Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat

sayatan dan akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Sjamsuhidajat, 2010). Sedangkan pembedahan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan di ruang operasi rumah sakit dengan prosedur yang sudah

ditetapkan. (Brunner & Suddarth, 2002), mengklasifikasi dari pembedahan

operasi terbagi menjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi mayor (Potter &

Perry, 2010).

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,

dengan melakukan pembedahan perut sampai membuka selaput perut

(Haryono, 2012). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti

apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan

rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis

(Sjamsuhidajat, 2005).

Laporan Depkes RI (2007) menyatakan laparatomi meningkat dari

162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus

pada tahun 2007. Data laparatomi di Paviliun Mawar RSU Kabupaten

Tangerang prioede Januari-Desember 2016 berjumlah 43 pasien.


1
2

Salah satu dari respon psikologis dari pasien yang mengalami

tindakan pembedahan atau respon terhadap suatu penyakit dapat berupa

kecemasan (Brunner & Suddarth, 2002). Respon psikologis terjadi akibat

tindakan pembedahan dapat berkisar cemas ringan, sedang, berat sampai

panik tergantung masing-masing individu. Beberapa individu terkadang tidak

mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi, sehingga dapat terjadi

disharmoni dalam tubuh. Pada pasien pre operasi apabila mengalami tingkat

kecemasan tinggi, maka hal itu merupakan respon maladaptif yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis, dan mengganggu konsentrasi

(Hawari, 2001).

Kecemasan pada pasien pre operasi dapat timbul karena kesiapan

psikologis terhadap pembedahan yang belum dilakukan. Terkadang pasien

yang ingin melakukan tindakan operasi hanya dilihat dari sisi fisiknya saja

tanpa melihat sisi psikologinya, pentingnya seorang perawat atau tenaga

kesehatan melakukan pendekatan terhadap psikisnya dalam menghadapi

masalah yang mengancam (kecemasan) terhadap tindakan pelaksanaan

operasi sehingga tidak dapat menimbulkan akibat yang lebih buruk terhadap

pasien.

Kecemasan yang berlebihan serta syok dapat mempengaruhi sistim

kardiovaskuler sehingga tidak mampu mengalirkan darah keseluruh tubuh

dengan jumlah yang memadai, maka pada umumnya dapat disertai dengan

peredaran darah yang buruk dan gangguan perfusi organ vital, seperti jantung

dan otak. Hal ini akan berakibat buruk, karena apabila tidak segera diatasi
3

akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan. Intervensi keperawatan

yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun

psikis sebelum dilakukan operasi (Efendy, 2005).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang

menyatakan bahwa masalah psikososial atau masalah mental emosional

memiliki prevalensi 6,0 % dari total populasi penduduk Indonesia. Menurut

Widyastuti (2015), penelitiannya menyebutkan mayoritas responden yang pre

operasi fraktur femur di RS Prof. DR. R. Soeharso mengalami kecemasan

sedang yaitu 21 responden dengan presentase 65,62%.

Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas

asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005 dalam Manurung, 2016).

Sedangkan menurut Stuart (2006) kecemasan merupakan perasaan khawatir

yang tidak jelas yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya, dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kecemasan atau ansietas adalah suatu perasaan yang

sifatnya umum serta respon emosi tanpa objek yang spesifik dan bersifat

subjektif berupa rasa takut, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi

dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya.

Terapi keperawatan telah banyak dikembangkan untuk mengatasi

kecemasan dan nyeri, seperti relaksasi nafas dalam, imajinasi terbimbing,

pernafasan diafragma, relaksasi otot pogresif, masase, yoga dan lainnya


4

(Potter & Perry, 2010). Salah satu cara mengatasi kecemasan yaitu dengan

cara latihan lima jari. Latihan lima jari dapat mereduksi stres yaitu dengan

hipnotis diri sendiri (self-hipnosis).

Terapi hipnotis lima jari merupakan terapi generalis keperawatan di

mana pasien melakukan hipnotis diri sendiri dengan cara pasien memikirkan

pengalaman yang menyenangkan, dengan demikian diharapkan tingkat

kecemasan pasien akan menurun. Hipnotis lima jari dikenal juga dengan

menghipnotis diri yang bertujuan untuk pemograman diri, menghilangkan

kecemasan dengan melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan

peningkatan kerja jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar keringat, dan

lain-lain (Barbara, 2010).

Latihan lima jari merupakan salah satu bentuk self hipnotis yang dapat

menimbulkan efek relaksasi yang tinggi (Jenita, 2008). Relaksasi merupakan

kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat

mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Tehnik relaksasi

membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri, stress fisik dan emosi (Potter & Perry, 2010). Seseorang dapat belajar

kembali merasakan peristiwa dalam kehidupannya yang menyenangkan

melalui bayangan yang dihadirkan kembali. Ketika seseorang dalam keadaan

terhipnosis sesorang tersebut akan merasakan tingkat relaksasi yang tinggi.

Pikiran dan perasaan pasien terfokus pada suatu kondisi yang terpisah dari

lingkungan. Ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan maka


5

akan menyebabkan tubuh menjadi rileks dan nyaman (Brunner & Suddarth,

2002).

Tehnik hipnotis lima jari ini telah dibuktikan dalam penelitian

Widyanti (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

tingkat kecemasan sesudah diberikan latihan lima jari antara kelompok yang

mendapatkan latihan lima jari dengan kelompok yang tidak mendapatkan

teknik lima jari pada pasien pre operasi di RSUD Dr. Soedarso Pontianak

Kalimantan Barat. Penelitian yang terkait dengan tehnik lima jari adalah

penelitian Banon (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh hipnotis lima jari

terhadap penurunan kecemasan pasien hipertensi di Kelurahan Pisangan

Timur Jakata Timur.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan perawat ruangan bedah dalam

mengatasi kecemasan pasien berdasarkan pengalaman dari yang penulis lihat

saat dahulu dinas yaitu dengan cara melakukan komunikasi teraupetik,

mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter untuk

menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang prosedur, dampak baik

dan buruk operasi serta perawatan setelah operasi. Penulis belum pernah

melihat perawat ruangan bedah memberikan informasi atau tindakan

mengenai tehnik latihan lima jari ini. Oleh karena itulah, penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus guna mengetahui pengaruh latihan lima jari

terhadap kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi di Paviliun Mawar

RSU Kabupaten Tangerang.


6

B. Rumusan Permasalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui:

“Bagaimanakah tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomi setelah

dilakukan hipnotis lima jari?”

C. Tujuan

Mengetahui penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan tehnik

hipnotis lima jari pada pasien pre operasi laparatomi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat praktis dari hasil studi kasus ini diharapkan pasien mampu

melakukan tehnik hipnotis lima jari yaitu dengan cara hipnotis diri sendiri

secara mandiri sehingga pasien dapat menurunkan kecemasannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pre Operasi Laparatomi

1. Definisi Pre Operasi Laparatomi

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan

cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

membuat sayatan dan akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Sjamsuhidajat, 2010). Operasi merupakan tindakan pembedahan pada

suatu bagian tubuh (Brunner & Suddarth, 2002).

Preoperasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani

operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke

meja operasi (Brunner & Suddarth, 2002).

Laparatomi merupakan pembedahan perut sampai membuka

selaput perut (Haryono, 2012).

2. Jenis Tindakan Operasi Laparatomi

a. Herniotomi

Tindakan bedah hernia disebut herniotomi. Herniotomi adalah

operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia

7
8

dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian

direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong.

b. Gastrektomi

Suatu tindakan reseksi pada lambung baik keseluruhan lambung

maupun sebagian. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati

kanker, tetapi juga digunakan untuk mengobati ulkus lambung yang

tidak berespon terhadap terapi obat.

c. Hepatektomi

Hepatektomi adalah operasi bedah untuk mengangkat sebagian

atau seluruh bagian organ hati. Tindakan hepatektomi sering digunakan

untuk mengobati kanker hati. Hepatektomi parsial adalah pembedahan

yang hanya mengangkat tumornya saja (sebagian dari hati).

Hepatektomi total adalah operasi yang kompleks di mana seluruh hati

atau liver akan diangkat. Prosedur ini diikuti dengan transplantasi hati

karena tubuh tidak dapat hidup tanpa hati.

d. Splenorafiatau splenotomi

Splenotomi adalah adalah sebuah metode operasi pengangkatan

limpa, yang mana organ ini merupakan bagian dari sistem getah bening.

Splenotomi biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan

tertentu pada limpa (hodkin’s diseasedan non-hodkin’s limfoma,

limfositis kronik, dan CML), hemolitik jaundice, idiopatik

trombositopenia purpura, atau untuk tumor, kista, dan splenomegali.


9

e. Apendektomi

Tindakan pembedahan yang dilakukan pada apendiks akibat

peradangan baik bersifat akut maupun kronik. Teknik apendektomi

dengan irisan Mc. Burney secara terbuka.

f. Kolostomi

Kolostomi merupakan kolokytaneostomi yang disebut juga anus

preternaturalis yang dibuat sementara atau menetap.

g. Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV.

3. Teknik Sayatan

Teknik sayatan abdomen menurut Barbara (2005) adalah sebagai

berikut:

a. Paramedian

Insisi paramedian dibuat disamping garis tengah, di bagian atas atau

bawah abdomen.

b. Garis tengah

Insisi garis tengah dibuat melalui kulit dan jaringan subkutan dari

sebuah titik, tetapi di bawah atau di atas umbilicus ke tepat dibawah

prosesus xifoideus atau tepat di atas simfisis pubis.


10

c. Transversus

Insisi transversus dibuat melalui kulit dan jaringan subkutis dari satu

batas lateral otot rektus ke batas lain pada ketinggian tertentu di dinding

abdomen.

d. Subkosta

Insisi subkosta dibuat di sisi kanan atau kiri.Insisi kulit dimulai tepat di

garis tengah sekitar sepertiga dari ujung prosesus xifoideus ke

umbilikus.

e. Pfannenstiel

Insisi pfannenstiel biasanya digunakan untuk operasi panggul. Insisi ini

dirancang untuk menghasilkan efek kosmetik maksimum: jaringan

parut akan berada di dalam daerah yang ditutupi oleh rambut pubis.

f. McBurney

Insisi McBurney adalah sebuah insisi yang sangat pendek di kuardan

bawah kanan abdomen dan memberikan pajanan yang terbatas.Insisi ini

dikerjakan untuk apendektomi.

4. Gambaran Pasien Pre Operasi

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun

aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres

fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2005), pasien preoperasi

akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan


11

yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi

pembedahan antara lain:

a. Dukungan keluarga

Klien yang memperoleh dukungan di rumah setelah pemulangan

akan merasa sangat senang. Apabila tidak ada dukungan keluarga,

perawat dapat membantu klien merencanakan kesehatan di rumah atau

memanggil teman agar membantu/menemani.

b. Harapan terhadap hasil

Klien mungkin sudah memiliki gambaran tersendiri mengenai

pemulihan setelah pembedahan. Ia mungkin mengira aktivitasnya hanya

terbatas selama beberapa hari, sedangkan waktu pemulihannya mungkin

beberapa minggu. Klien mungkin membayangkan tidak akan terjadi

kecacatan walaupun sebenarnya akan muncul jaringan parut sepanjang

10 cm. Sewaktu menilai klien, perawat dapat membantu klien dan

keluarganya untuk mencapai harapan yang realistik terhadap hasil

pembedahan. Semakin tinggi pemahaman mereka terhadap

pembedahan, tinggi pula kemampuannya dalam menilai secara akurat

kemajuan setelah pemulangan.

c. Persiapan untuk prosedur bedah

Klien akan merasa lebih nyaman dengan pembedahannnya jika

ia mengetahui momen yang dihadapinya pada saat hari pembedahan

tiba. Istilah yang sering digunakan di lingkungan pelayanan kesehatan

mungkin asing bagi klien dan dapat menimbulkan perasaan cemas.


12

Luangkan waktu bersama klien dan keluarganya untuk membahas

prosedur yang akan dilakukan sehingga kesalahpahaman akan hilang.

d. Kekhawatiran akan nyeri

Klien mungkin memerlukan penjelasan mengenai nyeri yang

akan dirasakannya setelah operasi. Nyeri adalah suatu fenomena

pascaoperasi yang memperlambat pemulihan. Apabila klien mencapai

harapan yang realistik terhadap nyeri dan mengetahui cara untuk

mengatasinya, rasa cemas akan jauh berkurang.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat

mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya

perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan

pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan

yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali,

sulit tidur, dan sering berkemih.

B. Konsep Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak

jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005 dalam Manurung,

2016).
13

Kecemasan adalah reaksi emosi seseorang yang berhubungan

dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme pertahanan dirinya dalam

menghadapi masalah (Asmadi, 2008).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan atau ansietas adalah suatu

perasaan yang sifatnya umum serta respon emosi yang tidak jelas asal

maupun wujudnya dari sesuatu diluar dirinya dan mekanisme dirinya

dalam menghadapi masalah.

2. Rentang Respon Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart, 2006)

3. Tingkat Kecemasan

1. Cemas Ringan

Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan

menyebabkan sesorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreatifitas.


14

a. Respon Fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

b. Respon Kognitif: lapang persegi meluas, mampu menerima

rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,

menyelesaikan masalah secara elektif.

c. Respon Perilaku dan Emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2. Cemas Sedang

Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting. Ansietas

ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu

mengalami tidak perhatian yang selektif mungkin dapat berfokus pada

lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

a. Respon Fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan

tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah.

b. Respon Kognitif: lapang dada menyempit, rangsang luar tidak

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

c. Respon Perilaku dan Emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas

tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman.

3. Cemas Berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu cenderung

untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berfikir pada hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
15

mengurangi tegangan individu memerlukan banyak pengesahan untuk

dapat memusatkan pada suatu area lain.

a. Respon Fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur.

b. Respon kognitif: lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah.

c. Respon Perilaku dan Emosi: perasaan ancaman meningkat,

verbalisasi cepat, blocking.

4. Panik

Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan

dan teror, kerena mengalami kehilangan kendali. Orang yang

mengalami panik tidak mampu melakukan suatu walaupun dengan

pengarahan, panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan

panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama

dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart dan

Sundent, 2000 dalam Manurung, 2016).

a. Respon Fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit

dada, pucat, hipotensi.

b. Respon Kognitif: lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir

lagi.
16

c. Respon Perilaku dan Emosi: agitasi, mengamuk dan marah,

ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau, kecemasan

yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa

respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

4. Faktor Penyebab Kecemasan

a. Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalitik

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan

implus primitive individu, sedangkan super ego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

individu. Ego atau Aku, berfungsi mediator antara tuntutan id dan

super ego. Menurut teori psikoanalitik ansietas merupakan konflik

emosional yang terjadi antara id dan super ego, yang berfungsi

memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini

juga berhubungan dengan trauma perkembangan seperti perpisahan,

kehilangan yang menimbulkan individu tidak berdaya. Sesorang

dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami

perkembangan ansietas berat.


17

3) Teori perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

4) Kajian biologis

Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor

ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.

b. Faktor Presipitasi

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.

Stresor pencetus dapat diklasifikasikan dalam dua jenis:

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini, stresor

yang berasal dari sumber eksternal adalah factor-faktor yang dapat

menyebabkan gangguan fisik (missal; inveksi virus, polusi udara).

Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan

mekanisme fisiologi tubuh (missal; system jantung, system imun,

pengaturan suhu dan perubahan fisiologi selama kehamilan).

2) Ancaman terhadap sistem diri sesorang dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan orang

yang berarti (meninggal, perceraian, pindah kerja) dan ancaman


18

yang berasal dari sumber internal berupa gangguan hubungan

interpersonal dirumah, tempat kerja, atau penerimaan peran baru.

5. Gejala-Gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena

adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong

normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga

dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun

mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami

gangguan mental. Lebih jelas lagi individu yang menghadapi penyakit

mental yang parah.

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan

dingin, detak jantung semakin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,

nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang

bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat

memusatkan perhatian, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan (Sundari,

2004 dalam Manurung, 2016).

6. Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun

situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini

tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya,

emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat


19

mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan

dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Culter, 2004 dalam

Manurung, 2016). Beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa

simtom (Semiun, 2006 dalam Manurung, 2016) antara lain:

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan

adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber

tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak

bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah

marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan

pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang

mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-

masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau

belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa

cemas.

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak

tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya

jari-jari kaki mengetuk-ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang

terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan

kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk


20

melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan

perasaan ataupun tekanan jiwa.

Kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat (Ramaiah, 2005

dalam Manurung 2016), yaitu:

a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara

normal atau menyesuaikan diri pada situasi.

b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan

pencegahan yang mencukupi.

7. Mekanisme Koping Kecemasan

Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan

bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya.

Dalam bentuk ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis, tertawa,

tidur, atau olahraga dan lain-lain. Bila terjadi ansietas berat sampai panik

akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif

merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan

menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman

tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)

Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan

untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:


21

1) Perilaku menyerang (Agresif)

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar

memenuhi kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik

maupun psikologis.

3) Perilaku kompromi

Digunakan untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau

mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

b. Mekanisme pertahanan ego (ego oriented reaction)

Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang

yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk

mempertahankan keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego:

1) Disosiasi

Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari

kesadaran atau identitasnya, contohnya: seorang laki-laki yang

dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak

mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama

sekali).

2) Identifikasi (identification)

Identifikasi adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia

kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-pikiran,


22

perilaku dan selera orang tersebut. Contoh: Salli berusia 15 tahun

mengubah model rambutnya menirukan gurunya yang ia kagumi.

3) Intelektualisasi (intellectualization)

Intelektualisasi adalah penggunaan logika dan alasan yang

berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu

perasaannya. Contohnya: seorang wanita menghindari kecemasan

terhadap pusat perbelanjaan dengan mengemukakan alasan bahwa

tanpa pergi ketempat tersebut dia menghemat waktu dan uang.

4) Introjeksin (introjection)

Introjeksin adalah suatu jenis identifikasi yang dimana seseorang

mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau

suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati

nurani. Contohnya: rasa benci atau kecewa terhadap kematian

orang yang dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri

sendiri.

5) Kompensasi

Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki

penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan

keistimewahan/kelebihan yang dimiliknya. Contohnya: Tn. A

berusia 41 tahun seorang pengusaha, merasa fisiknya pendek.

6) Penyangkalan (denial)

Penyangkalan adalah menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas

dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini


23

adalah penting sederhana dan primitif. Contohnya: Ny. P baru saja

diberitahu bahwa biopsy payudara menunjukan tanda keganasan,

ketika suaminya mengunjunginya malam mengatakan apakah hasil

laboratorium tersebut keliru dengan hasil orang lain.

7) Pemindahan (displacement)

Pemindahan adalah pengalihan emosi yang semula ditujukan pada

sesorang/benda kepada orang lain/benda lain yang biasanya netral

atau kurang mengancam dirinya. Contohnya: Tommy berusia 4

tahun marah karena Tommy baru mendapat hukuman karena

menggambar tembok kamar tidur dan ia bermain perang-perangan

dengan temannya.

8) Isolasi

Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang

mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

Contohnya: mahasiswa kedokteran tahun kedua membelah mayat

pada kuliah anatomi tanpa terganggu oleh pikiran tentang

kematian.

9) Proyeksi

Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri

sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional

dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Contohnya: seorang

wanita muda yang menyangkal bahwa Ia mempunyai keinginan


24

seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa

temannya tersebut mencoba merayunya.

10) Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis

dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan

perilaku dan motif yang tidak dapat diterima. Contoh: John gagal

dalam ujian dan mengeluh bahwa penyajian kuliah tidak

teroganisasi dan tidak jelas.

11) Reaksi formasi

Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang

ia sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan

atau ingin dilakukan. Contohnya: sesorang wanita yang tertarik

pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan

kasar.

12) Regresi

Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan

merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

Contoh: Nina yang berumur 4 tahun sudah memperoleh toilet

training selama 1 tahun mulai mengompol lagi sejak kelahiran

adiknya.

13) Represi

Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang

pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari


25

kesadaran seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang

cenderung diperkuat oleh mekanisme lain. Contoh: seorang anak

yang sangat sedih ditinggal pergi ibunya, tidak merasakan

kesedihan tersebut.

14) Pemisahan (splitting)

Pemisahan adalah sikap mengelompokkan orang dianggap

semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan

nilai-nilai positif dan negatif didalam diri seseorang. Contohnya:

seorang teman mengatakan kepada anda bahwa anda adalah orang

yang paling hebat, kemudian pada besoknya mengatakan ia

membenci anda.

15) Sublimasi

Sublimasi adalah penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia

artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami

halangan normal. Contohnya: Edi gagal mencapai cita-citanya

memasuki AU maka ia mengalihkannya menjadi penerbang.

16) Supresi

Supresi adalah suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme

pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang

disadari, pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari

kesadaran seseorang, kadang-kadang dapat mengarah pada represi

yang berikutnya.

17) Undoing
26

Undoing adalah tindakan/perilaku atau komunikasi yang

menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi

sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitive.

Contohnya: seorang ibu yang menyesal karena telah memukul

anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih

sayang.

C. Konsep Hipnotis Lima Jari

1. Definisi Hipnotis Lima Jari

Hipnotis lima jari merupakan bagian dari relaksasi. Relaksasi

adalah suatu tehnik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan

dan kecemasan. Relaksasi merupakan perasaan bebas secara mental dan

fisik dari ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa

kontrol terhadap dirinya (Potter & perry, 2010). Tehnik ini dapat

digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat

menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang

dialami sehari-hari.

Hipnotis adalah salah satu cabang magic yang digunakan untuk

bermain dengan alam bawah sadar manusia. Setelah seseorang memasuki

alam bawah sadarnya, kita bisa menanamkan sugesti tertentu dalam

pikiran mereka, dan membuat mereka melakukan hal-hal yang kita

perintahkan.
27

Hipnotis lima jari adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi

kecemasan dengan cara membantu klien untuk menghipnotis dirinya

sendiri dengan membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan dalam

hidupnya.

2. Tujuan Hipnotis Lima Jari

a. Tujuan dari tehnik relaksasi ada dua, yaitu:

1) Tujuan pokok relaksasi adalah membantu menjadi rileks dan dengan

demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.

2) Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan

perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada

dalam situasi yang menegangkan.

b. Tujuan hipnotis lima jari, yaitu:

Membantu mengurangi kecemasan

3. Manfaat Hipnotis Lima Jari

Ada beberapa manfaat dari penggunaan tehnik relaksasi, sebagai berikut:

a. Memberikan ketenangan batin bagi individu.

b. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.

c. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.

d. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur

menjadi nyenyak.

e. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.


28

f. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.

g. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau

keyakinan.

h. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang

lain.

i. Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah

dan tidak enak badan.

4. Tehnik Hipnotis Lima Jari

Tehnik hipnotis lima jari yaitu dengan cara menautkan secara

bergantian jari-jari ke ibu jari disertai dengan mengingat kejadian-kejadian

yang menyenangkan dengan langkash sebagai berikut:

a. Tautkan ibu jari dengan telunjuk: membayangkan ketika sedang sehat.

b. Tautkan ibu jari dengan jari tengah: membayangkan ketika sedang

bersama dengan orang-orang yang disayangi.

c. Tautkan ibu jari dengan jari manis: membayangkan ketika mendapat

pujian.

d. Tautkan ibu jari dengan jari kelingking: membayangkan ketika ke

tempat yang pernah dikunjungi yang paling berkesan.


29

D. Konsep Dasar Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan Tingkat

Kecemasan

Hipnotis lima jari ini memberikan informasi dengan cara komunikasi

verbal yang diterima oleh indra pendengaran kemudian disampaikan ke otak

dan mempengaruhi tingkat kecemasan. Hal itu sesuai dengan Elisabeth

(2009) informasi yang disampaikan melalui alat indra akan diterima talamus

dan talamus akan mengarahkan informasi itu ke sistem saraf kemudian akan

mengatur organ-organ tubuh untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan manusia.

Proses pemberian perlakuan hipnotis lima jari dengan metode memasuki

pikiran bawah sadar sehingga dalam memprogram ulang harus

memperhatikan indikasi penggunaannya. Dan untuk dapat menghasilkan hasil

yang maksimal sangat perlu juga memperhatikan garis besar kontra indikasi

dari hipnotis lima jari.

Penerapan hipnotis lima jari ini tidak lain dari hasil kerja sama dan

persetujuan kedua belah pihak yang berhubungan dalam kontrak penulis

dengan klien. Kondisi klien dengan perhatian yang tinggi diikuti dengan

diterimanya suatu sugesti atau ide pemikiran sehingga mempengaruhi tingkat

kecemasan. Ini sesuai dengan yang dikemukakan Riyadi (2013) tentang tidak

mudah meminta sesorang untuk secara langsung menghilangkan kebiasaan

buruknya atau kecemasannya kecuali dia ingin meninggalkan, untuk itu kita

perlu menyampaikan informasi dan mencari permasalahnnya, komunikasi ini

penting karena setiap orang mempunyai respon atau perilaku yang berbeda-

beda.
30

Konsep hipnotis lima jari ini sangat menarik dikarenakan instruksi

yang penulis gunakan sederhana dan dapat direkam oleh memori klien sendiri

dengan aman. Klien dapat langsung dengan alamiah menggunakannya

menuju tidur hipnotik tanpa takut, penulis akan mengarahkan ke perasaan

mimpi lembut yang menyenangkan, lebih mudah memperdalam trans dengan

visualisasi, cara ini akan mempermudah masuknya ide pemikiran yang

merupakan jalan keluar dan dapat menimbulkan perubahan besar dalam

kehidupan bersosialisasi klien di masyarakat (Eni, 2010).

Dibawah ini merupakan pengukuran tingkat kecemasan berdasarkan

skala HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang terdiri dari 14

pertanyaan dengan cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori:

0 : tidak ada gejala sama sekali

1 : satu dari gejala yang ada

2 : separuh dari gejala yang ada

3 : lebih dari separuh gejala yang ada

4 : semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai skor item 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 6 : tidak ada kecemasan

Skor 7-14 : kecemasan ringan

Skor 15-27 : kecemasan sedang

Lebih dari 27 : kecemasan berat


BAB III

METODOLOGI

A. Rancangan Studi Kasus

Metodologi ini dengan rancangan deskritif studi kasus, dengan

menerapkan satu tindakan keperawatan tertentu sesuai dengan kebutuhan

pasien. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok

pertanyaan yang berkenaan dengan“how”atau“why”. Unit tunggal ini bisa

berarti satu orang atau sekelompok orang yang terkena suatu masalah

(Noyoatmodjo, 2010). Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui apakah

penerapan tehnik hipnotis lima jari dapat menurunkan tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi laparatomi.

B. Subyek Studi Kasus

Pasien pada studi kasus ini adalah pasien pre operasi laparatomi

dengan masalah kecemasan.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus ini adalah mengetahui perubahan kecemasan pada

pasien pre operasi laparatomi.

31
32

D. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilakukan di Paviliun Mawar RSU Kabupaten

Tangerang pada tanggal 24-29 April 2017.

E. SOP Tindakan Keperawatan

1. Definisi

Hipnotis lima jari adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi

kecemasan dengan cara membantu klien untuk menghipnotis dirinya

sendiri dengan membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan dalam

hidupnya.

2. Tujuan

a. Membantu menjadi rileks.

b. Mengurangi kecemasan.

c. Membantu mengontrol diri.

3. Ruang Lingkup

Indikasi:

a. Klien yang mengalami kecemasan ringan-sedang.

b. Klien yang mengalami nyeri ringan-sedang.

4. Acuan

Jinan, Raudhatin. “Konsep Dasar Teknik Relaksasi Hipnotis 5 Jari”. 16

November 2016. https://www.scribd.com/document/331283771/Konsep-

Dasar-Teknik-Relaksasi-Hipnitos-5-Jari.
33

5. Prosedur

a. Persiapan Pasien

1) Informasikan pada klien dan keluarga klien tentang tindakan yang

akan dilakukan.

2) Atur posisi sesuai dengan kondisi klien.

3) Mengecek kesiapan klien.

4) Jelaskan kepada klien dan keluarga klien mengenai prosedur dalam

tindakan tehnik hipnotis lima jari.

b. Persiapan Alat

Tempat tidur atau kursi yang nyaman.

c. Persiapan Lingkungan

Pasang sampiran/gorden untuk menjaga privasi.

d. Langkah Kerja

1) Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan).

2) Awali interaksi dengan mengucapkan salam (lihat SOP komunikasi

teraupetik).

3) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan

dilakukan.

5) Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman duduk

atau berbaring.

6) Latih klien untuk menyentuh keempat jari dengan ibu jari tangan.

7) Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali.


34

8) Minta klien untuk menutup mata agar rileks.

9) Pandu klien untuk menghipnotis dirinya sendiri dengan arahan

berikut ini:

a) Tautkan ibu jari dengan telunjuk: membayangkan ketika sedang

sehat.

b) Tautkan ibu jari dengan jari tengah: membayangkan ketika

sedang bersama dengan orang-orang yang disayangi.

c) Tautkan ibu jari dengan jari manis: membayangkan ketika

mendapat pujian.

d) Tautkan ibu jari dengan jari kelingking: membayangkan ketika

ketempat yang pernah dikunjungi dan yang paling berkesan.

10) Minta klien membuka mata secara perlahan.

11) Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali.

12) Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan.

13) Terapkan rencana tindak lanjut.

14) Kontrak topik, waktudan tempat untuk pertemuan berikutnya.

15) Salam penutup dan berpamitan dengan pasien.

16) Cuci tangan.

17) Dokumentasi tindakan (tanggal dan jam, respon klien terhadap

prosedur).
35

F. Tahapan Studi Kasus

1. Melakukan permohonan perizinan untuk melakukan studi kasus dengan

rumah sakit.

2. Diskusikan dengan perawat ruangan dalam memilih pasien yang sesuai

dengan kriteria subyek studi kasus.

3. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan.

4. Bina hubungan saling percaya dan meminta persetujuan dengan informed

consent untuk menjadi responden dalam studi kasus.

5. Melakukan pengukuran tingkat kecemasan sebelum diberikan tehnik

hipnotis lima jari dengan menggunakan Tabel 2.1 Hamilton Rating Scale

for Anxiety (HRS-A).

6. Melakukan tehnik hipnotis lima jari sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP).

7. Melakukan pengukuran tingkat kecemasan setelah dilakukan tehnik

hipnotis lima jari dengan menggunakan Tabel 2.1 Hamilton Rating Scale

for Anxiety (HRS-A).


36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas hasil dan pembahasan dari pelaksanaan

pemberian tindakan sebelum dan sesudah diberikan tehnik hipnotis lima jari pada

Ny. A dengan kecemasan pre operasi di Paviliun Mawar RSU Kabupaten

Tangerang yang telah dilakukan pada tanggal 25–27 April 2017.

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini penulis lakukan di RSU Kabupaten Tangerang yang

beralamat di Jalan Jendral Ahmad Yani No.9 Sukaasih Kota Tangerang

Banten 15111 Indonesia. RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun

1928, dan ditetapkan pada tanggal 5 Mei 1964 sebagai hari jadi RSU

Kabupaten Tangerang. Fasilitas pelayanan medik di RSU Kabupaten

Tangerang terdapat Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi

Kebidanan, Instalasi Kamar Bedah, Isolasi Flu Burung, Paviliun Wijaya

Kusuma, Perina dan NICU, Ruang Hemodialisis, Ruang Rawat Instensif

(ICU), Thalasemia. Dan fasilitas pelayanan penunjang RSU Kabupaten

Tangerang terdapat Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium Patologi

Klinik, Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi, Instalasi Rehabilitasi

37
38

Medik, Instalasi Gizi, SIMRS, IPSRS, Pelayanan Radiologi, Bank Darah,

dan Medical Record.

Jumlah tempat tidur di RSU Kabupaten Tangerang berjumlah 440

tempat tidur, dan Ruang Rawat Inap terdapat sebanyak 16 ruangan yaitu

Paviliun Mawar (Bedah), Paviliun Dahlia (Bedah), Paviliun Soka (Bedah),

Paviliun Kenanga (Jantung, Paru, Neurologi), Paviliun Cempaka (Penyakit

Dalam, Jantung, Paru, Neurologi), Paviliun Kemuning (Anak), Paviliun

Seruni (Penyakit Dalam), Paviliun Anyelir Atas (Anak), Thalasemia

(Thalasemia), NICU (Neonatal Intensif Care Unit), Perinatologi Atas

(Bayi Sakit), Perinatologi Bawah (Bayi Sehat), Paviliun Aster (Bayi yg

lahir tanpa kelainan langsung dirawat gabung bersama ibu kelas III),

Paviliun Anyelir Bawah (Bayi yg lahir tanpa kelainan langsung dirawat

gabung bersama ibu kela VIP, I, II), Paviliun Plamboyan (Penyakit

Dalam).

Penulis melakukan studi kasus di Ruang Rawat Inap Paviliun

Mawar yaitu ruang rawat inap khusus bedah dimana pasien yang akan

melakukan tindakan operasi dan setelah melakukan tindakan operasi

dengan jumlah tempat tidur kelas I sebanyak 8 tempat tidur dengan

fasilitas AC, kamar mandi, ruang tunggu dan kelas II sebanyak 16 tempat

tidur dengan fasilitas kipas angin, kamar mandi, ruang tunggu. Dan

terdapat nurse station. Dengan kasus yang sering terjadi di Paviliun Mawar

yaitu appendiksitis, hernia, fraktur, cedera kepala, cancer mamae, BPH,

CKD cimino, dan lain-lain.


39

2. Gambaran Subyek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini subyek bernama Ny. A dengan nomor

rekam medis 00141479, berjenis kelamin perempuan, berusia 49 tahun

lahir pada tanggal 10 Maret 1968, beragama Islam, beralamat di Kp.

Gembor Kota Tangerang, bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), status

menikah, dengan diagnosa medis Tumor Intra Abdomen, dan masuk

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada hari Senin, 24 April 2017

pukul 11.00 WIB. Dengan alasan masuk rumah sakit subyek mengatakan

nyeri pada perut, subyek harus dilakukan tindakan operasi, subyek merasa

cemas dan takut untuk dilakukan tindakan operasi. Keadaan subyek dikaji

subyek tampak takut, gelisah, muka tegang dan selalu bertanya-tanya

tentang operasi.

3. Pemaparan Fokus Studi Kasus

a. Hasil Pengkajian Awal Tingkat Kecemasan Subyek

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah

pertama yang harus dilakukan pada subyek yang mengalami kecemasan

adalah pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang

dilakukan berfokus pada tingkat kecemasan subyek. Dibawah ini adalah

tabel 4.1 mengenai hasil pengkajian (observasi) awal pada subyek.


40

Tabel 4.1
Hasil pengkajian (observasi) awal

Subyek Aspek Yang Dinilai Nilai Angka (Score) Tingkat


0 1 2 3 4 Kecemasan
Ny. A Perasaan cemas (Ansietas) √
Ketegangan √
Ketakutan √
Gangguan tidur √
Gangguan kecerdasan √
Perasaan depresi (murung) √
Gejala somatik / fisik (otot) √ Kecemasan
Gejala somatik / fisik (sensorik) √ Sedang
Gejala kardiovaskuler √
Gejala respiratori (pernapasan) √
Gejala gastrointestinal √
Gejala urogenital √
Gejala autonom √
Tingkah laku pada saat wawancara √
Jumlah 25

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah skor kecemasan

pada subyek adalah skor 25 dengan kategori tingkat kecemasan sedang.

Setelah melakukan pengkajian (observasi) awal terkait tingkat

kecemasan subyek, dilakukan intervensi keperawatan dengan tehnik

hipnotis lima jari dikarenakan tehnik ini sesuai dengan subyek yang

mengalami kecemasan sedang-kecemasan ringan.

Tehnik hipnotis lima jari ini dilakukan selama 3 hari secara

berturut-turut, dilakukan 2 kali dalam satu hari, tehnik ini dilakukan

kurang lebih selama 15 menit. Dan menganjurkan subyek untuk

melakukan tehnik hipnotis lima jari secara mandiri sebanyak 2 kali

dalam sehari. Setelah dilakukan intervensi keperawatan tehnik hipnotis


41

lima jari penulis melakukan evaluasi setiap hari selama 3 hari untuk

mengetahui penurunan tingkat kecemasan subyek.

b. Hasil Evaluasi Tingkat Kecemasan Subyek Setelah Dilakukan

Intervensi Keperawatan Tehnik Hipnotis Lima Jari

Berdasarkan hasil studi kasus diketahui bahwa setelah dilakukan

intervensi keperawatan hipnotis lima jari telah terjadi penurunan tingkat

kecemasan dari kecemasan sedang ke kecemasan ringan sesuai dengan

tabel 4.2 dibawah ini

Tabel 4.2

Evaluasi tingkat kecemasan subyek setelah dilakukan intervensi keperawatan


tehnik hipnotis lima jari

Hari Score Kecemasan Score Kecemasan Tingkat


Sebelum Dilakukan Sesudah Dilakukan Kecemasan
Tehnik Hipnotis Lima Tehnik Hipnotis Lima Jari
Jari
Ke-1 25 22 Kecemasan
Sedang
Ke-2 21 17 Kecemasan
Sedang
Ke-3 13 9 Kecemasan
Ringan

c. Analisa Studi Kasus

Berdasarkan hasil dari studi kasus terjadi perubahan tingkat

kecemasan subyek dengan masalah kecemasan dari sebelum dan

sesudah dilakukan tehnik hipnotis lima jari selama 3 hari berturut-turut

telah terjadi penurunan tingkat kecemasan dari kecemasan sedang

menjadi kecemasan ringan. Dari awal pengkajian skor 25 dengan

kategori kecemasan sedang menjadi skor 9 dengan kecemasan ringan.


42

B. Pembahasan Studi Kasus

Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada tanggal 25-27

April 2017, masalah keperawatan yang terdapat pada subyek sesuai studi

kasus yaitu kecemasan. Dari hasil pengkajian awal tingkat kecemasan subyek

dengan menggunakan kuesioner HRS-A maka didapatkan total skor 25

dengan kategori kecemasan sedang. Dengan subyek mengatakan merasa

cemas dan takut untuk dilakukan tindakan operasi. Keadaan subyek saat

dikaji tampak takut, gelisah, muka tegang dan selalu bertanya-tanya tentang

operasi. Sesuai dengan keadaan subyek dikatakan bahwa kecemasan adalah

reaksi emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan

mekanisme pertahanan dirinya dalam menghadapi masalah (Asmadi, 2008).

Hasil dari studi kasus terjadi perubahan tingkat kecemasan subyek

dengan masalah kecemasan dari sebelum dan setelah dilakukan tehnik

hipnotis lima jari dengan adanya penurunan tingkat kecemasan dari

kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan. Hari pertama Ny. A sebelum

dilakukan tehnik hipnotis lima jari skornya yaitu 25 setelah dilakukan tehnik

hipnotis lima jari terjadi penurunan skor yaitu skor 22 dengan kategori

kecemasan sedang. Pada hari kedua sebelum dilakukan tindakan skornya

yaitu 21 dan setelah dilakukan tindakan menjadi skor 17 dengan kategori

kecemasan sedang. Pada hari ketiga skor sebelum dilakukan tindakan yaitu

skor 13 dan setelah dilakukan tindakan menjadi skor 9 dengan kategori

kecemasan ringan.
43

Hari pertama dengan hari kedua telah terjadi penururan skor tetapi

masih dengan kategori kecemasan sedang hal ini dikarenakan subyek masih

dalam persiapan operasi, subyek belum menjalankan tindakan operasi dan

subyek mengatakan belum pernah mengalami operasi sebelumnya. Tetapi

penurunan skor ini tidak lain dikarenakan adanya kemauan subyek untuk

tidak mengalami rasa cemas, doa dan semangat subyek yang ingin sembuh,

subyek yang kooperatif saat diberikan tehnik hipnotis lima jari, dan

kemampuan subyek dalam melakukan tehnik hipnotis lima jari dengan baik

dan benar.

Tehnik hipnotis lima jari sesuai dengan tehniknya yaitu

membayangkan hal-hal yang indah sehingga subyek dapat mengingat lagi

masa-masa menyenangkan dengan keluarga membuat subyek berfikir positif,

subyek menjadi lebih tenang, dan berfikir ingin cepat sembuh dan cepat

pulang sehingga dapat berkumpul bersama keluarga lagi dan hal ini membuat

kecemasan dapat berkurang. Dimana dikatakan bahwa terapi hipnotis lima

jari merupakan terapi generalis keperawatan di mana subyek melakukan

hipnotis diri sendiri dengan cara subyek memikirkan pengalaman yang

menyenangkan, dengan demikian diharapkan tingkat kecemasan subyek akan

menurun. Hipnotis lima jari dikenal juga dengan menghipnotis diri yang

bertujuan untuk pemograman diri, menghilangkan kecemasan dengan

melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja

jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar keringat, dan lain-lain (Barbara,

2010).
44

Faktor pendukung pada subyek yaitu dukungan dari keluarga terutama

suami dan anaknya, sehingga skor kecemasan subyek dapat mengalami

penurunan yaitu dengan adanya dukungan keluarga yang selalu mendampingi

subyek setiap saat, memberikan semangat dan motivasi untuk kesembuhan

subyek, serta doa dari keluarga.

Hari kedua dengan hari ketiga telah terjadi penurunan skor dan telah

terjadi penurunan kategori dari kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan

hal ini dikarenakan sewaktu subyek masuk ke ruang operasi dan belum

dilakukan tindakan operasi subyek mengatakan melakukan tehnik hipnotis

lima jari, operasi yang telah terlewati dengan baik, dan subyek merasa senang

karena operasi berjalan dengan lancar.

Subyek mengatakan rasa khawatir sudah berkurang, perasaan menjadi

lebih tenang, dan menjadi lebih rilex. Subyek terlihat tampak tidak tegang,

lebih nyaman dan tampak lebih senang dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan

latihan lima jari merupakan salah satu bentuk self hipnotis yang dapat

menimbulkan efek relaksasi yang tinggi (Jenita, 2008). Relaksasi merupakan

kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat

mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif subyek. Tehnik relaksasi

membuat subyek dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri, stress fisik dan emosi (Potter & Perry, 2010). Hal ini dikarenakan

subyek dapat belajar kembali merasakan peristiwa dalam kehidupannya yang

menyenangkan melalui bayangan yang dihadirkan kembali. Ketika subyek

dalam keadaan terhipnosis subyek akan merasakan tingkat relaksasi yang


45

tinggi. Pikiran dan perasaan subyek terfokus pada suatu kondisi yang terpisah

dari lingkungan. Ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan

maka akan menyebabkan tubuh menjadi rileks dan nyaman (Brunner &

Suddarth, 2002).

C. Keterbatasan Penulisan

Penulis menemui hambatan dalam studi kasus ini sehingga terjadi

keterbatasan dalam penyusunan studi kasus, beberapa keterbatasan nya

adalah:

Keterbatasan dalam melakukan tindakan karena tidak bisa melakukan

observasi setelah jam dinas selesai sehingga pengukuran tingkat kecemasan

kurang optimal. Upaya untuk mengatasi hambatan tersebut penulis

memberikan leaflet kepada subyek dan menyarankan subyek untuk

melakukan tehnik hipnotis lima jari secara mandiri sebanyak 2 kali.


BAB V

KESIMULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang “Penerapan

Tehnik Hipnotis Lima Jari Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Pre Operasi Di Paviliun Mawar RSU Kabupaten Tangerang” yang

dilakukan pada subyek studi kasus Ny. A yang mengalami kecemasan setelah

dilakukan intervensi keperawatan tehnik hipnotis lima jari terhadap Ny. A

dapat disimpulkan bahwa dari indikator kuesioner HRS-A tingkat kecemasan

telah mengalami penurunan skor dan diketahui bahawa ada perubahan tingkat

kecemasan dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan.

Sebelum dilakukan intervensi keperawatan dengan tehnik hipnotis lima jari

skor tingkat kecemasan subyek adalah tingkat kecemasan sedang dan setelah

3 hari dilakukan intervensi secara berturut-turut, skor kecemasan subyek

mengalami penurunan menjadi tingkat kecemasan ringan.

B. Saran

Setelah penulis melakukan studi kasus tentang “Penerapan Tehnik

Hipnotis Lima Jari Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre

Operasi Laparatomi Di Paviliun Mawar RSU Kabupaten Tangerang”

diharapkan dapat bermanfaat bagi:


46
47

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam hal

psikologis pasien sebelum dilakukannya tindakan operasi dan memberikan

pelatihan pada tenaga kesehatan khususnya perawat tentang tehnik untuk

menurunkan kecemasan pada pasien khusunya pasien diruang bedah.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat melakukan

pengkajian terkait masalah psikologis pasien, mampu melakukan tehnik

hipnotis lima jari kepada pasien yang mengalami kecemasan sebelum

melakukan tindakan operasi, dan membuat poster tentang tehnik hipnotis

lima jari disetiap ruangan bedah. Sehingga dapat bermanfaat dalam

menurunkan kecemasan pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menyediakan buku dengan refrensi-referensi yang

terbaru khususnya ilmu keperawatan jiwa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan model-model terapi lainnya khususnya mengenai tingkat

kecemasan pasien yang mengalami kecemasan dalam asuhan keperawatan.

Dan sebagai refrensi untuk dikembangkan dalam melakukan penelitian

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai