Anda di halaman 1dari 14
“RECHTSVERWERKING” DAN PENGADOPSIANNYA DALAM HUKU! Nurhasan TANAH NASIONAL Abstract, Rechtsverwerking is principle in Agrarian Law which states that owner of a land that leaves their land abandoned in certain period of time and lets other people to occupy and take advaniage will cause the original owner to lose thetr rights of the land. This principle nas been adapted ro our national agrarian law thus becomes a part of Indonesian positive law, however n law enforcement inside the court this principle tends to be deserted therefore creates an uncertainty in aw and unfairness 0, period of tine. Kata kunci : recktsverwerking, Incom tanah, bi A. Pendshuluan Dalam Keputusannya, Pengadilan Negeri di satu daerah telah memenangkan seorang (A) yang tidak dikenal oleh ling- xungen masyaraket desa tempat terltaknya canah yang menjati obyek sengket.' Dalam gugaannys, A telah menyetakan sebagai pemilik sah dari scbidang taach yang telah dlkuasei dan dimenfankan atau digunckan colch sejumlak Keluarga (tujuh keluarga) dalem waktu yang cukup lama yait sejak ari zaman kemendekaan Republik Indore- sia, A untuk memperkuat keabsahaa kepe- milikan dan gugatannya atas tanah ‘ersebut rmenunjukkan selembar surat perwk atau dlisebut juga dengan pipl. Keduanya mer pekan surat bukti pembayaran pajak pada zamaa Hindia Belanda yang terus betlang- sung sampai pasca kemerdekaan. Penga- people who have occupied a lard in a long nakum det dilan berdasarkan ketentuan hukum acara -yang beriaku di Indonesia yang menentukan ‘lat bukti tertulis dalam urutan teratas telah ‘menempatkan petuk sebagei bukti yang kuat tentang edanya hubungan hukum antara se- seorang yang tercantum dalam petuk tersebut atau abli warisnya dengan tanah yang men jadi objck sengketa, Sebaliknya, sejumlah kkeluarga yang hanya menguasai secarafisik dan memanfaatken tanah selama puluhan tahun telah ditempatkan sebagai pibak yang lemah posisi hukumnya karena tidak dapat menunjukkan slat bukit terulisapapun. Dengan posisi pihak penggugat dan tergu- gat seperti di atas, wajarlah Kalau kemudian pengadilan memutuskan bahwa A sebagai penggugat harus dimenangkan sedangkan sejumlab keluarga yang diguget harus di- nnyetakan Kalah dan hans menyerahkan Dosen Hukum Agraria, Falls Hukum Unwversitis Gsdah Mada, Raye Desa Menoluk Esckas! Kepuusan Pongal a Rett Raye, Karis, 21 Apt 301 184. MIMBAR HUKUM Voume 19, Nomor 2, Juni 2007, Halaman 163-196 tana yang sudah dikvasai dan dimanfaatkan puluhan tahun kepada A. Dalam kasus yang lain, Pengadilan Negeri di daerah yang berbeds telah me- ‘menangkan seorang (X) yang menggugat dan mengklaim sebidang tanah yang sangat luas Karena pada saat gugatan diajukan telah menjadi sebuah desa di Jawa Barat? Dalam gugatannya, X menyatakan sebagai ahli wars dari pemilik tanah yang sebelum Indonesia merdeka telah mempunyai suatu hak berdasarkan hukum Barat yaitu Hak Erfpacht, Untuk memperkuat gugatannya, XX telah menanjukkan sertifkat hak tersebut kepada Pengadilan sebagai alat buktinya. Dalam pemberitaan tersebut tidak dijelaskan apakah penduduk desa yang tanahnya digu- gat tersebut juga telah mempunyai seripikat atau paling tidak ada sebagian warga yang ‘mempunyai sertipikat atau tidak, Namun dalam putusannya, pengadilan dengan meng- abaikan Ketentuan-Ketentuan Konverst UUPA dan prinsip hukum tanah yang ber- laku setelah beriakuny UUPA, telah mem- benarkan gugeten X dan menyatakan tidak sebnya penguasaan dan pemanfacten tanah oleh penduduk desa, Dalam eksekusinya, ppatusan pengadilan sulitdlaksanakan kare- nna tangh obyek sengketa di samping digu- ‘akan untuk kegiatan pectanian juga sudah terdapet perumahan warga desa dan bangun- ‘an perkantoran Berdesarkan ilustrasi kedua kasus di ‘tas mempunyat titik persinggungan yang ‘sama yaitu di satu pihek pengadilan sangat ‘menitikberatkan pada alat buktitertulis dan ‘menempatkan Kehadiran pemilik alat bukti Hamat Pelatsanaan Fkschus Tanah Sam Desa" Forum Keele. Nomor 33 Me, tersebut diatas tanah sebagai fakior sekunder ‘atau tidak penting. Artinya pengadilan ber- ‘pandangan bahwa selama seseorang baik pe- ‘milik esi maypun abli warisaya masih tetap ‘memegang slat bukti kepemilikan atas sebi- dang tanah, haknya atas bidang tanah tetap dapat tenis herlangsung, meskipun yang be sangkutan selama puluhan tahun tidak per nah mengurus penguasaan dan pemanfuatan tanahnya. Bahkan seseorang tersebut tidak pemah lagi dikenal oleh warga masyarakat desa tempat beradanya tanah yang diklaim sebagai Kepuayaannya, Sebalikaya, warga desa yang telah menguasai dan memanfea'- kan tanah sehingge totap depat torus fung- sional dan produktif dalam wakes puluban tahun dinilai tidak mempunyai hubungan bbukum dan ekonomis apapun dengan tanah tersebut sehingga seolah-seolah tidak pantas ‘untuk diberikan hak. Pandangan dan putusan pengadilan yang demikian di samping harus dinilai se- agai bertentangan dengan rasa keadilan ‘masyarakat juga bertentangan dengan asas “recheswerwerking” yang dikenal dalam hu- kum tanah nasional. Bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat karena di sata p- hak orng yang tidak bertanggung jawab dn melanggar kewajibannya menggunakan tanah tetap diakui sebagai pemilik dan justru diperkuat hak kepemilikannya atas tanah, namun sebaliknya di pthak lain warga ma- syarakat yang telah membina hubungan hhukum terus menerus yaitu menguasai dan memanfaatkan tanah sehingga tetap fung- sional dan produktif jusiru dinafikkan atau tidak diakui haknya. Orang yang memenuhi Ismail, Rechisverwerking den Pengadopsiannye 185 ewajiban hukumnya terhedap tanah harusdi- kelahkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan melanggar kewajiban hukum- nya tethadap tanah. Berten'angan dengan asas rechtsverwerking Karena orang yang ‘meninggalkan penguasean dan pemanfaatan ‘anah dalam waktu pulukan tahun seharus- ya dinyatakan sebagai orang yang kehi- langan haknya namun justru dinyatakan tetap berhak atas tanah, Rechisverwerking Dalam Hukum. Adat Rechisvorworking merupakan salah satu asas yang dikenal dan berlaku dalam Hukum Adat terstama berksitan dengan proses terjacinya dan diperolebnys hak alas tanah oleh warga masyarakat. Setiap warge yang membuka tnah dan membangun ‘nubungan hukum dengan tanah tidak secare ‘otomatis dan langsung memperoleh hak alas tanah, Terdapet iahapan-tahapan yang haras dilalui untuk pada akhimye sampai peda ta- hap menjadi hak atas tanah. Setiap tahepan ‘menjadi syarat bagi ‘erciptanya tahapan beri- leutnya dan hal tersebut hanya dapat terjadi jika warga yang bersangkutan menunjukkan kesenusen dalam membengun hubungan hukum dengan tanah tersebul. Keseriusan itu ditunjukkan dengan adanya penguasaan dan pemanfuatan nah secara terus menerus sehingga terbangun hubungan hukum yang semakin menguat, Namun scbaliknys, jike keseriusen itu tidak tercipta, maka hubung: fan hukum antara warga yang bersangkutan > Rood: Haesone, 1971, Undong-indong Poke Aprons Djumbaan. aka, tm. $0, Suatu Ferettianolh scomog Stat Pengajr Universas baron oe ust temuen pehwa dah binstang mengarong uous dengan tansh justra dapat_melemah dan bahkan menjadi hilang, Disinilsh letak ke- beradaan.asas rechtverwerking.terutama dalam proses melemah dan hilangnya hhubungan hukum. Proses-menguat atau melemahnya hhubungan hukum antara warga masyarakat dengan tavah dimulai dari muneulnye “Fak ‘Utara atau Hak Prioritas atau Hak Terda- hula” (orkeursrechi), yang. kemudian akan berlaajut menjadi Hek Pakai dan jka semalkin menguat akan menjadi Hak Milik? Hak Utama muncul setelh proses pembu- lkasn tanah selessi yaitupemberian tanda- tanda sebagai bukti adanya pembuksan ta- nab seperti pemancangan kepala binatang ‘yang disembelih, penaburen darah binetang pada tanah yang dibuks sebagai simiol ads- nya hubungan sakrel atau magis antars si pembuka dengan tanah dan sekaligus ppevempatan darah sebagai simbol kesubu ‘an pada tana, dan pembagian daging bina- tang yang disombolih kepada seluruh warga rmasyarakat sebagai pemberitahuan bahwa si pembagi daging telah membangun bubung- an hukum dengan tanah tertencu dan seksli- ‘218 publikasi agar warga masyarakat yang Jain menghormatinya, Hak Utama akan tenis berlangsung jka setelah tiba musim tanam atau panen pasca pembukaan warga pembuka tana it melak- senakan kewajibannya menanami tanah dan remaneanya. Sebaliknya, jike si pembuka tenah tidak melaksanaken ponaneman aia pemanenan pada saat musim tanam atau Seyarah Penveseman. Is com Poleksamaannt. PT Nasional (UPN) Yogyakarta menghesi- ng erTngst Ska penvNr SESH 186 MIMBAR HUKUM Volume 19, Nomor 2, Juni 2007, Halaman 183 - 196 panen datang, maka yang bersangkutan akan kehilangan Hak Utamanya. Tidak melak- sanakan kewajiban menanami atau me- ‘manen bermakna bahwa yang bersengkutan telah melepasken Hak Utemanya dan tidak ingin melanjuikan hubungan hukum dengan tanah yang telah dibukanya. Apobila pada musim tansm berikut- nya wanga pembuka tanah terus berlanjut ‘menguasai dan mengusshakan atau meng- gumaken tanahnya, maka Hak Utama ita ‘akan meningkat menjadi Hak Pakai. Dalam Iingkup bekerjanya Hukum Adat, pening- ‘katan status hak ini tidak citandai oleh pem- berian surat atau lontar yang mengandung pengakuan ‘ertulis. Peningkatan itu hanya didasarkan pada 2 (dua) hal. Pertama, ada- rye pengakuan dari warge masyarakat ten- tong adanya hubungan hukum antara warga yang menguasai dan mengusahakan dengan tonahnys. Pengakuan itu terwujud secara psikologis dalam persepsi yang terbangun dalam diri seluruh werga masyarakat bahwa tenah tersebut merupakan hak dari yang ‘menguasai dan mengusehakan. Pengakuan itu akan muncul juga datam perilaku seluruh warga masyarakat yang menghormati_pe- ‘nguasaan dan pengusahaan tanah oleh yang bersangkutan; kedva, kondisi fisik tanah ang dikuasai dan diusahakan semakin tor- pelihara den semakin proslukti? Hak Pakai dalam konteks Hukum Adat hanya memberikan kewerangan kepada ‘warga masyarakat tersebut untuk mengguna- kan nah dalam kerangka memenuhi kebu- ‘uban hidup dirinya dan Keluarganys, Warga ‘ersebut belum mempunyai hubungan hukum yang kuat seit mengandung kewenangan keperdataan leinnya seperti memperalihkan slau mesyewakan atau mewariskan tapah kepada pihak lain. Konsekuensinya, warga yang bersangkutan belum dapat mengguna- kan Kewenangen keperdetean tersebut se- perti meayewakan kepada orang lain sebegai ‘cara memperahankan penguasaannya stas tanah tersebut ‘Apabila penguasean dan pengusshazn tanah terus berlanjut dan tidak permah ter purus, make hubungan buku entara warga yang bersanghutan dengon tansh ken benubsh menjadi Hale Milik. Perubahan inipun tidak disertai dengan bulti tectulis apapun, kecuali secara sosial adanya peng- akuan dari masyarakat yang semakin me- nguat dan secara fisik Kondisi tanh semakin terpelibara dan semakin memberikan hasil yang lebih baik. Pada tahapen ini, habungen hhukum antara warga yang bersangkutan dengan tanah sudch menguat. Kepadanya sudah dilekatken kewerangan keperdatsan seperti merperalihkan tanah atau menye- wwaken, menghibahkan atau mewariskan tanah kepada pifak lain sta para ahli wari ‘aya. Namun demikian, hubungan hukum ‘yang sudah sempai pada tahapan Hak Milik iipun dapat melemah dan babkan hilang jika dalam periode berikutnya warga yang menguasai dan memiliki tidak memper tehankannye dengen terus menguasai dan rmengusshakannya, Uraian datas pada iotinya menwajuk- kan bahwa faktor pokok yang berpenganh pada menguat atau melemahaya dan bah- Jean hilengnya hak yang sudah terbentuk adalah intensitas pemguasaam dan peng- unaan cet pemanfaaian tanah, Konsep “inteasias” ini mengandung makna babwa ‘warga masyarakat yang sudah membaagun hhubungan hukum dengan tanah harus seeara ferus-menerus tanpa terputas menguasai dan emai, Rechtaverwerking dan Pongadepsiannya 187 smenggunskan atau memanfaatkan tanahnya. Intensitas menjadi faktor penentu bagi ke- berlangsungen hubungan hukum yang lebih rmenguat. Sebelikrys, jika fektor itensitas penguasaan dan penggunaan tanah tidak dipenuhi Karena warga yang bersangkutan smeninggelken dan _membiarkan tanahnya tidak tergunokan atau termasfaalkar, maka berlakulah asas hukum “recktsverwerking” yaitu hilangaya hubungan hukum tersebut kkarena yang bersangkuten dicnggap telah melepaskan penguasaan atas tanahnya setelah tidak digunaken afau diusahekannya ‘anah tersebut oleh pemiliknya. Fakra-fekta yang dapat digunaken se- agai dasar untuk menentuken huburgan hukum semakin menguat atau sebaliknya melemch sehingga berlaku asas rechtsver= ‘werking poda umumnya di ingkungon ma- syarakat Hukum Adat Indonesie menyender- ‘kan pada fenomena alara yang terjadi di atas tanch tersebut. Meskipun demikian, di bebe- rapa daerahterdapat ketentuan batasan waktu tertentu sebagai dasar menentukanhilangnys hak seseorang atas tanah. Artinye setelah e- wat jangka waktu tertentu orang, yang mem- punyai tanah sidak lagi menggunakan atau mengusahakannya, maka yang bersangkutan akan kehilengen hak etas tanahnya atau hak suas tanahnye menjadi hapus. Di lingkungan masyarakat Hukum Adat Tepanali, hapos: aya hak otastanch trjadi setelah pemilikays sida lngi mengusshakan atau menggunskan tanch dalam wakta 5 (ima) tahun. sedang- ken di daerah Madiun setelah lewat waktu 20 (dua pului) tahun im. 53 Bagi orang yang cara berpikimya serba rasional dan Kerasionalan itu di anterenya diukur dan kejelasan satuan waktu sebagai dasamya, maka penentuan saat hilangnya atau hapusaya hak atas tanah Karena dibiar- kan tidak diusahakan atau digunakan secera intensif berdasarkan botesan jangka waktu tertentu dipandang lebih memberikan kepas- ‘ign hukum. Sebaliknya, penentuan saat hhapusnys hak korena sebab yang sama yang didasarkan pada fenomena alamiah yang terjadi di atas tarah tersebut dinitai tidak ‘memberikan jeminan kepastian hukum, Na- ‘mun, dant sisi masyarakat adat yang tingkat keterkatannya dengan lingkungan alam dan sosiainys begitu tinggi, maka penggunaan fenomens atau tarda-ianda fisik alamiah sebagai dasar untuk menentukan menguat tau melemahnya hak merupakan fakta ‘yang sangat jelas. Perubahan yong bersifat alamiah yang terjadi di atas sebidang tanah yang sudah dikuasai dan digunskan oleh seseorang dapat dengan mudah diketahui, sehingga mereka dengan mudah pula me- nnentukan bahwa hubungan hukum semakin ‘menguat atau bahkan sebalikna hubungan hhukum tersebut melemah dan behkan harus dinyatakan warga yang bersangkutan telah kehilangan hak atas tanahaya karena tidak terdapat lagi fakta fisik alamiah adanya penguassan dan penggunaan tanah. Adopun tanda-tanda fisike alamiah yang dapat dijadikan datar adalah sebagai terpeliheranya. kondisi tanah yang cikuasai dan digunakan ter- sebut. Amtinya jike kondisi tanah bersih dan berikut® pertama, Rosstandi AnBwilags 1952 Huon gars Indoneie Dla Tor dm Prtek: NW Mata Rae. karts Toetaar on, 1970, detvoe daw Susman Haduon Ada Preys Paani aksna, Hm. 7.75 188. MIMBAR HUKUM Volume 19, Nomor 2, Juni 2007, Halamen 183 - 198 tumbuhan alang-alang maka berarti tanzh tersebutterpeliharadenganbaik yang menun- jjukkan adanya intensitas penguasaan dan ‘pemanfzaian tanah, Sebsliknya, jika kendisi tanah dipenuhi oleh tumbunsn alang-alang schingga tampak membelukar, maka berart intensitas hubungan hukum antara warga masyarakat yang bersangkutan dengan ‘anah suidah melemah, Kond'si cemikian ini meru- paken syarat untuk dinyatakan berlakuaya ases rechisverwerking ‘etbadap hubungen fhukum tersebut, Artinya ketika tumbuban aleng-alang sudah memenubi tenah maka syarat bilargaya atau hapusnya hak utama stow hak pakai atau ak milik sudah ter- penuh. Pembiaran tanah dipenuhi slang- alang dan membeluksr dapat dimaknai bahwa warga yang bersangkutan sudah me- Jepaskan hubungan hukumnya dengan tanzh fersebut. Pembisran itu. sekaligus.isyarat bagi warge yang Iainnya untuk memulai ‘membangua hubungan hukum dengan tanh ‘yang sudsh dilepaskan hak. ‘Kedwa, adanya pancang-pancang yang digunakan untuk mengambil buah dori pohoo-pohon yang ada di atas tonah atau bangunan gubuk yang digurakan oleh warga yang bersangkutan untuk beristirahat Ketika mengerjakan tanshaya. Namun, terhadap ‘anda fisik alamiah ini masth disertai dengan pembersihan tethadap. tumbuhan lainnya seperti semak-semak di sekitar pancang atau bangunan gubuk. Artinya seberapa lugs tum- buhan alang-alang yang dibersinkan make seluas itu puialah tanah yang ditempatkan di bawah hubungan hukum dengan warge yang bersangkutan, Babkan jika tumbuban yang dibersibkan hanya di sekitar batang pohon yang akan diambil bushoya, meka hubungan fhukum yang terbentuk oniar Worga hanyalah dengan pohoa yang aken diambil buahnya, Antinya warga yang bersangkutan. hanya dapat mempunyai hak menikmati buah po- hon tersebut, namun tidak dapat mempunyai hak atas tanahnya: Ketiga, adanya poton- pohon besar yang dengan sengaja ditanam oleh orang yang bersangkutan. Pohon-po- fhon yang ditanam tersebut mempunyai nai ekonomi bagi pemenuhan kebutuhan owarge yang bersangkutan dan keluarganya seperti ppohon mangga, durian, pohon kare atau po- hhon lain yang bernilai ckonomis dan dapat dipetik. Adasya pohon-pohon yang ditanam dengan sengaja mempunyai makna bahwa fetiap saat atau secara periodike pada seat ppanen atau musim petik hasil pohon, warga yang bersangkutan akan mendetangi bidang ‘anah yang dikvasal. Kehadirannya secare periodik menunjukken bahwa hubungan hukum masih terus berlangsung, tentunya hal ini akan didkuti dengan terjadinys upaye memelihara tana seperti membersitkan tumbuban alang-alang yang menggangge sumbuhaya pohon-pohon beser yang diia- nen. Namus, jka setslch torjadi penaearman ohon-pohon besar tu, warga yang bersang- kcutan tidak pemah datang untuk melakukan emeliharsan atas tanah dan pohon-pohon yang citanam, sehingga ‘ejedi pembelu- karan tanah den tidak tempeliharany pohon seperti tidek ade pemotongan bagian pohon supaya tidak tumbuh dengan lier, maka yang bersangkutan dapat dinyataken telah me- lepasken hubungan hukumnya yang bererti kehilangan hak baik atas pohon yang di ham maupun atas tanehnya, Keempat, aéanya. pembengunan atau pembuatan tanggul-tanggul tanah (tumpuk- an tanah yang memanjang di bagien pingsie tanah) sebagai pembatas tanah yang dieki Ismail, Rechtsverwerking dan Pengedopsiannya 189 ‘oleh seorang dengan tanah yang dipunyai oleh orang Isin. Begitu juga untuk tanah pertanian ade pembuatan seluran-saluran air yang digunakan untuk menyalurkaa air dari selokan air ke dalam hamparan tanah yang dipunyai. Adanya bangunan tanggul atau saluran air yang terpelihara secara terus ‘menerus menunjukkan hubungan hukum an- tara warga yang bersanekuten dengan tanah ‘asi berlangsung. Namun sebaliknya, jka bangunaa tonggul atau saluran air meajadi hileng secara slemish, maka hal tersebut ‘menunjukkan bahwe upaya pemeliharaan terhadap tanggul dan saluran tidak berlang- sung. Hal ini dapat dimaknai babwa warga ‘yang bersangkutan telah melepasken hu- ‘bungan hukumnya dengan tanah dan berarti harus dinyatakan telah kehilangen haknya alas tanah tersebut, Dari uraian tentang tanda-tanda fisik alamiah menguat atau melemah dan bah- kan hilangnys hak seperti yang dikemuke- kkan oleh Ter Haar di atas, Boedi Harsono? mengemukakan intinya yaitu adanya inves- tasi tenage dan biaya oleh orang yang mem unyai hubungan hukum dalam kerangka ‘memelihara tanahnys. Seoreng warga yang terus-menerus menginvestasikan tenage dan biaya untuk memelibara dan menggunakan atau memanfaatkan tanah, maka hubungan Ihukum antare diciaya dengan tenah akan terus berlangsung, Orang tersebut akan di- rnyatakan dan diakui sebagai pemilik dari ta- nah tersebut. Sebeliknya, jika seorang sudah tidak lagi menginvestasikan tenaga dan biaya ‘untuk menggunakan atau memantastkan ta- Bocel Hasono, 1971, Bagi I. LCi LPT Daman, akira, hi 16-166 ‘nahnya dan hal tersebut berlangsung sampai tanah tersebut membelukar karena tumbuh tanaman slang-alang yang menunjukkan ti- dak adanya lagi kegiatan penggunaan tanah, maka orang tersebat sudah dapat dimaknai telah melepaskan haknya dan berarti harus sdinyatakan telah kehilangan haknya atzs ta- nai tersebut. ‘Uraian di atas telah membesikan gam- baran bahwa rechisverwerking merupakan sas yang mengandung substonsi hilangnya ‘tau hapusaya hak atas tanah setelab ter lampauinya waktu tertentu tidak terdapat in- ‘ensitas hubungan hukum yang secara fiske alamieh tanah ditandai olen membelukernya tanah, tidak adanya pancang-pancang atau ‘bangunan gubuk, tidak adanya pohon-po- thon besar yang ditanam dengan sengaja dan ‘emus terpelihara, dan tidak adanya bangunan tanggul/seluren atau hilangnya bangunan tersebut Karena tidak terpeliharaaya tara. Pertanysan yang kemudian muncul, mengs- pa tidak adanya intensitas hubuagan hukum rmenyebabkan seseorang kehilangan hak stas tapahnya? Jawaban ataspertanyaan tersebut berkait dengan 2 (cua) aspek-batk yang me- nyangkut hubungan orang yang mengusai tanah dengan tanahnya maupun hubungan ‘orang tersebut dengan warga masyorakat lainnya. Pertama, sotiap hak atas tanah, dalam Konteks Hukum Adat, di samping memberikan kewenangan untuk menguassi dan memanfzatkan tanah juga melekstkan kepada si empunya kewa)iban sosial terientu yaitu menggunakan dan mengerjakan atau Secei Haruno, 1971, Undans-Undang POW Agoraria Sarah Pensa, li dan Peloksimacnne Bagi 190. MIMBAR HUKUM Volume 19, Nomor 2, Juni 2007, Halaman 183-196 Mmengusafakan tanahaya, Xewajiban wros- but harus dijalankan secara terus-menerus sebagai bagian dari syarat agar hubungan hhukum anwara drinya dengan tanah semakin menguat* Pelanggaran terhadap kewajibaa tersebut menjadi scbeb hapusnya hubungan Ihukum smara disinya dengan tanah yang telah terbentuk Karena pelanggacan tersebut smengarah pada teradinya penelantaran ta- ‘nah, Disini peri dtegaskan bahwa hapusnya hak tersebut disebabkan tidak dipenubinya kewajiban sosial menggunakan dan meng- usaliakan tanah secara terus meneris. Art- aya bepita tevjadi pelanggaran erhadap ewajiban sosial sersebut, maka. haknya ‘alas tanah tersebut menjadi hapus. Pelang- -garan terhedap kewajiban tersebut kemudian berimplikasi pada terjadinya penelaniaran tanah, yatu tidak diguoakannya tanah sesuai dengan sifat tanah atau tujuan penggunsaa tanabnya, maka penilaian adonya penelan- taran tanah menjadi fekior yang memperkuat hnapusnya ak atas tanah. Jadi_penelan- taran tanah bukan menjadi sebab utama dart hapusnya hak, namun hanya sebagai fekior yang memperkuat ‘Kedua,tckavan pad txjainyaintensi- tas penguasean dan penggunean atau pomat faataa tanah sebagai inti dari asas echtsver- swerking mengandungbeberapadimensi yang fungsional bagi hubungan hukum antara warga yang bersangkutan dengan tanabnya, Pertama, dimensi psikologis yaitu antara ‘orang yang menguasai dan menggunakan tenah berada dalam. satu hubungen atin yang sang terikat antara satu dengaa laine Jakarta i. 18 ys, Warga yang bersanghusan teriket pada ‘anah bukan hanya karena adanya nilai man- faat ekonomis narmun juga manfaat psikolo- gis seperti jaminan ketentraman dan keba- hagiaan. Sebaliknya, tanzh sebagai faktor produksi memerlukan periakuan yang baik seperti pemeliharaan yang. terus menerus agar tanah dapat terus memberikan man- faat yang optimal bagi pemiliknya, Manfaat psikologis intlsh yang kemudian. menjadi dlasar tenjadinya hubungan yang bersifatreli- sio-magis antara dint orang yang menguasai dan menggunakan dengan tanahaya, Ling- ‘kungan tanah yang menjadi tempat tinggal dan sumber pendapatan terdapat_unsur- unsur pemberi peslindungan, Ketentraman, ddan kebahagiaan hidup. Ungkapan masyara- eat Jawa “sedtumuk batuk serwari bumi yen ‘perlu ditohi pati” atau ungkatan masyarekat Batak “Vissi la pernah merigat” dan “Ulos 1naso boi maribak” menunjukkan tercipianya hubungen yang bersfit religio-magis yang terbangun melalui proses yang panjang da- Jam bentuk intensitas hubungan penguasaan dan penggunaan tanah Bahkan hubungan psikologis diwujudkan dalam ungkapan bahwa lingkungan tanah tempat tinggalnya atau sewah merupaksn tempat bersemayem- aya roh-roh nenek moyang mereka yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Namun, semua ity hanya terbentuk jika intensites hhubungen penguasaan dan penggunaan atau pemanfeatan erbentuk. Jika intensitas terse- but tidak terbentuk maka tubungan sampat tingkat religio-magis tersebut tidak akan ppemah terbencuk, Willy Laluyan dik, 1982, Ferumahan Dalam Era Pembanguran indovesia, Depart, Peaerangan Rl Ismail, Rechtsverwerking dan Pengacopsiannya 191 Kedia, dimensi sosial yaitu adanya fungsi.timbel-belik antara warga_yang menguasai dan menggunaken tanah dengan warga masyorakat di lingkungan tempat letak tanahnya. Adanya intensitas penguasa- an dan penggungan tanah di satu sist me- ngandung fungsi pemberitahuan kepada rmasyaraket tentang kehadiren yang terus menerus dari warga yang bersangkutan di ‘ata anah yang dikuasei dan diguakan, Daci sisi yang lain, kehadiran yang terus mencrus 4 aias tanch tersebut mengandung fangsi akan adanya pengekusn dari seluruh worga ‘masyarakat di Lingkungan iempet letsk ta- nahnya tentang adanya hubungan hukum sniara yang bersangkutan dengan tanahnya. Pengakuan seluruh warga masyarakat men- Jadi bukti yang paling nyata dan kuat bagi keberadaan hak ates tanah seseorang. Peng- akuan seluruh warga masyarakat

Anda mungkin juga menyukai