ABSTRAK
Skabies saat ini telah menjadi penyakit yang menyerang manusia dengan semua tingkat sosial. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan status sosial ekonomi dengan kejadian
Skabies pada santri di Pondok Pesantren. Metode penelitian yang digunakan survei analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu seluruh santri jenjang Diniyah Awaliyah
dan Diniyah Wusto yang berjumlah
rjumlah 51 responden. Analisa Univariat dan analisa Bivariat digunakan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara praktik mandi dengan
kejadian Skabies dengan nilai p value 0,006 (< 0,05). Praktik menjaga kebersihan
kebersihan tangan dan kuku dengan
kejadian Skabies diperoleh nilai p value 0,010 (< 0,05). Praktik menjaga kebersihan pakaian dan handuk
dengan kejadian Skabies diperoleh nilai p value 0,012 (< 0,05). Praktik tukar menukar handuk dan pakaian
dengan kejadian Skabiess diperoleh nilai p value 0,004 (< 0,05). Praktik menjaga kebersihan tempat tidur
dengan kejadian Skabies diperoleh nilai p value 0,039 (< 0,05). Dan hubungan Status sosial ekonomi dengan
kejadian Skabies diperoleh nilai p value 0,021 (< 0,05). Hasil penelitian
penelitian menunjukkan hubungan yang
bermakna antara personal hygiene dan status sosial ekonomi dengan kejadian Skabies pada santri di Pondok
Pesantren Al-Falah
Falah IV Kecamatan Banding Agung Kabupaten OKU Selatan.
ABSTRACT
Scabies has now become a disease that attacks people with all social levels. This study aims to determine the
relationship between personal hygiene and socioeconomic status with the incidence of Skabies at santri in
Pondok Pesantren. The research method used analytical survey using cross sectional approach. The population
of this research is all the students of Diniyah Awaliya
Awaliyahh and Diniyah Wusto level which is 51 respondents.
Univariate analysis and Bivariate analysis were used in this study. The results showed there was a significant
relationship between the practice of bath with the incidence of Scabies with a value of p value
value 0.006 (<0.05).
Practice to keep hand and nail hygiene with incident Scabies obtained p value 0,010 (<0,05). Practice to keep
clean clothes and towel with incident Scabies obtained p value 0,012 (<0,05). The practice of exchange of towels
and clothes with the occurrence of Scabies obtained p value 0,004 (<0,05). The practice of maintaining the
cleanliness of the bed with the incident Scabies obtained p value of 0.039 (<0.05). And the relation of
socioeconomic status with the occurrence of Scabies obtained p value 0,021 (<0,05). The results showed a
meaningful relationship between personal hygiene and socioeconomic status with the incidence of Skabies at
students in Pondok Pesantren Al-Falah
Falah IV District of Banding Agung of OKU Selatan Regency.
How to Cite: Afriani, Berta. (2017). Hubungan Personal Hygiene dan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Pesantren. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (1), 1 – 10.
Skabies Di Pondok Pesantren
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, – 2
Berta Afriani
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Personal Hygiene dan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Skabies
Berdasarkan tabel 1. didapatkan bahwa dari melakukan tukar menukar pakaian dan
51 responden penderita skabies yaitu handuk yaitu sebesar 64,7 %. diketahui
sebesar 37,3 %, lebih kecil dibandingkan bahwa responden yang praktik menjaga
dengan responden bukan penderita skabies kebersihan tempat tidur yang buruk yaitu
sebesar 62,7 %. dari 51 responden praktik sebesar 47,1 % lebih kecil dibandingkan
mandi yang buruk yaitu sebesar 41,2 % praktik menjaga kebersihan tempat tidur
lebih kecil di bandingkan responden yang yang baik sebesar 52,9 %. dari 51
praktik mandinya baik yaitu sebesar 58,8 responden diketahui bahwa status sosial
%. dari 51 responden yang praktik menjaga ekonomi yang rendah yaitu sebanyak 35,3
kebersihan tangan dan kuku yang buruk % lebih kecil dibandingkan status sosial
yaitu sebesar 52,9 % lebih besar ekonomi yang tinggi yaitu sebesar 64,7 %.
dibandingkan dengan praktik menjaga Analisa yang dilakukan untuk melihat
kebersihan tangan dan kuku yang baik yaitu hubungan antara variabel independen
47,1 %. dari 51 responden di dapatkan 43,1 (tingkat pengetahuan dan personal hygiene)
% responden yang praktik menjaga
dan variabel dependen (pengetahuan pada
kebersihan pakaian dan handuk yang buruk anak balita), menggunakan uji statistik chi –
lebih kecil dibandingkan dengan responden square dan sistem komputerisasi dengan
yang praktik menjaga kebersihan pakaian batas kemaknaan α = 0, 05 dan derajat
dan handuk yang baik adalah sebesar 56,9 kepercayaan 95 %. Dikatakan adanya
%. responden yang sering melakukan tukar hubungan bermakna bila p value ≤ 0,05 dan
menukar pakaian sesama teman yang apabila p value > 0,05 maka kedua variabel
sebanyak 35,3 % dari 51 responden lebih tersebut dikatakan tidak ada hubungan
kecil dibandingkan reponden yang tidak bermakna.
Tabel 2
Hubungan Personal Hygiene Dan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren
Kejadian Skabies
Karakteristik Penderita Bukan Penderita % p value
N % N %
Praktik mandi
- Buruk 13 61,9 8 38,1 21 1001 0,006
- Baik 6 20,0 24 80,0 30 00
Praktik Menjaga
Kebersihan Tangan
Dan Kuku 0,010
- Buruk 15 55,6 12 44,4 27 100
- Baik 4 16,7 20 83,3 24 100
Praktik menjaga
kebersihan pakaian
dan handuk 0,012
- Buruk 13 59,1 9 40,9 22 100
- Baik 6 20,7 23 79,3 29 100
Praktik Tukar
Menukar Pakaian
Dan Handuk 0,004
- Ya 12 66,7 6 33,3 18 100
- Tidak 7 21,2 26 78,8 33 100
Praktik menjaga
kebersihan tempat
tidur 0,039
- Buruk 13 54,2 11 45,8 24 100
- Baik 6 22,2 21 77,8 27 100
Status sosial
ekonomi
- Rendah 11 61,1 7 38,9 18 100 0,021
- Tinggi 8 24,2 25 75,8 33 100
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa (2011) dengan hasil ada hubungan yang
santri yang menderita skabies sebesar bermakna antara praktik cuci tangan dan
37,3% hal ini disebabkan karena praktik kuku dengan kejadian skabies di Pesantren
mandi santri yang buruk yaitu suka Kyai Gading Kabupaten Demak dengan p
memakai sabun secara bergantian. Dan value 0,005. Bagi responden yang kurang
dapat pula di sebabkan oleh faktor variabel menjaga kebersihan tangan dan kuku di
yang lain (Praktik menjaga kebersihan sarankan agar santri selalu rajin
tangan dan kuku, praktik menjaga membersihkan tangan dan memotong kuku
kebersihan pakaian dan handuk, praktik seminggu sekali atau sesuai yang
tukar menukar pakaian dan handuk, dan dibutuhkan agar tidak mempercepat
praktik menjaga kebersihan tempat tidur). penularan tungau skabies.
Bagi responden yang terbiasa memakai
Hubungan Praktik Menjaga Kebersihan
secara bergantian diharapkan sebaiknya
Pakaian Dan Handuk Dengan Kejadian
para santri Pondok Pesantren agar tidak
Skabies
saling memakai sabun mandi teman untuk
mencegah terjadi penularan penyakit kulit Berdasarkan analisa univariat menunjukan
skabies dan penyakit kulit lainnya. bahwa 59,1% responden yang buruk dalam
praktik menjaga kebersihan pakaian dan
Hubungan Praktik Menjaga Kebersihan handuk serta 40,9% responden yang baik
Tangan Dan Kuku Dengan Kejadian dalam praktik menjaga kebersihan pakian
Skabies dan handuk.
Berdasarkan hasil penelitian kejadian Dari hasil penelitian mengenai hubungan
skabies hubungan praktik menjaga praktik menjaga kebersihan pakaian dan
kebersihan tangan dan kuku di Pondok handuk dengan kerjadian penyakit kulit
Pesantren menunjukan p value 0,010. Maka skabies di peroleh p value 0,012. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara praktik menjaga yang signifikan antara praktik menjaga
kebersihan tangan dan kuku dengan kebersihan pakaian dan handuk dengan
kejadian skabies. kejadian penyakit kulit skabies. Menjaga
kebersihan pakaian adalah salah bentuk
Dalam penelitian ini terdapat responden
upaya mencegah perkembangbiakan
yang praktik menjaga kebersihan tangan
kuman-kuman, serta memberi rasa nyaman
dan kuku yang baik terkena skabies yaitu
pada diri, serta mencegah terserangnya
16,7%, hal ini dapat disebabkan oleh faktor
penyakit-penyakit kulit Maryunani (2013).
variabel yang lain (Praktik mandi, praktik
menjaga kebersihan pakaian dan handuk, Menjaga kebersihan pakaian dengan baik,
praktik tukar menukar pakaian dan handuk, dapat menurunkan risiko santri untuk
serta praktik menjaga kebersihan tempat terkena skabies. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa pakaian berperan
tidur).
dalam transmisi tungau skabies melalui
Penelitian ini sejalan dengan teori Adhi kontak tak langsung sehingga
(2008) bahwa tingkat kebersihan tangan mempengaruhi kejadian skabies.
dan kuku yang buruk adalah salah satu
faktor penularan skabies ke daerah tubuh Penelitian ini sejalan dengan penelitian
lainya, karena kebiasaan responden yang yang dilakukan oleh Afriniza (2011)
menggaruk daerah kulit yang terkena hubungan antara praktik menjaga
kebersihan pakaian dengan kejadian skabies
skabies.
didapat nilai-p sebesar 0,000 (p < 0,05)
Hasil penelitian ini sejalan dengan maka secarastatistik ada hubungan yang
penelitian yang dilakukan oleh Afriniza signifikan antara praktik kebersihan
menjaga pakaian dengan kejadian skabies. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa santri penelitian Muslih (2012) bahwa kebiasaan
yang tidak menjaga kebersihan pakaiannya ganti pakaian dengan hasil analisa p value
dengan baik mempunyai risiko untuk 0.005 artinya ada hubungan yang signifikan
menderita skabies dibanding dengan santri antara Praktik tukar menukar pakaian dan
yang menjaga kebersihan pakaiannya handuk dengan kejadian skabies pada santri
dengan baik. Maka sangat disarankan agar di Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten
santri selalu tetap menjaga kebersihan Tasikmalaya.
pakaiannya terutama santri yang terkena
skabies. Hubungan Menjaga Kebersihan Tempat
Tidur Dengan Kejadian Skabies
Hubungan Tukar Menukar Pakian Dan Berdasarkan analisa univariat menunjukan
Handuk Dengan Kejadian Skabies bahwa 47,1% responden yang memiliki
Hasil analisa univariat menunjukan bahwa praktik menjaga kebersihan tempat tidur
35,3% responden yang melakukan praktik yang baik dan 52,9% responden memiliki
tukar menukar pakaian dan handuk dan praktik menjaga kebersihan tempat tidur
64,7% responden yang tidak melakukan yang buruk. Hasil bivariat menunjukan p
praktik tukar menukar pakaian dan handuk. value 0,039. Maka dapat disimpulkan
Hasil bivariat menunjukkan adanya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
hubungan antar praktik tukar menukar praktik menjaga kebersihan tempat tidur
pakaian dan handuk diperoleh p value dengan kejadian penyakit kulit skabies di
0,004. Maka dapat disimpulkan bahwa ada Pondok Pesantren. Hal ini sesuai dengan
hubungan yang signifikan antara praktik teori yang menyebutkan bahwa transmisi
tukar menukar pakaian dan handuk dengan tungau biasanya terjadi melalui kontak
kejadian penyakit kulit skabies. langsung misalnya tidur bersama dengan
penderita skabies, atau juga bisa melalui
Dalam penlitian ini diketahui bahwa 66,7% kontak tak langsung melalui sprei, sarung
responden yang melakukan praktik tukar bantal dll.
menukar yang penderita skabies dan 33,3%
responden yang melakukan tukar menukar Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Agsa Sajida, 2012 di Kelurahan
namun bukan penderita skabies hal ini
denai Kecamatan Medan Denai. Secara
desebabkan jika praktik tukar menukar
statistik dapat dibuktikan pada uji chi
pakaian akan mempengaruhi kejadian
square dengan nilai p=0,025 (p<0,05)
skabies apabila tukar menukar pakaian
menunjukkan kebersihan tempat tidur dan
terjadi antara penderita skabies dengan
yang tidak menderita skabies, sehingga sprei mempunyai hubungan signifikan
pakaian dapat menjadi media transmisi dengan keluhan penyakit kulit pada
tungau sarcoptes scabiei untuk berpindah respoden.
tempat. Apabila tukar menukar pakaian Dari hasil Penelitian responden yang buruk
dilakukan oleh sesama santri yang tidak dalam menjaga kebersihan tempat tidur
menderita skabies danmemiliki praktik terkena skabies yaitu sebesar 54,2% hal ini
menjaga kebersihan pakaian yang baik disebabkan karena responden sering tidur di
tentu penularan skabies tidak terjadi. tempat tidur teman dan sering tidur
Hal ini sesuai dengan teori Ananto, 2006. bersama-sama. Dan responden yang baik
Menyebutkan bahwa handuk yang dipakai dalam menjaga kebersihan tempat tidur
terkena skabies hal ini dapat disebabkan
oleh santri secara bergantian dapat menjadi
media transmisi tungau sarcoptes scabiei oleh faktor variabel yang lain (praktik
untuk berpindah tempat dan menyebabkan mandi, praktik menjaga kebersihan tangan
terjadinya penularan secara tak langsung. dan kuku, Praktik menjaga kebersihan
pakaian dan handuk, praktik tukar menukar judul “Faktor Risiko yang Berhubungan
pakaian dan handuk). Dengan Kejadian Skabies”. Dengan hasil
Penelitian ini sesuai dengan teori yang statistik menunjukan ada hubungan antara
menyebutkan bahwa transmisi tungau Status Ekonomi Dengan Kejadian Skabies
biasanya terjadi melalui kontak langsung yaitu p value = 0,042.
misalnya tidur bersama dengan penderita KESIMPULAN DAN SARAN
skabies, atau juga bisa melalui kontak tak Berdasarkan hasil penelitian yang telah
langsung melalui sprei, sarung bantal dll. dilakukan, maka peneliti dapat menarik
Maka dari itu di sarankan agar santri tidak kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
sering melakukan atau tidur ditempat tidur signifikan antara kejadian Skabies dengan
teman dan rajinlah dalam membersihkan praktik mandi yang buruk, praktik menjaga
tempat tidur, karena bersih adalah sebagian
kebersihan tangan dan kuku, praktik
dari iman. menjaga kebersihan pakaian dan handuk,
praktik tukar menukar pakaian dan handuk,
Hubungan Status Sosial Ekonomi
dan praktik menjaga kebersihan tempat
Dengan Kejadian Skabies
tidur.
Dari hasil analisa univariat menunjukan
bahwa responden yang berstatus ekonomi Kejadian Skabies pada responden dengan
rendah yaitu 35,3% lebih kecil status Sosial Ekonomi rendah dikarenakan
dibandingkan dengan responden yang kurang terpenuhinya sarana prasarana
berstatus sosial ekonomi tinggi yaitu Personal Hygiene, sehingga terpaksa
sebesar 64,7%. meminjam atau meminta kepada sesama
teman santrinya, disinilah kunci penularan
Berdasarkan hasil analisa bivariat mengenai skabies pada santri Pondok Pesantren.
kejadian skabies dengan status sosial
ekonomi di peroleh p value 0,021. Maka Saran yang dapat diberikan berdasarkan
dapat di simpulkan bahwa ada hubungan hasil penelitian adalah perlunya
yang signifikan antara status sosial ekonomi dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang
dengan kejadian skabies. skabies untuk meningkatkan kesadaran
santri dalam menjaga kebersihan diri agar
Dalam penelitian ini diketahui bahwa terhindar dari skabies dan penyakit kulit
61,1% responden yang berstatus sosial lain serta menciptakan rasa nyaman pada
ekonomi rendah terkena skabies, hal ini di diri.
sebabkan oleh kurang terpenuhinya
kebutuhan sarana dan prasana persoanal Kerjasama dengan puskemas setempat dan
hygiene sehingga terpaksa santri memakai pembentukan UKS (Unit Kesehatan
atau meminjam kepada sesama temannya Sekolah) perlu dilaksanakan untuk
maka disinilah kunci terjadinya penularan meningkatkan derajat kesehatan para santri.
Selain itu dibutuhkan peran serta guru atau
tungau scabie/skabies. Dan 24,2%
responden yang berstatus sosial tinggi yang ustadz dalam memberikan informasi yang
terkena skabies, hal ini disebabkan oleh berkaitan dengan kebersihan diri agar dapat
mewujudkan perilaku hidup bersih dan
kurangnya kesadaran responden terhadap
personal hygiene. Hal ini sejalan dengan sehat pada santri.
teori Adhi (2008) yang mengatakan bahwa
salah satu faktor yang menunjang terjadinya
penyakit skabies adalah salah satunya sosial
ekonomi yang rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Wulandari (2011) dengan