tiap Balok antara beton eksisting dengan beton SCC terlepas
akibat kurang melekatnya beton eksisting dengan
beton SCC seperti terlihat dalam gambar berikut.