Anda di halaman 1dari 11

Teknologi Pencitraan Permukaan Bumi dengan Satelit

SATELIT WORLDVIEW-3
Teknologi satelit yang sudah semakin berkembang dan menunjang berbagai
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aplikasi penggunaan satelit
dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk pencitraan permukaan bumi. Kegunaan
teknologi satelit ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Kebutuhan pencitraan permukaan bumi yang kian meningkat memicu perusahaan
satelit untuk menghasilkan pencitraan yang detail dan tajam. Kebutuhan itu kini
sudah bisa diakomodasi. Sebab perusahaan satelit swasta global, DigitalGlobe
telah meluncurkan satelit pencitraan terbarunya, WorldView-3 ke orbit.
Dikabarkan BBC, Jumat 15 Agustus 2014, satelit terbaru DigitalGlobe itu
menawarkan potret gambar permukaan bumi dengan resolusi 30 cm, jauh lebih
tajam dari satelit milik pemerintah AS yang hanya beresolusi 50 cm. Kemampuan
resolusi tajam satelit perusahaan yang berbasis di Colorado, AS itu juga makin
memperkuat posisi DigitalGlobe dari perusahaan satelit lain, dalam pasar satelit
komersil.

SATELIT WORLDVIEW-3

“Penting bagi mereka (DigitalGlobe) untuk mengatakan, ‘Kami telah memiliki


data yang sangat akurat dan resoluti sangat tinggi,'” ujar Adam Keith, Direktur
Luar Angkasa dan Pengamatan Bumi Euroconsult. Namun langkah satelit terbaru
DigitalGlobe ini untuk meluncurkan produknya ke pasar tengah mendapat ujian.
Sebab ada perhatian soal beberapa keamanan. Dilaporkan Departemen
Perdagangan AS meminta DigitalGlone menunggu 6 bulan sebelum
mengaplikasikan produk pencitraan dengan resolusi 31 cm. Departemen ini
memang sudah menjadi institusi yang memberikan lisensi penyedia satelit
pencitraan komersil AS. Diketahui sekitar 60 persen bisnis DigitalGlobe terkait
dengan lembaga pemerintah AS, terutama militer dan untuk aplikasi sipil.
Permintaan tangguhan AS itu memungkinkan otoritas AS untuk mengakses setiap
masalah yang tak terduga atau yang sensitif.
PENCITRAAN KILAT
Satelit pencitraan terbaru DigitalGlobe ini memiliki platfrom dengan tinggi 5,6
meter dengan bentang 2,8 meter. Satelit ini beroperasi pada ketinggian 617 Km
dari permukaan laut. Satelit ini juga mengangkut teleskop dengan kamera 1,1
meter. WoldView-3 juga memiliki total 20 spektrum pita. Soal kecepatan akses
data pencitraan rata-rata 1,2 Gbps, lebih cepat dari kecepatan WiFi di
bumi. Pengambilan gambar di daratan bumi juga cukup menjanjikan. Disebutkan
WorldView-3 mampu memindai New York hingga Washington hanya dalam
waktu kurang satu menit, tepatnya 45 detik.
“Kami bahkan bisa menghitung jumlah orang di jembatan Golden Gate (AS),
kami dapat menghitung jumlah mobil dan warna mobil,” klaim Rob Mitrevski
dari Exelis Geospatial Systems, yang mendesain optik satelit WorldView-3. Fitur
kunci pada WorldView-3 yaitu instrumen CAVIS, yang akan memonitor keadaan
atmosfer, misalnya dalam keadaan kabur maupun banyaknya aerosol dilangit.
Instrumen memastikan pemindaian permukaan bumi tak akan terhenti dalam
keadaan tersebut. Dilaporkan dalam sehari, WorldView-3 dapat mengumpulkan
650 ribu Km persegi pencitraan.
“Kami akan mengunpulkan 4 juta Km persegi per hari, ini hampir seukuran luas
Amerika Serikat,” kata Kumar Navulur, perwakilan DigitalGlobe. Kualitas
gambar WorldVIew-3 lebih unggul dibandingkan satelit pencitraan Deimos dan
Airbus Defence and Space (Eropa).

PEMBUATAN SATELIT WORLDVIEW-3 NASA

Pastinya kita semua sudah cukup kagum dengan fitur satellite view di Bing atau
Google Maps. Padahal untuk saat ini resolusi gambar satelit tersebut bisa dibilang
masih cukup kecil. Namun semuanya bakal segera berubah seiring dengan akan
diluncurkannya Satelit WorldView-3 beberapa hari lagi. WorldView-3 bakal
menjadi satelit yang mengambil gambar permukaan bumi dengan resolusi tinggi
hingga mampu menampilkan gambar yang lebih bagus, detail, dan jelas.
WorldView-3 adalah satelit milik DigitalGlobe, dimana Google dan Bing adalah
pelanggan dari perusahaan tersebut. Dengan diluncurkannya WorldView-3 ke luar
angkasa, maka pastinya satellite view di Bing dan Google Maps juga bakal
diupdate dengan resolusi yang lebih tinggi dalam jangka waktu dekat. Ini artinya
sebentar lagi kamu bisa melihat tulisan baliho atau bahkan tiang lampu merah
melalui Bing dan Google Maps.
VIEW BUMI DARI CITRA SATELIT

NASA mungkin tidak tahu kapan harus berhenti melakukan hal-hal yang
menghebohkan dunia. Kali ini, Badan Antariksa milik Amerika itu telah
meluncurkan sebuah satelit “mata-mata” terbaru ke orbit bumi. WorldView 3
adalah sebuah satelit dengan berat hampir 3 ton yang akan mengorbit di
ketinggian 617 kilometer di atas permukaan bumi. NASA pun telah membekali
WorldView 3 dengan sebuah kamera beresolusi tinggi dan sebuah pemindai
gambar infra merah.
Kekuatan kamera WorldView 3 diklaim mampu menangkap gambar objek di
bumi hingga resolusi 31 sentimeter. Bahkan, menurut Mashable (13/08), kamera
tersebut bisa dipakai untuk menghitung jumlah ayam di seluruh dunia. Selain itu,
NASA bisa membantu rakyat Suriah untuk menangkal bahaya kelaparan
menggunakan satelit itu, sebab kamera WorldView 3 mampu memantau
pertumbuhan tanaman pangan di negara yang telah ditinggal oleh sebagian besar
petaninya itu. Jadi, NASA bisa memberikan informasi waktu kapan tumbuhan-
tumbuhan sumber bahan pangan itu bisa di panen tanpa harus masuk ke wilayah
yang tengah di selimuti perang. Dilansir Gizmodo (13/08), satelit WorldView 3
sendiri akan sanggup memberikan kemudahan untuk NASA dalam mengambil 1,2
GB file gambar beresolusi tinggi per detik langsung dari luar angkasa. NASA
pastinya bisa dengan mudah menangkap gambar-gambar detail dari kota-kota
besar di Amerika atau negara lain di dunia, seperti New York City dan
Washington DC hanya dalam waktu 45 detik.

SISTEM WORLDVIEW-3 MENGGUNAKAN REMOTE SENSING


(PENGINDERAAN JARAK JAUH)

Remote sensing atau yang lebih dikenal dengan penginderaan jauh adalah
pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat
yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran
atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak
jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain).
Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca,
memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau
planet dari orbit. Definisi Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan
terkait dengan pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau
penelitian.

SISTEM REMOTE SENSING

Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada wahana (platform)
berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek
yang diindera adalah obyek di permukaan bumi, dirgantara, atau antariksa. Proses
penginderaan dilakukan dari jarak jauh sehingga sistem ini disebut sebagai
penginderaan jauh. Sensor dipasang pada lokasi yang berada jauh dari obyek yang
diindera . Oleh karena itu, agar sistem dapat bekerja diperlukan tenaga yang
dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut. Antara tenaga dan obyek yang
diindera terjadi interaksi. Masing-masing obyek memiliki karakteristik tersendiri
dalam merespon tenaga yang mengenainya, misalnya air menyerap sinar banyak
dan hanya memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya, batuan karbonat atau salju
menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar lebih banyak. Interaksi antara
tenaga dengan obyek direkam oleh sensor. Perekaman menggunakan kamera atau
alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh. Data
penginderaan jauh harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut
analisis atau interpretasi data. Penginderaan jauh didefinisikan pula sebagai teknik
yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan dari permukaan bumi.

Proses Evolusi Bumi

1. Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode, antara lain sebagai
berikut:
Arkaekum (Zaman tertua)

Zaman arkaekum diperkirakan telah berusia 2500 juta tahun. Zaman


arkaekum memiliki ciri-ciri kulit bumi yang masih panas dan belum stabil,
hal ini karena masih memiliki temperatur yang sangat tinggi. Pada zaman
arkaekum diperkirakan belum adanya tanda-tanda kehidupan. Bumi masih
dalam suatu proses pembentukan menjadi padat.
2. Paleozoikum (Zaman kehidupan tertua)

Zaman Paleozoikum atau zaman kehidupan tertua adalah suatu zaman


yang berlangsung kurang lebih 340 juta tahun (542 - 251 juta tahun yang
lalu). Kata Paleozoikum berasal dari bahasa Yunani: palaio,
tua dan zoion, hewan berarti kehidupan purba Zaman Paleozoikum adalah
era pertama dari tiga era pada eon Fanerozoikum. Era ini dibagi menjadi
enam periode, berturut-turut dari yang paling tua: Kambrium,
Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm. Pada saat itu keadaan
bumi belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat
besar. Pada zaman inilah dimulainya tanda-tanda kehidupan dimulai
dengan makhluk-makhluk bersel satu (mikroorganisme) dan hewan-hewan
tak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, ganggang, serta rumput-
rumputan. Semua ini diketahui dari sisa-sisanya yang disebut fosil. Zaman
ini disebut juga zaman primer (zaman pertama).
a) Kambrium
Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang dimulai pada
sekitar 542 ± 1,0 jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar 488,3 ± 1,7
juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode pertama era
Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada periode
ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal
tersebut di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skleton
pelindung di sebelah luar. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan
daratan oleh makhluk hidup.
b) OrdovisiumOrdovisium
adalah suatu periode pada era Paleozoikum yang berlangsung antara 488,3
± 1,7 hingga 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu. Periode ini melanjutkan periode
Kambrium dan diikuti oleh periode Silur. Periode yang mendapat namanya
dari salah satu suku di Wales, Ordovices, ini didefinisikan oleh Charles
Lapworth pada tahun 1879 untuk menyelesaikan persengketaan antara
pengikut Adam Sedgwick dan Roderick Murchison yang masing-masing
mengelompokkan lapisan batuan yang sama di Wales utara masuk dalam
periode Kambrium dan Silur.
c) Silur
Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung mulai
akhir periode Ordovisium, sekitar 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu, hingga awal
periode Devon, sekitar 416,0 ± 2,8 juta tahun yang lalu. Seperti periode
geologi lainnya, lapisan batuan yang menentukan awal dan akhir periode ini
teridentifikasi dengan baik, tapi tanggal tepatnya memiliki ketidakpastian
sebesar 5-10 juta tahun. Awal Silur ditentukan pada suatu peristiwa
kepunahan besar (peristiwa kepunahan Ordovisium-Silur) sewaktu 60%
spesies laut musnah.
d) Devon
Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk dalam era
Paleozoikum dan berlangsung antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta
tahun yang lalu. Namanya berasal dari Devon, Inggris, tempat pertama
kalinya batuan Exmor yang berasal dari periode ini dipelajari. Pada masa
Devonian, antropoda dan vertebrata awal melanjutkan kolonisasi di
daratan. Binatang-binatang ini memiliki problem yang sama dengan
tanaman ketika pertama kali berkolonisasi di daratan, seperti mengurangi
kehilangan air dan memaksimalkan
3. Mesozoikum (Zaman kehidupan pertengahan)

Zaman mesozoikum diperkirakan berusia sekitar 140 juta tahun dan


disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman kedua. Zaman
mesozoikum mulai ditandai dengan terbentuknya cekungan laut atau
geosinklinal yang terisi oleh endapan yang tebal serta meluasnya
tumbuhan berjenis paku-pakuan. Pada zaman mesozoikum, iklim semakin
membaik, walaupun suhu terkadang masih berubah-ubah, curah hujan
sudah mulai berkurang, sungai besar dan danau banyak yang mengalami
kekeringan, muncul pohon-pohon besar dan hewan yang banyak hidup di
darat. Munculnya reptil yang sangat besar seperti dinosaurus (12 meter),
tiranosaurus (30 meter), serta ada pula yang memiliki sayap dan mampu
terbang. Oleh karena itu, zaman mesozoikum disebut juga sebagai zaman
reptil. Pada akhir dari zaman mesozoikum, hewan berjenis mamalia sudah
ada.
1. Zaman Tersier
Zaman tersier sudah ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang
dahsyat yang dapat melipat dan mematahkan lapisan kulit bumi. Oleh
karena akibat tenaga endogen tersebut, mengakibatkan terbentuk suatu
rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia. Zaman tersier dibagi
menjadi beberapa masa, yaitu zaman paleosen, eosen, oligosen, miosen,
dan pliosen. Zaman ini sudah berkembang binatang-binatang yang
menyusui, reptil-reptil raksasa lambat laun telah lenyap.
2. Zaman kuarter
Zaman kuarter diperkirakan sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman
kuarter ini kemudian dibagi menjadi 2 lagi, yaitu kala pleistosen dan
kala holosen.
1. Kala pleistosen (Zaman diluvium)
Kala pleistosen telah berlangsung 600.000 tahun yang lalu.
Kala pleistosen sudah adanya manusia purba. Pada kala
pleistosen, keadaan alam masih liar dan labil. Hal tersebut
disebabkan karena silih bergantinya 2 zaman, yaitu zaman
glasial dan interglasial.
2. Kala holosen (Zaman aluvium)
Kala holosen telah berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Pada kala holosen telah muncul spesies Homo sapiens. Adanya
sebuah perkembangan global telah banyak memengaruhi
perkembangan fisik alam Indonesia. Ketika lapisan es yang
terdapat di kutub utara mencair, wilayah Indonesia barat masih
menyatu dengan Benua Asia serta wilayah Indonesia timur
masih menyatu dengan benua Australia. Pada waktu suhu bumi
mulai memanas serta lapisan es yang terdapat di kutub utara
mulai mencair, terbentuklah lautan yang terdapat di berbagai
wilayah Indonesia serta memunculkan banyak pulau. Wilayah
yang sebelumnya mnyatu dengan benua Asia dan sekarang
menjadi dasar lautan yang disebut dengan Paparan Sunda.
Sedangkan wilayah Indonesia timur yang menghubungkan
dengan Benua Australia disebut Paparan Sahul.
KEPULAUAN INDONESIA

Kepuauan Indonesia terletak pada posisi silang, terletak diantara dua benua,
Benua Asia dan Australia; dan diantara dua samudera, Samudera Hindia dan
Indonesia. Kesadaran itu telah ditanamkan sejak awal ketika duduk di bangku
sekolah. Biasanya, setelah itu diterangkan makna dari posisi silang itu. Makna
geopolitik posisi silang Indonesia itu dijelaskan oleh Fajar seperti di bawah ini:
1. Politik: Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yaitu
demokrasi Australia dan demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi: Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan
sistem ekonomi sentral Asia;
3. Ideologis: Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan
komunis di sebelah utara;
4. Sistem Pertahanan: Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di
selatan, dan sistem pertahanan kontinental di utara.
Di dalam situs e-dukasi.net, terkait posisi silang Keulauan Indonesia, dijelaskan
secara singkat bahwa posisi itu memiliki arti penting terkait dengan iklim dan
perekonomian. Setelah itu, secara singkat juga dijelaskan letak geologis
Kepulauan Indonesia. Sayangnya penjelasannya sangat minimal.
Di dalam blog ini, kita akan mencoba melihat sisi lain makna dari posisi silang
Kepulauan Indonesia yang dilihat dari aspek kelautan, baik potensinya sebagai
sumberdaya maupun sebagai sumber bencana serta berbagai proses alam
lainnya yang berkaitan dengan posisi silang tersebut.
Secara garis besar dapat kita sebutkan hal-hal berikut:
1. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, maka:
o Kita mengenal adanya Arus Lintas Indonesia (Arlindo,
Indonesian Through Flow).
o Kita mengenal adanya Coral Triangle yang pusatnya di kawasan
timur Indonesia.
2. Berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak di antara
Benua Australia dan Benua Asia, maka kita mengalami perubahan musim:
o Berkaitan dengan angin, secara umum di Indonesia kita mengenal
Musim Angin Barat dan Musim Angin Timur.
o Berkaitan dengan hujan, secara umum di Indonesia kita mengenal
adanya Musim Hujan dan Musim Kemarau.
o Berkaitan dengan keanekaragaman sumberdaya hayati di darat, kita
mengenal adanya Garis Wallace.
o Berbagai macam bencana alam di Indonesia berkaitan dengan
posisi yang diapit dua benua ini. Seperti:
 Bencana alam karena pukulan gelombang laut ke pantai
atau gelombang tinggi berkaitan dengan musim angin.
 Bencana alam banjir dan tanah longsor berkaitan dengan
kehadiran Musim Hujan.
 Bencana alam kekeringan dan kebakaran hutan serta
kebakaran di perkotaan berkaitan dengan kehadiran Musim
kemarau.
Bagaimana bila Kepulauan Indonesia kita lihat dari sudut pandang Tektonik
Dunia?
Dari sudut pandang tektonik dunia, Kepulauan Indonesia merupakan hasil
interaksi dari tiga lempeng kerak Bumi yang utama, yaitu Lempeng Asia,
Lempeng Samudera Hindia-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik. Kondisi
tersebut memberikan Kepulauan Indonesia sumberdaya alam yang beraneka
ragam, dan demikian pula dengan sumber bencananya, tidak kalah variasinya.
Interaksi subduksi antar lempeng menyebabkan Kepulauan Indonesia kaya akan
gunungapi dan sering mengalami guncangan gempa.
Interaksi antar lempeng kerak bumi menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak
cekungan sedimentasi yang di dalamnya banyak terbentuk batubara, minyak dan
gas bumi. Selain itu, aktifitas magmatis yang berasosiasi dengan sistem subduksi
antar lempeng menyebabkan di Kepulauan Indonesia banyak terjadi mineralisasi
(pembentukan endapan mineral). Tambang-tambang tembaga, nikel, dan emas di
Kepulauan Indonesia merupakan konsekuensi logis dari hadirnya sistem subduksi
kerak bumi di Kepulauan Indonesia.
 Garis Wallace
Garis yang satunya mendampingi garis Weber adalah Garis Wallace. Garis
Wallace ini adalah garis yang membagi Indonesia menjadi wiayah tengah dan
Indonesia wilayah barat. maka dari itu letak garis ini berada di tengah Indonesia
bagian barat dan juga Indonesia bagian tengah. Garis ini digambar pada peta
dengan posisi berada di antara pulau Kalimantan dan juga Sulawesi.
Nah, itulah kedua garis yang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah menurut
persebaran flora dan faunanya. Kedua garis tersebut tidak digambar lurus dari
utara ke selatan, namun ada perbengkokan garis. Pada kesempatan kali ini kita
akan membahas menganai salah satu dari kedua garis tersebut. Garis yang akan
kita bahas lebih lanjut adalah Garis Wallace.

 Pengertian Garis Wallace


Garis Wallace merupakan garis hipotesis atau garis khayal yang memisahkan
Indonesia bagian Tengah dan juga Indonesia bagian Timur. Mengapa garis ini
dibuat? Karena terdapat perbedaan karakteristik flora dan fauna yang ada di
daerah tersebut. Garis ini diberi nama sesuai dengan penemunya yakni Alfred
Russel Wallace yang menyadari adanya perbedaan di antara flora dan fauna di
daerah- daerah tersebut pada saat berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke- 19.
Alfred Russel Wallace ini mempelopori penyelidikan secara modern tentang
Geografi hewan terlepas dari teori Darwin. Penelitian yang dilakukan oleh
Wallace ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat
dengan hewan di Indonesia bagian timur.
Garis Wallace ini digambar melalui Kepulauan Melayu yakni antara Pulau Borneo
atau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan juga antara Pulau Bali dan Pulau
Lombok. Keberadaan Garis Wallace ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta
mengenai perbedaan biologis antara Filipina dan juga Kepulauan Maluku. Hal ini
tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magelland pada tahun 1512. Setelah itu ada
perbaikan garis ini yang dilakukan oleh Weber, yakni di geser ke arah timur
(daratan Pulau Sulawesi).

 Letak Garis Wallace


Sudah disebitkan sebelumnya mengenai letak garis Wallace. Secara umum garis
Wallace ini melintas melalui Kepulauan Melayu, yakni antara Pulau Kalimantan
dan juga Pulau Sulawesi dan juga diantara Pulau Bali dan Lombok. Kawasan
garis Wallace ini wesi dan sebagain Nusa Tenggarameliputi beberapa wilayah,
diantara nya sebagai berikut:
 Pulau Sulawesi
 Kepulauan Maluku
 Sumba
 Sumbawa
 Lombok
 Timor
Nah, itulah beberapa kawasan yang berada di dalam atau yang dilalui oleh garis
Wallace ini. Jadi, wilayah- wilayah tersebut merupakan wilayah yang masuk ke
dalam tipe Asiatis ataupun tipe Peralihan. Garis Wallace ini mencakup beberapa
wilayah khusus yang mempunyai hewan- hewan yang khas. Dan diantara wilayah-
wilayah yang telah daerah disebutkan diatas, wilayah yang mempunyai binatang
paling khas adalah Pulau Sulawesi. Beberapa binatang khas Sulawesi ini antara
lain adalah Anoa atau sapi hutan, dan lain sebagainya.

 Kawasan- kawasan yang Berhubungan dengan Garis Wallace


Garis Wallace yang merupakan garis pemisah antara Indonesia bagian barat
dengan Indonesia bagian tengah menurut persebaran flora dan fauna, ternyata
mempunyai beberapa kawasan penting yang berhubungan dengan garis tersebut.
Kawasan- kawasan penting ini berupa paparan benua. Landas benua sendiri
merupakan bagian dari lempeng benua (baca: lempeng tektonik) yang panjangnya
menjulur hingga ke bawah laut. Dengan demikian, kawasan ini ditutupi oleh air
laut. Beberapa paparan benua yang berhubungan dengan garis Wallace antara lain
sebagai berikut:
 Kawasan Paparan Sunda
Kawasan paparan Sunda ini berada di sebelah barat dari garis Wallace. Paparan
Sunda sendiri merupakan lempeng Bumi yang bergerak dari kawasan Oriental
atau benua Asia yang letaknya di sebelah barat Garis Wallace. Garis Wallace
sendiri merupakan garis yang digambar membujur di kawasan yang memisahkan
antara Indonesia bagian barat dengan bagian tengah. Garis Wallace ini bergerak
dari utara ke selatan antara pulau Kalimantan dan juga Sulawesi, serta antara Bali
dan juga Lombok. Menurut keberadaan garis ini, maka kawasan yang merupakan
zona Asiatis adalah adalah Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan juga pulau
Bali.
 Kawasan Paparan Sahul
Di Indonesia, ditemukan lebih dari satu jenis paparan benua. Jika sebelumnya kita
mengenal paparan Sunda, maka yang selanjutnya adalah paparan Sahul. Paparan
Sahul merupakan paparan benua yang berada di sisi timur dari Garis khayal
Wallace. Dengan kata lain, paparan Sahul ini berada di sisi lain dari paparan
Sunda. Paparan Sahul merupakan lempeng bumi yang bergerak dari kawasan
Australesia atau Benua Australia.
 Kawasan Wallacea atau Laut Dalam
Kawasan Wallacea merupakan lempeng Bumi dari pinggiran Asia Timur yang
bergerak di sela- sela garis Wallace dan juga Garis Weber. Kawasan Wallace aini
mencakup pulau Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara dan juga
Kepulauan Maluku. Di kawasan Wallace ini, ditemukan banyak flora serta fauna
endemik (yakni flora dan fauna yang hanya ditemukan di satu tempat yang
bersangkuran dan tidak ditemukan di wilayah lain manapun di dunia). Jadi, di
kawasan Wallcea ini memiliki kedua unsur baik dari kawasan Oriental maupun
Australis. Kawasan Wallace ini juga disebut sebagai zona peralihan. Alfred
Wallace mengemukakan pendapat bahwa laut tertutup es pada zaman es (baca:
hujan es), sehingga tumbuhan serta satwa atau flora dan fauna dari kawasan Asia
dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul menjadi satu di Indonesia. Jika
jenis Asia tetap lebih banyak ditemukan di bagian barat dan jenis Australia di
bagian timur Indonesia, hal ini karena kawasan Wallacea sebenarnya dahulu
merupakan sebuah palung laut yang sangat dalam, sehingga fauna kesulitan untuk
melintasinya dan flora berhenti menyebar.
Nah, itulah beberapa pembagian daerah atau kawasan yang ada hubungannya
dengan garis Wallace ini. Salah satu dari tiga kawasan tersebut juga berhubungan
dengan garis satunya, yakni garis Weber.

Anda mungkin juga menyukai