Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN TUGAS AKHIR UAS MENGENAI BUDAYA BISNIS DAN

ETIKET DI TIONGKOK SERTA PERBEDAANNYA DI INDONESIA

Oleh :

Anissa Fajaryana Noor Rahmaningrum


K14150014
Dosen : Rindiana
Batas Waktu Pengumpulan : Kamis, 28 Juni 2018

SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
Budaya bisnis dan etiketnya di Tiongkok serta perbedaannya di
Indonesia
Dalam video Understanding Chinese Business Culture and Etiquette - Decode
China, dijelaskan mengapa dalam berbisnis, orang China yang tadinya sepakat
mengucapkan kata “ya” tiba-tiba bisa berubah dengan mengucapkan “tidak” lalu bisa
datang kembali lagi dan membuat kesepakatan. Menurut Chinese Psychology Expert,
Jennie Lok, jika ada orang China yang seperti itu, mungkin karena orang tersebut
takut dibohongi oleh calon rekan bisnisnya dan itu merupakan salah satu bentuk
perlindungan diri mereka. Jika mereka tidak percaya, mereka tidak akan
menunjukkan niat mereka yang sebenarnya namun mereka ingin lebih untuk
mengamati calon rekan bisnisnya.
Selain itu, jika orang China menolak kesepakatan, mereka tidak akan menolak
secara langsung dan jelas, mereka akan menolak seperti mengucapkan “Baik, saya
akan memikirkannya lagi” karena hal tersebut dianggap lebih sopan meski mereka
seperti merasa tertekan, tetapi mereka tidak ingin menyakiti perasaan orang lain.
Namun, jika mereka mengucapkan “tidak” maka hal tersebut tidak benar-benar
menggambarkan “tidak”, namun sebaliknya. Sebagai contoh, jika ada orang China
ingin membeli rumah dan menyukai rumah tersebut, mereka akan terlebih dahulu
mengkritik rumah tersebut, mengatakan hal-hal yang buruk, kemudian meminta harga
yang rendah. Contoh yang lainnya, jika kita menyentuh barang yang dijual di suatu
tempat perbelanjaan, padahal kita tidak benar-benar ingin membelinya, penjual
tersebut akan terus mengejar kita untuk membeli barang dagangannya tersebut.
Lalu, bagaimana jika kita sedang membuat kesepakatan dengan orang China
dan mengetahui bahwa perkataan “ya” benar-benar menunjukkan “ya” dan
sebaliknya? Lebih lanjut Jennie Lok menyatakan kita harus memahami ekspresi
wajah, bahasa tubuh, dan lirikan mata calon pembeli atau rekan bisnis. Terkadang,
jika orang tersebut mencondongkan badan ke belakang, itu tidak menunjukkan bahwa
ia tidak suka, begitu juga sebaliknya. Selain itu, orang China dalam melakukan
kegiatan jual beli dan berbisnis mempunyai banyak pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Jika orang tersebut mengatakan “tidak” tetapi mereka terus menanyakan
kepada kita, maka sebaiknya kita harus mengadakan rapat untuk persetujuan
kesepakatan lebih lanjut karena orang China juga tidak cukup jika melakukan rapat
hanya satu kali karena mereka pun butuh untuk diyakinkan terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan yang telah mereka pikirkan. Kesimpulannya, kita harus
memberi perhatian kepada mereka karena apa yang mereka katakan sebetulnya belum
tentu menunjukkan keinginan mereka yang sebenarnya.

Selanjutnya adalah pembahasan etiket bisnis di Tiongkok melalui video mengenai


Chinese Business Etiquette - Major Do's and Don'ts PREVIEW by Bizversity.com.
video tersebut menjelaskan kunci tentang perbedaan budaya utama untuk diingat
ketika melakukan bisnis. Dijelaskan pula mengapa cultural intelligence diperlukan
agar kita dapat memahami dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
karena jika kita bermain dengan budaya luar, maka ketentuan yang telah kita tahu
sebelumnya juga ikut berubah. Dalam membuat kesepakatan bisnis, memahami
budaya luar penting diperhatikan karena faktor kritis sangat berpengaruh.
Kesepakatan bisnis dapat gagal apabila kita tidak bisa memahami karakteristik, cara
berpikir, dan budaya partner bisnis dari negara asing tersebut. Bisnis di Tiongkok
sangat terstruktur, mulai dari atasan hingga tingkat terbawah dalam suatu organisasi
bisnis. Bisnis di Tiongkok sangat menghormati hirarki dengan menghargai dan sopan
terhadap yang lebih tua atau atasan mereka. Budaya di Tiongkok memiliki
konfusianisme sebagai semacam kerangka kerja tetapi tetap menjaga pentingnya
kekeluargaan sebagai salah satu aspek kunci lainnya.
Orang Tiongkok yang sukses dalam bisnisnya umumnya lebih mengutamakan
keluarga, yakni sebagian besar waktu dan uang masuk untuk keluarga. Orang
Hobbiton di Tiongkok percaya bahwa mereka dilahirkan untuk terhubung satu sama
lain terutama dengan keluarga mereka daripada terlahir dengan derajat yang sama
seperti yang lainnya dikarenakan mereka yakin bahwa mereka memiliki perasaan
tentang posisi yang kuat diantara keluarga bahkan dalam hubungan bisnis.
Dalam menjalankan business meeting, orang Tiongkok akan melakukannya
disaat jam makan siang atau makan malam dan penting bagi kita (rekan bisnisnya)
untuk menghargai siapa yang harus duduk terlebih dahulu, menerima makanan, dan
lain sebagainya. Jika kita tidak menghargai ketentuan tersebut, maka tindakan kita
akan dianggap cukup kasar.

Perbedaannya di Indonesia

Berikut merupakan etika-etika berbisnis yang umum berlaku di Indonesia.


1. Kejujuran ketika berkomunikasi atau bersikap
Kejujuran merupakan salah satu poin penting untuk menyukseskan usaha
sekaligus membangun kepercayaan klien. Kita diwajibkan untuk bersikap
jujur dalam segala hal, mulai dari sekadar memberikan informasi hingga
ketika menganalisa bisnis perusahaan yang dipimpin.
2. Berdiri saat memperkenalkan diri dan mengucapkan terima kasih
Berdiri saat mengenalkan diri akan menegaskan kehadiran kita. Jika
kondisinya tidak memungkinkan untuk berdiri, setidaknya mundurkan kursi,
dan sedikit membungkuk agar orang lain menilai positif kesopanan kita.
Selain itu, dalam percakapan bisnis dengan siapapun, termasuk atasan atau
mitra perusahaan, kita hanya perlu mengucapkan terima kasih sebanyak satu
atau dua kali. Jika mengatakannya berlebihan, orang lain akan memandang
bahwa kita sangat perlu bantuan.
3. Integritas
Integritas sendiri diartikan sebagai konsistensi dan sinkronisasi antara
pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Meski demikian, membangun integritas
tidaklah semudah bayangan karena seringkali harus berhadapan dengan
berbagai kepentingan lain yang mungkin berseberangan dengan kepercayaan.
Dalam hal ini, seseorang dikatakan sebagai pemimpin yang baik jika ia
mampu bertahan dan tidak mengorbankan prinsip yang dipercaya hanya
karena mendapat tekanan dari pihak lain.
4. Memenuhi Janji serta Komitmen yang Dibuat
Seorang pebisnis dapat dipercaya karena ia mau dan mempu berusaha
memenuhi segala janji dan komitmen yang telah dibuat. Kita tidak boleh
sembarangan membuat janji, namun setelah diucapkan hendaknya langsung
berkomitmen untuk memenuhinya dengan baik.
5. Loyalitas
Loyalitas adalah hal yang sangat diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan
baik tanpa menimbulkan konflik. Keloyalan dapat ditunjukkan dengan
bekerja sesuai dengan visi dan misi perusahaan serta tidak mencampurkan
urusan kantor dengan masalah pribadi. Salah satu cara untuk menunjukkan
loyalitas adalah dengan memberikan seluruh kemampuan demi tercapainya
kesepakatan bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak.
6. Keadilan
Keadilan menjadi salah satu hal fundamental yang harus dimiliki setiap
pebisnis sukses. Mereka tidak menggunakan kedudukan atau kekuatan yang
dimiliki untuk bersikap otoriter maupun seenaknya sendiri. Mereka mampu
bersikap adil pada setiap karyawan, menoleransi perbedaan, berpikiran
terbuka, mengakui jika melakukan kesalahan, bahkan tak segan mengubah
prinsip atau keputusan jika diperlukan.
7. Kepedulian
Seorang pebisnis harus menjadi pribadi yang menunjukkan kepedulian,
simpatik, dan baik hati. Pebisnis harus memahami konsep bahwa keputusan
dalam berbisnis tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan, namun juga
seluruh karyawan dan staf yang terlibat didalanya. Seorang pemimpin harus
mampu memberikan keputusan yang memiliki sedikit dampak negatif dan
memiliki paling banyak dampak positif.
8. Respect to Each Other
Sebagai pebisnis, kita harus menjadi pribadi yang menghargai orang lain jika
ingin menjadi pebisnis sukses. Anda juga harus bersikap profesional dengan
tidak membedakan perlakuan kepada orang lain berdasarkan jenis kelamin,
ras, agama, maupun kewarganegaraan kepada klien. Hal ini penting dilakukan
bukan hanya untuk kebaikan perusahaan, namun juga agar hubungan bisnis
tetap kondusif.
9. Mematuhi Aturan
Dunia bisnis tentu memiliki berbagai aturan yang telah ditetapkan secara
tertulis maupun tidak tertulis. Pebisnis harus mematuhi seluruh aturan
tersebut agar dapat menjadi pebisnis yang disegani banyak pihak.
10. Menjaga Reputasi
Seorang pebisnis harus memiliki kemampuan membangun dan melindungi
nama baik perusahaan serta perusahaan klien beserta seluruh hal yang berada
di dalamnya. Hal inilah yang menjadi kunci datangnya klien baik yang berasa
dari dalam maupun luar negeri karena percaya bahwa perusahaan Anda dapat
memenuhi segala kebutuhannya.
Kemudian dari keseluruhan pembahasan mengenai etika bisnis di Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa pebisnis yang menerapkan standar etika dan moral yang
tinggi terbukti lebih sukses dalam jangka panjang.

Sumber:
 https://www.youtube.com/watch?v=AXID2lelSzs
 https://www.youtube.com/watch?v=cUE7w2FMe4k
 https://www.maxmanroe.com/10-etika-dalam-berbisnis-sudahkah-anda-
memilikinya.html

Anda mungkin juga menyukai