Anda di halaman 1dari 9

Gangguan Pemusatan Perhatian-Hiperaktivitas

(GPPH)
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra

BATASAN

Gangguan penyesuaian diri perkembangan perhatian (inatensi), aktivitas(hiperaktivitas)


dan kontrol perilaku kurang (impulsif) yang telah berlangsung 6 bulan atau lebih dan
terjadi sebelum usia 7 tahun pada tingkat sampai menganggu penyesuaian diri dan
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.

PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI

Kondisi heterogen merupakan penyebab GPPH.

Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan timbulnya GPPH, selain itu beberapa
neurotransmiter : norepinefrin/noadrenergik, dopamin dan serotonin juga berpengaruh
terhadap timbulnya GPPH serta didapatkan kelainan morfologi

dan fungsi otak berupa corpus callosum, basal ganglia dan lobus frontalis berukuran
kecil, dan hipoperfusi dari frontal-striatal dopamine pathway.

GEJALA KLINIS

Berdasarkan DSM IV, GPPH dibagi 3 tipe :

- GPPH tipe inatensi.

- GPPH tipe hiperaktif-impulsif.

- GPPH tipe kombinasi

a. Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi)

Tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk waktu yang lama, perhatiannya


mudah teralihkan oleh stimulus lain. Rentang waktu pemusatan perhatian yang
singkat, kemampuan menyimak yang rendah.
b. Impulsivitas

Dapat berupa impulsivitas motor dan atau verbal.

Impulsivitas motor berupa anak selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas
lain. Impulsivitas verbal atau kognitif terlihat berupa sikap terlalu cepat mengambil
kesimpulan sebelum mendapat informasi.

c. Hiperaktivas

GPPH dapat disertai atau tanpa hiperaktivitas. Hiperaktivitas menggambarkan


perilaku motorik yang berlebihan.

DIAGNOSIS

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan fisik.

c. Pemeriksaan Neuropsychologic.

d. Laporan prestasi akademis.

e. Behavior Rating scales yang diperoleh dari beberapa sumber (guru dan orang
tua).

f. Harus memenuhi kriteria DSM IV.

DIAGNOSIS BANDING

1. Penyakit kronis.

2. Gangguan tidur (Sleep disorders).

3. Depresi.
4. Gangguan kecemasan.

5. Obsessive-compulsive disorders.

6. Gangguan sekunder akibat stres.

7. Pervasive developmental disorders.

8. Gangguan psikiatri lainnya.

PENYULIT

1. Perilaku eksternalisasi berupa oppositional defiant disorder, conduct disorder


dan gangguan tic.

2. Perilaku internalisasi berupa depresi, ansietas dan gangguan belajar.

PENATALAKSANAAN

1. Terapi Farmakologis :

a. First-line Treatment (Stimulan)

Metilfenidat :

Short acting : 5-20 mg (2-3 kali/hari) selama 3-5 hari.

Intermediate-acting : 20-40 mg (pagi 20 mg, sore 20 mg) selama 3-8 hari.

Long-acting : 18-72mg (1 kali/hari) selama 8-12 hari.

Amfetamin :

Short acting : 5-15 mg (2 x/hari) atau 5-10 mg (3 x/hari).

Intermediate-acting : 5-30mg (1 x/hari) atau 5-15mg (2 x/hari).

Long-acting : 10-30 mg (1 x/hari).

b. Second-line Treatment (Anti-depresan)


Tricyclics ( TCAs) : 2-5 mg/kg/hari (2-3 x/hari ).

Bupropion : 50-100mg (3 x/hari ) atau 100-150 mg (2 x/hari ).

2. Terapi non Farmakologis : Terapi perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Pediatrics (2000), ”Clinical practice guideline: diagnosis


and evaluation of the child with ADHD”, Pediatrics, vol. 105, h. 1158-1170.

2. American Academy of Pediatrics (2001), ”Clinical practice guideline: Treatment of


the school-aged child with ADHD”, Pediatrics, vol. 108, h. 1033-1044.

3. Polaha, J., Cooper, S.L., Meadows, T., Kratochvil, C.J. (2005), ”The Assessment of
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Rural Primary Care : The Portability of
American Academy of Pediatrics Guidelines to ”Real World”, Pediatrics, vol 115,
no 2, h. 120-126.

4. Reiff, M.I., (2001), Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, dalam : Bergman,


A.B. (penyunting), Twenty Common Problems in Pediatrics. Mc Graw-Hill,
Singapura, h. 265-299.

5. Simms MD (2004), Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, dalam : Behrman,


R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B. (penyunting) Nelson Textbook of Pediatrics,
edisi ke-17, W.B. Saunders Co, Philadelphia, h. 107-110.

Autisme
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra

BATASAN

Suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis ditandai oleh
adanya 3 gejala utama berupa : kualitas yang kurang dalam kemampuan interaksi sosial
dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan
minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman
sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun.

PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI

Banyak faktor sebagai penyebab Autisme. Faktor genetik sangat autisme, diduga
merupakan gangguan genetik yang kompleks dan disebabkan kombinasi dari efek
kerentanan gen-gen yang multipel dengan faktor lingkungan dan faktor lain yang bukan
genetik. Banyak penelitian yang melaporkan kelainan pada hampir semua struktur otak
tetapi saat ini masih jadi perdebatan. Selain itu diduga : dopamin, katekolamine dan
serotonin juga berperan timbulnya autisme.

GEJALA KLINIS

a. Tidak dijumpai perilaku perkembangan yang lazim, dijumpai :

- Atensi (perhatian) sosial.

- Melihat pada orang-orang.

- Menghadap ke orang-orang.

- Tersenyum pada orang-orang.

- Berusaha berbicara atau mengeluarkan suara pada orang-orang.

- Ekspresi sosial yang sesuai.

b. Gejala-gejala patologi dini :

- Terobsesi dengan benda-benda yang berputar.

- Suka memasukkan atau menjilat benda-benda secara berlebihan.

- Gaze (pandangan mata).

- Cara melihat suatu benda agak aneh.

- Babbling.

- Sensitif terhadap suara.


- Gejala-gejala motor sensorik.

- Respon yang tidak lazim terhadap rangsang sentuhan, atau tidak sensitif
terhadap nyeri.

- Gerakan repetitif.

DIAGNOSIS

Harus memenuhi kriteria DSM IV

A. Enam atau lebih gejala dari (1), (2) dan (3) dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1
dari masing-masing (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari
gejala berikut :

i. Gangguan yang jelas dalam perilaku non- verbal (perilaku yang


dilakukan tanpa bicara) misalnya kontak mata, ekspresi wajah, posisi
tubuh dan mimik untuk mengatur interaksi sosial.

ii. Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yg sesuai.

iii. Tidak berbagi kesenangan, minat atau kemampuan mencapai sesuatu hal
dengan orang lain.

iv. Kurangnya interaksi sosial timbal balik.

2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari
gejala berikut :

i. Keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata berbicara, tanpa


disertai usaha kompensasi dengan cara lain.

ii. Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau


mempertahankan komunikasi dengan orang lain.

iii. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang
tidak dapat dimengerti.

iv. Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain
menirukan secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
3. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah
(stereotipik), yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut :

i. Minat yang terbatas, stereotipik dan meneetap dan abnormal dalam


intensitas dan fokus.

ii. Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku
dan tidak fleksibel.

iii. Gerakan motorik yang stereotipik dan berulang, misalnya flapping


tangan dan jari, gerakan tubuh yang kompleks.

iv. Preokupasi terhadap bagian dari benda.

B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada ketrampilan berikut, yang muncul


sebelum umur 3 tahun.

1. Interaksi sosial.

2. Bahasa yang digunakan sebagai komunikasi sosial.

3. Bermain simbolik atau imajinatif.

C. Bukan lebih merupakan gejala sindrom Rett atau Childhood Disintegrative


Disorder. Selain itu kita dapat menggunakan Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT) sebagai alat skrining untuk deteksi dini Autisme.

DIAGNOSA BANDING

1. Pervasive Development Disorder not Otherwise Specified.

2. Rett’s Disorder.

3. Childhood Disintegrative Disorder.

4. Asperger’s Disorder.

PENYULIT
1. Child Abuse dan Neglect

2. Kesukaran belajar dan bekerja

PENATALAKSANAAN

1. Pemberian Nutrisi yang adekuat, terutama : Vitamin B6, A, C, E, Magnesium,


Seng, Kalsium, Asam lemak esensial, Dimethylglycine (DMG) : 125 mg, 1-
6/hari, atau Trimethylglycine (TMG) : 500-800mg/hari.

2. Diet bebas Glutein dan Casein

3. Detoksifikasi (terutama merkuri)

4. Pemberian anti-viral : Acyclovir

5. Immunomodulator

6. Transdermal Allithiamine (TTFD)

7. Oral Immunoglobulin

8. Suntikan konsentrat vitamin B12

9. Terapi perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

1. Candless, J.M. (2003), Children with Strarving Brains, dalam : Candless, J.M.
Children with Strarving Brains, edisi ke-2, Grasindo, Jakarta, h. 3-312.

2. Dalton, R., Forman, M.A., Boris, N.W. (2004), Pervasive Development Disorder
and Childhood Psychosis, dalam : Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.
(penyunting) Nelson Textbook of Pediatrics, edisi ke-17, W.B.Saunders Co,
Philadelphia, h. 93-95.

3. Dhamayanti, M. (2005), Skrining Autisme. Workshop dan Simposium Tumbuh


Kembang Anak, Hotel J.W Marriot, Surabaya.

4. Pusponegoro, H.D. (2003), Pandangan umum mengenai Klasifikasi Spektrum


Gangguan Autistik dan Kelainan Susunan Saraf Pusat. Konferensi Nasional
Autisme-1, Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

5. Rosman, N.P. (1995), Autism, dalam : Parker, S., Zuckerman, B. (penyunting)


Behavioral and Developmental Pediatrics, Little, Brown and Company, Boston, h.
73-77.

Anda mungkin juga menyukai