Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan.
Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”.
B. Macam – Macam Kompartemen Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70
kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L.
persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat
obesitas ( Guyton & Hall, 1997)
1. Cairan Intraselular (CIS)
Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total Adalah cairan yang terkandung di
dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular,
sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari
cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2. Cairan Ekstraselular (CES)
Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total Adalah cairan diluar sel. Ukuran
relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir
½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari
(CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi
menjadi :
a. Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada
orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif
terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada
bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

3
b. Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak.
Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%)
dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel
darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja
sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan
trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-
beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.
Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
 pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
 transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
 pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
 transpor hormon ke tempat aksinya
 sirkulasi panas tubuh
3. Cairan Transelular (CTS)
Cairan Transelular (CTS) Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus
dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural,
sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS)
mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam
dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-
intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut :

4
Persentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan

Distribusi Cairan Tubuh

 Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg


 Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan
transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura,
intraokuler, dll.
Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (Ces) Dan Cairan Intraseluler (Cis) Pada
Dewasa Normal Terhadap Bb

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th


ed. McGraw Hill, 1987, p.9.
4. Fungsi Cairan
a. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
b. Mengeluarkan buangan-buangan sel

5
c. Membantu dalam metabolisme sel
d. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
e. Membantu memelihara suhu tubuh
f. Membantu pencernaan
g. Mempemudah eliminasi
h. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
5. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya.
2. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif
dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu
sama lain( miliekuivalen/liter mEq/L ) atau dengan berat molekul dalam
garam ( milimol/liter mol/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur
dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
b. Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh
yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
c. Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4ɜ). Karena kandungan elektrolit dari palsma
dan cairan interstisial secara esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai
elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri
atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit
plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan
intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting

6
dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau
ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan
dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah
nilai elektrolit palsma.
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan
bilirubin.
Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh

 Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+,
magnesium Mg2+, protein dan asam organik.
Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.
Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh
disebutkan sebagai berikut :

Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996,


p.518

7
Kandungan Elektrolit Cairan Tubuh

Intake Dan Output Rata-Rata Harian Dari Unsur Tubuh Yang Utama

Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut


Insensible Loss (IWL)
Bila ingin mengetahui “Insensible Loss (IWL)” maka kita dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
a. DEWASA = 15 cc/kg BB/hari
b. ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

8
Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit Per 100 Kcal Bahan Metabolik
Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit

6. Factor Factor Yang Mempengaruhi Cairan Dan Elektrolit


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan
peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh
total sesuai usia.

2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh

9
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
C. Macam – macam Elektrolit Tubuh
Elektrolit merupakan Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Di dalam tubuh ada berbagai macam elektrolit
beserta fungsi dan letak yang berbeda. Elektrolit di dalam tubuh dibedakan menjai 2
(dua), yaitu :
1. KATION
Merupakan ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Di dalam
tubuh yang termasuk elektrolit kation adalah :
a. Natrium (Na+)
Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk garam
didalam tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan
tekanan osmosis pada sel yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan
cairan yang ada disekitarnya.
Letak Natrium (Na) terbanyak di Extra seluler (CES). Volume cairan
ekstraseluler diatur keseimbangannya melalui mekanisme homeostasis.
Fungsi Natrium bagi tubuh adalah sebagai berikut.
1. Membantu mempertahankan keseimbangan air, asam dan basa dalam
cairan ekstraseluler.
2. Sebagai bahan penyusun dari cairan (getah) pankreas, empedu, dan
keringat.
3. Peranan penting dalam kontraksi otot dan fungsi syaraf.
10
4. Memainkan peranan khusus dalam penyerapan karbohidrat.
5. Natrium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine.Kadar
Normal Natrium (Na) dalam tubuh : 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (K+)
Merupakan Kation utama intra seluler (CIS). Kalium dalam makanan dan
dalam tubuh ditemukan dalam bentuk ion K+, baik dalam larutan ataupun
dalam bentuk garam. Kalium ditemukan banyak dalam makanan, terutama
pada buah-buahan dan sayuran. Kalium banyak terdapat dalam bayam, pisang,
jamur, brokoli, susu, daging, tomat, jeruk, kol, dan asparagus.
Fungsi kalium bagi tubuh adalah sebagai berikut.
1) Merupakan bagian integral dan esensial tiap sel dan dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel.
2) Dalam sel kalium membantu banyak reaksi biokimia seperti pelepasan
energi dari makanan, sintesis glikogen dan protein.
3) Mengatur tekanan osmotik dalam sel dan mengontrol distribusi air antara
cairan intraseluler dan ekstraseluler.
4) Menjaga keseimbangan asam-basa.
5) Dibutuhkan untuk mengantarkan gelombang saraf untuk membuat gerakan
otot lebih terkontrol juga membantu untuk memperlebar pembuluh darah
ketika berolahraga sehingga memperlancar aliran darah untuk membuang
panas lebih cepat
6) Ikut dalam pelepasan insulin dari pankreas.
7) Bersama magnesium (Mg2+) penting dalam relaksasi otot yang merupakan
lawan dari stimulasi otot oleh Ca2+.
8) Rasio 1:1 antara Na/K dapat menjaga efek asupan natrium yang tinggi.
Kadar Normal Kalium (K+) dalam tubuh : 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium (Ca2+)
Kalsium atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang mempunyai
fungsi dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki peran dalam vitalitas
otot pada tubuh, Bersama – sama dengan posfor berguna untuk memperkuat
tulang kontraksi otot dan mengatur detak jantung.
Fungsi Kalsium bagi tubuh :
1) Mengaktifkan syaraf.
2) Melancarkan peredaran darah.
11
3) Melenturkan otot.
4) Menormalkan tekanan darah.
5) Menyeimbangkan keasama darah.
6) Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
7) Mengatasi diabetes (mengaktifkan pankreas).
8) Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi.
9) Mengatasi kram, nyeri pinggang.
10) Kadar Kalsium dalam tubuh diatur oleh parathyroid dan thyroid.
d. Magnisium (Mg2+)
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di CIS. Fungsi magnesium
yang utama adalah melenturkan pembuluh darah dan membantu
menghilangkan timbunan lemak yang terjadi pada dinding sebelah dalam dari
pembuluh darah. Juga berfungsi sebagai zat yang membentuk sel darah merah
berupa zat pengikat oksigen dan haemoglobin
Fungsi Magnesium lainnya yaitu :
1) Membantu relaksasi otot
2) Membantu transmisi sinyal syaraf
3) Memproduksi dan mendistribusi energy
4) Berperan penting dalam sintesa protein
5) Sebagai Co Faktor membantu enzim yang merupakan katalisator lebih dari
300 reaksi biokimia termasuk mengatur suhu tubuh manusia
6) Kadar normal Magnesium dalam tubuh : 1,5-2,5 mEq/lt
2. ANION
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan.Di dalam
tubuh yang termasuk elektrolit anion ialah :
a. Clorida (Cl-)
Ion Cl merupakan anion yang paling banyak terdapat dalam cairan ektraseluler
(CES). Di dalam tubuh terdapat sekitar 0,15 persen ( 1,9 gram per kg berat
badan). Cairan cerebrospinal dan lambung mengandung Cl lebih banyak. Otot
dan syaraf kandungannya rendah. Ion Cl juga terdapat pada CIS walupun
jumlahnya tak sebanyak pada CES.
Fungsi khlorida bagi tubuh adalah sebagai berikut.
1) Memainkan peranan penting dalam regulasi tekanan osmotik,
keseimbangan air,dan keseimbangan asam-basa.
12
2) Dibutuhkan untuk produksi asam HCl di lambung; asam ini penting untuk
penyerapan vitamin B12 dan Fe, untuk mengaktifkan enzim yang
memecah pati (karbohidrat), serta untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang masuk lambung bersama-sama dengan makanan dan
minuman.
3) Kandungan Clorida normal dalam tubuh : 95-105 Eq/lt
b. Bicarbonat (HCO3-)
Bicarbonat teradapat pada CIS dan CES.
Fungsi Bicarbonat bagi tubuh yaitu : Sebagai buffer
c. Fosfat
Dalam kimia, sebuah fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri
dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Fosfat merupakan anion buffer
pada CIS dan CES.
Fungsi Fosfat dalam tubuh sebagai berikut:
1) peningkat kegiatan neuromuskuler.
2) Metababolisme Karbohidrat
3) Buffer dalam darah dan cairan tubuh.
D. Konsep Perpindahan Cairan Secara Normal
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain
terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul
kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih
cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
13
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan yang berbeda dan di daiamnya dimasukkan sel darah merah,
maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan
berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan
NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular.
Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan
larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah
dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan
rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tekanan cairan
dan membran
a. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses
osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, maka
larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan, larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama dan dapat bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai
contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini
14
sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik
karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini
penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel.
Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotik plasma akan
lebih besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding
cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus
membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran Semipermiabel
Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak tergabung. Membran semipermiabel terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.
E. Jenis-Jenis Gangguan Cairan dan Elektrolit
1. Dehidrasi
a. Pengertian
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air
lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan
natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium
lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai
dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan
peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi
isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135 – 145 mEq/L)
dan osmolalitas efektif serum (270 – 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik
ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan
osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
b. Etiologi
1. Rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan
2. Penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan
yang keluar.
15
3. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
c. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat :
1) Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
 Muka memerah
 Rasa sangat haus
 Kulit kering dan pecah-pecah
 Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
 Pusing dan lemah
 Kram otot terutama pada kaki dan tangan
 Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
 Sering mengantuk
 Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
2) Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari
berat badan)
Gejala:
 Gelisah, cengeng
 Kehausan
 Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera
kembali keposisi semula.
 Tekanan darah menurun
 Pingsan
 Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
 Kejang
 Perut kembung
 Gagal jantung
 Ubun-ubun cekung
 Denyut nadi cepat dan lemah
3) Dehidrasi berat(kehilangan cairan 8% dari BB semula)
 Penurunan kesadaran
 Lemah, lesu

16
 Takikardi
 Mata cekung
 Pengeluaran urine tidak ada
 Hipotensi
 Nadi cepat dan halus
 Ekstremitas dingin
d. Fisiologi
Komponen tunggal terbesar dlam tubuh adalah air.Air adalah pelarut bagi
semua zat terlarut dalm tubuh baik dalm suspensi maupun larutan.Air tubuh
total (total water body/TBW) (yaitu persentase dari berat tubuh total yang
tersusun atas air) jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenis kelamin,umur,dan
kandungan lemak dalam tubuh.Air membentuk sekitar 60% berat badan
seorang pria dan sekitar 50% berat badan wanita.Pada orang tua TBW
menyusun sekitar 45% sampai 50% berat badan (Narins,1994).Lemak pada
dasranya bebas air,sehingga lemak yang makin sedikit akan mengakibatkan
tingginya persentase air dari berat badan orang itu.Sebaliknya jaringan otot
memiliki kandungan air yang tinggi.Oleh karena itu dibandingkan dengan
orang kurus,orang gemuk mempunyai TBW yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan berat badannya.Wanita umumnya secara proporsional
mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot jika dibandingkan
dengan pria,sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan dengan
berat badannya.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi dari satu bagian
dengan bagian lainnya,dan dalam keadaan sehat mereka harus berada pada
bagian yang tepat dan dalam jumlah yang tepat.Kation utama pada cairan
ekstraseluler dalah Na+ ,dan anion utamanya adalah Cl- dan HCO3-
e. Komplikasi
Dehidrasi adalah umum diantara pasien-pasien dewasa dengan diare akut
yang mempunyai jumlah-jumlah feces yang besar, terutama ketika pemasukan
dari cairan dibatasi oleh kelesuan atau dihubungkan dengan mual dan muntah.
Adalah juga umum pada bayi-bayi dan anak-anak muda yang
mengembangkan viral gastroenteritis atau infeksi bakteri.

17
Meskipun jarang terjadi, komplikasi dehidrasi dapat terjadi disebabkan
oleh infeksi rotavirus. Dehidrasi yang tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan bagi anak. Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan
gastroenteritis akut (infeksi saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai
dengan muntah, diare, demam, dan nyeri perut.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia) sampai kematian bila
tidak ditangani dengan tepat.
Dehidrasi sedang jarang menimbulkan komplikasi selama cairan yang
hilang cepat digantikan. Kasus lainnya dapat mengancam jiwa, terutama pada
individu yang masih sangat muda atau sudah tua. Pada keadaan yang gawat,
cairan atau elektrolit dapat diberikan secara intravena.
Pasien-pasien dengan dehidrasi yang ringan mungkin megalami hanya
dahaga atau mulut yang kering. Dehidrasi yang sedang sampai parah mungkin
menyebabkanorthostatic hypotension dengan syncope (pingsan waktu berdiri
yang disebabkan volume darah yang berkurang, yang menyebabkan kejatuhan
dari tekanan darah waktu berdiri), hasil urin yang berkurang, kelemahan yang
parah, shock, gagal ginjal, kebingungan,acidosis (terlalu banyak asam dalam
darah), dan koma.
2. Over Hidrasi
a. Definisi
Suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan volume cairan ekstrasel
khususnya intravaskuler ( volume overload ) melebihi kemampuan tubuh
mengeluarkan air melalui ginjal,saluran instestinal,kulit. Keadaan ini lebih
dipermudah dengan adanya gangguan pada otot jantung ( gagal jantung
kongestif ) atau pppada gangguan fungsi ginjal berat ( penyakit ginjal kronik
stadium IV dan V pada gagal ginjal kronik ).
b. Etiologi
1) Kelebihan pemberian cairan IV
2) Fungsi ginjal abnormal
3) Retensi natrium dan air
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma

18
c. Manifestasi klinis
Secara umum, penambahan berat badan adalah petunjuk terbaik dari
kelebihan volume ECF,karena beberapa cairan dapat aja sudah
tertimbun,sedangkan edema belum nyata terlihat.
Tanda dan gejala :
1) Distensi vena jugularis
2) Peningkatan tekanan darah
3) Denyut nadi kuat
4) Asites
5) Efusi pleura
6) Edema perifer dan periorbita
7) Edema paru akut ( jika berat )
8) Dyspnea
9) Ronki basah diseluruh lapangan paru
10) Penambahan berat badan secara cepat
d. Patofisiologi
Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema
dapat terokalisir ( seperti pada inflamasi stempat dan obstruksi ) atau
generalisata ( seluruh tubuh ) . sehingga cairan interstisial tertimbun pada
hampir semua jaringan tubuh. Pada keadaan lain penyebab edema selalu
berkaitan dengan perubahan kekuatan pada hokum starling yag mengatur
distribusi cairan antara kapiler dan ruang interstisial. Dengan demikian edema
dapat meningkat,tekanan osmotic kolat yang menurun,permeabilitas kapiler
yang meningkat,atau destruksi aliran limfatik.
Timbulnya edema generalisata menunjukkan adanya gangguan pada
pengaturan normal dari ECF. Tiga keadaan yang paling sering mengakibatkan
edema generalisata adalah : gagal jantung kongestif, sirais hati, dan sindrom
nefrotik. Masing-masing gangguan ini dicirikan oleh setidak-tidaknya salah
satu dari daya kapiler starling diatas, serta retensi natrium dan air oleh jantung.
Retensi natrium oleh ginjal yang menyebabkan edema terjadi melalui satu atau
dua mekanisme utama : Respon terhadap berkurangnya volume sirkulasi
efektif atau disfungsi ginjal primer.
Volume sirkulasi efektif adalah suatu istilah yang tidak dapat diukur yang
mengacu pada cairan intra vaskuler yang efektif berperfusi pada jaringan.
19
Umumnya besar volume ini berbanding lurus dengan curah jantung. Oleh
karena itu, jika curah jantung menurun, ginjal akan menahan natrium dan air
dalam usahanya untuk memulihkan volume sirkulasi. Penurunan dari volume
sirkulasi efektif dianggap merupakan mekanisme yang bertanggung jawab atas
retensi oleh ginjal pada gagal jantung kongestif, sirosus hati dan sindrom
nefrotik. Pada keadaan-keadaan tersebut, e observasi diduga merupakan akibat
rangsangan system saraf simpatik dan system rennin-angiotensin-aldosteron.
Dengan kata lain, ginjal bertindak seakan-akan terjadi kekurangan volume
cairan ECF yang sesungguhnya dan menahan natrium dan air meskipun terjadi
penumpukan cairan yang banyak pada ruangan interstisial.
Beberapa dengan mekanisme edema-edema diatas, edema yang terjadi
pada gagal ginjal lanjut merupakan akibat kerusakan internal dari fungsi
ekskresi ginjal. Keadaan lain yang disertai kelebihan ECF adalah sindrom
cushing atau terapi kortikosteroid dimana terjadi peningkatan aktivitas
aldosteron. Kelaparan yang mengakibatkan hipoprotenemia dapat juga
menyebabkan edema. Akhirnya, pemberian larutan garam intravena secara
cepat juga dapat mengakibatkan hipervolemia.
e. Komplikasi
1) Edema paru akut
2) Gagal jantung kongestif
3) Sirosis hati
3. Hypernatremia
a. Definisi
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
b. Penyebab
1) Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa
2) Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemiadan hipokalemia)
3) Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)
4) Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat
berlebihan)
5) Penyakit sel sabit
6) Diabetes insipidus.

20
c. Gejala
Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak.
Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:
1) Kebingungan
2) kejang otot
3) kejang seluruh tubuh
4) koma
5) kematian
d. Patofisiologi
Hipernatremia terjadi saat ada kehilangan air atau terlalu sedikit air dalam
hubungannya dengan sodium dan potassium dalam tubuh. Osmolaritas plasma
(Posm) normalnya berkisar antara 275-290 mOsm/kg dan utamanya
ditentukan oleh konsentrasi garam sodium. Regulasi Posm dan konsentrasi
plasma sodium dimediasi oleh perubahan asupan dan ekskresi air. Hal ini
terjadi dengan 2 mekanisme:
1) Konsentrasi urin (melalui sekresi pituitary dan efek renal terhadap ADH
arginine vasopressin (AVP)
2) Rasa haus
Pada individu normal, rasa haus distimulasi oleh peningkatan osmolalitas
cairan tubuh diatas ambang tertentu. Hasilnya adalah asupan air yang
meningkat untuk secara cepat mengkoreksi keadaan hipernatremi.
Mekanisme ini sangat efektif bahkan pada keadaan patologis dimana
pasien tidak mampu mengentalkan urinnya (diabetes insipidus) dan
mengeluarkan urin yang sangat banyak (10-15 L per hari), hipernatremi
tidak akan muncul karena rasa haus distimulasi dan osmolalitas cairan
tubuh dipertahankan. Oleh karena itu, hipernatremi dapat muncul pada saat
hanya terjadi gangguan mekanisme rasa haus dan asupan air tidak
meningkat untuk merespon hiperosmolaritas atau saat asupan air dibatasi.
4. Hiponatremia
a. Definisi
Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium
yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.

21
b. Penyebab
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu
banyaknya air dalam tubuh.Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang
minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada
kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang
menerima sejumlah besar cairan intravena.Jumlah cairan yang masuk melebihi
kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari),
bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak
berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati,
dimana volume darah meningkat.Pada keadaan tersebut, kenaikan volume
darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total
dalam tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak
berfungsi (penyakit Addison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang
sangat banyak. Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh
kekurangan hormon aldosteron.
Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone
(SIADH) memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa
di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik. Hormon
antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah
natrium dalam darah.
5. Hipokalemia
a. Definisi
suatu keadaan dimana kadar kalium yang terdapat di dalam darah berada pada
jumlah yang lebih rendah dari 3.8 mEq/L darah
b. Patofisiologi
Hipokalemia dapat muncul karena salah satu dari 3 mekanisme patogenesis
berikut:
1) Asupan yang kurang.
Asupan potassium yang kurang secara sendiri tidak biasa menyebabkan
hipokalemia tapi kadang-kadang bisa terlihat pada orang renta yang tidak
bisa memasak untuk mereka sendiri atau tidak bisa menunyah dan menelan
22
dengan baik. Situasi klinik lain dimana hipokalemi dapat muncul adalah
pada pasien yang menerima total parenteral nutrition (TPN), dimana
suplementasi potassium mungkin kurang adekuat dalam jangka waktu
yang lama.
2) Ekskresi yang berlebihan.
Peningkatan ekskresi potassium, khususnya seiring dengan asupan yang
kurang, adalah penyebab utama hipokalemia. Mekanisme umum yang
dapat meningkatkan kehilangan potassium dari ginjal (utama) termasuk
tingginya sodium yang masuk ke duktus koligens, seperti pada
diuretic; kelebihan mineralokortikoid, seperti pada hiperaldosteronisme
primer atau sekunder; atau peningkatan aliran urin, seperti pada
diuretik osmotik. Selain itu, K juga dapat hilang melalui saluran
gastrointestinal, seperti muntah dan diare.
3) Perpndahan dari ruang ekstraseluler ke intraseluler.
Mekanisme pathogenesis ini juga biasa disertai ekskresi yang meningkat,
menuju pada efek hipokalemik karena kehilangan berlebihan.
6. Hiperkalemi
a. Definisi
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.
Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada
konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5
mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi
yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung
akan berhenti berdenyut.
b. Patofisiologi
Di bawah ini adalah mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkalemia.
1) Asupan yang berlebihan.
Asupan berlebihan dari potassium bila sendirian jarang menyebabkan
hiperkalemia. Mekanisme perpindahan potassium intraseluler dan ekskresi
renal dapat mengkompensasi orang dengan homeostasis normal untuk
menerima asupan potassium yang tinggi. Oleh karena itu, hiperkalemia
sering terjadi pada pasien yang menerima asupan potassium yang tinggi

23
dengan gangguan mekanisme pertukaran potassium intraseluler atau
gangguan ekskresi potassium dari renal.
2) Ekskresi yang berkurang
Berkurangnya ekskresi potassium, terutama digabung dengan asupan yang
berlebihan, adalah penyebab paling umum dari hiperkalemia. Penyebab
yang paling umum dari penurunan ekskresi potassium dari renal ini
termasuk karena gagal ginjal, obat-obatan yang mengganggu ekskresi
potassium (contoh: NSAID, potassium sparing diuretic), atau gangguan
respon tubulus distal terhadap aldosterone.
3) Perpindahan dari intraseluler ke ruang ektraseluler.
Keadaan klinik dimana mekanisme ini merupakan penyebab utama dari
hiperkalemia termasuk hiperosmolalitas, rhabdomyolysis, tumor lysis,
yang mendepolarisasi membran sel dan karena itu membiarkan potassium
keluar dari sel.
7. Hipoposfatemia
a. Definisi
Hipofosfatemia (kadar fosfat yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi fosfat dalam darah kurang dari 2,5 mgr/dL darah.
b. Penyebab
Hipofosfatemia menahun terjadi pada:
1) hiperparatiroidisme
2) hipotiroidisme (suatu kelenjar tiroid yang kurang aktif)
3) fungsi ginjal yang buruk
4) penggunaan diuretik dalam waktu lama.

Dosis racun dari teofilin bisa mengurangi jumlah fosfat dalam tubuh.
Mengkonsumsi sejumlah besar antasid alumunium hidroksida dalam waktu
yang lama juga bisa mengurangi fosfat dalam tubuh, terutama pada penderita
yang menjalani dialisa ginjal.

Cadangan fosfat juga akan berkurang pada:

1) malnutrisi berat
2) ketoasidosis diabetikum,
3) keracunan alkohol yang berat

24
4) luka bakar hebat.
c. Gejala
Gejala akan muncul hanya jika konsentrasi fosfat darah sangat rendah. Pada
awalnya penderita akan mengalami kelemahan otot. Selanjutnya tulang
menjadi rapuh, mengakibatkan nyeri tulang dan fraktur (patah tulang).
Pada konsentrasi yang amat sangat rendah (kurang dari 1.5 mgr/dL darah)
dapat berakibat serius, menyebabkan kelemahan otot yang semakin
memburuk, stupor (penurunan kesadaran), koma, dan kematian.
8. Hiperposfatemia
a. Definisi
Hiperfospatemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi fosfat dalam darah
lebih dari 4,5 Hiperfospatemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi fosfat
dalam darah lebih dari 4,5 mgr/dL darah.
b. Penyebab
Ginjal yang nrmal sangat efisien dalam membuang kelebihan fosfat sehingga
hiperfospatemia jarang terjadi,kecuali pada penderita kelainan fungsi ginjal
yang sangat berat. Pada penderita gagal ginjal, hipofospatemia merupakan
suatu masalah karena dialisa sangat tidak efektif dalam membuang kelebihan
fosfat.
c. Gejala
Gejala hiperfospatemia tidak begitu jelas terlihat. Biasanya gejala penyakit
atau kondisi dasar penyebabnyalah yang lebih tampak terlihat. Misalnya , jika
hiperposfatemia disebaban oleh diabetes maka yang tampak jelas adalah gejala
diabetesnya.
F. Efek Gangguan Cairan Dan Elektrolit Terhadap Homeostasis
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi
metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap
setabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan

25
konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan
pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60%
berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor
yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan
lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih
tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional
mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih
gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang
lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan
dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh
berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot
skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah : a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat
badan b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan
intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat
badan.

26

Anda mungkin juga menyukai