Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

DENGAN DEMAM TIPOID DAN DENGUE HEMORAGIC FEVER

DI RUANG VI RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Christiana Irma Kusumawardani

0902012

PROGRAM STUDY S-1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini sudah diteliti dan disetujui oleh


Pembimbing Laboratorium Klinik STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta

Yogyakarta, Januari 2012

Pembimbing Klinik I, Pembimbing Klinik II,

(Dewi Purnasiwi, S.Kep., Ns.) (Endarwati S., AMK.)

Pembimbing Akademik,

(Isnanto, S.Kep., Ns.)


BAB I
LANDASAN TEORI DEMAM TIFOID

A. Medis
1. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer
di distal ileum.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-
kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya.
(Samsuridjal D dan heru S, 2003)

2. Anatomi Dan Fisiologi


Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

1
2

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas


jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-
2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
3

3. Penyebab

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai


oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang
dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan
kematian.
(Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C.
(Arjatmo Tjokronegoro, 1997)
4

4. Patofisiologi

Basil Salmonela
Host Carrier
Typhii

Makanan dan Minuman vektor


yang Terkontaminasi

Tertelan

Usus Lambung

Inflamasi Infeksi kelenjar Gangguan


limfe interstisial
Sel darah putih
mengalir melalui Ulkus
Peningkatan
pembuluh darah
asam lambung

Perdarahan
Anemia
Neotrofil dan monosit usus Anoreksia
memfagisit M.O
Perforasi Kurangnya
Peningkatan hipotalamus usus Intake in kebutuhan
kesel point adekuat nutrisi

Meningkatnya Kurangnya
hipertermi peritonitis
suhu tubuh kebutuhan
cairan tubuh

(Rahmad Juwono, 1996)


5

5. Gejala Klinis
a. Gejala klinis secara garis besar terdiri dari:
1) Demam satu minggu/lebih,
2) Terdapat gangguan saluran pencernaan
3) gangguan kesadaran.
b. Dalam minggu pertama:
Keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti:
1) Demam
2) Nyeri kepala
3) Anoreksia
4) Mual
5) Muntah
6) Diare
7) Konstipasi
8) Suhu badan yang meningkat.
c. Pada minggu kedua:
Maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas berupa:
1) Demam remiten
2) Lidah tifoid
Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan.
3) Pembesaran hati dan limpa
4) Perut kembung
5) Gngguan kesadaran dari ringan sampai berat.
d. Gejala lain:
1) Roseola
Bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit.
(Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
6

Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh


meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir
minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik.
(Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

Menurut angka kejadian yang dialami oleh pasien dengan


typoid dapat dibagi sebagai berikut:
Keluhan: Angka kejadian
Nyeri kepala (frontal) 100%
Kurang enak di perut 50%
Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
Berak-berak 50%
Muntah 50%
Gejala: Angka kejadian
Demam 100%
Nyeri tekan perut 75%
Bronkitis 75%
Toksik 60%
Letargik 60%
Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)

Ciri-ciri khas dalam demam typoid dapat dibagi berdasarkan lama


pasien menderita demam (perminggu)
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam hari
b. Minggu II : Demam terus
c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur

6. Pemeriksaan Penunjang
7

a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap


Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau
kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam
Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
1) Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari
tubuh bakteri
2) Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari
flagela bakteri
3) Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari
simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid.
(Widiastuti Samekto, 2001)

7. Penatalksanaan
8

a. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari,


dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas
panas
b. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
c. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
d. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama
2 minggu
e. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100
cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
f. Golongan Fluorokuinolon
1) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
2) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
3) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
4) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
5) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
g. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001)

8. Komplikasi
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,
bronkopneumonia, hepatitis.
(Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada
1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama
stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu
tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung. Pneumonia
sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali
9

sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella.


Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis
septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan
osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati.
(Behrman Richard, 1992)

9. Pencegahan
a. Usaha terhadap lingkungan hidup :
1) Penyediaan air minum yang memenuhi
2) Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
3) Pemberantasan lalat.
4) Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
b. Usaha terhadap manusia.
1) Imunisasi
2) Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi
personal hygiene.
(Mansjoer, Arif 1999).

B. Keperawatan
10

1. Pengkajian
a. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,
tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
b. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit yang lainnya.
f. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.

2) Nutrisi dan metabolism


11

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama


sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan
fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
4) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau
sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan
mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat
diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.

10) Pola hubungan interpersonal


12

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan


interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien
akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan
ibadahnya akan terganggu.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,
pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema,
pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah,
fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan
tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat
pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak,
akral hangat.
7) Sistem eliminasi
13

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,


produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,
dalam penderita penyakit thypoid.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit demam tipoid,
peningkatan metabolisme dan proses infeksi.
b. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
c. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
d. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang tidak
adekuat
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring/imobilisasi,
pembatasan aktivitas.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pengobatan,
intoleransi aktifitas/kelemahan
g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat
total
3. Rencana Keperawatan

NO DX KEP. TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1. Hipertermi b.d penyakit Setelah dilakuakn tindakan 1. Fever Treatment
demam tipoid, peningkatan keperawatan selam 1x24 jam a. Monitor temperatur dengan tepat
metabolisme dan proses diharapakan suhu tubuh pasien b. Monitor cairan yang hilang
infeksi. dapat menurun dengan criteria c. Monitor temperatur dan warna kulit
hasil: d. Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan dengan tepat
1. Temperatur 36,5-37,5°C e. Monitor penurunan tingkat kesadaran
2. Tidak sakit kepala f. Monitor intake output
3. Tidak sakit otot g. Monitor abnormalitas elektrolit
4. Tidak ada perubahan warna h. Catat pemberian antipiretik dengan tepat
kulit i. Monitor WBC, Hb dan Hct
5. Nadi 60-100 x/menit j. Catat pemberian caitan melalui IV
6. Pernapasan 16-24 x/menit
7. Melaporkan kenyamanan

Skala :
1. Never demonstrated
2. Earely demonstrated
3. Sometimes demonstrated
4. Often demonstrated
5. Consistently demonstrated
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri
dengan injuri biologis keperawatan selama 2x24 jam a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi,
diharapkan nyeri yang diaami karakteristik dan onset, durasi, frekwensi dan kualitas)
pasien dapat menurun dengan b. Observasi isyarat-isyarat non verbal klien terhadap
criteria hasil: ketidaknyamanan

14
1. Mengenal faktor-faktor c. Berikan analgetik sesuai anjuran
penyebab nyeri d. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
2. Mengenal onset nyeri mengeksperesikan nyeri
3. Melakukan tindakan e. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas
pengontrolan non analgetik hidup : pola tidur, nafsu makan, mood, pekerjaan,
4. Menggunakan analgetik tanggung jawab, relationship.
5. Melaporkan gejala-gejala f. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
kepada tim kesehatan g. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
6. Mengontrol nyeri nyeri yang telah digunakan
h. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Skala : i. Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab,
1 : Tidak pernah dilakukan berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan
2 : Jarang dilakukan j. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
3 : Kadang-kadang dilakukan mempengaruhi respon pasien terhadap
4 : Sering dilakukan ketidaknyamanan
5 : Selalu dilakukan k. Ajarkanpenggunaan teknik non farmakologis
l. Tingkatkan istirahat/tidur yang cukup
m. Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian analgetik
a. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum pengobatan
b. Berikan obat dengan 5 prinsip benar
c. Cek riwayat alergi obat
d. Libatkan pasien dalam pemilihan analgetik yang akan
digunakan
e. Pilih analgetik secara tepat/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
f. Minitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah

15
pemberian analgetik
g. Monitor reaksi obat dan efek samping obat.
h. Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik
dan efek sampingnya
i. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik.
3 Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pertahankan keakuratan catatan asupan dan
cairan berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam haluaran
kurangnya intake cairan, dan diharapakan kebutuhan caiaran 2. Tingkatkan asupan oral
peningfkatan suhu tubuh. pasien dapat terpenuhi. Yang 3. Berikan penyuluhan kepada pasien mengenai kebutuhan
ditandai dengan: cairan yang dibutuhkan
1. Hidrasi adekuat (4) 4. Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi.
Sesuai dengan berat
tubuh pasein
2. Frekuensi nadi dan irama
nadi (4)
3. Kewaspadaan mental dan
orientasi kognitif (5)
4. Ketidakseimbangan nutrisi : Seteah dilakuakn tindakan 1. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 a. Catat jika klien mempunyai alergi makanan
b.d kurangnya intake makanan jam diharapkan status b. Batasi makanan manis
yang tidak adekuat nutrisi pasien menujukan: c. Buat jadual pemberian diit untuk klien
d. Anjurkan makanan dengan komposisi yang seimbang
1. Intake nutrisi dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai
2. Intake dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
makanan/minuman 1) Sesuaikan jumlah kalori dengan pertumbuhan,
3. Energi status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani
4. Massa tubuh untuk mencapai dan memper tahankan berat badan

16
5. BB idaman.
6. Ukuran biochemikal e. Timbang BB secara teratu
Skala : f. Lakukan oral higiene, jika perlu
1 : Extremely compromised
2 : Substantially compromised 2. Monitor Nutrisi
3 : Moderately compromised a. Monitor mual, muntah, diare, konstipasi
4 : Mildly compromised b. Monitor suasana lingkungan selama makan
5 : Not compromised c. Jadualkan pengobatan dan tindakan di luar jam makan
d. Amati gejala-gejala yang terjadi selama makan

3. Terapi Nutrisi
a. Pasang NGT, kelola, jika perlu
b. Beri obat sesuai order untuk mengatasi mual, muntah,
diare atau konstipasi
5. Intoleransi aktivitas b.d tirah Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Aktivitas
baring/immobilisasi, keperawatan selama 3x24 jam a. Tentukan perjanjian untuk meningkatkan
pembatasan aktivitas. diharapkan Activity Tolerance frekuensi/rentang aktivitas
menunjukan hasil: b. Motivasi untuk melakukan aktivitas yang diselingi
1. Saturasi oksigen dalam periode istirahat
batas normal (dbn) selama c. Motivasi klien dan bantu untuk melakukan latihan
berespon terhadap aktivitas dengan periode waktu yang ditingkatkan secara
2. HR, RR, BP dbn selama bertahap
aktivitas
3. Peningkatan toleransi
4. Berjalan
5. Pemenuhan ADL
6. Kemampuan
mengungkapkan perasaan

17
selama latihan 2. Manajemen Energi
Skala : a. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi
1 : Extremely compromised adekuat
2 : Substantially compromised b. Tawarkan diit tinggi kalori, tinggi protein
3 : Moderately compromised c. Beri suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
4 : Mildly compromised d. Tentukan periode istirahat dan aktivitas
5 : Not compromised
6 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Aktivitas Terapi :
pengobatan dan intoleransi keperawatan selam 3x24 jam a. Observasi respon terhadap aktivitas
aktifitas/kelemahan. diharapkan Energi konservatif b. Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans
menunjukan hasil: seperti stres, efek samping obat
1. Keseimbangan aktivitas dan c. Rencanakan periode istirahat di antara waktu bekerja
istirahat d. Anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai kemampuan
2. Mengunakan teknik energi pasien
konservatif e. Berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi
3. adaptasi gaya hidup sesuai f. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang
tingkat energy berlebihan saat melakukan aktivitas harian
4. Pelihara nutrisi adekuat
Skala :
1. Not at all
2. To a alight extent
3. To a moderate extent
4. To a great extent
5. To a very great extent
7 Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakuakn tindakan 1. Self Care Assistence
kelemahan, istirahat total keperawatan selam 3x24 jam a. Bantu ADL klien selagi klien belum mampu mandiri
diharpkan Self Care : Activities b. Pahami semua kebutuhan ADL klien
Daily Living (ADL) menunjukan c. Pahami bahasa-bahasa atau pengungkapan non verbal

18
hasil: klien akan kebutuhan ADL
1. Makan d. Libatkan klien dalam pemenuhan ADLnya
2. Berpakaian e. Libatkan orang yang berarti dan layanan pendukung
3. Toileting bila dibutuhkan
4. Mandi f. Gunakan sumber-sumber atau fasilitas yang ada untuk
5. Berhias mendukung self care
6. Higiene g. Ajari klien untuk melakukan self care secara bertahap
7. Kebersihan mulut h. Ajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan
8. Ambulasi : kursi roda mobilisasi secara aman (lakukan supervisi agar
9. Ambulasi : berjalan keamnanannya terjamin)
10. Berpindah i. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan self care
di RS
Skala : j. Beri reinforcement atas upaya dan keberhasilan dalam
1 : Tergentung, tidak ada melakukan self care
partisipasi
2 : Memerlukan bantuan orang
dan alat
3 : Memerlukan bantuan orang
4 : Tidak tergantung, dengan
bantuan alat
5 : Tidak tergantung
sempurna/mandiri

19
BAB II

LANDASAN TEORI

DENGUE HAEMORAGIC FEVER/ DHF

A. Medis
1. Pengertian
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus,
terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang menyebabkan kematian.
(Hiswani 2003)
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina).
(Christantie Effendy, 1995)

2. Anatomi Fisiologi
Trombosit adalah sel anuclear (tidak mempunyai nukleus pada
DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3
µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit
(en:megakaryocyte) pendahulunya. Keping darah tersirkulasi dalam
darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang
menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah
keping darah yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan
jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. trombosit
memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti,
berukuran lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila
tersentuh benda kasar.

20
21

Trombosit berjumlah 250.000 samapai 4000.000 per


milimeterkibik. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang
berhasal dari megakariosit dalam sumsum tulang.

a. Struktur. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah


merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan
proses koagulasian darah.
b. Fungsi. Trombosit berfungsi dalam hemostasis ( penghentian
perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.
c. Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah melibatkan suatu
proses yang cepat
1) Vasokontriksi pembuluh darah. Jika pembuluh darah
terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan
serotonoi dan tromboksan A2 (prostagladin), yang
menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkontraksi. Hal ini pad awalnya akan mengurangi darah
yang hilang
2) Sumbatan trombosit
a) Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan
menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh
darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit
b) Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi
trombosit lain,sehingga mengakibatkan agregasi
trombosit untuk membentuk sumbat
3) Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan
trombosit mampu menghentikan perdarahan
22

4) Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat


mengurangi perdarahan,sampai proses pembekuan
terbentuk
5) Pembekuan darah. Kerusakan pada pembuluh darah akan
mengaktifkan protrombin aktivator. Protrombin aktivator
mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin dengan
bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk
merubah fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion
kalsium. Fibri berjalan dalam segala arah dan menjerat
trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan
darah.
d. Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme
1) Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor
eksternal pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang
rusak atau pembuluh darah, akan melepas tromboplastin
(membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin
activator
2) Mekanisme intrinsik. Untuk mengaktivasi protrombin
melibatkan 13 faktor pembekuan, yang hanya ditemukan
dalam darah.
3) Pembentukan jaringan ikat. Setelah pembekuan terbentuk
akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan
darah untuk menutup luka secara permanen.
e. Penguraian bekuan darah
1) Segera setelah terbentuk bekuan akan beretraksi (menyusut)
akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit. Jaring-
jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permukaan yang
terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan
kerangka kerja untuk perbaikan jaringan

2) Bersamaan dengan retraksi bekuan,suatu cairan yang


disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma
darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat
dalam mekanisme pembekuan.
23

f. Sumber faktor-faktor pembekuan


1) Hati, mensintesis sebagian besar faktor
pembekuan,sehingga berperan paling penting dalam
pembekuan darah. Penyakit hati yang menggangu sintesis
hati dapat menimbulkan kesulitan pembekuan.
2) Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan
faktor pembekuan lainya dalam hati. Absorpsi vitamin ini
dari usus bergantung pada garam empedu yang diprodusi
hati. Sumbatan pada saluran empedu maka kemapuan untuk
membenuk bekuan akan berkurang.
g. Pencegahan terjadinya bekuan pada pembuluh yang tidak
cedera.
1) Antikoagulan, antitrombin dan heparin yang ada dalam
sirkulasi darah menghalangi pembekuan. Heparin yang
disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin.
Antitrombin kemudian menghalangi kerja trombin terhadap
fibrinogen.
2) Lapiasan endotel halus pada pembekuan darah menolak
trombosit dan faktor-faktor koagulasi
3) Protasiklin adalah sejenis prostagladin yang menghambat
agresi trombisit
h. Abnormalitas pembekuan
1) Bekuan yang abnormal disebut trombus. Trombus yang
terlepas dan ikut dalam aliran darah disebut embolus.
Kedua jenis bekuan ini dapat menyubat aliran darah.
2) Pembuluh dengan permuakaan kasar akibat plak-plak
kolestrol (arterosklerosis), mungkin akan menangkap
trombosit untuk mulai pembekuan.
Aliaran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi
tromboplastin. Karena aliaran darah menurun setara dengan
immobilitas,maka pasien tirah baring lama harus sering digerakan atau
bergerak

3. Etiologi
a. Virus dengue
24

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke


dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus.
(Soedarto, 1990).
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yanglainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus
merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada
orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan
di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air
bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah
(Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan
genangan air bersih alamilainnya ( Aedes Albopictus ). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
(Soedarto, 1990).
25

c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus
dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih
dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virusdengue
untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990).

4. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi 4 derajat:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas
2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,
perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( > 120 mmHg ),
tekanan darah menurun.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
26

(Menurut WHO, 1986)

5. Faktor resiko
a. Lingkungan yang bersuhu panas (tropis)
b. Keluarga yang pernah terjangkit virus dengue
c. Orang yang pernah terjangkit DBD

(Hiswani, 2003)
DHF/DBD

6. Patofisiologi
Viremia

Demam Sakit Kepala Mual Nyeri otot Pembesaran


petekhie kel. Getah
bening
Trombositope Pembesaran Hepatomegali Hiperemia
nia Limfa
(splenomegali)

Vaskulitis Reaksi
Imunologis

Permeabilitas vascular meningkat


(dinding kapiler)

Kebocoran Hemokonsentrasi (peningkatan HCT>20%)


Plasma
Hipoproteinemia

Hiponatremia

Efusi Serosa

Hipovolume Peningkatan reabsorpsi air dan Na oleh


ginjal dan penurunan ekskresi Na urine serta
peningkatan osmolalitas
(Noer, M,1996)

Syok Hipoksi DIC Pendarahan


Jaringan masif

Asidosis
Metabolik
27

7. Tanda Dan Gejala


a. Panas tinggi mendadak terus menerus selama 2-7 hari, sakit kepala
pusing, nyeri otot, mual dan muntah , tampak lemah dan lesu, suhu
badan antara 38-40 derajat celcius atau lebih.
b. Muncul bintik-bintik merah pada kulit , seperti bekas gigitan
nyamuk disebebkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit serta
menurunnya sel darah pembeku (trombosit). Untuk
membedaannya, kulit di regangkan dan di tekan tidak mau hilang,
Bila bintik bintik merah itu hilang berarti bukab DBD.
c. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang
positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia
dan purpura.
( Soedarto, 1990)
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
(Nelson, 1993).
Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut
yang hebat.
(Ngastiyah, 1995).
d. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada
saat awal panas yang berupa ~flushing~ yaitu berupa kemerahan
pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada
hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak
pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam yang seperti campak
ini hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga
memberi bentuk spesifik seperti kaos tangan/kaki.
e. Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung ( mimisan ) dan gusi
berdarah.
f. Mungkin terejadi muntah darah atau berak darah.
g. Bila tidak diobati, penderita penderita akan mengeluh nyeri ulu
hati, karena terjadi pendarahan dilambung
h. Hepatomegali
28

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun


pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di
perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
i. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
( Soedarto, 1990)
j. Bila sudah parah penderita kan gelisah, ujung tangan dan kaki
dingin berkeringat. Bila tidak segera di tolong di Rumah sakit
dalam 2-3 hari dapat meninggal dunia.
( Soedarto, 1990)

8. Test Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah
a) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b) Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c) Masa pembekuan normal ( 10-15 )
d) Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )

2) Kimia darah :
a) Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia
c) Hipokalemia
d) SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
e) Ureum meningkat.

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan


hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai
hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila
hematokrit pada masa konvalesen.
29

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai


adanya trombositopenia dan hemokon
sentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat
diagnosis DHF dengan tepat.Juga dijumpai leukopenia yang
akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada
saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama
kali.
3) Urine
a) Albuminurial ringan
4) Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari
ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali
normal.
5) Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara
haema glutination inhibition tes (HI test) atau dengan uji
pengikatan komplemen (complement fixation test/CFT)
diambil darah vena 2-5 ml)

6) Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
7) USG
Hematomegali – Splenomegali.
(Noer, M, 1996)

9. Komplikasi
a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti
pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati.
Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan
kematian.
b. Ensepalopati.
30

c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.


d. Disorientasi
e. Shock atau renjatan.
f. Effuse pleura.
( Soedarto, 1990)

10. Penularan
a. Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina
b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu
menggigit/menghihisap darah orng yang sakit DBD atau orang
yang tidak sakit DBD tetapi didalam darahnya terdapat virus
dengue.
c. Orang yang mengandung Virus dengue tetapi tidak sakit,dapat
pergi kemana-mana dan menularkan Virus ini kepada orang lain di
tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti
d. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar
keseluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.
e. Bila nyamuk tersebut menggigit / menghisap darah orang lain virus
ini akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
f. Bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-
anak), maka virus ini akan menyerang sel pembeku darah dan
merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler).Akibatnya terjadi
pendarahan dan kekurangan cairan yang ada dalam pembuluh darah
orang itu.
g. Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengeu,
seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.
h. Dalam darah manusia, Virus dengue akan mati dengan sendirinya
dalam waktu kurang dari 1 minggu.

(Hiswani. 2003)

11. Pencegahan
a. Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat
sedikit terdapatnya kasus DHF.
31

2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan


vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan
kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah
penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah
penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah
berpotensi penularan tinggi.
b. Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1) Menggunakan insektisida.
Lazimnya digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos
(abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih,
dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %
per 10 liter air.
2) Tanpa insektisida
Caranya adalah :
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan
air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk
lamanya 7 – 10 hari).
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol
pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
(Hiswani. 2003)
12. Epidemiologi
Penyakit DHF ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama
di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik
maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa DHF
terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur
sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam hal
32

kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak (KLB,


Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan
berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan
dengan aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim
penghujan. Penularan penyakit DHF antar manusia terutama
berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan
dengan morbiditas dan mortilitasnya, DHF disebut sebagai the
mosquito transmitted disease.
Di wilayah pengawasan WHO Asia Tenggara, Thailand merupakan
Negara peringkat pertama yang melaporkan banyak kasus DHF yang
dirawat di rumah sakit. Sedangkan di Indonesia termaksud peringkat
kedua berdasarkan jumlah kasus DHF yang dilaporkan. Penyakit DHF
pertama kali dikenali di Filipina pada tahun 1953. Diisolasi dari pasien
di Filipina pada tahun 1956, 2 tahun kemudian virus dengue dari
berbagai tipe diisolasi dari pasien selama endemik di Bangkok,
Thailand. Selama tiga dekade berikutnya, DBD/DSS ditemukan di
Kamboja, Cina, India, Indonesia, Masyarakat Republik Demokratis
Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilanka, Vietnam
dan beberapa kelompok kepulauan Pasifik.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terbentang
diantara 6° Lintang utara dan 11° Linang selatan dengan iklimnya yang
tropik, terjadinya epidemi suatu penyakit di Batavia (Jakarta) yang
kemungkinan besar adalah dengue dilaporkan pertama kali oleh David
Beylon pada tahun 1779. Penyakit tersebut, yang ketika itu terutama
menyerang etnis Thionghoa, ditandai dengan demam, sakit kepala,
nyeri retro-orbital, nyeri punggung, nyeri persendian dan nyeri otot.
KLB pertama penyakit ini terjadi di Jakarta dan Surabaya pada tahun
1968 dengan ditemukannya 54 kasus dan 24 (44%) kasus diantaranya
meninggal dunia. Setelah itu, jumlah kasus akibat terinfeksi virus
dengue yang dilaporkan meningkatsecara tajam. KLB penyakit ini
dilaporkan terutama menyerang daerah urban. Pada tahun 1994,
penyakit akibat infeksi virus dengue ini telah menyebar ke seluruh
33

propinsi di Indonesia dan bahkan sejak tahun 2001 telah menjadi suatu
penyakit endemik di beberapa kota besar dan kecil, bahkan di daerah
pedesaan.
Angka kesakitan dan kematian DHF di berbagai negara sangat
bervariasi dan tergantung pada berbagai macam faktor, seperti status
kekebalan dari populasi, kepadatan vektor dan frekuensi penularan
(seringnya terjadi penularan virus Dengue), prevalensi sero tipe virus
dengue dan keadaam cuaca.

13. Penatalaksanaan
a. Medik
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan )
untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75
mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada
anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b. Keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3) Observasi intik output
4) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi
tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam
beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
5) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti
nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria
dan sakit perut, beri infus.
34

6) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler,
beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan
thrombocyt.
c. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
d. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres

(Nelson WE, 2000)

B. Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil yang mungkin di dapat saat pengkajian :.
a) Data subyektif
1) Lemah.
2) Panas atau demam.
35

3) Sakit kepala.
4) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Nyeri pada otot dan sendi.
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi (sembelit).
b) Data obyektif
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),
epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada epigastrik.
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin,gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
c) Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.

d) Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia,


aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3) Waktu perdarahan memanjang.
4) Asidosis metabolik.
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
36

2. Diagnosa Keperawatan
a) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
b) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
d) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
e) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh.
g) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan
infus).
h) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
i) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk
dan perdarahan yang dialami pasien.
3. Rencana Keperawatan

No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional


1 Peningkatan suhu tubuh Setelah dilakuakan 1. Kaji saat 1. untuk
berhubungan dengan proses penyakit tindakan keperawatan timbulnya mengidentifikasi
(viremia). selama 1x24 jam demam. pola demam pasien.
diharapkan suhu tubuh
pasien menurun ditandai 2. Observasi tanda 2. tanda vital
dengan vital (suhu, merupakan acuan
1. Suhu tubuh normal (36 nadi, tensi, untuk mengetahui
– 370C). pernafasan) keadaan umum
2. Pasien bebas dari setiap 3 jam. pasien.
demam. 3. Anjurkan pasien 3. Peningkatan suhu
untuk banyak tubuh mengakibatkan
minum (2,5 penguapan tubuh
liter/24 jam.±7) meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang banyak.
4. Berikan 4. Dengan vasodilatasi
kompres hangat. dapat meningkatkan
penguapan yang
mempercepat
penurunan suhu
tubuh.

37
5. Anjurkan untuk 5. pakaian tipis
tidak memakai membantu
selimut dan mengurangi
pakaian yang penguapan tubuh.
tebal.
6. Berikan terapi 6. pemberian cairan
cairan intravena sangat penting bagi
dan obat-obatan pasien dengan suhu
sesuai program tinggi.
dokter.
2 Nyeri berhubungan dengan proses Setelah dialkuakan 1. Kaji tingkat 1. untuk mengetahui
patologis penyakit. tindakan keperawatan nyeri yang berapa berat nyeri
selama 1x24 jam dialami pasien yang dialami pasien.
diharapkan Rasa nyaman 2. Berikan posisi 2. Untuk mengurangi
pasien terpenuhi. Dengan yang nyaman, rasa nyeri
criteria hasil: usahakan situasi
Nyeri berkurang atau ruangan yang
hilang. tenang.
3. Alihkan 3. Dengan melakukan
perhatian pasien aktivitas lain pasien
dari rasa nyeri. dapat melupakan
perhatiannya
terhadap nyeri yang
dialami.
4. Berikan obat- 4. Analgetik dapat
obat analgetik menekan atau
mengurangi nyeri
pasien.

38
3 Gangguan pemenuhan kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan 1. Untuk menetapkan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan mual, sakit cara mengatasinya.
berhubungan dengan mual, muntah, selama 2x24 jam menelan, dan
anoreksia. diharapkan kebutuhan muntah yang
nutrisi pasien terpenuhi, dialami pasien.
dengan criteria hasil: 2. Kaji cara / 2. Cara menghidangkan
1. pasien mampu bagaimana makanan dapat
menghabiskan makanan mempengaruhi nafsu
makanan sesuai dihidangkan. makan pasien.
dengan posisi yang 3. Berikan 3. Membantu
diberikan makanan yang mengurangi
/dibutuhkan. mudah ditelan kelelahan pasien dan
2. Hasil HB dan Hct seperti bubur. meningkatkan
dalam batas asupan makanan .
normal 4. Berikan 4. menghindari mual.
makanan dalam
porsi kecil dan
frekuensi
sering.
5. Catat jumlah / 5. Untuk mengetahui
porsi makanan pemenuhan
yang dihabiskan kebutuhan nutrisi.
oleh pasien
setiap hari.

39
6. Berikan obat- 6. Antiemetik
obatan membantu pasien
antiemetik mengurangi rasa
sesuai program mual dan muntah
dokter. dan diharapkan
intake nutrisi pasien
meningkat.
7. Ukur berat 7. Untuk mengetahui
badan pasien status gizi pasien
setiap minggu.
4 Kurangnya volume cairan tubuh Setelah dilakuakn 1. Kaji keadaan 1. Menetapkan data
berhubungan dengan peningkatan tindaken keperawatan umum pasien dasar pasien untuk
permeabilitas dinding plasma. selam 2x24 jam (lemah, pucat, mengetahui
diharapkan Volume cairan takikardi) serta penyimpangan dari
terpenuhi.dengam criteria tanda-tanda keadaan normalnya.
hasil: vital.
1. Membrane mukosa 2. Observasi 2. Agar dapat segera
kering tanda-tanda dilakukan tindakan
2. Balance cairan syock. untuk menangani
seimbang syok.

40
3. Suhu 36,5-37,5°C 3. Berikan cairan 3. Pemberian cairan IV
intravena sesuai sangat penting bagi
program dokter pasien yang
mengalami
kekurangan cairan
tubuh karena cairan
tubuh karena cairan
langsung masuk ke
dalam pembuluh
darah.
4. Anjurkan pasien 4. Asupan cairan sangat
untuk banyak diperlukan untuk
minum. menambah volume
cairan tubuh.
5. Catat intake dan 5. Untuk mengetahui
output. keseimbangan
cairan.
5 Gangguan aktivitas sehari-hari Setelah dilakuakn 1. Kaji keluhan 1. Untuk
berhubungan dengan kondisi tubuh tindakan keperawatan pasien. mengidentifikasi
yang lemah. selam 3x 24 jam masalah-masalah
diharapkan pasien mampu pasien.
mandiri setelah bebas 2. Kaji hal-hal 2. Untuk mengetahui
demam. Dengan criteria yang mampu tingkat
hasil: atau yang tidak ketergantungan
Kebutuhan aktivitas mampu pasien dalam
sehari-hari terpenuhi dilakukan oleh memenuhi
pasien. kebutuhannya.

41
3. Bantu pasien 3. Pemberian bantuan
untuk sangat diperlukan
memenuhi oleh pasien pada saat
kebutuhan kondisinya lemah
aktivitasnya dan perawat
sehari-hari mempunyai
sesuai tingkat tanggung jawab
keterbatasan dalam pemenuhan
pasien. kebutuhan sehari-
hari pasien tanpa
mengalami
ketergantungan pada
perawat.
4. Letakkan 4. Akan membantu
barang-barang pasien untuk
di tempat yang memenuhi
mudah kebutuhannya
terjangkau oleh sendiri tanpa bantuan
pasien. orang lain.
6 Resiko terjadinya syok hypovolemik Setelah dilakukan 1. Monitor 1. memantau kondisi
berhubungan dengan kurangnya tindakan keperawatan keadaan umum pasien selama masa
volume cairan tubuh selama 3x24 jam pasien perawatan terutama
diharapkan pasien tidak pada saat terjadi
mengalami syok perdarahan sehingga
hipovolemik. Dengan segera diketahui
criteria hasil tanda syok dan dapat
segera ditangani.

42
1. Tanda-tanda vital 2. Observasi 2. tanda vital normal
dalam batas normal. tanda-tanda menandakan
2. Keadaan umum baik. vital tiap 2 keadaan umum baik.
sampai 3 jam.
3. Monitor tanda 3. Perdarahan cepat
perdarahan. diketahui dan dapat
diatasi sehingga
pasien tidak sampai
syok hipovolemik.

4. Chek 4. Untuk mengetahui


haemoglobin, tingkat kebocoran
hematokrit, pembuluh darah
trombosit yang dialami pasien
sebagai acuan
melakukan tindakan
lebih lanjut.
5. Berikan 5. Untuk menggantikan
transfusi sesuai volume darah serta
program dokter. komponen darah
yang hilang.
6. Lapor dokter 6. Untuk
bila tampak mendapatkan
syok penanganan lebih
hipovolemik. lanjut sesegera
mungkin.

43
7 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Lakukan teknik 1. Tindakan aseptik
tindakan invasif (infus). tindakan keperawatan aseptik saat merupakan tindakan
selam 3x24 jam melakukan preventif terhadap
diharapkan tanda-tanda tindakan kemungkinan terjadi
infeksi pada daerah infasif pemasangan infeksi.
dap tidak terjadi. Dengan infus.
criteria hasil: 2. Observasi 2. Menetapkan data
1. Tidak terjadi tanda- tanda-tanda dasar pasien, terjadi
tanda infeksi vital. peradangan dapat
2. Talutan luka bersih diketahui dari
penyimpangan nilai
tanda vital.
3. Observasi 3. Mengetahui tanda
daerah infeksi pada
pemasangan pemasangan infus.
infus.
4. Segera cabut 4. Untuk menghindari
infus bila kondisi yang lebih
tampak adanya buruk atau penyulit
pembengkakan lebih lanjut.
atau plebitis.
8 Resiko terjadinya perdarahan lebih Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Penurunan trombosit
lanjut berhubungan dengan tindakan keperawatan penurunan merupakan tanda
trombositopenia. selam 3x24 jam pasien trombosit yang kebocoran pembuluh
diharapkan Tidak terjadi disertai gejala darah.
tanda-tanda perdarahan klinis.

44
lebih lanjut. Ditandai 2. Anjurkan pasien 2. Aktivitas pasien
dengan: untuk banyak yang tidak terkontrol
1. Jumlah trombosit istirahat dapat menyebabkan
meningkat. perdarahan.
3. Beri penjelasan 3. Membantu pasien
untuk segera mendapatkan
melapor bila penanganan sedini
ada tanda mungkin.
perdarahan
lebih lanjut.

4. Jelaskan obat 4. Memotivasi pasien


yang diberikan untuk mau minum
dan manfaatnya. obat sesuai dosis
yang diberikan.
9 Kecemasan berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Kaji rasa cemas 1. Menetapkan tingkat
kondisi pasien yang memburuk dan tindakan keperawatan yang dialami kecemasan yang
perdarahan yang dialami pasien. selam 3x24 jam pasien. dialami pasien.
diharapkan Kecemasan 2. Jalin hubungan 2. Pasien bersifat
pasien berkurang saling percaya terbuka dengan
berkurang. Dengan dengan pasien. perawat.
criteria hasil: 3. Tunjukkan sifat 3. Sikap empati akan
1. Pasien tidak empati membuat pasien
menunjukan tanda merasa diperhatikan
kecemasan dengan baik.

45
2. Nadai 60-100 x/menit 4. Beri 4. Meringankan beban
3. Pasien mampu kesempatan pikiran pasien.
mengatasi kecemasan pada pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
5. Gunakan 5. Agar segala sesuatu
komunikasi yang disampaikan
terapeutik diajarkan pada
pasien memberikan
hasil yang efektif.

46
BAB III

PENGELOLAAN KASUS PADA PASIEN DENGAN

DEMAM THYPOID DAN DHF

Mahasiswa/NIM : Christiana Irma Kusumawardani/0902012


Tanggal : 9 Januari 2012
Jam : 21.00 WIB

A. Identitas

1. Pasien

a. Nama (initial) : Ny. K

b. Umur : 27 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Alamat : Klaten

e. Status : Kawin

f. Suku : Jawa

g. Agama : Islam

h. Pendidikan : D3

i. Pekerjaan : Swasta

j. Tgl. masuk RS : 7 Januari 2012

k. No. RM : 01976xxx

l. Ruang : E

m. Diagnosis kerja/medis : (7/01/12) 1. Fibris Thypoid

(9/01/12) 2. DHF

47
48

2. Keluarga / Penanggungjawab

a. Nama (initial) : Ny. P

b. Umur : 52 Tahun

c. Hubungan : Ibu

d. Pendidikan : SMA

e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

f. Alamat : Klaten

B. Riwayat Kesehatan Pasien

1. Kesehatan Pasien :

a. Keluhan utama saat dikaji : Mual, Muntah 1 kali

b. Keluhan tambahan saat dikaji : Tidak ada keluhan tambahan

c. Alasan utama masuk Rumah Sakit :

Demam tinggi sejak 1 minggu, sudah periksa di dokter umum akan


tetapi demam belum turun juga.

d. Riwayat penyakit sekarang:

Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam tinggi,


kemudian pasien menjalani pemeriksaan di dokter, akan tetapi
demam yang dialami pasien tidak kunjung membaik, akhinya pasien
dibawa ke rumah sakit Bethesda pada tanggal 7 januari 2012, masuk
IGD dilakukan pemeriksaan darah seperti PDL, Gol Darah, GDS,
SGOT, SGPT, Salmonella Thypii, diberikan terapi cairan asering 500
ml, serta diberikan obat-obatan seperti Pamol, OMZ, Vometa.
Dibawa ke Ruang VI ditempatkan dikamar 1. Penggunaan Pamol
dihentikan pada tanggal 8 januari 2012 karena suhu tubuh pasien
49

telah kembali normal. Dilakukan pemeriksaan bakteriologi


ditemukan bakteri Salmonella Thypii positif 6. Diberikan obat
tambahan pada tanggal 9 januari 2012 Seramol, Thiampenicol,
Cerneut. Kondisi pasien telah membaik dan mampu melakukan
aktifitas ringan.

e. Riwayat penyakit yang lalu :

1) Nama penyakit/waktu : Infeksi Saluran Kemih/ ISK

2) Upaya pengobatan : Perawatan di rumah sakit

3) Hasil : pasien dapat sembuh

f. Alergi : Tidak terdapat allergi baik makanan ataupun obat-obatan.

2. Kesehatan Keluarga :
Genogram :

X X X X

27
th
50

Keterangan:

X
: Perempuan meninggal : perempuan

X
: Laki-laki meninggal : laki-laki

: serumah : kembar

: Pasien dengan Umur : ikatan pernikahan

: hungungan darah

C. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi-Metabolik

a. Sebelum sakit :

1)Frekuensi makan: 2x24 jam


2)Jenis makanan/diet : pasien tidak melakaukan diet khusus akan
tetapi pasien menggunakan kawat gigi sehingga pasien
mengalami kesulitan makan makanan yang keras dan daging-
dagingan
3)Porsi yang dihabiskan : 1 porsi
4)Makanan yang disukai : pasien suka dengan semua makanan tidak
ada makanan yang terkusus yang disukai.
5)Makanan yang tidak disukai : tidak ada makanan yang tidak
disukai.
51

6)Makanan pantang : makanan keras (menggunakan kawat gigi)


7)Makanan tambahan/vitamin : 6 bulan yang lalu pasien
menggunakan suplemen vit C, akan tetapi sekarang sudah
berhenti.
8)Kebiasaan makan: pasien biasa makan dirumah.
9)Nafsu makan: baik
Alasan : dalam sehari pasien mampu menghabiskan 1 porsi
makanan setiap kali makan.

10) Banyaknya minum : (600 cc/24 jam)

11) Jenis minuman : air putih

12) Minuman yang tidak disukai : pasien suka dengan semua jenis
minuman

13) Minuman pantang : tidak ada minuman pantangan bagi pasien

14) Perubahan BB 6 bulan terakhir : berkurang : 2 kg dari semula 40


kg, sedangkan berat badan ideal pasien: 45 kg.

Pengitungan berdasarkan BMI

BMI= berat badan (dalam Kg)/ Tinggi² (dalam meter)

Hasil BMI

Kategori BMI
Sangat kurus Kurang dari 14,9
Kurus 15 - 18,4
Normal 18,5 - 22,9
Gemuk 23 - 27,5
Kegemukan 27,6 – 40
Sangat gemuk Di atas 40

b. Selama sakit
1) Jenis makanan : Bubur Rendah Serat
52

2) Frekuensi makan : 3x sehari

3) Porsi makan yang dihabiskan: ¼ Porsi

4) Banyaknya minum dalam sehari : 1000 cc

5) Jenis minuman : air putih

6) Keluhan :

a) Mual, muntah 1 kali

7) Alat bantu untuk memasukan zat makanan: pasien mengunkan


infus asering 500 ml

2. Pola Eliminasi

a. Sebelum sakit

1) Buang air besar (BAB)

a) Frekuensi : 1x1

b) Waktu : pagi

c) Warna : kuning

d) Konsistensi : lunak

e) Posisi waktu BAB duduk/jongkok : jongkok

f) Penghantar untuk BAB: pasien tidak menggunakan


penghantar pada saat BAB

g) Pemakaian obat: pasien tidak menggunakan obat-obatan


khusus pelancar BAB

h) Keluhan lain : pasien tidak mengeluhkan masalah BAB

2) Buang air kecil (BAK)


a) Frekuensi (dalam sehari) : 3-4x
53

b) Jumlah (cc/24 jam) : 600 cc


c) Warna : kuning
d) Bau : khas urin (amoniak)
e) Keluhan : tidak terdapat keluahan.
b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
a) Frekuensi : 1x1
b) Waktu : pagi
c) Warna : kuning
d) Konsistensi : lunak
e) Keluhan : Sakit perut. Skala nyeri 5, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri datang tiba-tiba.
2) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi (dalam sehari) : 7x sehari
b) Jumlah (cc/24 jam) : 1000cc
c) Warna : kuning
d) Bau : Khas urin
e) Keluhan : satu minggu yang lalu mengalami ayang-
anyangen.
f) Upaya yang dilakukan keluarga/ pasien : periksa kedokter
umum, hasilnya pasien sembuh

3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur

a. Sebelum sakit

1) Keadaan aktifitas sehari-hari

a) Kebiasaan olahraga: pasien tidak pernah olahraga

b) Lingkungan rumah/tempat kerja: luas terdapat halaman yang


luas dirumah
c) Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan alat,
orang lain, sangat tergantung :
54

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Memasak

Belanja

Merapikan rumah

Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total

2) Kebutuhan tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari :
b) Tidur siang: 1 kali tidur siang hanya dilakukan pada hari
minggu 1-2 jam
c) Tidur malam: 1 kali dari jam 21.00-05.00 = 8 jam
d) Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang
diutamakan : tidur malam karena pasien bekerja dari jam
07.00-17.00 WIB
e) Kebiasaan pengantar tidur : menonton Televisi
f) Apakah pasien selalu tidur dengan teman atau seorang diri :
pasien tidur bersama suami
55

g) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut,


bantal, guling, dan kasur : Keluhan dalam hal tidur : tidak
terdapat keluhan pada saat tidur

3) Kebutuhan istirahat
a) Kapan : setelah magrib
b) Berapa lama : 1,5 jam
c) Kegiatan untuk mengisi waktu luang : menonton Tv
d) Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu
siang hari : pasien tidak menyediakan waktu khusus pada
siang hari untuk beristirahat.
e) Dalam suasana yang bagaimana pasien dapat istirahat dan
mengisi waktu luang: setelah selesai berkerja.
b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di TT 

Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
56

2) Kebutuhan Tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : 3 jam

Tidur malam : 9 jam

b) Penghantar untuk tidur : tidak ada pengantar tidur


c) Keluhan tidur : pasien mengatakan sulit tidur. Pasien sering
terbangun dimalam hari.
d) Apakah pasien kesakitan atau sesak nafas, dll: tidak

3) Kebutuhan Istirahat
a) Apakah pasien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau
capai/lelah, kurang istirahat, dsb : pasien ingin cepat pulang
b) Apakah pasien merasa
terganggu dengan suasana lingkungan yang baru : ya pasien
merasa aneh dengan lingkungan baru.
c) Apakah ada alat-alat medik
yang dipakai pasien/pasien lain yang mengganggu klien
untuk istirahat: iya pasien tidak dapat bergerak bebas.

4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)

a. Kebersihan kulit
1) Kapan kebiasaan mandi : 2xsehari
2) Apakah mandi menggunakan sabun/kosmetik/krim :
menggunakan sabun mandi
3) Keluhan: tidak terdapat keluhan

b. Kebersihan rambut

1) Kebiasaan mencuci rambut menggunakan shampo atau tidak :


pasien mencuci rambut 2hari sekali menggunakan shampo
2) Keluhan: tidak terdapat keluhan
c. Kebersihan telinga
57

1) Kapan merawat/membersihkan telinga : saat merasa geli


(hampir setiap hari)
2) Keluhan: tidak terdapat
keluahan

d. Kebersihan mata
1) Kebiasaan membersihkan mata : pasien jarang membersihkan
mata apabila terdapat benda asing pasien baru menggunakan
obat tetes mata.
2) Keluhan: tidak terdapat keluhan.

e. Kebersihan mulut
1) Berapa kali menggosok gigi tiap hari : 2xsehari (setiap mandi)
2) Apakah menggunakan pasta gigi : pasien menggunakan pasta
gigi saat menggosok gigi.
3) Keluhan: kesulitan makan karena menggunkaan kawat gigi
f. Kebersihan kuku
1) Kapan memotong kuku: setiap kuku terlihat panjang dipotong
2) Apakah anda biasa
menggunakan cat kuku : pasien tidak pernah menggunakan cat
kuku
3) Keluhan: tidak terdapat
keluhan.

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan

a. Penggunaan tembakau: Tidak

b. NAPZA: Tidak.

c. Alkohol: Tidak.

d. intelektual
58

1) Pengetahuan tentang penyakit yang diderita : pasien mengatakan


“saya mengalami DB dan thipus, akibat pola makan yang tidak
teratur”
2) Pengertian tentang perawatan, pencegahan penyakit yang
diderita : pasien mnegatakan” saya harus mengatur pola makan,
dan kebersihan lingkungan saya”

6. Pola Reproduksi-Seksualitas
a. Gangguan hubungan seksual : tidak.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder : berkembang baik,
seperti bentuk tubuh dan payudara berbentuk
c. Masalah menstruasi/hormonal : pasien mengalami gangguan
mentruasi kerap kali mundur hingga 5 hari.
d. Pap smear terakhir : belum pernah
e. Pemeriksaan payudara (SARARI)
setiap mandi

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori

a. Keadaan mental: Sadar

b. Berbicara: Jelas

c. Bahasa yang dikuasai : Indonesia, Lain-lain: Bahasa Jawa

d. Kemampuan membaca: baik pasien mampu membaca dengan lancar

e. Kemampuan berkomunikasi: pasien mampu berkomunikasi dengan


baik

f. Kemampuan memahami informasi: pasien mampu memahami


kalimat kompleks dengan baik

g. Tingkat ansietas: Ringan, pasien merasa takut ketika diambil darah

h. Ketrampilan berinteraksi: memadai


59

i. Pendengaran : pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran

j. Penglihatan: penglihatan baik, pasien tidak menggunakan alat bantu


penglihatan.

k. Vertigo : keluarga pasien tidak ada mengalami vertigo

l. Tak nyaman/nyeri : pasien mengalami sakit perut.

m. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri : meminta obat ke


dokter

8. Pola Konsep Diri


a. Identitas diri: Saya menyadari bahwa rencana Tuhan tidak sama
dengan rencana manusia
b. Ideal diri: saya ungin kembali bekerja lahgi
c. Harga diri: saya merasa berharga keluarga pada datang menjenguk
saya
d. Gambaran diri: ya, manusia ada kalanya sakit
e. Peran diri: saya sudah satu minggu disini tidak bisa bekerja rumah
bagaimana?

9. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, siapa: suami
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: Cari pertolongan

10. Pola Peran-Berhubungan


a. Status pekerjaan: Bekerja
b. Jenis pekerjaan : Swasta
60

c. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat : arisan


kampong
d. Sistem pendukung :
1) Ada / Tidak ada. Jika ada, siapa : Pasangan, Keluarga dalam
rumah yang sama
2) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : pasien
ditemani secara bergantian dengan anggota keluarga.

11. Kesulitan dalam keluarga


a. Sebelum sakit
1) Hubungan dengan orang tua : tidak ada
2) Hubungan dengan anak saudara : tidak ada
3) Hubungan perkawinan : tidak ada
b. Selama sakit
1) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga : baik keluarga
menemani pasien selama sakit
2) Bagaimana hubungan dengan masyarakat : tidak terkaji, pasien
mengatakan “hanya anggota keluarga saja yang tau saya sakit”
3) Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan
lain : pasien selalu dikamar dan tidak pernah keluar, pasien
ramah terhadap anggota kesehatan.

12. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Sebelum sakit
1) Agama: islam
2) Larangan agama : Ada. Jika ada sebutkan : makan olahan dari
Babi dan anjing
3) Kegiatan keagamaan
a) Macam : pengajian
b) rekuensi : 2 minggu sekali
61

b. Selama sakit
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit : tidak ada, karena pasien malas
2) Membutuhkan bantuan (sebutkan) : tidak ada
3) Membutuhkan kunjungan rohaniawan : tidak ada

D. Pengkajian Fisik

1. Pengukuran TB : 155 cm.

2. Pengukuran BB : 38 kg.

3. Pengukuran Vital Sign :

a. Tekanan darah : 130/90 mmHg,


Diukur di : tangan kiri, bradialis
Posisi pasien : tidur, supinasi
b. Nadi : 80 x/mnt.
Reguler/irregular: regular
Diukur di : arteri radialis
Kualitas : lemah
c. Suhu : 36,20C
Diukur di : axial

d. Respirasi : 20 x/mnt.
Reguler/irregular: reguler
62

Tipe pernapasan : Dada


4. Tingkat Kesadaran (kuantitatif & kualitatif) : composmentis, GCS: 15
E: 4, V:5, M:6
5. Keadaan Umum:
Klien tampak sakit : sedang
Alasan : pasein tampak lemah, pucat, terpasang infus asering 500 ml,
pasien sedikit bergerak.
6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Bentuk kepala pasein lonjong, kulit kepala bersih, tidak terdapat
luka didaerah kepala, kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe.
Pertumbuhan rambut pertumbuhan rambut lebat, lurus, rambut tidak
mudah rontok. Wajah simetris tidak terjadi pembengkakan didaerah
wajah.
b. Mata
Mata bersih tidak terjadi gangguan pada mata sklera putih
konjungtiva tidak anemis, pupil: isokor, refleks cahaya (+) tekanan
intra orikular kedua mata sama. Nervus okulomotorius bekerja
dengan baik, pasien mampu menggerakan bola mata kesegala arah.
c. Telinga
Letak telinga pasien simetris antara telinga kiri dan kanan. Refleks
refleks cahaya (+). Tidak terdapat cairan yang keluar dari dalam
telinga, telinga bersih.
d. Hidung
Hidung simetris, septum terletak di tengah diantara lubang hidung.
Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus. Tidak terdapat polip. Lubang
hidung bersih bulu hidung lebat. Pasien tidak menggunakan
aksesoris tambahan pada hidung.
e. Mulut dan tenggorokan
Pasien mampu berbicara dengan baik, bibir kering dan pucat, lidah
pasien putih sidikit kotor. Palatum untuh, uvula terletak ditengah.
63

Gigi menggunakan kawat gigi. Tidak terjadi pembesaran tonsil.


Pasien tidak menggunakan aksesoris tambahan pada daerah bibir dan
lidah.
f. Leher
Bentuk leher simetris gerakan fleksibel, tidak terdapat
pembesaraan pembuluh darah JVP, kelenjar tiroid tidak teraba,
kelenjar getah bening tidak teraba.
g. Tengkuk: Kaku kuduk (-)
h. Dada :
1) Inspeksi
Dada simetris, bentuk dada flat retraksi dada maksimal tidak
terjadi ketertinggalan gerak pada jenis pernafasan dada,
perbandingan dada anterio-posterior : transversal 2:1.

2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, getaran suara fremitus
seimbang, tidak terdapat rasa sakit sekitar dada, tidak terdapat
nyeri saat penekanan, tidak terdapat masa, pernafasan lambat
dan dalam jenis pernafasan dada.
3) Perkusi
Seluruh lapang paru timpani, batas jantung atas ICS 3 batas
jangtung bawah ICS 5. Patas paru hepar ICS 6-7.
4) Auskultasi
Seluruh lapang paru vasikuler, tidak terdapat bunyi
tambahan pada BJ I ataupun BJ II
i. Payudara
Payudara Simetri payudara kiri kanan, tidak terdapat kelainan pada
putting susu warna coklat tidak terapa masa.
j. Punggung: tidak terjadi kelainan bentuk punggung, tidak terdapat
bunyi tambahan pada paru-paru
k. Abdomen
64

1) Inspeksi
Warna kulit putih, tidak terdapat luka, umbilikus bersih,
perut flat. Perut simetris
2) Auskultasi
Peristaltik usus 12x/menit. Tidak terdengar bunyi tambahan
pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpany diseluruh region perut.
4) Palpasi
Tidak terdapat masa di abdomen, ginjal hati dan kandung
kemih tidak teraba.
l. Anus dan Rektum: tidak terjadi benjolan pada daerah anus.

m. Genetalia:
Tidak terjadi pembengkakan pada labia serta tidak terdapat benjolan
masa, tidak terjadi keputihan.
n. Ekstermitas
1) Atas
a) Kelengkapan anggota gerak : anggota gerak lengkap
b) Kelainan jari: tidak terjadi kelainan pada jari tangan pasien.
c) Tonus otot : tangan kanan 5, tangan kiri 5
d) Kesimetrisan: bentuk & gerak : tangan simetris
e) Clubbing finger : tidak terjadi clubbing finger
f) Oedema/tidak : tidak terjadi
2) Bawah
a) Adanya oedema: tidak terjadi odema
b) Kelengkapan anggota gerak : anggota gerak lengkap
c) Kekuatan otot : kaki kiri 5, kaki kanan 5
d) Bentuk kaki (X, O) : kaki lurus
e) Telapak kaki: tidak terjadi foot drop
65

f) Adanya kaki gajah : tidak terjadi kaki gajah


g) Varices : tidak terjadi varises

o. Refleks
1) Refleks fisiologis: Biseps (+), triseps (+), lutut (+).
2) Refleks patologis: Babinski (-)

E. Rencana Pulang

1. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan : Rumah orang tau


2. Keinginan tinggal setelah pulang : Rumah orang tau
3. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: Klinik
4. Kendaraaan yang digunakan saat pulang : Mobil
5. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang : pasien menggunakan
asuransi kesehatan dalam sebagian pembayaran rumah sakit dan juga
tabungan pribadi pasien.
6. Antisipasi masalah perawatan diri : menggunakan perawatan mandiri
7. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : (-)

F. Diagostik Test

1. Laboratorium

a. 9 januari 2012
66

Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal


Hb 14,7 Gr/ dl 12-16 Gr/dl
Hct 42, 6/ Vol% 37-43 Vol%
Leukosit 3,99 ribu/mm³ 4-10 ribu/mm³
Trombosit 106 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
Golongan darah O -
Ureum 24,3 mg/dl 10-50 mg/dl
Creatinin 0,6 mg/dl 0,5-0,9 mg/dl
SGOT 47,7 U/L s/d 31 U/L
SGPT 29,7 U/L s/d 32 U/L
Gula arah sesaat 76 <140
Sallmonela Thypii 6,0 (+) Negatif (-)
2. 10 januari 2012
Trombosit 125 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
IgG Dengue + -
IgM Dengue - -
3. 11 januari 2012
Trombosit 139 ribu/mcl 200.400bu/mcl

G. Program Tindakan
1. Infus : Asering 500 ml = 20 tetes terpasang di tangan kiri.
2. Diet : Bubur Rendah Serat dengan penghitungan kalori
Standart Acuan BBI IMT
Rumus BBI: Obesitas >120% Dari BBI >30
BB (Kg) / TB (cm) Overweight 110-120 % Dari BBI 25-30
– 100 x 100% Normal 80-109 % Dari BBI 20-25
Underweight <80 % Dari BBI <20
Rumus BBI: Kurang gizi ringan 70-79% dari BBI
BB (Kg) / TB (cm) Kurang gizi sedang 60-69% dari BBI
– 100 x 100% Kurang gizi berat <60% dari BBI
Berat Badan Ideal pasien:
38 Kg/ 155 Cm – 100 x 100 % = 69%
Berat badan pasien berdasarkan penghitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami kurang gizi sedang

Kebutuhan Kalori pasien:


BB> 20 Kg = 1500 Kkal + 20 Kkal/KgBB/hari
1500+20 x 38= 2260 Kkal/hari
Dari kebutuhan kalori diatas dibagi dalam 3x penyajian makanan, maka
dalam 1x makan pasien harus mengkonsusmsi makanan sekitar 753 Kkal
3. Kebutuhan cairan:
67

Setiap 1 Kkal tubuh membutuhkan 1 cc air untuk membantu


metabolisme, maka kebutuhan cairan pasien dalam 1 hari dapat
diperkirakan dari jumlah kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien 2260 Kkal x 1cc = 2260 Cc/hari
4. Obat
Non Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keteranagan
Vometa 3x1 10 mg Per Oral Sebelum makan
Thiampenicol 3x1 500 mg Per Oral Sebelum makan
Pamol 3x1 500 mg Per Oral Setelah makan

Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keterangan
Somerol 2x1 vial 125 mg IV Setelah makan
OMZ 1x140 mg IV Setelah makan
68
H. Program Pengobatan
KONTRA
No. NAMA OBAT INDIKASI EFEK SAMPING IMPLIKASI KEP.
INDIKASI
1 Asering Terapi cairan Anemia berat Demam, infeksi tempat injeksi, Oberervasi tanda-tanda
pengganti untuk dan gagal trombisis vena, atau phlebitis dehidrasi dan haluaran
kondisi kehilangan jantung pada tempat injeksi, urine
cairan secara akut hipervolemia
2 Somerol kondisi inflamasi dan Infeksi jamur , Gangguan keseimbangan Observasi tanda-tanda
alergi, rinitis alergia, vaksinasi, cairandan elektrolit, kelemahan dehidrasi. Pantau
penyakit autoimun, varisela, herpes otot, gangguana penyembuhan haluaran dan masukan
enyakit reumatik, simpleks, luka, katarak subkapsula pada pasien.
gangguan hematologi penggunaan posteriorhambatan pertumbuhan
(trombositopenia) jangka lama pada anak, insufisiensi adrenal,
pada tukak sindrom chusing, osteoporosis,
duodenum dan tukak peptik.
tukak peptik,
osteoporosis,
pasien dengan
riwayat psikosis,
TB
3 Thiampenicol Infeksi yang Hipersensitive, Diskrasia darah, gangguan GI Observasi tanda-tanda
disebabkan oleh gangguan fungsi dan reaksi hipersensitivitas, sakit hipersensitivitas dan
salmonella Sp., H ginjal dan hati kepala, depresi mental, neuritis nyeri abdomen.
influensa, riketsia, berat, jangan optik, sindrom gray.
limfogranuloma- digunakan untuk
psitakosis, kuman Gr- pencegahan
penyebab meningitis infeksi bakteri,
dan bekteremia. influensa atau

69
infeksi
tenggorokan
4 vometa Sindrom dispepsia Jika stimulasi Jarang:kram perut ringat Observasi nyeri
disertai prngosongan terhadap abdomen.
lambung yang lama motilitas
atau refluks gastro lambung
esofagus dan dianggap
esofangitis. Rasa membahayakan.
penuh diepigastrium,
rasa panas
diepigastrium, dan
retrosternal. Mual
muntah karena
berbagai penyebab.
5 Pamol Untuk meredakan Gangguan Kerusakan hati pada pemberian Observasi suhu klien
nyeri, dan demam jika fungsi hati berat dosis tinggi dan penggunaan dan catat
pemberian secara oral jangka panjang, reaksi perkembangannya.
tidak memungkinkan. hipersensitivitas
6 OMZ Terapi jangka pendek Jarang terjadi, sakit kepala, Observasi nyeri
ulkus duodenal, dan gangguan GI dan ruam kulit. abdomen
lambung, refuks
esofagitis, sindron
zollinger-Ellison

70
71

I. Analisis Data

No. Data Masalah Penyebab


1 Ds: pasien mengatakan sakit Nyeri Akut Proses penyakit
perut dengan skala nyeri 5
Do:
a. Wajah menyeringai
b. Nadi 80x/menit
c. TD: 130/90 mmHg
2 DS: pasien mengatakan sejak Ketidak seimbangan Hilangnya nafsu
kemaren mual muntah 1 kali nutrisi kurang dari makan.
Do: kebutuhan tubuh.
a. Mual muntah
b. BB turun 2 kg
c. Makanan habis ¼ porsi
d. Paisen lemah dan pucat
e. Pengitungan BBI pasien
mengalami kurang gizi
ringan.
3 Ds: pasien mengatakan Resiko Kekurangan Asupan cairan yang
minum sedikit setengah botol Volume cairan tidak adekuat.
aqua besar.
Do:
a. Pasien pucat, lemah
b. Minum 600cc/24 jam
c. Lidah sedikit kotor
d. Nadi 80x/menit
4 Ds: pasien mengatakan sulit Gangguan Pola Tidur Hospitalisasi
tidur
Do:
a. Pasien sering terbangun
dimalam hari
b. Pasien merasa asing
dengan lingkungan
barTerhambatnya gerak
tubuh pasien dengan alat
medis

71
72

J. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Proses penyakit ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan sakit perut dengan skala nyeri 5
Do:
a. Wajah menyeringai
b. Nadi 80x/menit
c. TD: 130/90
d. Ganguan tidur
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Hilangnya nafsu makan. Ditandai dengan:
DS: pasien mengatakan sejak kemaren mual muntah 1 kali
Do:
a. Mual muntah
b. BB turun 2 kg
c. Makanan habis ¼ porsi
d. Paisen lemah dan pucat
e. Pengitungan BBI pasien mengalami kurang gizi sedang
3 Resiko Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Asupan
cairan yang tidak
adekuat. Ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan minum sedikit setengah botol aqua besar.
Do:
a. Pasien pucat, lemah
b. Minum 600cc/24 jam
c. Lidah sedikit kotor
d. Nadi 80x/menit
4 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hospitalisasi ditandai
dengan:
Ds: pasien mengatakan sulit tidur
Do:
a. Pasien sering terbangun dimalam hari
b. Pasien merasa asing dengan lingkungan baru
c. Terhambatnya gerak tubuh pasien dengan alat medis

Tanggal : ................................ TT : ..........................................


K. Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Ny. K


Ruangan : Ruang VI/1
Waktu : 21.00
Nama Mahasiswa : Christiana Irma Kusumawardani

No Diagnosa Tindakan Keperawatan


Rasional
. Keperawatan & Data Penunjung Tujuan & Kriteria Tindakan
1 Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam:
9 januari 2012/ 21.00 9 januari 2012/ 21.00 9 januari 2012/ 21.00 9 januari 2012/ 21.00
Nyeri Akut berhubungan dengan Proses Setelah dilakukan tindakan 1. Lakuakn pengkajian nyeri 1. Membantu dalam
penyakit ditandai dengan: keperawatan selama 2x24 yang komperhensif meliputi menentukan kefektifan
Ds: pasien mengatakan sakit perut dengan jam nyeri pasien dapat lokasi, karakteristik, awitan, terapai yang diberikan serta
skala nyeri 5 berkurang ditandai durasi, frekuensi, kwalitas, memantau perkembangan
Do: dengan: intensitas, atau nyeri yang dialami oelh
a. Wajah menyeringai a. Tingkat kenyamanan keparahannyeri dan faktor pasien
b. Nadi 80x/menit (4) presipitasi.
c. TD: 130/90 b. Perilaku 2. Kendalikan faktor 2 lingkungan yang nyaman dan
mengendalikan nyeri lingkungan yang dapat bersis memberikan rasa
(4) mempengaruhi respon pasien nyaman bagi pasien sehingga
c. Nyeri: efek merusak: terhadap ketidaknyamanan. nyeri yang pasien alami dapat
(5) berkurang
d. Tingkat nyeri (5)

73
3. Berikan informasi engenai 3 memberikan penjelasan pada
nyeri, seperti penyebab nyeri, pasien serta cara antisipasinya
seberapa lama akan sehingga pasien mampu
berlangsung dan antisipasi melakukannya secara mandiri
ketidaknyamanan dari dalam menangani nyeri yang
prosedur. dialami oleh pasien.

4. Kolaborasikan dengan tim 4 agen dalam obat tersebut


kesehatan pemberian memungkin dakan dalam
analgetic. membantu penurunan nyeri
yang dialami oleh pasien.

2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pasien mengenai 1 membantu menentukan diet
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 makanan kesukaan, mkanan yang tepat bagi pasien.
Hilangnya nafsu makan. Ditandai dengan: jam diharapkan status pantangan serta alergi yang
DS: pasien mengatakan sejak kemaren mual nutrisi pasien dapat dialami selama diet
muntah 1 kali terpenuhi dengan kriteria dilakukan.
Do: hasil: 2. Ciptakan lingkungan yang 2 Lingkingan yang nyaman dan
a. Mual muntah a. Mempertahankan berat menyenangkan untuk makan. terbebas dari bau atau pun
b. BB turun 2 kg badan 38 kg pada barang-barang yang tidak
c. Makanan habis ¼ porsi tanggal 11 januari 2012 mendukung selama proses
d. Paisen lemah dan pucat b. Tolerasnsi terhadap diet makan dapat meningkatkan
e. Penghitungan BBI menunjukan pasien yang dilakukan kenyamanan dalam makan.
kurang gizi sedang 3. Berikan informasi yang tepat 3 Memberikan pemahaman
tentang kebutuhan nutrisi dan pada pasien mengenai diet
bagaimana memenuhinya. yang tepat bagi penyakit
yang diderita.

74
4. Kolaborasikan dengan ahli 4 Membantu memenuhi
gizi mengenai alergi, ataupun kebutuhan nutrisi sesuai
makanan pantangan yang dengan keinginan pasien.
ada.

3 Resiko Kekurangan Volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pertahankan 1. memantau status hidrasi
berhubungan dengan Asupan cairan yang keperawatan selama 2x24 keakuratan catatan asupan pasien yang komperhensif
tidak jam diharapakan dan haluaran
adekuat. Ditandai dengan: kebutuhan caiaran pasien 2. Tingkatkan asupan oral 2. mempertahankan hidrasi
Ds: pasien mengatakan minum sedikit dapat terpenuhi. Yang yang ade kuat sesuai dengan
setengah botol aqua besar. ditandai dengan: kebutuhan pasien
Do: a. Hidrasi adekuat (4) 3. Berikan penyuluhan kepada 3. meningkatkan pemahaman
a. Pasien pucat, lemah 2260 ml/hari pasien mengenai kebutuhan pasien akan status cairan
b. Minum 600cc/24 jam b. Frekuensi nadi dan cairan yang dibutuhkan yang diperlukan
c. Lidah sedikit kotor irama nadi (4) 4. Berikan terapi IV sesuai 4. Membantu meningkatkan
d. Nadi 80x/menit c. Kewaspadaan mental assering 500 ml kebutuhan cairan pasien.
dan orientasi kognitif
(5)
4 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pola tidur pasien dan 1. membantu keefektifan tidur
Hospitalisasi ditandai dengan: keperawatan selam 3x24 catat hubungan faktor-faktor yang dilakuakn pasien.
Ds: pasien mengatakan sulit tidur jam diharapkan pola tidur fisik
Do: pasien tidak mengalami 2. Hindari suara yang keras dan 2. memberikan kenyamana
a. Pasien sering terbangun dimalam hari gangguan dengan kriteria penggunaan lampu saat tidur yang dapat membantu
b. Pasien merasa asing dengan lingkungan hasil: malam, berikan lingkungan pasien dalam tidur.
baru a. Terjaga dimalam hari yang tenang dan damai, serta
c. Terhambatnya gerak tubuh pasien dengan (5) minimalkan gangguan.
alat medis b. Tidur siang (5)

75
c. Perasaan segar setelah 3. Jelaskan pentingnya tidur 3. Pemahaman yang cukup
bangun tidur (5) selama sakit dapat membantu pasien
dalam penangan masalh
yang dialami pasien.
4. Kolaborasikan dengan dokter 4. Membantu memenuhi
pemberian obat tidur apabila kebutuhan tidur pasien.
tidak mengganggu pemulihan
kesehatan pasien.

76
77

L. Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Ny. K

Ruangan : VI

Diagnosis Medis : Thypoid dan DHF

Tanda
No. No. DK / MK Tgl / Jam Perkembangan (SOAPIE)
Tangan
1 Dx1 9 januari 2012 I

21.30 1. Mengobservasi KU pasien.


Pasien lemah dan terbangun.
06.00 2. Membersihkan tempat tidur
pasien
06.30 3. Mengukur vital sign paisen
TD: 130/90mmHg
S: 36,4°C
N: 21 x/menit
RR: 80 x/menit
07.00 E
Ds: pasien mengatakan sudah
enakan nyeri skala 3 hanya
terkadang
Do: pasien tampak pucat dan
lemah.
TD: 130/90mmHg
S: 36,4°C
N: 21 x/menit
RR: 80 x/menit
2 Dx2 9 januari 2012 I

21.30 1. Menanyakan pada pasien porsi


makan pasien malam hari.
06.30 2. Memberikan penjelasan
mengenai diet yang dilakukan

07.00 E
Ds: pasien mengatakan habis 5
78

sedok makan.
Do:
1. Porsi makan pasien ¼ porsi
3 Dx3 9 januari 2012 I

21.30 1. Mengobservasi cairan IV pasien


23.00 2. Mengganti cairan IV pasien
aserring 500ml
06.30 3. Mengukur balance cairan pasien
24 jam
Cairan masuk 2000
Cairan keluar 1200
Balance cairan: + 800
07.00 E
Ds: pasien mengatakan belum
minu, kencing 1 kali.
Do:
1. Pasien pucat, lemah bibir
kering.
2. Balance cairan sehari
Cairan masuk 2000
Cairan keluar 1200
Balance cairan: + 800
4 Dx4 9 januari 2012 I

21.30 1 mengobaservasi pola tidur


23.00 2 pasienmemberikan lingkungan
yang nyaman menyalakan lampu
tidur dan mengecilkan AC
07.00 E.
Ds: pasien mengatakan susah tidur
Do:
-pasien sering terbangun pada
malam hari
-tertidur sekitar 30 menit

5 Dx1 11 januari S: masih mengeluhkan nyeri.


2012 pasien mengatakan sudah enakan
nyeri skala 3 hanya terkadang
O: pasien tampak pucat dan lemah.
TD: 130/90mmHg
S: 36,4°C
N: 21 x/menit
RR: 80 x/menit
A: nyeri akut masih berlanjut
79

P: lanjutkan intervensi 1,2,3dan 4


I
07.00 1. Mengobservasi nyeri yang
dialami pasien
07.30 2. Mengobservasi vital sign:
TD: 120/80 mmHg
N: 82x/menit
RR: 20x/menit
S: 37°C
08.00 3. Memberikan obat vometa
1 tablet
09.00 4. Menobservasi keadaan pasien
membuka korden serat
menyarankan mengisi
kegiatan.
12.00 5. Mengukur vital sign:
TD: 130/80 mmHg
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,6°C
14.00 E
S: pasien mengatakan sakit sudah
hilang, skala nyeri 0
O:
Pasien tampak tenang
Pasien mampu mengalihkan nyeri
dengan kegiatan lain.
TD: 130/80 mmHg
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,6°C
A: malash teratasi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-4
6 Dx2 11 januari S: pasien mengatakan habis 5 sedok
2012 makan.
O: porsi makan pasien ¼
A: kebutuhan nutrisi pasien belum
teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1,2 dan 4
I:
07.30 1. Menanyakan makanan kesukaan
pasien.
08.00 2. Menghidangkan makan unkuk
pasien.
08.05 3. Mengobservasi lingkungan
pasien
80

09.00 4. Mengobservasi makanan pasien

14.00 E
S: pasien mengatakan tidak mual
dan muntah lagi
O:
- Pasien tidak pucat kembali
- Pasien mampu
menghabiskan 1 porsi
makanan
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-4
7 Dx3 11 januari S : pasien mengatakan belum
2012 minum, kencing 1 kali.
O:
-pasien pucat, lemah bibir kering.
-balance cairan sehari
Cairan masuk 2000
Cairan keluar 1200
Balance cairan: + 800
A: pasien masih mengalami
gangguan cairan, masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi

I:
07.00 1. Mengobservasi keadaan pasien
KU: ringan, CM tidur.
10.00 2. Mengganti infus pasien assering
500ml
13.00 3. Mengukur balance cairan
Cairan masuk 700 ml
Cairan keluar 400ml
Balancairan + 300ml
14.00 E
S: pasien mengatakan sudah tidak
begitu haus lagi.
O:
-bibir lembab
Cairan masuk 700 ml
Cairan keluar 400ml
Balancairan + 300ml
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-3
8 Dx4 11 januari S: pasien mengatakan susah tidur
2011 O: pasien sering terbangun pada
81

malam hari, tertidur sekitar 30


menit
A: pola tidur pasien masih belum
teratur
P: lajutkan intervensi 1,2 dan 3
I
09.00 1. Mengobservasi lingkungan
membuka jendela kamar
pasien.
10.00 2. Mengobservasi kondisi
pasien
13.00 3. Pasien tertidur keadaan
umum sedang kesadaran
komposmentis
14.00 E
S: pasien mengatakan sudah bisa
tidur enak
O:
- Pasien dapat tidur tenang
- Pasien tampak sehat
A: masalah teratasi
P: stop intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Teori Medis
Hasil pemberian asuhan keperawatan yang telah diberikan pada
pasien dengan Demam Tipod dan DHF selama 2 hari maka
penulismendapatkan beberapa hal yang menjadi kritikal point dalam teori
serta kasus yang ada pada kejadian nyata.
Demam yang terjadi pada penderita Demam Tipod dan DHF
terkadang sama, terkadang disertai pula dengan trombositopenia pada
kedua penyakit tersebut, serta peningkatan dari SGOT dan SGPT
penggunaan uji widal pada pasien dengan Demam Tipod perlu dilakukan
untuk memastikan pasien menderita penyakit Demam Tipoid yang
diakibatkan oleh bakteri Salmonella Thypii. Pengujian immunoglobulin
juga dapat dilakuakn untuk memasitkan penyebab dari penyakit yang ada
sebagai gambaran pengujian immunoglobulin untuk penderita DHF erlu
dilaukan dengan hasil yang dapat dilihat dengan cara uji IgG dan IgM,
apabila hasil uji menunjukan:
1. IgM + namun IgG - : infeksi primer (infeksi karena DBD)
2. IgM + dan IgG + : infeksi sekunder
(infeksi DBD beserta infeksi bakteri/ virus lain)
3. IgM - dan IgG+ : riwayat terpapar atau dugaan infeksi sekunder
4. IgM - dan IgG- : bukan infeksi DBD, ulangi 3-5 hari bila curiga
(Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan
Kesehatanoleh Depkes RI)
Kasus yang ada belum dilakuakn pengujian test widal akan tetepi
menggunakan pemeriksaan feses pasien menunjukan bahwa terdapat
kandungan bakteri Salmonella Thypii. Didapati pula trombositopenia pada
kasus kelolaan yang sulit membedakannya dengan DHF, dan akhirnya
dilakukan pula pengujian immunoglobulin pada kasus kelolaan dan

82
83

ditemukan IgG Dengue; + dan IgM Dengue; - maka dapat disimpulkan


bahwa pasien dahulu pernah mengidap DHF. Maka focus penanganan
beralih pada penanganan Demam Tipoid.
Terapi yang dilakuakan pada teori yang didapatkan fokusnya pada
bakteri Salmonella Thypii, akan tetapai selai itu pasien pun mengalami
keluhan-keluhan lain yang menyertai penyakit tersebut.seperti mual,
muntah dan trombositopenia.
Penurunan trombosit yang didak ditangani dengan tepat dapat
berakibat fatal bagi pasien yang mengalaminya, perdarahan dapat terjadi
pada daerah pencernaan yang menunjukan tanda-tanda seperti melena.

B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakuakn pada pasien dengan Demam
Tipoid yang terdapat pada kasus kelolaan berfokus pada masalah
pencernaan yang terjadi seperti perubahan pola BAB, pola makan,
mual ataupun muntah yang dialami pasien. Demikian pula pada
landasan teori yang didapatkan, focusing perlu likaukan untuk
mengetahui konsisi pasien saat ini.
Landasan teori mengemukakan bahwa hal pertama yang
akan terjadi pada pasien dengan Demam Tipoid adalah gangguan
pada temperature tubuh yang cenderung meningkat drastis, akan
tetapi pada kasus kelolaan pasien tidak mengalami hal tersebut
karena pasien sudah menjalani perawatan 3 hari dirumah sakit dan
saat dikaji pasien tidak mengalami suhu tubuh yang meningkat.
Penurunan eliminasi kemih yang didapatkan tidak terjadi
pada pasien. Penurunan yang ada sulit dibuktikan karena
pemantauan yang dilakuakan perlu menampung urin yang ada.
Sedangkan pasien tidak melakukannya sehingga pembuktian pada
penurunan berkemih pasien sulit dibuktikan.
84

Data-data lain yang menunjang penegakakan diagnose


keperawatan serta penegakan diagnose medis juga dimasikan sebagai
data penunjag penegakakn diagnose seperti data pemeriksaan
diagnostic yang dapat membantu penegakan dignosa keperawatan
yang akan dilakuakn pada pasien di kasus kelolaan.
Peningkataka SGOT dan SGPT pada pasien dengan
Demam Tipoid pada kasus kelolaan terdapat peningkatan SGOT
yang dapat pulih dengan sendirinya tanpa penangana khusus sesuai
yang terdapat pada teori yang diperoleh.
Pengkajian yang komperhensif perlu dilakuakan untuk
mengetahui apakah ada permasalah lain pada pasien yang harus
ditangani dengan segera untu memulihkan kesehatan pasien seperti
semula.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose Keperawatan yang terdapat pada teori sama
dengan dignosa yang didapat dari pasien, perbedaan terjadi hanya
pada masalah keperawatan hipertermi, karena pasien yang
sebelumnya telah menjalani perawatan selama 3 hari lamanya
dirumah sakit. Sehingga masalah keperwatan tersebut tidak muncul
pada kasus kelolan.
Pemerioritasan masalah yang dilakukan berdasarkan pada
kasus kelolaan yang mengeluhkan beberapa hal yang dirasakan
pasien, maka didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang menjadi
masalah keperawatan pada pasien kasus kelolaan, dan berikut ini
adalah pemerioritasannya:
a. Nyeri akut berhubungan dengan peoses penyakit diatandai
dengan:
Ds: pasien mengatakan sakit perut dengan sekala 5
Do:
1) Wajah menyeringai, memegangi perut terus.
2) TD: 130/90 mmHg
85

Nyeri diambil sebagai perioritas pertama karena bila tidak


segera diatasi akan menyebabkan skala nyeri terus meningkat dan
kondisi pasien akan berakibat buruk dan bisa berakibat syok
(Barbara Engram, 1996). Penanganan nyeri harus segera ditangani
maka penulis dalam pemerioritasan, memprioritaskannya sebagai
diagnose pertama dan tujuan criteria hasilpun pun penulis
mencantumkan 2x24 jam diharapkan nyeri yang diamami pasien
menurun.
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan sejak kemarin mual dan muntah 1x
Do:
1) Mual muntah 1 x
2) BB turun 2 kg
3) Makan habis ¼ porsi
4) Hasil penghitungan BBI pasien mengalami kurang gizi sedang
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menjadi
perioritas kedua karena pasein telah mengalami gangguan
kekurangann gizi sedang pada saat penghitungan BBI pasien. Makan
pemrioritasan diperioritaskan menjadi masalah ke2
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan minum sedikit setengah botol aqua besar.
Ds:
1) Pasien pucat dan lemah
2) Minum 600cc/hari
3) Lidah sedikit kotor
4) Menbran mukosa kering
Masalah keperawatan ini masih dijadikan sebagai resiko karena
data penunjang yang menunjukan kekurangan voleme cairan seperti
86

Hct tidak mengalami peningkatak maka masih menjadi resiko


kekurangan volume cairan.
d. Ganguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi.
Ds: pasien mengatakan sulit tidur
Do:
1) Pasien sering terbangun dimalam hari.
2) Pasien merasa asing dengan lingkungan baru
3) Terhambatnya fgerak tubuh pasien karena alat madis.
Pemerioritasan ini sebagai hal terakhir karena pengaruh dari
adaptasi pasien terhadap lingkungan rumah sakit yang dapat
ditangani dengan cepat dan pulaproses adaptasi yang masih dilakuak
pasien terhadap lingkungan baru.
3. Nursing Care Plan/NCP
Planning yang dilakuakn pada pasien diambil dari NOC dan NIC
yang dapat terlihat pencapaian serta penanganan yang tepat. Panduan ke2
buku tersebut membantu perawat dalam melakuakn intervensi
keperawatan dan mudah pencapaian yang digunakan. Dan jelas dalam
batasan intervensi yang memuat ONEC dari buku tersebut maka dapat
dilihat jelas batasan-batasanna.
4. Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan digunakan teksik SOAPIE yang dapat
melihat jelas perkembangan pasien dari hari ke hari. Metode ini cukup
efektif dalam hal pengevaluasian intervensi yang dietrapakan pada pasien.
Pemeriksaan trombosit sebagai salah satu evaluasi yang digunakan
untk mengatasi masalah trombositopeni yang dialami pasien. Terakhir kali
pasien menajalani pemeriksaan dan didapatkan trombosit 139 rb/mm³
Factor pendukung yaitu kerjasama yang baikantara penulis, pasien,
dokter dan perawat ruangan serta tersedianya alat-alat medis dan obat-
obatan untuk pasien. Penulis tidak menemukan hambatan yang berarti
dalam melakukan evaluasi keperawatan.
87

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik
lapangan yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan
dengan baik sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada
pasien dengan Demam Tipoid sulit membedakanya dengan DHF maka perlu
dilakuakn pemeriksaan immunologi ataupun pemeriksaan vidal yang dapat
membantu dalam penegakan diagnose. Penegakan diagnose keperawatan
antara landasan teori dap pengelolaan kasus sama, karena keluhan pasien
yangsama. Pengkajian yang komperhensif perlu dilakukan untuk membantu
masalah pasien dalam menigkatkan derajad kesehatannya.

B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien:
1. Bagi pasien
Pemerliharan lingkungan serta pola makan yang teratur dan
menjaga kebiasaan hidup sehat dan bersih perlu dilakuakn untuk
menghindari penyakit ini. Karena penyakit ini diakibatkan oleh bakteri
Salmonella Thypii yang dapat mengganggu pencernaan. Penanganan
yang tepat dan cepat dapat membantu pemulihan pasien serta mengindari
terjadi komplikasi dari penyakit tersebut.
2. Bagi perawat
Pengkajian yang menyeluruh dan komperhensif perlu dilakuakn
untuk mengevalusai masalah yang dialami pasien. Penanganan masalah
hipertermi serta trombositopenia yang dialami pasien perlu dilakukan.
88

Pengkolaborasian dengan tim kesehatan yang dapat membatu penanganan


masalah pasin perlu dilakuakn guna peningkatan derajad kesehatan pasien.
3. Bagi mahasiswa
Pemahaman landasan teori yang ada perlu dilakuakan agar tidak
terjadi kerancuan dari penegakan diagnose yang ada. Seperti kasus Demam
Tipoid dan DHF yang hamper sama tanda dan gejalanya. Pengujuian test
widal yang dilakukan pada pasien dengan Demam Tipoid perlu dilakukan
untuk mengetahui infeksi dari bakteri Salmonella Thypii. Dan uji
immunologiuntuk mengetahui infeksi dari Virus Dengue.
89

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk,(2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta; Penerbit Media


Aesculapius FKUI.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi ke Tiga, Jakarta;FKUI.

Behrman Richard. (1992). Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja
Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. Jakarta; EGC.

Effensy christantie.(1995). Perawatan Pasien DHF. Jakart; EGC.

Hiswani.(2003). Masalah Kesehatan Masyarakat yang Kejadiannya


Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan.
M e d a n : F a k u l t a s K e s e h a t a n Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Joss. Vanda dan Rose. Stephan.(1997). Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih
bahasa Agnes Kartini. Jakarta ; Hipokrates.

Mansjoer. Arif & Suprohaita.(2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta;
Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.

Ngastiyah.(2005). Perawatan Anak Sakit, edisi 2. Jakarta; EGC.

Nelson WE. (2000). Ilmu kesehatan anak. 15thed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta; EGC.

Noer. M. Sjaifoellah dkk.(1996). B u k u A j a r I l m u P e n y a k i t D a l a m


J i l i d I E d i s i K e t i g a . Jakarta; Balai Penerbit FKUI.

Ranuh. Hariyono dan Soeyitno. dkk. (2001). Buku Imunisasi Di Indonesia. edisi
pertama. Jakarta; Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
90

Rahmad Juwono. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. FKUI; Jakarta.

Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. (2003). Imunisasi Dewasa. Jakarta; FKUI.

Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta; EGC.

Soegeng Soegijanto. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan


Penatalaksanaan. Jakarta; Salemba Medika.

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.

Widiastuti Samekto. (2001). Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid.


Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai