Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA CERVIX

I. KONSEP TEORI CA CERVIX


A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005).
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa
columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002).
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama.
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina
(http://infokesehatan2009.html). Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang
terbanyak diderita.

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita
yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini
dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks

C. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari
portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks
kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum,
sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
 Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
 Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
 Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat
saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya
mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose
keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10
tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih
memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu
dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-
97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma,
clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah
sarcoma.

D. TANDA DAN GEJALA


Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

E. KLASIFIKASI KLINIS

STADIUM KRITERIA
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara
mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan
memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak
sampai ke dinding panggul.
Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai ke dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai
dinding panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke
dinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul,
atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan
faal ginjal atau hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria
(dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar
panggul atau ke tempat yang jauh.
Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb Telah bermetastasis jauh

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

H. TERAPI
1. Irradiasi
 Dapat dipakai untuk semua stadium
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
 Kerentanan kandungan kencing
 Diarrhea
 Perdarahan rectal
 Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
 Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
 Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
 Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
 Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

I. KOMPLIKASI
1. Pendarahan
2. Infertil
3. Obstruksi ureter
4. Hidronefrosis
5. Gagal ginjal
6. Pembentukan fistula
7. Anemia
8. Infeksi sistemik
9. Trombositopenia

II. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
 Status kesehatan saat ini
 Status kesehatan masa lalu
 Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya
kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa
juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot
abdominal
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu hamil dengan kanker serviks harus lebih banyak
jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi mual dan
muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan
oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai dengan umur kehamilan
karena Ibu dengan kanker serviks juga biasanya mengalami penurunan
nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat
mengganggu dari perkembangan janin.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi gangguan
pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.
Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering
berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total).
Ibu hamil wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari
asupan nutrisi yang berkurang akibat dari harus berbagi dengan janin yang
dikandungnya. Namun pada ibu hamil yang disertai dengan kanker
serviks ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas
bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk
dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya mengalami
gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas
yang berlebihan terhadap risiko terjadinya kematian janin serta
keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus mendapatkan
dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan
mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu serta janin yang dikandungnya.
Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)

C. RENCANA TINDAKAN
1. Dx 1 :
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
 TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
 Membran mukosa lembab
 Turgor kulit baik (elastis)
 Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
 Ekspresi wajah pasien tidak pucat

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi masukan dan haluaran. UkurMemberikan pedoman untuk
volume darah yang keluar melaluipenggantian cairan yang perlu
pendarahan diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transport
oksigen pada ibu dan janin.
2 Catat kehilangan darah ibu danBila kontraksi uterus disertai dilatasi
kemungkinan adanya kontraksi uterus serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif di dalam
mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
plasenta
3 Hindari trauma dan pemberian tekananMengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang mengalamipeningkatan pendarahan dan trauma
pendarahan mekanis pada janin
4 Pantau status sirkulasi dan volume darahKejadian perdarahan potensial
ibu merusak hasil kehamilan,
kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta
5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, danMenunjukkan keadekuatan volume
pengisian kapiler sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual pasienSimtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnyamengukur berat / lamanya episode
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,pendarahan. Memburuknya gejala
berkeringat / penurunan kesadaran dapat menunjukkan berlanjutnya
pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban membranMerupakan indikator dari status
mukosa, dan perhatikan keluhan haushidrasi / derajat kekurangan cairan
pada pasien
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan
IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) danmemperbaiki jumlah darah dalm
trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah manifestasi
anemia yang sering terjadi pada
penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium,kebutuhan resusitasi cairan dan
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi

2. Dx 2 :
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan perfusi
jaringan kembali adekuat
Kriteria Hasil :
 TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
 Pasien tidak tampak lemas
 Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
 Denyut nadi teraba
 Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
 Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi tanda vital, kaji pengisianIdentifikasi ketidakadekuatan derajat
kapiler dan warna dasar kuku perfusi jaringan dan membantu dalam
menentukan intervensi
2 Perhatikan status fisiologis ibu, statusPada ibu hamil yang menderita kanker
sirkulasi, dan volume darah serviks rentan mengalami perdarahan
yang potensial merusak hasil
kehamilan, dan kemungkinan
menyebabkan hipovolemia hingga
hipoksia pada uteroplasenta
3 Auskultasi dan laporkan DJJ, catatIdentifikasi berlanjutnya hipoksia janin.
bradikardi atau takikardi. CatatPada awalnya janin berespon terhadap
perubahan pada aktivitas janinpenurunan kadar oksigen dengan
(hipoaktif atau hiperaktif). takikardia dan peningkatan gerakan.
Bila tetap defisit, bradikardia dan
penurunan aktivitas terjadi.
4 Anjurkan tirah baring pada posisiMenurunkan tekanan vena cava inferior
miring kiri dan superior serta meningkatkan
sirkulasi plasenta (janin) dan pertukaran
oksigen.
5 Kolaborasi : Reduksi pada kadar Hb, Hct atau
Awasi pemeriksaan laboratoriumvolume sirkulasi darah mengurangi
(Hct, Hb, SDM) persediaan oksigen untuk jaringan ibu
yang akan berdampak pada janin yang
dikandungnya
6 Kolaborasi : Meningkatkan jumlah mediator
Berikan transfusi sel darah merahtransport oksigen ke sel-sel tubuh
lengkap sesuai indikasi. Awasi adanya
komplikasi transfusi
7 Kolaborasi : Meningkatkan ketersediaan oksigen
Berikan terapi oksigen tambahanuntuk ambilan janin, sehingga kapasitas
sesuai indikasi oksigen untuk janin meningkat

3. Dx 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan risiko
cedera terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi aktual
Kriteria Hasil :
 Tidak terjadi cedera pada janin
 Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan
 DJJ berada dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit
 Gerakan janin aktif seperti biasanya
 Bayi lahir tanpa gangguan

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Perhatikan kondisi ibu yangFaktor yang mempengaruhi atau
berdampak pada sirkulasi janin menurunkan sirkulasi / oksigenasi ibu
mempunyai dampak yang sama pada
kadar oksigen janin melalui plasenta.
Janin yang tidak mendapatkan cukup
oksigen untuk kebutuhan
metabolismenya, akan mengalihkan
menjadi metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang dapat
menimbulkan kondisi asidosis
2 Awasi dan pantau DJJ dan keaktifanTerjadinya hipoksia pada ibu dapat
gerakan janin mengakibatkan kelainan SSP janin.
Krisis berulang dapat meningkatkan
prevalensi ibu dan janin pada
peningkatan mortalitas dan laju
morbiditas. Pengkajian yang cermat
dan konsisten pada janin dapat
mengidentifikasi perubahan status
janin secara dini sehingga dapat
segera menentukan intervensi yang
tepat untuk dilakukan.
3 Diskusikan efek negatif yangRetardasi pertumbuhan intrauterus/
potensial terjadi akibat kelainanpascanatal, malformasi dan retardasi
genetik mental dapat terjadi.

4 Kolaborasi : Identifikasi dan evaluasi pertumbuhan


Lakukan screening, pemeriksaanjanin
ultrasonografi (USG) sesuai indikasi

4. Dx 4 :
Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri
pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
 Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
 Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh / efek samping minimal
 TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
 Ekspresi wajah pasien tidak meringis
 Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
 Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secaraMembantu membedakan
komprehensif [catat keluhan, lokasi nyeri,penyebab nyeri dan memberikan
frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-informasi tentang kemajuan atau
10) dan tindakan penghilangan nyeri yangperbaikan penyakit, terjadinya
dilakukan] komplikasi dan keefektifan
intervensi.
2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan
mempengaruhi perubahan pada
tanda - tanda vital
3 Dorong penggunaan keterampilanMemungkinkan pasien untuk
manajemen nyeri seperti teknik relaksasiberpartisipasi secara aktif untuk
dan teknik distraksi, misalnya denganmengontrol rasa nyeri yang
mendengarkan musik, membaca buku,dialami, serta dapat
dan sentuhan terapeutik. meningkatkan koping pasien

4 Berikan posisi yang nyaman sesuaiMemberikan rasa nyaman pada


kebutuhan pasien pasien, meningkatkan relaksasi,
dan membantu pasien untuk
memfokuskan kembali
perhatiannya.
5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan
rasa takut, sehingga mengurangi
persepsi pasien akan intensitas
rasa sakit.
6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri /Tujuan yang ingin dicapai
kontrol pada pasien melalui upaya kontrol adalah
kontrol nyeri yang maksimum
dengan pengaruh / efek samping
yang minimum pada pasien.
7 Tingkatkan tirah baring, bantulahMenurunkan gerakan yang dapat
kebutuhan perawatan diri yang penting meningkatkan nyeri
8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuaiNyeri adalah komplikasi
indikasi tersering dari kanker, meskipun
respon individual terhadap nyeri
berbeda-beda. Pemberian
analgetik dapat mengurangi nyeri
yang dialami pasien
9 Kolaborasi untuk pengembangan rencanaRencana manajemen nyeri yang
manajemen nyeri dengan pasien,terorganisasi dapat
keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat mengembangkan kesempatan
pada pasien untuk mengontrol
nyeri yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis, pasien dan
orang terdekat harus aktif
menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah.
10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedurMungkin diperlukan untuk
tambahan, misalnya pemblokan padamengontrol nyeri berat (kronis)
saraf yang tidak berespon pada
tindakan lain

5. Dx 5 :
Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam batas normal (± 36,5oC - 37,5oC)
 Denyut nadi dalam batas normal (± 60 - 100x / menit)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal (±16- 24x/ menit)
 Kulit tidak tampak memerah
 Pasien tidak mengalami kejang

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau derajat dan pola perubahan suhuPeningkatan suhu hingga 38,9oC-
o
pasien 41,1 C menunjukkan adanya
proses penyakit infeksius. Pola
peningkatan suhu dapat
membantu dalam identifikasi
diagnosis dini
2 Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linenSuhu ruangan dan jumlah selimut
tempat tidur sesuai indikasi harus diatur untuk
mempertahankan suhu tubuh
pasien agar mendekati suhu
normal
3 Berikan kompres hangat Membantu mengurangi
peningkatan suhu tubuh pasien
4 Kolaborasi : Dapat digunakan untuk
Berikan antipiretik mengurangi demam dengan
bereaksi pada termoregulasi
sentral tubuh di hipotalamus.
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Anonim.2012. (Online). Available : http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_serviks (6 Oktober


2013)

Anonim.2011.(online).Available : http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-
dengan-gangguan-sistem-reproduksi.html (akses : 6 Oktober 2013)

Suya.2011.(online).available : http://suyawantewin.blogspot.com/2011/01/ca-cervix.html
(6 oktober 2013)
LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIK DI RUANG BERSALIN


RSUD GENTENG BANYUWANGI

Oleh:
Nama : Hernayue Pokadona Fourdy Prayitno
NIM : 2017.04.066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dibuat berdasarkan praktek klinik
Di Ruang Bersalin RSUD GENTENG BANYUWANGI
“(CA SERVIK)”

Mahasiswa,

Hernayuce P.F.P

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

(……………………………….………) (………………………………………..)

Kepala Ruangan

(……………………………………….)

ASUHAN KEPERAWATAN
PERDARAHAN PERVAGINA & SUSPEK CA SERVIK
DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG BANYUWANGI

Oleh:
Nama : Hernayue Pokadona Fourdy Prayitno
NIM : 2017.04.066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2018

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan dibuat berdasarkan praktek klinik
Di Ruang Bersalin RSUD GENTENG BANYUWANGI

Mahasiswa,

Hernayuce P.F.P

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

(……………………………….………) (………………………………………..)

Kepala Ruangan

(……………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai