Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (1978)
mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Nybakken (1988)
bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu
komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-
semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Beberapa jenis
umum yang dijumpai di Indonesia adalah Bakau (Rhizophora), Api-api(Avicennia),
Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus).
Komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor
lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasangan pasang surut dan salinitas (Bengen
2001). Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan merupakan pohon
perintis umumnya adalah api-api dan pedada. Api-api lebih senang hidup pada tanah berpasir
agak keras, sedangkan pedada pada tanah yang berlumpur lembut. Pada daerah yang
terlindung dari hempasan ombak, komunitas mangrove biasanya didominasi oleh pohon
bakau.
Stabilitas substrat, kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan mangrove adalah nibah
(ratio) antara laju erosi dan pengendapan sedimen, yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan
aliran air tawar dan muatan sedimen yang dikandungnya, laju pembilasan oleh arus pasang
surut, dan gaya gelombang. Sedang pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan
oleh berbagai proses yang saling yang terkait, meliputi input/export dari ion-ion mineral
anorganik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring
makanan berbasis detritus. Konsentrasi relatif dan nisbah (ratio) optimal dari nutrien yang
diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem dan ditentukan oleh :
 Frekuensi,jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar
 Dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus (Odum 1982)
Secara biologi yang menyangkut rantai makanan, ekosistem mangrove merupakan
produsen primer melalui serasah yang dihasilkan. Serasah hutan setelah melalui dekomposisi

1
oleh sejumlah mikroorganisme, menghasilkan detritus dan berbagai jenis fitoplankton yang
akan dimanfaatkan oleh konsumen primer yang terdiri dari zooplankton, ikan dan udang,
kepiting sampai akhir dimangsa oleh manusia sebagai konsumen utama. Vegetasi hutan
mangrove juga merupakan pendaur ulang hara tanah yang diperlukan bagi tanaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik hutan mangrove?
2. Apa pola interaksi pada ekosistem yang berada dihutan mangrove?
3. Bagaimana struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah?
4. Bagaimanakah dominasi hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah?
5. Apa temuan-temuan atau permasalahan yang ditemukan di tempat observasi dan
bagaimana solusi permasalahannya?
C. Tujuan Observasi
1. Mendeskripsikan karakteristik hutan mangrove.
2. Mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada di hutan mangrove.
3. Mengidentifikasi struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah.
4. Mengidentifikasi dominasi hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah.
5. Mengidentifikasi temuan-temuan/permasalahkan yang ditemukan di tempat observasi dan
solusi permasalahan.
D. Manfaat Observasi
Manfaat dari observasi ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkannya, serta sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan konservasi hutan
mangrove.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian Hutan Mangrove


Hutan bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-
rawa berair payau yang terletak pada garis pantaidan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi
bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya
dari hulu.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau
tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai system
perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor).Sistem perakaran ini
merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan
anaerob.
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisirdidefinisikan
sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di
daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih
dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air
laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh
proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta
daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.

3
2.2.Karakteristik Ekosistem Mangrove
Karakteristik terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang
unik, adalah :
a. memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.
b. memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
menjulang pada bakau Rhizophora spp, serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil
pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.
c. memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora.
d. memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-
ciri khusus, diantaranya adalah :

a. tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
b. tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
c. daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
d. airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

2.3.Karakteristik Fisik Yang Penting Habitat Hutan Mangrove


Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-
faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.
Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih
bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh
menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp, jenis penyusun
utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain
terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga
dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri
atas tegakan nipah Nypa fruticans.

4
2.4.Flora Mangrove
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :
 Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan
kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan
secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-
bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan
mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya
adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera,
Laguncularia dan Nypa.
 Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan
murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas,
contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum,
Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.

Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan
lain-lain. Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari
pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan
tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang
terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang
kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang
bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :

o Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan
salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan
terhadap anakan.
o Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka
air dan drainase.
o Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
o Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran
seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
o Pasokan dan aliran air tawar.

5
2.5.Fauna Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove
maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan
mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.
Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai
burung, dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat
(terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Akan tetapi fauna yang terdapat di hutan
mangrove Kab Subang termasuk kedalam fauna laut yang didominasi oleh Mollusca dan
Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan
Crustaceae didominasi oleh Bracyura.
2.6.Manfaat dan Fungsi Mangrove
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling
berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam
ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu
komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh
terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang
paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-
bahan pencemar.
 Secara Fisik
1) Penahan abrasi pantai.
2) Penahan intrusi (peresapan) air laut.
3) Penahan angin.
4) Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan
pencemar di perairan rawa pantai.
5) Penyerapan karbon. Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi
karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan
ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan
tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak
membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon
dibandingkan dengan sumber karbon.

6
6) Memelihara iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban
dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
7) Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat
mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
8) Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses
pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan
racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel
lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
9) Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan
terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang
berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
10) Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan
terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah
air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses
penambatan racun secara aktif
 Secara Biologi
1. Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti
ikan dan udang).
2. Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing,
kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan
bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
3. Tempat hidup berbagai satwa langka, seperti burung. Lebih dari 100 jenis burung
hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau
merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis
burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
4. Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya
baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi
kehidupan liar itu sendiri.
5. Memelihara proses-proses dan sistem alami. Hutan bakau sangat tinggi peranannya
dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi
di dalamnya.

7
 Secara Sosial dan Ekonomi
1. Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Hutan bakau
memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di
dalamnya. Selain itu, dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
hutan mangrove berperan sebagai laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan
penelitian dan pendidikan.
2. Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta
daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
3. Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan
kulit.
4. Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan
(daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops
tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
5. Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan
pengrajin atap dan gula nipah.
6. Transportasi. Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara
yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.

8
BAB III

HASIL OBSERVASI

Setelah kami melakukan observasi di kawasan hutan mangrove yang berada di PPLH
Puntondo sebelum kami memaparkan tentang hasil pengamtan yang kami dapat di sana, disini
kami akan memaparkan terlebih dahulu sedikit tentang Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup
(PPLH) Puntondo merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mandiri, independen
dan dijalankan secara profesional. PPLH Puntondo berada dibawah naungan Yayasan
Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP) dan mulai melaksanakan kegiatan secara
resmi pada 15 Oktober 2001. PPLH Puntondo (Puntondo artinya Sang Bangau) memiliki areal
lahan seluas 5 hektar di Tanjung Puntondo Teluk Laikang, tepatnya di Dusun Puntondo, Desa
Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Di Teluk Laikang inilah seluruh aktivitas PPLH Puntondo dilaksanakan dengan program
unggulan Ekosistem Laut dan Pesisir. Ekov sistem Laut tersebut berada di wilayah konservasi
berjarak sekitar 500 meter dari bibir Pantai Laikang. PPLH Puntondo dikelilingi hamparan pasir
putih dan siapa saja yang berkunjung ke PPLH Puntondo, akan merasakan panorama alam
pedesaan yang luar biasa indahnya dengan tiupan angin relatif cukup kencang. Keunikan tradisi
lokal masyarakat yang mayoritas adalah nelayan ikan dan rumput laut serta rumah-rumah
panggung milik para nelayan, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung PPLH Puntondo.
disana kami menjumpai beberapa jenis tumbuhan diantaranya yang kami jumpai adalah Bakau
(Rhizophora), Api-api(Avicennia), Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih
(Xylocarpus). Tapi yang paling banyak yang kami jumpai di sana adalah jenis pohon Bakau
(Rhizophora) dan Api-api(Avicennia) dimana kedua jenis pohon tersebut merupakan jenis pohon
(karakteristik)yang ada di kawasan hutan mangrove, Bakau merupakan pohon besar, dengan akar
tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai
0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah
satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau. denagn klasifikasi sebagai berikut:

9
Jenis Rhizophora

Bibit Rhizophora
 Klasifikasi Bakau

Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae

10
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora mangle

Pohon Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang
tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang
tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang
berkadar garam sangat tinggi.

Bibit Avicenia

 Klasifikasi Api-api

Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Acanthaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia alba

11
Sedangkan kepiting yang di ceritakan diatas yang merupakan fauna yang ada dihutan
mangrove, kami menjumpainya. Kepadatan dari masing-masing jenis hewan dan tumbuhan dari
hasil pengamatan kami di hutan mangrove yang kami amati yang berada di hutan mangrove
Dusun Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan adalah sebagai berikut:

· Pohon Bakau : 60 %

· Pohon Api-api: 30%

Sedangkan di kawasan pemukiman dekat kawasan ini warga banyak yang memanfaatkan
pinggiran kawasan hutan di jadikan tambak, baik itu tambak udang maupun tambak ikan air
payau seperti yang kami jumpai yaitu tambak ikan bandeng dan sekaligus di pesisir pantai
digunakan untuk budidaya rumput laut.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hutan bakau sebagai salah satu dari tipe formasi hutan, adalah komunitas hutan tersendiri
yang merupakan tumbuhan utama intertidal tropic, dan terdiri atas banyak flora dan fauna
yang hidup di area sub tropic pesisir pantai. Dengan demikian dapat dipahami keberadaannya
yang khas dan tempat tumbuhnya terbatas sehingga perlu diamankan dari berbagai bentuk
intervensi.Hutan bakau dengan keragaman hayatinya juga menyimpan khazanah ilmu
pengetahuan tentang flora dan fauna yang memiliki makna bagi kebutuhan hidup manusia
dalam berbagai aspeknya.
B. Saran
Kita sebagai manusia seharusnya melestarikan hutan mangrove di lingkungan sekitar, agar
hutan mangrove itu dapat dinikmati juga oleh generasi yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, 2000..pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur.

Odum 1982..Dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus..

Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik

Siregar dan Purwaka, 2002.. sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal
balik.

Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut..

14

Anda mungkin juga menyukai