Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita
yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini
dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
C. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari
portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks
kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum,
sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat
saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya
mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose
keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10
tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih
memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu
dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-
97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma,
clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah
sarcoma.
E. KLASIFIKASI KLINIS
STADIUM KRITERIA
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara
mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan
memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak
sampai ke dinding panggul.
Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai ke dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai
dinding panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke
dinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul,
atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan
faal ginjal atau hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria
(dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar
panggul atau ke tempat yang jauh.
Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb Telah bermetastasis jauh
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
H. TERAPI
1. Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
Kerentanan kandungan kencing
Diarrhea
Perdarahan rectal
Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
I. KOMPLIKASI
1. Pendarahan
2. Infertil
3. Obstruksi ureter
4. Hidronefrosis
5. Gagal ginjal
6. Pembentukan fistula
7. Anemia
8. Infeksi sistemik
9. Trombositopenia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
C. RENCANA TINDAKAN
1. Dx 1 :
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik (elastis)
Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
Ekspresi wajah pasien tidak pucat
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi masukan dan haluaran. UkurMemberikan pedoman untuk
volume darah yang keluar melaluipenggantian cairan yang perlu
pendarahan diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transport
oksigen pada ibu dan janin.
2 Catat kehilangan darah ibu danBila kontraksi uterus disertai dilatasi
kemungkinan adanya kontraksi uterus serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif di dalam
mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
plasenta
3 Hindari trauma dan pemberian tekananMengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang mengalamipeningkatan pendarahan dan trauma
pendarahan mekanis pada janin
4 Pantau status sirkulasi dan volume darahKejadian perdarahan potensial
ibu merusak hasil kehamilan,
kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta
5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, danMenunjukkan keadekuatan volume
pengisian kapiler sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual pasienSimtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnyamengukur berat / lamanya episode
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,pendarahan. Memburuknya gejala
berkeringat / penurunan kesadaran dapat menunjukkan berlanjutnya
pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban membranMerupakan indikator dari status
mukosa, dan perhatikan keluhan haushidrasi / derajat kekurangan cairan
pada pasien
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan
IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) danmemperbaiki jumlah darah dalm
trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah manifestasi
anemia yang sering terjadi pada
penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium,kebutuhan resusitasi cairan dan
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi
2. Dx 2 :
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan perfusi
jaringan kembali adekuat
Kriteria Hasil :
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
Pasien tidak tampak lemas
Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
Denyut nadi teraba
Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi tanda vital, kaji pengisianIdentifikasi ketidakadekuatan derajat
kapiler dan warna dasar kuku perfusi jaringan dan membantu dalam
menentukan intervensi
2 Perhatikan status fisiologis ibu, statusPada ibu hamil yang menderita kanker
sirkulasi, dan volume darah serviks rentan mengalami perdarahan
yang potensial merusak hasil
kehamilan, dan kemungkinan
menyebabkan hipovolemia hingga
hipoksia pada uteroplasenta
3 Auskultasi dan laporkan DJJ, catatIdentifikasi berlanjutnya hipoksia janin.
bradikardi atau takikardi. CatatPada awalnya janin berespon terhadap
perubahan pada aktivitas janinpenurunan kadar oksigen dengan
(hipoaktif atau hiperaktif). takikardia dan peningkatan gerakan.
Bila tetap defisit, bradikardia dan
penurunan aktivitas terjadi.
4 Anjurkan tirah baring pada posisiMenurunkan tekanan vena cava inferior
miring kiri dan superior serta meningkatkan
sirkulasi plasenta (janin) dan pertukaran
oksigen.
5 Kolaborasi : Reduksi pada kadar Hb, Hct atau
Awasi pemeriksaan laboratoriumvolume sirkulasi darah mengurangi
(Hct, Hb, SDM) persediaan oksigen untuk jaringan ibu
yang akan berdampak pada janin yang
dikandungnya
6 Kolaborasi : Meningkatkan jumlah mediator
Berikan transfusi sel darah merahtransport oksigen ke sel-sel tubuh
lengkap sesuai indikasi. Awasi adanya
komplikasi transfusi
7 Kolaborasi : Meningkatkan ketersediaan oksigen
Berikan terapi oksigen tambahanuntuk ambilan janin, sehingga kapasitas
sesuai indikasi oksigen untuk janin meningkat
3. Dx 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan risiko
cedera terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi aktual
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi cedera pada janin
Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan
DJJ berada dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit
Gerakan janin aktif seperti biasanya
Bayi lahir tanpa gangguan
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Perhatikan kondisi ibu yangFaktor yang mempengaruhi atau
berdampak pada sirkulasi janin menurunkan sirkulasi / oksigenasi ibu
mempunyai dampak yang sama pada
kadar oksigen janin melalui plasenta.
Janin yang tidak mendapatkan cukup
oksigen untuk kebutuhan
metabolismenya, akan mengalihkan
menjadi metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang dapat
menimbulkan kondisi asidosis
2 Awasi dan pantau DJJ dan keaktifanTerjadinya hipoksia pada ibu dapat
gerakan janin mengakibatkan kelainan SSP janin.
Krisis berulang dapat meningkatkan
prevalensi ibu dan janin pada
peningkatan mortalitas dan laju
morbiditas. Pengkajian yang cermat
dan konsisten pada janin dapat
mengidentifikasi perubahan status
janin secara dini sehingga dapat
segera menentukan intervensi yang
tepat untuk dilakukan.
3 Diskusikan efek negatif yangRetardasi pertumbuhan intrauterus/
potensial terjadi akibat kelainanpascanatal, malformasi dan retardasi
genetik mental dapat terjadi.
4. Dx 4 :
Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri
pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh / efek samping minimal
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secaraMembantu membedakan
komprehensif [catat keluhan, lokasi nyeri,penyebab nyeri dan memberikan
frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-informasi tentang kemajuan atau
10) dan tindakan penghilangan nyeri yangperbaikan penyakit, terjadinya
dilakukan] komplikasi dan keefektifan
intervensi.
2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan
mempengaruhi perubahan pada
tanda - tanda vital
3 Dorong penggunaan keterampilanMemungkinkan pasien untuk
manajemen nyeri seperti teknik relaksasiberpartisipasi secara aktif untuk
dan teknik distraksi, misalnya denganmengontrol rasa nyeri yang
mendengarkan musik, membaca buku,dialami, serta dapat
dan sentuhan terapeutik. meningkatkan koping pasien
5. Dx 5 :
Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (± 36,5oC - 37,5oC)
Denyut nadi dalam batas normal (± 60 - 100x / menit)
Frekuensi pernapasan dalam batas normal (±16- 24x/ menit)
Kulit tidak tampak memerah
Pasien tidak mengalami kejang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau derajat dan pola perubahan suhuPeningkatan suhu hingga 38,9oC-
o
pasien 41,1 C menunjukkan adanya
proses penyakit infeksius. Pola
peningkatan suhu dapat
membantu dalam identifikasi
diagnosis dini
2 Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linenSuhu ruangan dan jumlah selimut
tempat tidur sesuai indikasi harus diatur untuk
mempertahankan suhu tubuh
pasien agar mendekati suhu
normal
3 Berikan kompres hangat Membantu mengurangi
peningkatan suhu tubuh pasien
4 Kolaborasi : Dapat digunakan untuk
Berikan antipiretik mengurangi demam dengan
bereaksi pada termoregulasi
sentral tubuh di hipotalamus.
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
Anonim.2011.(online).Available : http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-
dengan-gangguan-sistem-reproduksi.html (akses : 6 Oktober 2013)
Suya.2011.(online).available : http://suyawantewin.blogspot.com/2011/01/ca-cervix.html
(6 oktober 2013)
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh:
Nama : Hernayue Pokadona Fourdy Prayitno
NIM : 2017.04.066
Mahasiswa,
Hernayuce P.F.P
(……………………………….………) (………………………………………..)
Kepala Ruangan
(……………………………………….)
ASUHAN KEPERAWATAN
PERDARAHAN PERVAGINA & SUSPEK CA SERVIK
DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG BANYUWANGI
Oleh:
Nama : Hernayue Pokadona Fourdy Prayitno
NIM : 2017.04.066
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan dibuat berdasarkan praktek klinik
Di Ruang Bersalin RSUD GENTENG BANYUWANGI
Mahasiswa,
Hernayuce P.F.P
(……………………………….………) (………………………………………..)
Kepala Ruangan
(……………………………………….)