Anda di halaman 1dari 3

Upacara Hindu di Bali

Sebagai pulau seribu pura Bali memiliki banyak kegiatan upacara keagamaan, yang berkaitan dengan
agama Hindu ataupun kegiatan adat setempat. Jelas sebagai destinasi wisata dunia, pulau kecil ini
memiliki nilai plus di mata wisatawan karena beragam kegiatan ritual yang dimilikinya, menjadikannya
sesuatu yang unik dan menarik untuk diketahui. Kunjungan wisatawan ke Bali ini dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, jelas selain objek wisata yang dimilikinya tentu ada hal-hal lain membuat
mereka selalu betah berlama-lama dan berencana untuk kembali lagi, bahkan ada yang sampai
menetap, penyebabnya tentu karena lingkungan yang kondusif.

Untuk menciptakan lingkungan harmonis antara manusia dengan lingkungan, sesama dan Tuhannya,
maka dilakukan upacara keagamaan yang diharapkan dapat memberikan efek positif pada kehidupan
dunia. Hindu di Bali memiliki banyak sekali upacara keagamaan, yang berkaitan dengan bentuk
persembahan ataupun ritul yang dipersembahkan kepada Dewa (Tuhan), Rsi, Pitra (leluhur), manusia
dan Bhuta (makhluk dari alam lain) semuanya disebut dengan Panca Yadanya.

Pelaksanaan upacara adat agama Hindu bisa diupayakan sesederhana mungkin sesuai kemampuan,
perlu keikhlasan dan kejujuran dalam melaksanakan upacara tersebut, tidak memaksakan diri apalagi
sampai menjual tanah warisan leluhur, mencari hutang yang akan menjadi beban, apalagi dengan hasil
korupsi, kalau seperti itu, mending urungkan dulu niat, sampai muncul jalan terang di depan kita. Alit
(kecil), madya (menengah) dan utama (paling utama) tetaplah utama, kalau semua didasari dengan hati
yang tulus suci dan sesuai kemampuan.
Beberapa hari raya/ upacara agama Hindu di Bali yang sering kita jumpai, seperti
Dalam kaitannya dengan Tuhan - Dewa Yadnya;

Nyepi : dilaksanakan disaat pergantian tahun baru Isaka pada penanggalan Bali, pada saat ini semua
orang tidak boleh keluar rumah, bekerja, menyalakan lampu ataupun berbuat gaduh. Bali sebagai
daerah wisata tutup termasuk bandara.

Galungan : sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kebatilan), dilaksanakan
setiap 210 hari tepatnya pada hari Rabu, Kliwon, wuku Dungulan. Umat berperang melawan leteh
ataupun bhuta, berjuang melawan kekuatan adharma.

Kuningan : Sepuluh hari setelah Galungan tepatnya di hari Sabtu, maka dirayakan Kuningan, umat
membuat persembahan dengan nasi kuning yang merupakan lambang kemakmuran sebagai tanda
terima kasih, tamyang mengingatkan pada hukum alam dan endongan sebagai bekal.

Pagerwesi : dilaksanakan setiap 210 hari, hari Rabu, wuku Shinta. Setiap umat termasuk rohaniawan,
agar bisa memagari diri untuk bisa terus menjaga kemuliaan Tuhan dan bisa menerima berkah dari
Hyang Pramesti Guru. Pagar besi dari tubuh kita haruslah kokoh.

Saraswati : dirayakan untuk menghormati turunnya ilmu pengetahuan, digambarkan dalam bentuk
seorang dewi cantik yang memegang tasbih, lontar, genitri dan alat musik. Semua lontar, pustaka suci,
alat tulis menulis diupacarai.Lebih dirayakan oleh guru dan anak-anak sekolah

Hari Raya yang berkaitan dengan Manusia - Manusa Yadnya

Magedong-gedongan: upacara penyucian bayi saat masih dalam kandungan ibunya, dilakukan saat janin
berumur 6 bulan (210 hari), karena pada saat umur tersebut bentuk bayi sudah sempurna, agar tidak
terjadi keguguran dan kelak lahir menjadi anak berbudi luhur

Kepus Puser: dilakukan saat lepasnya tali puser sang bayi, pada saat tersebut merupakan hari sakral bagi
sang bayi sehingga perlu diadakan upacara, dilaksanakan di dalam rumah di tempat si bayi tidur.

Nelu Bulanin: disaat bayi berumur 3 bulan (105 hari), tujuannya berterima kasih kepada nyama bajang,
atas bantuan menjaga bayi dalam kandungan serta menguatkan kedudukan Atman, mensucikan si bayi
dan pemberian nama.

Otonan: upacara agama Hindu dilakukan saat manusia berumur 6 bulan (210 hari), dikatakan juga
sebagai ulah tahunnya manusia yang pertama kali, dan setiap enam bulan berikutnya secara terus
menreus, sesuai kemauan dan kemampuan terus dilaksanakan.

Menek Dehe: dilaksanakan saat manusia menginjak dewasa, memohon kepada Hyang Semara Ratih agar
menjadi manusia yang berbudi luhur, diberikan jalan yang baik di depan dan tidak menyesatkan.

Mepandes: disebut juga potong gigi, bertujuan untuk menghilangkan pengaruuh-pengaruh buruk dalam
diri manusia yang disebut sad ripu (6 musuh), itu sebabnya sebagai simbolis 6 gigi bagian atas di potong
untuk mengurangi pengaruh buruk tersebut.
Pawiwahan: upacara saat manusia melangsungkan pernikahan, memohon saksi kehadapan Tuhan
bahwa yang bersangkutan telah mengikatkan diri sebagai ikatan suami-istri, pelaksanannya dipilih hari
baik sesuai ala ayuning dewasa.

Banyak lagi upacara agama Hindu di Bali seperti yang berhubungan dengan Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan
juga Bhuta Yadnya, termasuk juga adat setempat yang memiliki tradisi unik yang berhubungan dengan
ritual, itu sebabnya umat Hindu bisa dikatakan tiada hari tanpa ritual. Mudah-mudahan dengan berbagai
upacara persembahan yang telah dilakukan, bumi ini, terutama tanah Bali menjadi damai dan sejahtera.
Sehingga para pelancong tertarik untuk datang ke pulau dewata, baik itu untuk belanja, bisnis, pesan
kamar hotel, tour dan kegiatan wisata lainnya, tentu merupakan berkah tidak langsung karena kegiatan
upacara yadnya yang tak pernah berhenti.

Anda mungkin juga menyukai