Anda di halaman 1dari 2

Kehamilan dengan bekas SC

Seorang wanita yang telah menjalani SC sebaiknya tidak hamil selama 2 tahun. Apabila wanitra
hamil setelah mengalami SC, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan.

a. Versi luar tidak boleh dilakukan


b. Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 mingu

Seorang wanita dengan riwayat SC harus melahirkan di rumah sakit besar. Di bagian kebidanan
RSHS pengelolaan persalinan dengan bekas SC adalah sebagai berikut :

1. Apabila SC yang sebelumnya adalah SC klasik maka harus dilakukan SC primer.


2. Apabila sebab SC tetap (seperti panggul sempit absolut), harus dilakukan SC primer.

Bila sebab SC tidak tetap dan persalinannya lancar, wanita diperbolehkan melahirkan
pervaginam dengan ketentuan sebagai berikut :

- Tidak dibenarkan pemakain oksitosin dalam kala I untuk memperbaiki his.


- Kala II harus Wanita dipersingkat:
 Wanita diperbolehkan mengedan 15 menit
 Jika dalam waktu 15 menit ini bagian terendah anak turun dengan pesat, wanita
maka diperbolehkan lagi mengedan selama 15 menit.
- Jika setelah 15 menitkepala tak turun dengan cepat, dapat dilakukan ekstraksi vakum atau
forceps bila syarat-syarat telah dipenuhi.

Perlu ditentukan apakah pasien hamil dengan bekas seksio boleh melahirkan pervaginam atau
tidak. Yang tidak diperkenankan untuk melahirkan pervaginam adalah pasien dengan seksio
korporal, insisi bentuk huruf T, disroporsi sefalo-pelvik, dua kali seksio atau lebih. Bahkan ada
yang beranggapan bahwa dua kali seksio sebelumnya bukan merupakan kontra indikasi untuk
partus pervaginam. Pasien lainnya diperkenankan untuk partus pervaginam. Pasien perlu diberi
penjelasan mengenai kemungkinan gagalnya partus pervaginam dan kemungkinan timbulnya
ruptura uteri sampai kemungkinan melakukan histerektomi. Apabila diputuskan pasien boleh
partus pervaginam dan timbul inersia uteri dalam persalinan penolong akan memperbaiki his atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Oksitosin bukan merupakan kontra indikasi mutlak
untuk perbaikan his pada bekas seksio. Partus ditolong ditempat dengan fasilitas operasi dan
fasilitas transfusi darah. Selama persalinan pasien dipuasakan dan dilakukan pemantauan
elektronik secara kontinu. Tanda ruptur yang penting adalah timbulnya gawat janin terutama
pola denyut jantung janin dengan deselerasi variabel yang berubah menjadi deselerasi lambat
atau bradikardi. Tanda lainnya adalah nyeri pada uterus terutama pada bekas insisi dan
pendarahan pervaginam. Bila tanda ini didapatkan harus segera dilakukan laparotomia.
Augmentasi diputuskan setelah dilakukan penilaian dan konseling pada Beri informasi adanya
peningkatan risiko ruptur uteri dan SS sebanyak 2- 3 x lebih besar pada persalinan yang
dilakukan induksi/augmentasi dibandingkan persalinan spontan. Penilaian serviks serial
dilakukan. dengan teliti dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama untukmeyakinkan
kemajuan pembukaan serviks yang adekuat,sehingga memungkinkan untuk melanjutkan PPVS.
Oksitosin dan fottey catheterbukan merupakan kontraindikasi pada ppvps. Prostaglandin
berhubungan dengan ruptur uteri dan tidak boleh digunakan PPVPS.

Flamm dan Geigerl membuat sistem skoring yang dapat meramalkan keberhasilan PPVPS,
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel Kriteria Flamm-Geigerl untuk prediksi keberhasilan VBAC

Anda mungkin juga menyukai