SATELIT WORLDVIEW-3
Teknologi satelit yang sudah semakin berkembang dan menunjang berbagai
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aplikasi penggunaan satelit
dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk pencitraan permukaan bumi. Kegunaan
teknologi satelit ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Kebutuhan pencitraan permukaan bumi yang kian meningkat memicu perusahaan
satelit untuk menghasilkan pencitraan yang detail dan tajam. Kebutuhan itu kini
sudah bisa diakomodasi. Sebab perusahaan satelit swasta global, DigitalGlobe
telah meluncurkan satelit pencitraan terbarunya, WorldView-3 ke orbit.
Dikabarkan BBC, Jumat 15 Agustus 2014, satelit terbaru DigitalGlobe itu
menawarkan potret gambar permukaan bumi dengan resolusi 30 cm, jauh lebih
tajam dari satelit milik pemerintah AS yang hanya beresolusi 50 cm. Kemampuan
resolusi tajam satelit perusahaan yang berbasis di Colorado, AS itu juga makin
memperkuat posisi DigitalGlobe dari perusahaan satelit lain, dalam pasar satelit
komersil.
SATELIT WORLDVIEW-3
Pastinya kita semua sudah cukup kagum dengan fitur satellite view di Bing atau
Google Maps. Padahal untuk saat ini resolusi gambar satelit tersebut bisa dibilang
masih cukup kecil. Namun semuanya bakal segera berubah seiring dengan akan
diluncurkannya Satelit WorldView-3 beberapa hari lagi. WorldView-3 bakal
menjadi satelit yang mengambil gambar permukaan bumi dengan resolusi tinggi
hingga mampu menampilkan gambar yang lebih bagus, detail, dan jelas.
WorldView-3 adalah satelit milik DigitalGlobe, dimana Google dan Bing adalah
pelanggan dari perusahaan tersebut. Dengan diluncurkannya WorldView-3 ke luar
angkasa, maka pastinya satellite view di Bing dan Google Maps juga bakal
diupdate dengan resolusi yang lebih tinggi dalam jangka waktu dekat. Ini artinya
sebentar lagi kamu bisa melihat tulisan baliho atau bahkan tiang lampu merah
melalui Bing dan Google Maps.
VIEW BUMI DARI CITRA SATELIT
NASA mungkin tidak tahu kapan harus berhenti melakukan hal-hal yang
menghebohkan dunia. Kali ini, Badan Antariksa milik Amerika itu telah
meluncurkan sebuah satelit “mata-mata” terbaru ke orbit bumi. WorldView 3
adalah sebuah satelit dengan berat hampir 3 ton yang akan mengorbit di
ketinggian 617 kilometer di atas permukaan bumi. NASA pun telah membekali
WorldView 3 dengan sebuah kamera beresolusi tinggi dan sebuah pemindai
gambar infra merah.
Kekuatan kamera WorldView 3 diklaim mampu menangkap gambar objek di
bumi hingga resolusi 31 sentimeter. Bahkan, menurut Mashable (13/08), kamera
tersebut bisa dipakai untuk menghitung jumlah ayam di seluruh dunia. Selain itu,
NASA bisa membantu rakyat Suriah untuk menangkal bahaya kelaparan
menggunakan satelit itu, sebab kamera WorldView 3 mampu memantau
pertumbuhan tanaman pangan di negara yang telah ditinggal oleh sebagian besar
petaninya itu. Jadi, NASA bisa memberikan informasi waktu kapan tumbuhan-
tumbuhan sumber bahan pangan itu bisa di panen tanpa harus masuk ke wilayah
yang tengah di selimuti perang. Dilansir Gizmodo (13/08), satelit WorldView 3
sendiri akan sanggup memberikan kemudahan untuk NASA dalam mengambil 1,2
GB file gambar beresolusi tinggi per detik langsung dari luar angkasa. NASA
pastinya bisa dengan mudah menangkap gambar-gambar detail dari kota-kota
besar di Amerika atau negara lain di dunia, seperti New York City dan
Washington DC hanya dalam waktu 45 detik.
Remote sensing atau yang lebih dikenal dengan penginderaan jauh adalah
pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran
atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak
jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain).
Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca,
memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau
planet dari orbit. Definisi Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan
terkait dengan pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau
penelitian.
Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada wahana (platform)
berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek
yang diindera adalah obyek di permukaan bumi, dirgantara, atau antariksa. Proses
penginderaan dilakukan dari jarak jauh sehingga sistem ini disebut sebagai
penginderaan jauh. Sensor dipasang pada lokasi yang berada jauh dari obyek yang
diindera . Oleh karena itu, agar sistem dapat bekerja diperlukan tenaga yang
dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut. Antara tenaga dan obyek yang
diindera terjadi interaksi. Masing-masing obyek memiliki karakteristik tersendiri
dalam merespon tenaga yang mengenainya, misalnya air menyerap sinar banyak
dan hanya memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya, batuan karbonat atau salju
menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar lebih banyak. Interaksi antara
tenaga dengan obyek direkam oleh sensor. Perekaman menggunakan kamera atau
alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh. Data
penginderaan jauh harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut
analisis atau interpretasi data. Penginderaan jauh didefinisikan pula sebagai teknik
yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan dari permukaan bumi.
1. Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode, antara lain sebagai
berikut:
Arkaekum (Zaman tertua)
Kepuauan Indonesia terletak pada posisi silang, terletak diantara dua benua,
Benua Asia dan Australia; dan diantara dua samudera, Samudera Hindia dan
Indonesia. Kesadaran itu telah ditanamkan sejak awal ketika duduk di bangku
sekolah. Biasanya, setelah itu diterangkan makna dari posisi silang itu. Makna
geopolitik posisi silang Indonesia itu dijelaskan oleh Fajar seperti di bawah ini:
1. Politik: Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yaitu
demokrasi Australia dan demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi: Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan
sistem ekonomi sentral Asia;
3. Ideologis: Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan
komunis di sebelah utara;
4. Sistem Pertahanan: Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di
selatan, dan sistem pertahanan kontinental di utara.
Di dalam situs e-dukasi.net, terkait posisi silang Keulauan Indonesia, dijelaskan
secara singkat bahwa posisi itu memiliki arti penting terkait dengan iklim dan
perekonomian. Setelah itu, secara singkat juga dijelaskan letak geologis
Kepulauan Indonesia. Sayangnya penjelasannya sangat minimal.
Di dalam blog ini, kita akan mencoba melihat sisi lain makna dari posisi silang
Kepulauan Indonesia yang dilihat dari aspek kelautan, baik potensinya sebagai
sumberdaya maupun sebagai sumber bencana serta berbagai proses alam
lainnya yang berkaitan dengan posisi silang tersebut.
Secara garis besar dapat kita sebutkan hal-hal berikut:
1. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, maka:
o Kita mengenal adanya Arus Lintas Indonesia (Arlindo,
Indonesian Through Flow).
o Kita mengenal adanya Coral Triangle yang pusatnya di kawasan
timur Indonesia.
2. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara
Benua Australia dan Benua Asia, maka kita mengalami perubahan musim:
o Berkaitan dengan angin, secara umum di Indonesia kita mengenal
Musim Angin Barat dan Musim Angin Timur.
o Berkaitan dengan hujan, secara umum di Indonesia kita mengenal
adanya Musim Hujan dan Musim Kemarau.
o Berkaitan dengan keanekaragaman sumberdaya hayati di darat, kita
mengenal adanya Garis Wallace.
o Berbagai macam bencana alam di Indonesia berkaitan dengan
posisi yang diapit dua benua ini. Seperti:
Bencana alam karena pukulan gelombang laut ke pantai
atau gelombang tinggi berkaitan dengan musim angin.
Bencana alam banjir dan tanah longsor berkaitan dengan
kehadiran Musim Hujan.
Bencana alam kekeringan dan kebakaran hutan serta
kebakaran di perkotaan berkaitan dengan kehadiran Musim
kemarau.
Bagaimana bila Kepulauan Indonesia kita lihat dari sudut pandang Tektonik
Dunia?
Dari sudut pandang tektonik dunia, Kepulauan Indonesia merupakan hasil
interaksi dari tiga lempeng kerak Bumi yang utama, yaitu Lempeng Asia,
Lempeng Samudera Hindia-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik. Kondisi
tersebut memberikan Kepulauan Indonesia sumberdaya alam yang beraneka
ragam, dan demikian pula dengan sumber bencananya, tidak kalah variasinya.
Interaksi subduksi antar lempeng menyebabkan Kepulauan Indonesia kaya akan
gunungapi dan sering mengalami guncangan gempa.
Interaksi antar lempeng kerak bumi menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak
cekungan sedimentasi yang di dalamnya banyak terbentuk batubara, minyak dan
gas bumi. Selain itu, aktifitas magmatis yang berasosiasi dengan sistem subduksi
antar lempeng menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak terjadi mineralisasi
(pembentukan endapan mineral). Tambang-tambang tembaga, nikel, dan emas di
Kepulauan Indonesia merupakan konsekuensi logis dari hadirnya sistem subduksi
kerak bumi di Kepulauan Indonesia.
Garis Wallace
Garis yang satunya mendampingi garis Weber adalah Garis Wallace. Garis
Wallace ini adalah garis yang membagi Indonesia menjadi wiayah tengah dan
Indonesia wilayah barat. maka dari itu letak garis ini berada di tengah Indonesia
bagian barat dan juga Indonesia bagian tengah. Garis ini digambar pada peta
dengan posisi berada di antara pulau Kalimantan dan juga Sulawesi.
Nah, itulah kedua garis yang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah menurut
persebaran flora dan faunanya. Kedua garis tersebut tidak digambar lurus dari
utara ke selatan, namun ada perbengkokan garis. Pada kesempatan kali ini kita
akan membahas menganai salah satu dari kedua garis tersebut. Garis yang akan
kita bahas lebih lanjut adalah Garis Wallace.