Ahk
Ahk
Sebelum kita berkenalan lebih jauh dengan Tri Dharma perguruan tinggi, maka sebelumnya kita
perlu tau dulu definisi dari istilah ini. Kalau kita jabarkan secara bahasa, maka kita bisa
mengartikan kata-katanya satu persatu. Di mana kata “Tri” yang berasal dari bahasa Sansakerta
berarti tiga dan “Dharma” yang juga dari bahasa Sansakerta mengandung arti kewajiban.
Jika mengacu pada arti dua kata di awal, maka bisa didefinisikan bahwa Tri Dharma Perguruan
Tinggi adalah tiga kewajiban perguruan tinggi. Tapi, ini adalah definisi secara bahasa. Nah, jika
didefinisikan secara istilah, Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tiga hal yang harus dimiliki
atau harus ada di sebuah perguruan tinggi saat aktivitas akademik berlangsung. Dan tiga hal
tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dikembangkan secara
berkesinambungan oleh seluruh civitas akademika di antaranya dosen dan mahasiswa.
Idealnya Tri Dharma Perguruan Tinggi ini terinternalisasi ke dalam jiwa seluruh civitas akademika,
sehingga istilah ini bukan hanya slogan atau jargon belaka. Namun hal inipun menjadi budaya
yang disadari oleh semuanya. Dengan begitu, maka cita-cita dari Tri Dharma Perguruan Tinggi ini
akan terwujud dan terimplementasikan dengan baik.
Lalu, sebenarnya apa saja sih isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi itu?
Setelah berbicara panjang lebar mengenai apa itu definisi Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka
untuk lebih memahaminya lagi. Kita perlu mengetahui isi dari Tri Dharma Perguruan tinggi ini. Isi
Tri Dharma ini ada tiga, dan ketiga isinya merupakan landasan dari sebuah perguruan tinggi.
1. PENDIDIKAN
Bangsa Indonesia ini membutuhkan kaum intelektual, yang kelak bisa membangun bangsa ini
menjadi lebih maju lagi. Dan salah satu kaum intelektual yang jumlahnya semakin bertambah
banyak adalah mahasiswa. Nah, untuk mencetak generasi intelektual yang berbudi luhur serta
memiliki sudut pandang yang baik terhadap dunia, maka perguruan tinggi membutuhkan sistem
pendidikan yang baik.
Sistem pendidikan yang baik dan komprehensif di perguruan tinggi tentunya tidak hanya sekedar
transfer ilmu dari dosen ke mahasiswanya saja. Tapi peran mendidik pun tetap harus menjadi
tanggung jawab dosen sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi tersebut. Jadi amatlah tidak
benar, jika ada dosen yang lebih mengutamakan kepentingannya dibandingkan kepentingan
para mahasiswanya.
Kewajiban meneliti di perguruan tinggi tidak hanya ditujukan kepada mahasiswanya saja, tapi
para dosennya pun memiliki kewajiban yang sama. Tapi bedanya jika mahasiswa melakukannya
sebagai syarat kelulusan dengan mengimplementasikan ilmu yang didapat melalui penelitian,
sedangkan kalau dosen menjadi prasyarat yang terkait dengan jenjang karir. Namun tujuan
utamanya tetap untuk pengembangan ilmu yang ada dan penelitian hal-hal baru.
Isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga adalah pengabdian pada masyarakat. Siapa
yang bertanggung jawab untuk mengabdi? Yang bertanggung jawab untuk mengabdi ke
masyarakat tentunya seluruh civitas akedemika perguruan tinggi tersebut. Namun masing-
masing tentunya mengabdi dengan cara yang berbeda.
Secara sekilas, kita sebenarnya sudah bisa mendapatkan gambaran praktis mengenai penerapan
isi Tri Dharma Perguruan Tinggi di atas. Nampaknya mungkin sangat sederhana penerapannya,
namun hal tersebut tidak akan bisa terwujud dengan optimal jika tidak ada sistem yang
terbangun di perguruan tinggi tersebut.
Tri Dharma Perguruan tinggi merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Ketiganya akan saling
mempengaruhi. Oleh karena itu landasan pendidikan dan ilmu perlu diperkuat dengan sistem
pengajaran yang baik di kelas serta membangun budaya pendidikan yang positif. Misalnya
dengan mengembangkan budaya diskusi, sehingga sikap kritis mahasiswa tergali. Setelah proses
ini terlampaui, barulah penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan masyarakat juga bisa
terimplementasi sesuai dengan harapan dan cita-cita Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Demikianlah penjelasan mengenai definisi, isi, penerapan dan contoh Tri Dharma Perguruan
tinggi. Semoga dengan memahami hal ini. Sebagai artikel dan informasi pendidikan tentu harus
bisa memberikan pengetahuan baru yang pasti positif kepada semua orang. Bangsa kita bisa
menjadi bangsa yang penuh dengan manusia intelektual berbudi luhur
Istilah ini penting untuk diketahui oleh para mahasiswa dan juga calon-calon
mahasiswa karena istilah ini merupakan kewajiban bagi sivitas akademika (dosen dan
mahasiswa) di perguruan tinggi. Masa depan bangsa ditentukan oleh perguruan tinggi
dalam pelaksanaan Tridharma dimana mahasiswa dibekali pendidikan berkualitas
oleh dosen dan aktif dalam menjawab tantangan bangsa.
1. Pendidikan
Sudah tidak terbantahkan, pendidikan merupakan prioritas negara dalam membangun
mahasiswa yang cerdas dan berkualitas. Disebutkan dalam Undang-Undang Dasar,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan pendidikan, mahasiswa diharapkan lebih siap
dalam menghadapi zaman yang modern dan penuh tantangan ini, lebih peduli dan
mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bangsa dan
negara.
Mahasiswa juga diharapkan untuk mendalami bidang keilmuan yang diambilnya dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat bermanfaat
untuk masyarakat.
Jadi, mahasiswa tidak hanya sekedar tau tetapi mampu mengembangkan ilmu yang
didapatinya sesuai dengan arus zaman. Dengan adanya penelitian, mahasiswa
diharapkan mampu menyampaikan sikap dan solusi untuk isu-isu yang terjadi secara
nasional maupun global, mengembangkan pemikiran yang kritis dan bijak, dan
melahirkan ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk kepentingan bangsa dan negara.
Salah satu contoh penelitian adalah melihat potensi-potensi bidang keilmuan supaya
bisa diterapkan lebih luas dalam kehidupan bermasyarakat. Unsur Tridharma kedua ini
sangatlah penting. Perguruan tinggi tanpa adanya penelitian akan dianggap sebagai
perguruan tinggi yang tidak produktif dan tertinggal.
3. Pengabdian Masyarakat
Mahasiswa merupakan penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa
memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah, mengkritisi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil terhadap rakyat, dan
membela kepentingan rakyat dengan menjunjung tinggi moral, etika, dan nilai-nilai
luhur pendidikan.
Selain itu, pengabdian masyarakat juga dapat berupa sosialisasi, bakti sosial, mengajar
di sekolah-sekolah pedalaman, dan penyelenggaraan acara-acara lainnya yang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pola pikir yang kritis diperlukan bagi mahasiswa untuk melakukan pengabdian
masyarakat.
PENTING!!! Baca artikel ini: Mahasiswa Seharusnya Bukan Hanya untuk Kuliah
Unsur-unsur di dalam Tridharma saling berkaitan dan jika salah satu unsur tidak
dijalankan, maka unsur-unsur lain mungkin juga tidak bisa berjalan dengan lancar.
Ilmu yang didapat melalui proses pendidikan digunakan untuk kebutuhan penelitian.
Ilmu yang dikembangkan melalui penelitian kemudian digunakan untuk kebutuhan
pengabdian kepada masyarakat sehingga ilmu-ilmu tersebut dapat membawa
masyarakat menjadi lebih sejahtera, maju, dan modern.
Ada dua kampus yang dipakai UPNVY dalam kegiatan perkuliahannya, yaitu Kampus Condongcatur
yang difungsikan sebagai kampus utama dan Kampus Babarsari.
UPNVY semula merupakan lembaga pendidikan tinggi yang didirikan atas prakarsa para pejuang
kemerdekaan RI dengan nama Akademi Pembangunan Nasional (APN) “Veteran” yang didirikan di
Kota Yogyakarta berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Veteran nomor:139/Kpts/1965 pada
tanggal 2 Oktober 1958.
Pada tanggal 30 Juli 1965, APN “Veteran” berubah nama lagi menjadi Perguruan Tinggi
Pembangunan Nasional (PTPN) “Veteran”. Pada tahun tersebut, atas usulan beberapa anggota
Veteran yang berdomisili di luar Yogyakarta, terjadi pengintegrasian dari beberapa perguruan tinggi
yaitu Universitas Veteran Nasional Surakarta menjadi PTPN “Veteran” cabang Surakarta dan
Akademi Perusahaan Veteran Surabaya menjadi PTPN “Veteran” cabang Surabaya.
Kemudian pada tahun 1967, menyusul Akademi Tekstil, Akademi Bank, dan Akademi Tatalaksana
Pelayaran Niaga “Jos Soedarso” yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Kader Pembangunan
(LPKP)- suatu lembaga pendidikan yang diusahakan dan diasuh oleh para anggota Veteran di
Jakarta, menjadi PTPN “Veteran” cabang Jakarta. Dengan demikian, PTPN “Veteran” tersebar di
empat kota besar, yaitu Yogyakarta sebagai pusatnya, sedangkan Surakarta, Surabaya dan Jakarta
merupakan cabang-cabangnya.
Dalam perkembangan, PTPN “Veteran” Surakarta pada tahun 1973 hanya tinggal satu fakultas, yaitu
Fakultas Kedokteran. Akhirnya, pada tahun 1975, fakultas tersebut bergabung dengan Universitas
Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
PTPN “Veteran” pada awalnya berada di bawah binaan Departemen Transmigrasi, Veteran dan
Demobilisasi, namun sejak departemen ini dihapuskan, pengelolaan PTPN “Veteran” selanjutnya
bernaung di bawah Departemen Pertahanan Keamanan/ABRI.
Dalam rangka pengembangan PTPN “Veteran”, melalui Surat Keputusan Menhankam/Pangab nomor
: Skep/1555/XI/1977 tanggal 5 November 1977, PTPN “Veteran” berubah nama menjadi Unversitas
Pembangunan Nasional “Veteran”. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan bersama (SKB) antara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Pertahanan Keamanan nomor : 0307/0/1994,
Kep/10/XI/1994 tanggal 29 November 1994 , terhitung mulai tanggal 1 April 1995, UPN “Veteran”
mengalami perubahan status menjadi Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Dikarenakan statusnya sudah berubah menjadi PTS, UPN “Veteran” yang semula pembinaannya
bernaung di bawah Departemen Hankam, kemudian tanggung jawab pembinaannya dipegang oleh
Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKPBS) sesuai dengan Surat Keputusan Menhankam
nomor : Kep/03/II/1993 tanggal 27 Februari 1993.
Namun, pada tanggal 6 Oktober 2014 UPNVY kembali menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di
bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia
ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, di Surabaya.
1. Menghasilkan lulusan yang berdaya saing global dan berjiwa bela negara melalui
pembelajaran berkualitas
2. Mengembangkan konsepsi ilmu pengetahuan, teknologi, sains dan kemanusiaan melalui
Pengembangan Program Studi/proses belajar mengajar dan pengayaan keilmuan
3. Meningkatkan kualitas penelitian melalui program terencana, terintegrasi, dan
berkelanjutan
4. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat melalui penguatan kerja sama antar
institusi pendidikan, industri, serta pemerintah
5. Mengembangan tata kelola universitas yang baik melalui manajemen mandiri, modern dan
berkelanjutan dalam bidang SDM, keuangan, sarana dan prasarana, serta TIK yang
terintegrasi
Dari visi dan misi tersebut, kemudian dituangkan dalam tujuan UPN “Veteran” Yogyakarta, yaitu
untuk menunjang pembangunan nasional melalui bidang pendidikan tinggi dalam rangka
terciptanya sumber daya manusia yang unggul di era global dengan dilandasi jiwa bela negara.
Kemudian, tujuan tersebut dituangkan dalam tujuan strategis yang ingin dicapai, antara lain:
1. Peningkatan kualitas lulusan yang memiliki daya saing global dan berjiwa bela negara
melalui pembelajaran berkualitas
2. Peningkatan kuantitas dan kualitas program studi dalam rangka penguatan bidang
Tridharma PT UPNVY, berkontribusi bagi terciptanya sumber daya manusia yang unggul,
serta menunjang pembangunan nasional
3. Peningkatan kualitas penelitian yang berorientasi kualitas luaran dan daya saing bangsa,
serta mendukung proses pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat
4. Peningkatan kualitas pengabdian kepada masyarakat melalui Perluasan dan peningkatan
kualitas kerja sama eksternal dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran
serta pengembangan IPTEKS
5. Pengembangan sistem manajemen universitas berdasarkan prinsip-prinsip good university
governance dan nilai-nilai institusi dalam rangka menciptakan dan meningkatkan kualitas
pelaksanaan Tridharma perguruan tingg
Hal itu penting agar bela negara tidak hanya semangat di atas kertas.
Dengan demikian kebijakan revolusi mental dan wawasan kebangsaan dapat
terimplementasi dengan maksimal di tingkat masyarakat.