Anda di halaman 1dari 8

Pjun dan Pfos sebagai Aktivator Transkripsi Gen

Produk dari dua protonkogen, c-jun dan c-fos sebagai identitas untuk
protein yang sebelumnya menunjukkan komponen dari kompleks nuklear yang
diaktifkan oleh transkripsi pada gen spesifik. Produk c-jun dan c-fos menjadi
faktor AP-1 transkripsi yang pertama teridentifikasi sebagai faktor nuklear yang
diperlukan untuk induksi transkripsi oleh senyawa tumor tertentu. Produk c-jun
dan c-fos membentuk sebuah komplek sempit yang berfungsi sebagai trans-
aktivator pada transkripsi dari daerah enhancer/promoter yang umumnya terdiri
dari ikatan TGACTCA.

Sumber Mutasi pada ras Onkogen Seluler


Onkogen yang ada dalam sel kanker dapat dikenali dengan melihat
kemampuannya dalam mengubah sel proses pertumbuhan. Percobaan transfeksi
digunakan untuk mencari onkogen genom yang pada berbagai tipe sel kanker
manusia. Ketika onkogen tersebut dikloning dan diurutkan, sering diketahui
bahwa onkogen tersebut merupakan derivat dari c-ras protonkogen. Onkogen
seluler pertama menjadi karkteristik dalam derivat rinci dari carsinoma kandung
kemih manusia yang disebut EJ. Ketika onkogen seluler terdapat dalam sel tumor
EJ kandung kemih dikloning dan diurutkan, ini ditemukan menjadi derivat pada c-
H-ras protonkogene. Secara mengejutkan, oncogenicity gen mutan EJ c-H ras
ditemukan dari hasil substitusi pasangan basa tunggal, yaitu pasangan basa
tunggal berbeda yang terbukti berhubungan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan dari dua gen untuk mengubah pertumbuhan sel NIH 3T3 dalam
pemeliharaan. Onkogen yang dihasilkan dari protoonkogen oleh transversi dari
CG ke TA. Hasil mutasi i99kikni dalam substitusi valin untuk glisin hadir sebagai
asam amino kedua belas (dari ujung amino) pada protein cH-ras normal.
Onkogen yang hadir dalam sel-sel kanker tersebut dikloning dan
diurutkan, semua varian yang ditemukan adalah salah satu dari tiga c-ras
protooncogen. Selain itu, semua varian alel ras dengan potensi onkogenik sebagai
bahan uji pada percobaan transfeksi NIH 3T3 yang menghasilkan subtitusi asam
amino pada salah satu dari tiga posisi asam amino dalam produk gen ras. Semua
mutasi yang diberikan oncogenicity pada gen ras terlibat pada satu atau lebih dari
tiga kodon: kodon nomor 12, 59, dan 61.
Ikatan protein GTP lain dengan aktivitas GTP ase, disebut protein G, yang
dikenal untuk berinteraksi dengan adenilat siklase dan mengubah tingkat cAMP
dalam sel dan dengan demikian mengubah tingkah laku metabolisme sel-sel ini.
Protein G adalah protein membran plasma yang sudah tidak aktif kecuali bila
dirangsang oleh interaksi reseptor hormon tertentu. Ketika merangsang protein G
mengikat GTP dan memodulasi aktivitas adenilat siklase. Namun loncatan GTP
ke protein G kemudian dihidrolisis oleh aktivitas GTPase, mengembalikan
protein ke keadaan tidak aktif. Jika protein ras bertindak dengan mekanisme yang
sama, hilangnya mutasi dari aktivitas GTPase bisa mengunci protein ras dalam
bentuk aktif, yang mungkin memicu pembelahan sel yang terus-menerus dan
pembentukan tumor.

Tempat Putusnya Translokasi pada Lokus Protooncogene


Translokasi (lembar yang terputus dan transfer bagian dari kromosom ke
kromosom nonhomolog) dan penghapusan atau kekurangan (lembar yang terputus
dan hilangnya bagian kromosom) yang melibatkan kromosom tertentu, dan, lebih
penting lagi, sering terjadi putus pada posisi yang sama dalam kromosom ini,
berulang kali diamati pada beberapa jenis sel kanker. Contoh paling terkenal dari
hal ini adalah apa yang disebut "Philadelphia" kromosom, sebuah perubahan dari
kromosom 22 yang telah kehilangan sebagian besar segmen lengan panjang.
Kromosom yang abnormal ini telah ditemukan dalam berbagai penelitian hingga
90 persen dari pasien yang menderita jenis kanker tertentu yang disebut leukimia
myelogenous kronis.
Awalnya, kromosom Philadelphia dianggap penghapusan sederhana dari
bagian distal dari lengan panjang kromosom 22. Selanjutnya, kromosom
Philadelphia terbukti telah diproduksi oleh translokasi timbal balik yang
melibatkan ujung lengan panjang kromosom 9 dan 22 di titi pemutusan pada
kromosom 9 yang menimbulkan translokasi ini terjadi sangat dekat dengan c-abl
protoonkogen, dan pertukaran transfer gen c-abl pada kromosom 22 pada
beberapa pasien, transkripsi c-abl abnormal diproduksi; pada pasien lain, titik
pemutusan terjadi jauh dari, tapi selalu 5 '(relatif terhadap arah transkripsi) ke c-
abl.

Penyisipan Aktivasi Protooncogenes


Virus RNA tumor terdiri dari dua jenis yang berbeda: (1) akut mengubah
virus seperti virus Rous sarcoma yang membawa onkogen seperti v-src dan (2)
virus transformasi lambat yang tidak membawa onkogen dan menginduksi
transformasi sel untuk bagian neoplastik setelah periode laten diperpanjang
(biasanya beberapa bulan). Virus transformasi lambat sering menyebabkan kanker
dengan mengintegrasikan sebagai provirus berdekatan dengan protooncogenes
dan, dengan demikian, mengaktifkan protooncogenes ini "diekspresikan" ke
bagian. Mengulangi terminal panjang (LTRs) bentuk provirus DNA virus tumor
RNA mengandung unsur penambah / promotor yang sangat kuat, dan integerasi
dari provirus ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat transkripsi gen yang
berdekatan.
Salah satu contoh yang paling terkenal dari aktivasi retroviral dari
protoonkogen seluler normal melibatkan limfoma sel B disebabkan oleh virus
avian leukosis (ALV). Limfoma dihasilkan dari ekspresi lebih dari c-myc
disebabkan oleh integrasi provirus LTRs dengan enhancer kuat / promotor yang
berdekatan dengan c-myc.

Amplifikasi Protoonkogen Terhadap Sel Kanker

Suatu mekanisme yang dapat meningkatkan sebagian produk gen pada


sebuah sel, harus memperbanyak (Amplifikasi) produksi jumlah salinan gen
pengkode. Terkadang proses amplifikasi akan terjadisebagai sebuah komponen
normal pada proses perkembangan amplikasi gen RNAr selama oogenesis hewan.
Dalam kasus lain, terjadinya amplifikasi dapat diinduksi dengan memilih inhibitor
yang bertoleransi meningkatkan enzim yang esesnsial. Sehingga, bukti yang
mengindikasi adanya protoongkogen khusus adalah frekuensi amplifikasi pada
khusus tipe – tipe kanker.

Contoh yang terkenal dari pengaruh gen amplifikasi adalah terjadinya


toleransi pada daerah sel pertumbuhan hewan dengan obat methotrexate.
Metrothexate merupakan inhibitor dari enxim dihidrofolate reduktase, yaitu enzim
yang mengkatalisis terjadinya proses penting dalam sintesis dTMP. Metrothexate
mengikat sisi aktif dihidrofolate reduktase dan menceganya berikatan dengan
substrat normal. Jika satu sel dipilih dengan ditingkatkannya konsentrasi
methotrexate , beberapa sel akan toleran terhadap gen amplifikasi yang mengkode
dihidrofolate reduktase. Sel – sel yang toleran terhadap methotrexate mengandung
banyak salinan – salinan gen dan mensintesis lebih banyak dihidrofolate reduktase
dari sel nomal biasanya. Hasilnya, sel – sel tersebut memliki tingkat tolerir yang
tinggi terhadap methotrexate meskipun tanpa dibunuh. Beberapa dari molekul
enzim akan mengikat methotrexate dan menjadi inhibitor, akan tetapi dengan
enzim yang lebih banyak, molekul enzim bebas tersebut, berperan untuk
pertahanan dan pertumbuhan sel. Banyaknya salinan – salinan gen tersebut
merupakan hadiah (hasil terbesar dari amplifikasi), yangmana banyaknya enzim
yang akan disintesis dan tingginya konsentrasi methotrexate membuat sel – sel
dapat mentolerir dan tetap bertahan hidup. Pada beberapa sel yang toleran
terhadap methotrexate, gene dehidrofolate reduktase dapat mengamplifikasi lebih
tinggi sekitar kurang lebih 1000 kopi per sel.

Salinan – salinan tambahan pada gen dihidrofolate reduktase yang


membuat sel dapat toleran terhadap methotrexate adalah adanya (1) kromosom
tambahan yang sangat kecil disebut double minutes atau DMs atau (2) skuen –
skuen berulang yang disebut homogeneously staining regions atau HSRs dalam
kromosom yang berbeda dengan kromosom normal pada genom. Unit kromosom
yang mengalami proses amplifikasi sering dimaksud dengan amplikon. Ukuran
dari amplikon lebih besar daripada ukuran gen pengkode enzim menjadi target
dari obat yang digunakan (methotrexate) pada proses pemilihan. Unit amplikon
yang sama terdapat pada DMs yang sering bersamaan dengan unit HSR pada
daerah – daerah kromosom yang mengandung gen – gen amplifikasi.

Amplifikasi protoongkogen seluler bisa menjadi petunjuk bagi


perkembangan onkogenesis tipe – tipe kanker pada manusia. Pada beberapa kasus,
amplifikasi protoonkogen terdapat dalam kromosom DM, namun dalam kasus
lain, amplifikasi protoonkogen merupakan bagian dari amplikon yang tandem
yang terdapat pada kromosom HSR. Akan tetapi, jarang sekali sel kanker
mengandung DMs dan HSRs. Pada umumnya, frekuensi amplifikasi c-myc yang
sangat tinggi ditemukan pada sel karsinomas dalam paru – paru dan hanya
frekuensi yang relatif kecil terdapat pada beberapa tipe sel kanker lain.dua gen –
gen seluler yang berhubungan dengan c-myc yaitu L – myc dan N – myc
merupakan frekunsi amplifikasi yang ditemukan pada sel karsinomas paru – paru
dan neuroblastoma. Sedangkan, c – erbB yang merupakan gen – gen amplifikasi
tetap yang sering ditemukan dalam bentuk sel silindris karsinoma dan
glioblastoma.

Effek amplifikasi protoonkogen seluler merupakan hasil dari pembentukan


produk protoonkogen yang berlebihan. Peristiwa amplifikasi dimunkinkan atau
tidak, merupakan hasil inisiasi onkogenesis yang berkontribusi pada jalur
mekanisme onkogen.

Asal Mula Virus Onkogen

Onkogen dapat menginduksi kanker nampak jelas bahwa onkogen


retroviral berkembang dari protoonkogen seluler normal. Protoonkogen seluler
mengandung intron – intron dimana onkogen viral merupakan ekson – ekson
tunggal. Genom – genom retroviral adalah RNA, dan skuen – sken intron hail
transkrip RNA berasal dari protoonkogen yang terpisah selama proses transkripsi
RNA. Semua itu dibutuhkan untuk terjadinya RNAd menyalin protoonkogen
menjadi ligated dalam genom RNA retrovirus yang merupakan hasil dari
mekanisme rekombinasi daerah – daerah LTR pada genom viral. Enzim viral
transkriptase balik akan mengkonversi hibrid RNAd – RNA viral menjadi DNA
homolog untuk menintegrasi host genome.

Pada beberapa kasus, perbedaan retrovirus – retrovirus terdapat pada


jauhnya penularan salinan – salinan dari protoonkogen seluler yang sama dari tiap
spesies. Misal, virus simian sarkoma pada monyet dan virus P1 felin sarkoma
pada kucing, keduanya membawa onkogen –onkogen viral yang berasal dari C –
sis protoonkogen. Namun pada kasus lain, virus – virus yang saling berkaitan
mengandung onkogen – onkogen yang berasal dari protoonkogen – protookogen
yang tidak saling berkaitan langsung.
Dari hasil gabungan skuen – skuen nuklotida v – onkogen dan c –
protoonkogen yang homolog, site DNA mengalami kerusakan dan diikuti dengan
peristiwa rekombinasi yang memunculkan v – okogen – v – onkogen terkadang
dapat dideteksi. Pada kasus lain, terjadinya rearrangements membuat site yang
mengalami rekombinasi tidak dapat terdeteksi dan diambilalih oleh onkogen dari
retrovirus. Pada beberapa kasus, onkogen viral mengkode protein – protein
pembelahan yang mengandung bagian dari gag protein dan produk onkogen.
Retrovirus telah mengambilalih onkogen yang terkandung dalam materi genetik
viral yang diperlukan untuk replikasi. Virus – virus yang rusak dapat
mengintegrasi provirus – provirus normal, tetapi hanya bisa memproduksi virus –
virus progenik yang ada sebagai “helper virus” yang kehilangan fungsi.
Kerusakan retrovirus analog dengan kerusakan partikel – partikel fag lambda
dalam melakukan transduksi. Bagaimanapun, kemampuan mentransfr gen secara
seluler dari satu sel ke sel alin merupakan bentuk ekuivalen dari transduksi pada
bakteri.

Kanker Sebagai Hasil Akhir Dari Proses Multistep


Akhirnya, kita dapat menekankan bahwa sebagian besar dari data
keberadaan kanker adalah hasil akhir dari proses multistep. The cell line yang
digunakan dalam penelitian transfection mungkin sudah dalam beberapa tingkatan
menengah dalam jalannya, bisa dipastikan karena kemampuan tumbuh dibawah
kondisi pertumbuhan sel. The oncogene-induced transformation observed dalam
pertumbuhat sel niscaya hanya bagian dari jalan yang complit.
Faktanya, ada bukti yang signifikan menunjukan bahwa oncogenes
mungkin mempunyai cooperative akibat dalam menyebarkan neoplastic
transformation. Bahkan perbedaan oncogenes terlihat memainkan peran yang
berbeda dalam oncogenes pathways dalam tipe sel yang berbeda. Hal ini terlihat
bahwa kegiatan molekul berbeda termasuk dalam the acquisition of the enhanced
proliferative capacity dari sel, kemampuan tumor untuk menyebarkan jaringan-
jaringan dekat, dan kapasitas penyebaran sel kanker. Roles protooncogenes dan
oncogenes termasuk di proses ini dalam kanker pada manusia ditetapkan. Tak
peduli jumlah dari keterlibatan mereka dalam formasi malignant tumor, penelitian
sekarang dan masa depan dari protooncogenes dan oncogenes menjanjikan untuk
menghasilkan informasi penting tentang perjalanan molekul yang mengontrol
perkembangbiakan sel dalam eukariot yang lebih tinggi seperti manusia

Pertanyaan:
1. Bagaimana mekanisme kerja anti-onkogen atau tumor supresor gen (Rb dan
p53)?
2. Bagaimana paparan sinar matahari (UV) dapat mngakibatkan timbulnya
kanker?
Jawaban :
1. Sebelum sel memasuki siklus sel fase S, pada fase G1 akan diadakan
checkpoint.Pada siklus yang normal,Rb akan berikatan dengan factor
transkripsi yang disebut E2F.Faktor transkripsi ini berfungsi dalam
mengaktifkan ekspresi gen dan member sinyal bahwa pembelahan sel boleh
dilanjutkan.Jika E2F diikat oleh Rb,maka proses siklus sel selanjutnya belum
bisa dilakukan.Untuk melepaskan ikatan ini,diperlukan CDKs yang telah
diaktifkan oleh cycline,dan membuat Rb difosforilisasi.Fosforilisasi Rb
menyebabkan ikatan E2F dan Rb putus. Dengan putusnya ikatan Rb dengan
E2F,maka E2F akan mengaktifkan ekspresi gen dan memberi sinyal agar
siklus pembelahan sel dilanjutkan.Jika terjadi mutasi pada Rb,maka tidak ada
yang mengikat E2F,sehingga ekspresi gen dan sinyal pembelahan sel akan
diteruskan kepada S,yang akan membawa ke pembelahan sel neoplastik.
Selain Rb,tumor supresor gen yang bekerja pada check point adalah p53.p53
ini bekerja untuk mengecek apakah terjadi kerusakan DNA atau tidak.Jika
terdeteksi adanya kerusakan DNA,maka ada 2 hal yang diperintahkan oleh
p53,yaitu mengaktifkan DNA repair gen dan penghentian siklus sel pada G1
sampai kerusakannya dapat diperbaiki.Mekanisme penghentian siklus
sel,yaitu dengan mengaktifkan p21.p21 ini berfungsi untuk mencegah aktifasi
CDKs oleh cycline,sehingga CDKs tidak bisa memfosforilisasi Rb.Akibatnya
E2F tetap terikat dengan E2F. Jika terjadi mutasi pada p53.Maka,kerusakan
DNA tidak akan dapat dideteksi,yang pada akhirnya akan membawa kepada
pertumbuhan sel neoplastik.
2. Sinar ultraviolet, sinar-x dan sinar gamma merupakan unsur mutagenik dan
karsinogenik. Radiasi ultraviolet dapat menyebabkan terbentuknya dimmer
pirimidin. Kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar
timbulnya karsinogenisitas akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi
menyebabkan terbentuknya radikal bebas di dalam jaringan. Radikal bebas
yang terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA dan makromolekul lainnya
sehingga terjadi kerusakan molekular.

Anda mungkin juga menyukai