Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP

PERDAGANGAN GAWAI (SMARTPHONE) DI INDONESIA

(STUDI PADA 2016 DAN 2017)

Dwi Irwantono

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang

E-Mail : irwandwi7@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan nilai tukar secara parsial dan
simultan terhadap perdagangan gawai di Indonesia pada tahun 2016 dan 2017, dimana pada dua
tahun tersebut terjadi revolusi teknologi AI yang ada dalam gawai itu sendiri. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penjelasan dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian ini
adalah keseluruhan data time series dari inflasi, nilai tukar, dan perdagangan gawai di Indonesia.
Sebanyak 48 data periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2017 menjadi sampel dalam penelitian
ini. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis
menunjukan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan secara simultan maupun parsial terhadap
perdagangan gawai di Indonesia, sebaliknya nilai tukar akan berpengaruh signifikan secara simulta
maupun parsial terhadap perdagangan gawai di Indonesia. Sementara Inflasi dan nilai tukar tidak
berpengaruh signifikan secara simultan, namun berpengaruh secara signifikan secara parsial
terhadap perdagangan gawai di Indonesia.

Kata Kunci : Inflasi, Nilai Tukar, Perdagangan, Gawai


PENDAHULUAN

Gawai atau yang biasa disebut dengan gadget merupakan sebuah tekhnologi yang hamper
selalu dimiliki oleh masyarakat. Perkembangan tekhnologi yang pesat membuat gawai menjadi
salah satu komoditi ekonomi yang memiliki presentase yang besar dalam industri elektronik di
Indonesia. Pengaruh globalisasi juga berperan penting dalam berkembangnya industri gawai,
berkembangnya struktur manual menjadi digital juga berpengaruh terhadap penggunaan gawai
yang tidak hanya sebagai alat komunikasi namun juga sebagai sarana penunjang kebutuhan sehari-
hari. Globalisasi pasar dan globalisasi produksi inilah yang menciptakan perdagangan
internasional antar negara.

Perdagangan internasional merupakan bentuk kerja sama ekonomi antar dua negara atau
lebih yang memberikan manfaat secara langsung. Bentuk kerjasama antar negara ini dapat berupa
kegiatan ekspor maupun impor.negara-negara yang melakukan kerja sama ekonomi, secara
langsung akan meningkatkan penggunaan barang dan jasa. Peningkatan penggunaan barang dan
jasa akan membentuk hubungan saling ketergantungan antar negara (Rahardja dan Manurung,
2008:80).

Munculnya sistem perdagangan bebas juga sangat berpengaruh pada penyebaran gawai di
Indonesia, semenjak di keluarkan pertama kali oleh Samsung popularitas gawai semakin menjadi,
bahkan dapat menggeser pasar gawai klasik yang dikuasai oleh nokia pada saat itu. Meski dapat
mendatangkan keuntungan, perdaganagan bebas ini masih menjumpai adanya Batasan dalam
pelaksanaannya. Batasan perdagangan ini diperjelas dengan adanya pemberlakuan kebijakan
perdagangan luar negeri. Kebijakan perdagangan (Trade Policy) merupakan kebijakan yang dibuat
pemerintah untuk mempengaruhu arah transaksi perdagangan dan pembayaran internasional.
Kebijakan perdagangan ini akan mempengaruhi jumlah barang yang diekspor atau di impor dari
suatu negara (Mankiw, 2012:270). Seiring berjalannya waktu, kebijakan luar negeri terus
berkembang hingga melahirkan adanya kerjasama antar negara yang dikenal dengan sebutan Free
Trade Agreement (FTA). FTA merupakan perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau
lebih yang terbentuk untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan perdagangan, tarif, dan non-
tarif (BPPK Kemenlu RI, 2010:1)

FTA terus menerus mengalami peningkatan terbukti dengan semakin banyaknya negara
yang berminat besar untuj melakukan FTA baik secara bilateral maupun secara regional. Salah
satu yang terbentuk secara regional yaitu ACFTA (Asean China Free Trade Agreement). ACFTA
adalah suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan Cina. Kerangka
kerjasama kesepakatan ini ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan
ditujukan bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya 1 Januari
2010. Setelah pembentukannya ini ia menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar sedunia dalam
ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan
Perekonomian Eropa dan NAFTA.

Dengan perdagangan bebas dengan terciptanya FTA dengan Korea, China, Jepang dan
negara produsen gawai di dunia membuka peluang lebar bagi negara produsen untuk dengan
mudah mengedarkan produk mereka di regional asia tenggara terutama di Indonesia, terlebih lagi
Indonesia merupakan pengguna gawai terbesar di dunia sehingga pangsa pasar gawai di Indonesia
sangat menjanjikan bagi para perusahaan besar yang memproduksi gawai.

KAJIAN PUSTAKA

Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga secara berkala yang terjadi pada suatu perekonomian negara.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dornbusch et al., (2008:39) yang menyatakan bahwa “Inflation is
the rate of change in prices, and the price level is cumulation of past inflation”tingkat inflasi yang
terjadi pada suatu negara diukur berdasarkan indikator tertentu. Indikator yang paling sering
digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). “CPI
merupakan indeks harga dari barang-barang yang selalu digunakan para konsumen” (Sukirno,
2012:19)

Nilai Tukar

Nilai Tukar adalah harga dari mata uang asung yang harus dibayarkan dengan sejumlah
nilai mata uang tertentu. Sejumlah nilai mata uang tertentu ini diperlukan agar mata uang tersebut
dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi. Anindita dan Reed (2008:103) menjelaskan bahwa “
Nilai tukar mata uang suatu negara harus ditentukan dalam sistem perekonomian”. Nilai tukar
terbagi menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill.
Tiap negara memiliki sistem penentuan nilai tukar yang berbeda sesuai dengan kebijakan
bank sentral dan kondisi ekonominya. Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang
terkendali (undermanaged floating). Sistem nilai mengambang terkendali membutuhkan
intervensi langsung dari pemerintah dalam pelaksanaannya, sehingga nilai tukar tidak ditentukan
secara bebas sepenuhnya berdasarkan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.

Impor

“Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri
(Mankiw, 2006:230). Jika suatu negara membuka perdagangan internasional dan menjadi
pengimpor suatu barang maka produsen domestik akan merasa dirugikan namum konsumen yang
akan merasa diuntungkan. Pembukaan perdagangan internasional akan menguntungkan negara
yang bersangkutan secara keseluruhan, karena keuntungan yang diperoleh melebihi kerugiannya
(Mankiw, 2006:222)

Impor di suatu negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi
tingkat pendapatan masyarakatnya maka semakin banyak pula impor yang akan dilakukan. Namun
impor juga dipengaruhi oleh ketersediaan barang atau jasa yang ada di regional domestik kurang
atau tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di negara tersebut sehingga harus
mengimpor barang atau jasa tersebut dari negara lain agar kegiatan ekonomi dapat terus
berlangsung.

Inflasi dan Impor

Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap impor yang ada pada suatu
negara. Pengaruh Positif terjadi apabila terjadi inflasi maka harga komoditi akan meningkat.
Peningkatan harga ini disebabkan karena tingginya biaya produksi untuk menghasilkan produk
tersebut sehingga komoditi tidak akan bersaing secara global. Sementara produsen yang ada di
luar negeri dengan tingkat harga yang lebih rendah akan diuntungkan dengan tidak kompetitifnya
produk domestik tersebut

Pengaruh negatif dari inflasi erhadap impor adalah meningkatnya pinjaman yang ada
dimasyarakat guna memenuhi kebutuhan sehingga rasio utang akan meningkat dan daya beli akan
menurun, sehingga kegiatan impor barang akan lebih dipertimbangkan lagi sesuai dengan kondisi
pasar saat itu.
Nilai tukar dan Impor

Nilai tukar dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap impor pada suatu negara.
Pengaruh positif dari nilai tukar adalah saat nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang
asing memiliki interval yang kecil sehingga barang yang di datangkan dari luar negeri dapat dijual
dengan harga yang relatif murah di dalam negeri dan tidak membebani masyarakat pada umumnya,
begitu pula dengan pengaruh negatifnya yaitu ketika nilai tukar mata uang domestik melemah
sehingga akan mengurangi kecenderungan melakukan impor karena barang yang akan
didatangkan akan memiliki nilai jual yang tinggi pula di pasar nantinya dan meningkatkan peluang
kurang diminati oleh kalangan masyarakat.

FTA dan ACFTA

FTA (Free Trade Agreement) merupakan perjanjian kerjasama perdagangan antara dua
negara atau lebih yang bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan tarif dagang, (BPPK
Kemenlu RI, 2009:53). FTA ini muncul karena adanya kesepakatan tertentu yang telah diterima
secara internasional antara negara-negara yang menandatangani perjanjian. FTA dapat berupa
perjanjian perdagangan dalam bentuk barang (trade in goods) dan jasa (trade in services).

ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) adalah suatu kawasan perdagangan bebas
di antara anggota-anggota ASEAN dan Cina. Kerangka kerjasama kesepakatan ini ditandatangani
di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan ditujukan bagi pembentukan kawasan
perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010. Setelah pembentukannya ini ia
menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga
terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA.

Dengan perdagangan bebas dengan terciptanya FTA dengan Korea, China, Jepang dan
negara produsen gawai di dunia membuka peluang lebar bagi negara produsen untuk dengan
mudah mengedarkan produk mereka di regional asia tenggara terutama di Indonesia, terlebih lagi
Indonesia merupakan pengguna gawai terbesar di dunia sehingga pangsa pasar gawai di Indonesia
sangat menjanjikan bagi para perusahaan besar yang memproduksi gawai.
Hipotesis

H1
Inflasi

(X1)
Penjualan Gawai
(Smartphone) di
H3
Indonesia

(Y1)
Nilai Tukar

(X2)
H2

Keterangan :

= Pengaruh secara parsial

= Pengaruh secara simultan

Gambar 1. Model Hipotesis

H1: Inflasi (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap perdagangan gawai di indonesia (Y1)
dan akan mempengaruhi kuantitas perdagangan gawai secara langsung.

H2: Inflasi (X1) dan nilai tukar (X2) berpengaruh secara langsung terhadap perdagangan gawai di
indonesia (Y1) yang akan mempengaruhi baik impor maupun perdagangan gawai yang ada di
Indonesia.

H3: Nilai tukar (Y1) berpengaruh secara langsung terhadap perdagangan gawai di Indonesia (Y1)
yang akan berpengaruh terhadap nilai impor gawai yang masuk ke indonesia secara stimultan.\
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) dengan


pendekatan kuantitatif. Songarimbun (2006:5) menjelaskan bahwa “ explanatory research
merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis”.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada International Data Corporation (IDC) dan Bank Indonesia
(BI) dengan pertimbangan antara lain IDC menyediakan data perdagangan smartphone yang ada
di indonesia terutama 5 merk teratas pada tahun 2016 dan 2017, sementara BI menyediakan data
inflasi dan data rata-rata kurs yang ada di indonesia pada tahun yang sama.

Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (independent variable) dan satu variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah inflasi (X1) dan nilai tukar
(X2). Variabel terikat pada penelitian ini adalah Perdagangan gawai (smartphone) di Indonesia.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan data time series bulanan pada tahun 2016
dan 2017 dari variabel inflasi, nilai tukar, dan perdagangan gawai. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian dengan jumlah sampel 48 ( 12 bulan x 2 tahun x
2). Sampel ini didapat dari data sekunder bulanan pada 1 Januari 2016 – 31 Desember 2017 yang
meliputi inflasi, nilai tukar, dan perdagangan gawai di Indonesia.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Data
pada penelitian ini adalah data time series bulanan. Data diperoleh dari sumber sekunder berupa
pengumpulan data dari dokumen. Dokumen bersumber dari data yang dikeluarkan dan
dipublikasikan oleh IDC dan Bank Indonesia.
Teknik Analisis Data

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk memenuhi asumsi analisis regresi linear
berganda. Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas,
uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

regresi berganda (multiple regression) adalah metode statistik untuk menguji pengaruh lebih
dari suatu variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel terikat (Ghozali, 2011:7)

3. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)

Uji determinasi (R2) adalah pengukuran kemampuan model dala menerangkan variasi variabel
dependen.

b. Uji Stimultan (Uji F)

Uji stimultan dengan uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji t berfungsi untuk menguji adanya pengaruh secara parsial atau individual antara variabel
bebas terhadap variabel terikat.

PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas untuk tiga garis regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa data (titik)
menyebar pada sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan grafik
normal plot tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heterokedastisitas

Hasil uji heterokedastisitas untuk ketiga regresi pada penelitian ini menunjukan bahwa tidak
terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y.
berdasarkan grafik scatterplot tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga model regresi tidak
terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikolinearitas ketiga regresi pada penelitian ini menunjukan bahwa nilai VIF
untuk masing-masing variabel inflasi dan nilai tukar kurang dari 10. Berdasarkan pnilai VIF pada
tabel, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas pada ketiga
model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi untuk ketiga garis regresi pada penelitian ini menunjukan bahwa nilai
DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4 (du), yaitu 1.577 < DW < 2.415. berdasarkan
asumsi (du<DW<4-du) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada ketiga model
regresi.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan koefisien regresi untuk ketiga garis regresi pada penelitian akan disajikan
dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Hasil Regresi Perdagangan gawai di Indonesia pada 2016 dan 2017

a. Dependent variable: Lag Perdagangan gawai di Indonesia


Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 1, didapatkan model regresi linier berganda sebagai berikut,

Y1 = 2.936 + 0.016 X1 - 2.985 X2

Hasil Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas


terhadap variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu inflasi (X1) dan nilai tukar (X2)
sedangkan variabel terikatnya yaitu Perdagangan gawai di Indonesia (Y1). Besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat diukur dengan melihat nilai R2. Nilai koefisien
determinasi untuk ketiga garis akan disajikan pada tabel.

Tabel 2. Koefisien Determinasi Inflasi terhadap Perdagangan gawai di Indonesia

a. Predictors :(constant), lag Inflasi


b. Dependent variable: lag Perdagangan Gawai di Indonesia

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai (R2) sebesar 0.083. nilai tersebut bermakna 8.3% variabel
perdagangan gawai di Indonesia dipengaruhi oleh variabel inflasi sedangkan 91.7% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Tabel 3. Koefisien Determinasi Nilai Tukar terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia


a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar
b. Dependent Variable : Perdagangan Gawai di Indonesia

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 3, diperoleh nilai (R2) sebesar 0.795. nilai tersebut memiliki makna bahwa
79.5% perdagangan gawai di Indonesia dipengaruhi oleh variabel nilai tukar sedangkan 20.5%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

2. Uji Stimultan (Uji F)

Hasil uji F untuk ketiga garis regresi pada penelitian kali ini akan disajikan dalam tabel berikut
ini.

Tabel 4. Hasil Uji F Regresi Inflasi terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia

a. Dependent Variable : Lag Perdagangan Gawai di Indonesia


b. Predictor : (Constant),Lag Inflasi

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa nilai sig.F (0.953)>α =0.05 . Hal ini berarti H0 diterima dan
H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Y1 tidak dipengaruhi signifikan secara
simultan oleh variabel bebas Inflasi (X1).

Tabel 5. Hasil Uji F Regresi Nilai Tukar Terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia
a. Dependent Variable : Lag Perdagangan Gawai di Indonesia
b. Predictor : (Constant), Nilai Tukar

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa nilai sig.F (0.000)<α=0.05 . Hal ini berarti H0 ditolak dan
H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Y1 dapat dipengaruhi signifikan secara
simultan oleh variabel bebas yaitu Nilai Tukar (X2).

Tabel 6. Hasil Uji F Regresi Perdagangan Gawai di Indonesia

a. Dependent Variable : Lag Perdagangan Gawai di Indonesia


b. Predictors : (Constant), Inflasi, Nilai Tukar

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa nilai sig.F (0.703)>α=0.05 . Hal ini menunjukan bahwa H3
ditolak dan H0 diterma, sehingga variabel Y1 tidak dipengaruhi signifikan secara simultan oleh
variabel bebas, yaitu Inflasi (X1) dan Nilai Tukar (X2).

3. Uji Parsial (Uji t)


Berdasarkan tabel 1, diketahui nilai sig.t antara variabel Inflasi (X1) dengan Perdagangan
Gawai di Indonesia (Y1) adalah sebesar (0.037)<α=0.05. sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel terikat tidak dipengaruhi signifikan secara parsial terhadap variabel bebas.

Sementara variabel (X2) memiliki nilai sig.t (0.000)<α=0.05 . Hal ini memiliki makna bahwa
H0 ditolak dan H3 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Perdagangan Gawai di
Indonesia (Y1) dapat dipengaruhi signifikan secara parsial oleh variabel bebas Nilai Tukar (X2).

Interpretasi Hasil Penelitian

1. Inflasi (X1) Berpengaruh Signifikan secara simultan terhadap Perdagangan Gawai di


Indonesia (Y1)

Berdasarkan perhitungan statistik, diketahui bahwa variabel Inflasi (X1) secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Perdagangan gawai di Indonesia. Pengaruh tidak signifikan ini
disebabkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi perdagangan Gawai di Indonesia antara lain
seperti Nilai Tukar, Selera Masyarakat, harga gawai, dan fasilitas produk.

2. Nilai Tukar (X2) Berpengaruh Signifikan Secara Simultan terhadap Perdagangan


Gawai di Indonesia (Y1)

Berdasarkan Perhitungan statistik, diketahui bahwa nilai tukar (X2) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia (Y1). Pengaruh yang besar ini
diakibatkan oleh penguatan kurs akan menyebabkan harga dari gawai yang masuk ke indonesia
juga akan murah sehingga masyarakat akan muda mendapatkannya, begitu pula sebaliknya bila
nilai tukar rupiah melemah maka harga gawai yang akan beredar di indonesia akan semakin tinggi
dan perdagangan gawai pun akan menurun.

3. Inflasi (X1) dan Nilai Tukar (X2) Berpengaruh secara signifikan simultan terhadap
Perdagangan Gawai di Indonesia (Y1)

Berdasarkan perhitungan statistik bahwa Inflasi (X1) dan Nilai Tukar (X2) tidak
Berpengaruh secara simultan terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia. Inflasi hanya
berpengaruh pada kisaran 7% terhadap perdagangan gawai sehingga tidak berpengaruh
signifikan. Sementara Nilai Tukar Sangat berpengaruh dalam Perdagangan Gawai di Indonesia
dengan 79.5%, hal ini berarti jika nilai tukar rupiah melemah maka akan berdampak secara
langsung terhadap Perdagangan Gawai di Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara simultan maupun secara parsial terhadap
Perdagangan Gawai di Indonesia.
2. Nilai Tukar berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap Perdagangan Gawai
di Indonesia.
3. Inflasi dan Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Perdagangan
Gawai di Indonesia.

Saran

1. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bagi pemerintah untuk mengevaluasi perjanjian
bilateral terkait dengan pembebasan tarif pada sektor tertentu yang sebenarnya produktif
sebagai penambah GDP negara. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi
Bank Indonesia dalam menyusun kebijakan moneter agar inflasi ataupun nilai tukar dapat
dikontrol dengan baik.
2. Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya
dengan memilih beberapa variabel yang belum disebutkan agar menjadi lebih lengkap dan
dapat digunakan pemerintah untuk memperhatikan aspek produksi alat elektronik dalam
negeri, dengan meningkatkan riset-riset yang berhubungan dengan teknologi terapan dan
bukan hanya teknologi teoritis.
3. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bagi para perusahaan importir gawai agar
memperhatikan beberapa faktor diatas sebelum memutuskan untuk melakukan impor gawai
secara besar-besaran.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Ratya dan Michael R. Reed. 2008. Bisnis dan Perdagangan Internasional. Yogyakarta
: Andi.

ASEAN-China Free Trade Area. 2012. “ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA” , diakses pada
tanggal 24 Juni 2018 pukul 21:20:05 dari www.kemendag.go.id/files/pdf/2012/12/21/asean-
china-fta-id0-1356076310.pdf

BPPK Kemenlu RI. 2009. Assessments dan Kompilasi Free Trade Agreement (FTA). Jakarta :
BPPK Kemenlu RI.

Ball, Donald A, et al. 2005. Bisnis Internasional; Tantangan Persaingan Global. Dialihbahasakan
oleh Syahrizal Noor. Jakarta : Salemba Empat.

IDC - Indonesia. 2016. “Smartphone Market Analysis” diakses pada tanggan 24 Juni 2018 pukul
21:45:03 dari
https://www.idc.com/search/simple/perform_.do?query=smartphone+market+share+2016
&page=1&hitsPerPage=25&sortBy=RELEVANCY&lang=English&srchIn=ALLRESEA
RCH&src=&athrT=10&cmpT=10&pgT=10&trid=42098364&siteContext=IDC

IDC – Indonesia. 2017. “Smartphone Market Share” diakses pada tanggal 25 Juni 2018 pukul
12:24:22 dari
https://www.idc.com/search/simple/perform_.do?query=smartphone+market+share+2017
&page=1&hitsPerPage=25&sortBy=RELEVANCY&lang=English&srchIn=ALLRESEA
RCH&src=&athrT=10&cmpT=10&pgT=10&trid=42098404&siteContext=IDC

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar; Edisi Ketiga. Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai