Laporan
Laporan
Disusun Oleh:
0902012
YOGYAKARTA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing Akademik,
A. Medis
1. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer
di distal ileum.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai
demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-
kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya.
(Samsuridjal D dan heru S, 2003)
1
2
3. Penyebab
4. Patofisiologi
Basil Salmonela
Host Carrier
Typhii
Tertelan
Usus Lambung
Perdarahan
Anemia
Neotrofil dan monosit usus Anoreksia
memfagisit M.O
Perforasi Kurangnya
Peningkatan hipotalamus usus Intake in kebutuhan
kesel point adekuat nutrisi
Meningkatnya Kurangnya
hipertermi peritonitis
suhu tubuh kebutuhan
cairan tubuh
5. Gejala Klinis
a. Gejala klinis secara garis besar terdiri dari:
1) Demam satu minggu/lebih,
2) Terdapat gangguan saluran pencernaan
3) gangguan kesadaran.
b. Dalam minggu pertama:
Keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti:
1) Demam
2) Nyeri kepala
3) Anoreksia
4) Mual
5) Muntah
6) Diare
7) Konstipasi
8) Suhu badan yang meningkat.
c. Pada minggu kedua:
Maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas berupa:
1) Demam remiten
2) Lidah tifoid
Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan.
3) Pembesaran hati dan limpa
4) Perut kembung
5) Gngguan kesadaran dari ringan sampai berat.
d. Gejala lain:
1) Roseola
Bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit.
(Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
6
6. Pemeriksaan Penunjang
7
7. Penatalksanaan
8
8. Komplikasi
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,
bronkopneumonia, hepatitis.
(Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada
1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama
stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu
tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung. Pneumonia
sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali
9
9. Pencegahan
a. Usaha terhadap lingkungan hidup :
1) Penyediaan air minum yang memenuhi
2) Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
3) Pemberantasan lalat.
4) Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
b. Usaha terhadap manusia.
1) Imunisasi
2) Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi
personal hygiene.
(Mansjoer, Arif 1999).
B. Keperawatan
10
1. Pengkajian
a. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,
tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
b. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),
gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Thypoid atau sakit yang lainnya.
f. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit demam tipoid,
peningkatan metabolisme dan proses infeksi.
b. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
c. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
d. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang tidak
adekuat
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring/imobilisasi,
pembatasan aktivitas.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pengobatan,
intoleransi aktifitas/kelemahan
g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat
total
3. Rencana Keperawatan
Skala :
1. Never demonstrated
2. Earely demonstrated
3. Sometimes demonstrated
4. Often demonstrated
5. Consistently demonstrated
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri
dengan injuri biologis keperawatan selama 2x24 jam a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi,
diharapkan nyeri yang diaami karakteristik dan onset, durasi, frekwensi dan kualitas)
pasien dapat menurun dengan b. Observasi isyarat-isyarat non verbal klien terhadap
criteria hasil: ketidaknyamanan
14
1. Mengenal faktor-faktor c. Berikan analgetik sesuai anjuran
penyebab nyeri d. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
2. Mengenal onset nyeri mengeksperesikan nyeri
3. Melakukan tindakan e. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas
pengontrolan non analgetik hidup : pola tidur, nafsu makan, mood, pekerjaan,
4. Menggunakan analgetik tanggung jawab, relationship.
5. Melaporkan gejala-gejala f. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
kepada tim kesehatan g. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
6. Mengontrol nyeri nyeri yang telah digunakan
h. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Skala : i. Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab,
1 : Tidak pernah dilakukan berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan
2 : Jarang dilakukan j. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
3 : Kadang-kadang dilakukan mempengaruhi respon pasien terhadap
4 : Sering dilakukan ketidaknyamanan
5 : Selalu dilakukan k. Ajarkanpenggunaan teknik non farmakologis
l. Tingkatkan istirahat/tidur yang cukup
m. Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian analgetik
a. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum pengobatan
b. Berikan obat dengan 5 prinsip benar
c. Cek riwayat alergi obat
d. Libatkan pasien dalam pemilihan analgetik yang akan
digunakan
e. Pilih analgetik secara tepat/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
f. Minitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
15
pemberian analgetik
g. Monitor reaksi obat dan efek samping obat.
h. Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik
dan efek sampingnya
i. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik.
3 Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pertahankan keakuratan catatan asupan dan
cairan berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam haluaran
kurangnya intake cairan, dan diharapakan kebutuhan caiaran 2. Tingkatkan asupan oral
peningfkatan suhu tubuh. pasien dapat terpenuhi. Yang 3. Berikan penyuluhan kepada pasien mengenai kebutuhan
ditandai dengan: cairan yang dibutuhkan
1. Hidrasi adekuat (4) 4. Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi.
Sesuai dengan berat
tubuh pasein
2. Frekuensi nadi dan irama
nadi (4)
3. Kewaspadaan mental dan
orientasi kognitif (5)
4. Ketidakseimbangan nutrisi : Seteah dilakuakn tindakan 1. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 a. Catat jika klien mempunyai alergi makanan
b.d kurangnya intake makanan jam diharapkan status b. Batasi makanan manis
yang tidak adekuat nutrisi pasien menujukan: c. Buat jadual pemberian diit untuk klien
d. Anjurkan makanan dengan komposisi yang seimbang
1. Intake nutrisi dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai
2. Intake dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
makanan/minuman 1) Sesuaikan jumlah kalori dengan pertumbuhan,
3. Energi status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani
4. Massa tubuh untuk mencapai dan memper tahankan berat badan
16
5. BB idaman.
6. Ukuran biochemikal e. Timbang BB secara teratu
Skala : f. Lakukan oral higiene, jika perlu
1 : Extremely compromised
2 : Substantially compromised 2. Monitor Nutrisi
3 : Moderately compromised a. Monitor mual, muntah, diare, konstipasi
4 : Mildly compromised b. Monitor suasana lingkungan selama makan
5 : Not compromised c. Jadualkan pengobatan dan tindakan di luar jam makan
d. Amati gejala-gejala yang terjadi selama makan
3. Terapi Nutrisi
a. Pasang NGT, kelola, jika perlu
b. Beri obat sesuai order untuk mengatasi mual, muntah,
diare atau konstipasi
5. Intoleransi aktivitas b.d tirah Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Aktivitas
baring/immobilisasi, keperawatan selama 3x24 jam a. Tentukan perjanjian untuk meningkatkan
pembatasan aktivitas. diharapkan Activity Tolerance frekuensi/rentang aktivitas
menunjukan hasil: b. Motivasi untuk melakukan aktivitas yang diselingi
1. Saturasi oksigen dalam periode istirahat
batas normal (dbn) selama c. Motivasi klien dan bantu untuk melakukan latihan
berespon terhadap aktivitas dengan periode waktu yang ditingkatkan secara
2. HR, RR, BP dbn selama bertahap
aktivitas
3. Peningkatan toleransi
4. Berjalan
5. Pemenuhan ADL
6. Kemampuan
mengungkapkan perasaan
17
selama latihan 2. Manajemen Energi
Skala : a. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi
1 : Extremely compromised adekuat
2 : Substantially compromised b. Tawarkan diit tinggi kalori, tinggi protein
3 : Moderately compromised c. Beri suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
4 : Mildly compromised d. Tentukan periode istirahat dan aktivitas
5 : Not compromised
6 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Aktivitas Terapi :
pengobatan dan intoleransi keperawatan selam 3x24 jam a. Observasi respon terhadap aktivitas
aktifitas/kelemahan. diharapkan Energi konservatif b. Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans
menunjukan hasil: seperti stres, efek samping obat
1. Keseimbangan aktivitas dan c. Rencanakan periode istirahat di antara waktu bekerja
istirahat d. Anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai kemampuan
2. Mengunakan teknik energi pasien
konservatif e. Berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi
3. adaptasi gaya hidup sesuai f. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang
tingkat energy berlebihan saat melakukan aktivitas harian
4. Pelihara nutrisi adekuat
Skala :
1. Not at all
2. To a alight extent
3. To a moderate extent
4. To a great extent
5. To a very great extent
7 Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakuakn tindakan 1. Self Care Assistence
kelemahan, istirahat total keperawatan selam 3x24 jam a. Bantu ADL klien selagi klien belum mampu mandiri
diharpkan Self Care : Activities b. Pahami semua kebutuhan ADL klien
Daily Living (ADL) menunjukan c. Pahami bahasa-bahasa atau pengungkapan non verbal
18
hasil: klien akan kebutuhan ADL
1. Makan d. Libatkan klien dalam pemenuhan ADLnya
2. Berpakaian e. Libatkan orang yang berarti dan layanan pendukung
3. Toileting bila dibutuhkan
4. Mandi f. Gunakan sumber-sumber atau fasilitas yang ada untuk
5. Berhias mendukung self care
6. Higiene g. Ajari klien untuk melakukan self care secara bertahap
7. Kebersihan mulut h. Ajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan
8. Ambulasi : kursi roda mobilisasi secara aman (lakukan supervisi agar
9. Ambulasi : berjalan keamnanannya terjamin)
10. Berpindah i. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan self care
di RS
Skala : j. Beri reinforcement atas upaya dan keberhasilan dalam
1 : Tergentung, tidak ada melakukan self care
partisipasi
2 : Memerlukan bantuan orang
dan alat
3 : Memerlukan bantuan orang
4 : Tidak tergantung, dengan
bantuan alat
5 : Tidak tergantung
sempurna/mandiri
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Medis
1. Pengertian
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus,
terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang menyebabkan kematian.
(Hiswani 2003)
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina).
(Christantie Effendy, 1995)
2. Anatomi Fisiologi
Trombosit adalah sel anuclear (tidak mempunyai nukleus pada
DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3
µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit
(en:megakaryocyte) pendahulunya. Keping darah tersirkulasi dalam
darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang
menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah
keping darah yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan
jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. trombosit
memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti,
berukuran lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila
tersentuh benda kasar.
20
21
3. Etiologi
a. Virus dengue
24
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus
dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih
dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virusdengue
untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990).
4. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi 4 derajat:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas
2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,
perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( > 120 mmHg ),
tekanan darah menurun.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
26
5. Faktor resiko
a. Lingkungan yang bersuhu panas (tropis)
b. Keluarga yang pernah terjangkit virus dengue
c. Orang yang pernah terjangkit DBD
(Hiswani, 2003)
DHF/DBD
6. Patofisiologi
Viremia
↓
Vaskulitis Reaksi
Imunologis
Hiponatremia
Efusi Serosa
Asidosis
Metabolik
27
8. Test Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah
a) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b) Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c) Masa pembekuan normal ( 10-15 )
d) Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )
2) Kimia darah :
a) Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia
c) Hipokalemia
d) SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
e) Ureum meningkat.
6) Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
7) USG
Hematomegali – Splenomegali.
(Noer, M, 1996)
9. Komplikasi
a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti
pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati.
Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan
kematian.
b. Ensepalopati.
30
10. Penularan
a. Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina
b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu
menggigit/menghihisap darah orng yang sakit DBD atau orang
yang tidak sakit DBD tetapi didalam darahnya terdapat virus
dengue.
c. Orang yang mengandung Virus dengue tetapi tidak sakit,dapat
pergi kemana-mana dan menularkan Virus ini kepada orang lain di
tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti
d. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar
keseluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.
e. Bila nyamuk tersebut menggigit / menghisap darah orang lain virus
ini akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
f. Bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-
anak), maka virus ini akan menyerang sel pembeku darah dan
merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler).Akibatnya terjadi
pendarahan dan kekurangan cairan yang ada dalam pembuluh darah
orang itu.
g. Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengeu,
seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.
h. Dalam darah manusia, Virus dengue akan mati dengan sendirinya
dalam waktu kurang dari 1 minggu.
(Hiswani. 2003)
11. Pencegahan
a. Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat
sedikit terdapatnya kasus DHF.
31
propinsi di Indonesia dan bahkan sejak tahun 2001 telah menjadi suatu
penyakit endemik di beberapa kota besar dan kecil, bahkan di daerah
pedesaan.
Angka kesakitan dan kematian DHF di berbagai negara sangat
bervariasi dan tergantung pada berbagai macam faktor, seperti status
kekebalan dari populasi, kepadatan vektor dan frekuensi penularan
(seringnya terjadi penularan virus Dengue), prevalensi sero tipe virus
dengue dan keadaam cuaca.
13. Penatalaksanaan
a. Medik
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan )
untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75
mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada
anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b. Keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3) Observasi intik output
4) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi
tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam
beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
5) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti
nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria
dan sakit perut, beri infus.
34
6) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler,
beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan
thrombocyt.
c. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
d. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
B. Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil yang mungkin di dapat saat pengkajian :.
a) Data subyektif
1) Lemah.
2) Panas atau demam.
35
3) Sakit kepala.
4) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Nyeri pada otot dan sendi.
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
8) Konstipasi (sembelit).
b) Data obyektif
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),
epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada epigastrik.
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin,gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
c) Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
b) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
d) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
e) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh.
g) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan
infus).
h) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
i) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk
dan perdarahan yang dialami pasien.
3. Rencana Keperawatan
37
5. Anjurkan untuk 5. pakaian tipis
tidak memakai membantu
selimut dan mengurangi
pakaian yang penguapan tubuh.
tebal.
6. Berikan terapi 6. pemberian cairan
cairan intravena sangat penting bagi
dan obat-obatan pasien dengan suhu
sesuai program tinggi.
dokter.
2 Nyeri berhubungan dengan proses Setelah dialkuakan 1. Kaji tingkat 1. untuk mengetahui
patologis penyakit. tindakan keperawatan nyeri yang berapa berat nyeri
selama 1x24 jam dialami pasien yang dialami pasien.
diharapkan Rasa nyaman 2. Berikan posisi 2. Untuk mengurangi
pasien terpenuhi. Dengan yang nyaman, rasa nyeri
criteria hasil: usahakan situasi
Nyeri berkurang atau ruangan yang
hilang. tenang.
3. Alihkan 3. Dengan melakukan
perhatian pasien aktivitas lain pasien
dari rasa nyeri. dapat melupakan
perhatiannya
terhadap nyeri yang
dialami.
4. Berikan obat- 4. Analgetik dapat
obat analgetik menekan atau
mengurangi nyeri
pasien.
38
3 Gangguan pemenuhan kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan 1. Untuk menetapkan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan mual, sakit cara mengatasinya.
berhubungan dengan mual, muntah, selama 2x24 jam menelan, dan
anoreksia. diharapkan kebutuhan muntah yang
nutrisi pasien terpenuhi, dialami pasien.
dengan criteria hasil: 2. Kaji cara / 2. Cara menghidangkan
1. pasien mampu bagaimana makanan dapat
menghabiskan makanan mempengaruhi nafsu
makanan sesuai dihidangkan. makan pasien.
dengan posisi yang 3. Berikan 3. Membantu
diberikan makanan yang mengurangi
/dibutuhkan. mudah ditelan kelelahan pasien dan
2. Hasil HB dan Hct seperti bubur. meningkatkan
dalam batas asupan makanan .
normal 4. Berikan 4. menghindari mual.
makanan dalam
porsi kecil dan
frekuensi
sering.
5. Catat jumlah / 5. Untuk mengetahui
porsi makanan pemenuhan
yang dihabiskan kebutuhan nutrisi.
oleh pasien
setiap hari.
39
6. Berikan obat- 6. Antiemetik
obatan membantu pasien
antiemetik mengurangi rasa
sesuai program mual dan muntah
dokter. dan diharapkan
intake nutrisi pasien
meningkat.
7. Ukur berat 7. Untuk mengetahui
badan pasien status gizi pasien
setiap minggu.
4 Kurangnya volume cairan tubuh Setelah dilakuakn 1. Kaji keadaan 1. Menetapkan data
berhubungan dengan peningkatan tindaken keperawatan umum pasien dasar pasien untuk
permeabilitas dinding plasma. selam 2x24 jam (lemah, pucat, mengetahui
diharapkan Volume cairan takikardi) serta penyimpangan dari
terpenuhi.dengam criteria tanda-tanda keadaan normalnya.
hasil: vital.
1. Membrane mukosa 2. Observasi 2. Agar dapat segera
kering tanda-tanda dilakukan tindakan
2. Balance cairan syock. untuk menangani
seimbang syok.
40
3. Suhu 36,5-37,5°C 3. Berikan cairan 3. Pemberian cairan IV
intravena sesuai sangat penting bagi
program dokter pasien yang
mengalami
kekurangan cairan
tubuh karena cairan
tubuh karena cairan
langsung masuk ke
dalam pembuluh
darah.
4. Anjurkan pasien 4. Asupan cairan sangat
untuk banyak diperlukan untuk
minum. menambah volume
cairan tubuh.
5. Catat intake dan 5. Untuk mengetahui
output. keseimbangan
cairan.
5 Gangguan aktivitas sehari-hari Setelah dilakuakn 1. Kaji keluhan 1. Untuk
berhubungan dengan kondisi tubuh tindakan keperawatan pasien. mengidentifikasi
yang lemah. selam 3x 24 jam masalah-masalah
diharapkan pasien mampu pasien.
mandiri setelah bebas 2. Kaji hal-hal 2. Untuk mengetahui
demam. Dengan criteria yang mampu tingkat
hasil: atau yang tidak ketergantungan
Kebutuhan aktivitas mampu pasien dalam
sehari-hari terpenuhi dilakukan oleh memenuhi
pasien. kebutuhannya.
41
3. Bantu pasien 3. Pemberian bantuan
untuk sangat diperlukan
memenuhi oleh pasien pada saat
kebutuhan kondisinya lemah
aktivitasnya dan perawat
sehari-hari mempunyai
sesuai tingkat tanggung jawab
keterbatasan dalam pemenuhan
pasien. kebutuhan sehari-
hari pasien tanpa
mengalami
ketergantungan pada
perawat.
4. Letakkan 4. Akan membantu
barang-barang pasien untuk
di tempat yang memenuhi
mudah kebutuhannya
terjangkau oleh sendiri tanpa bantuan
pasien. orang lain.
6 Resiko terjadinya syok hypovolemik Setelah dilakukan 1. Monitor 1. memantau kondisi
berhubungan dengan kurangnya tindakan keperawatan keadaan umum pasien selama masa
volume cairan tubuh selama 3x24 jam pasien perawatan terutama
diharapkan pasien tidak pada saat terjadi
mengalami syok perdarahan sehingga
hipovolemik. Dengan segera diketahui
criteria hasil tanda syok dan dapat
segera ditangani.
42
1. Tanda-tanda vital 2. Observasi 2. tanda vital normal
dalam batas normal. tanda-tanda menandakan
2. Keadaan umum baik. vital tiap 2 keadaan umum baik.
sampai 3 jam.
3. Monitor tanda 3. Perdarahan cepat
perdarahan. diketahui dan dapat
diatasi sehingga
pasien tidak sampai
syok hipovolemik.
43
7 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Lakukan teknik 1. Tindakan aseptik
tindakan invasif (infus). tindakan keperawatan aseptik saat merupakan tindakan
selam 3x24 jam melakukan preventif terhadap
diharapkan tanda-tanda tindakan kemungkinan terjadi
infeksi pada daerah infasif pemasangan infeksi.
dap tidak terjadi. Dengan infus.
criteria hasil: 2. Observasi 2. Menetapkan data
1. Tidak terjadi tanda- tanda-tanda dasar pasien, terjadi
tanda infeksi vital. peradangan dapat
2. Talutan luka bersih diketahui dari
penyimpangan nilai
tanda vital.
3. Observasi 3. Mengetahui tanda
daerah infeksi pada
pemasangan pemasangan infus.
infus.
4. Segera cabut 4. Untuk menghindari
infus bila kondisi yang lebih
tampak adanya buruk atau penyulit
pembengkakan lebih lanjut.
atau plebitis.
8 Resiko terjadinya perdarahan lebih Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Penurunan trombosit
lanjut berhubungan dengan tindakan keperawatan penurunan merupakan tanda
trombositopenia. selam 3x24 jam pasien trombosit yang kebocoran pembuluh
diharapkan Tidak terjadi disertai gejala darah.
tanda-tanda perdarahan klinis.
44
lebih lanjut. Ditandai 2. Anjurkan pasien 2. Aktivitas pasien
dengan: untuk banyak yang tidak terkontrol
1. Jumlah trombosit istirahat dapat menyebabkan
meningkat. perdarahan.
3. Beri penjelasan 3. Membantu pasien
untuk segera mendapatkan
melapor bila penanganan sedini
ada tanda mungkin.
perdarahan
lebih lanjut.
45
2. Nadai 60-100 x/menit 4. Beri 4. Meringankan beban
3. Pasien mampu kesempatan pikiran pasien.
mengatasi kecemasan pada pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
5. Gunakan 5. Agar segala sesuatu
komunikasi yang disampaikan
terapeutik diajarkan pada
pasien memberikan
hasil yang efektif.
46
BAB III
A. Identitas
1. Pasien
b. Umur : 27 Tahun
d. Alamat : Klaten
e. Status : Kawin
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : D3
i. Pekerjaan : Swasta
k. No. RM : 01976xxx
l. Ruang : E
(9/01/12) 2. DHF
47
48
2. Keluarga / Penanggungjawab
b. Umur : 52 Tahun
c. Hubungan : Ibu
d. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Klaten
1. Kesehatan Pasien :
2. Kesehatan Keluarga :
Genogram :
X X X X
27
th
50
Keterangan:
X
: Perempuan meninggal : perempuan
X
: Laki-laki meninggal : laki-laki
: serumah : kembar
: hungungan darah
1. Pola Nutrisi-Metabolik
a. Sebelum sakit :
12) Minuman yang tidak disukai : pasien suka dengan semua jenis
minuman
Hasil BMI
Kategori BMI
Sangat kurus Kurang dari 14,9
Kurus 15 - 18,4
Normal 18,5 - 22,9
Gemuk 23 - 27,5
Kegemukan 27,6 – 40
Sangat gemuk Di atas 40
b. Selama sakit
1) Jenis makanan : Bubur Rendah Serat
52
6) Keluhan :
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
a) Frekuensi : 1x1
b) Waktu : pagi
c) Warna : kuning
d) Konsistensi : lunak
a. Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Memasak
Belanja
Merapikan rumah
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
2) Kebutuhan tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari :
b) Tidur siang: 1 kali tidur siang hanya dilakukan pada hari
minggu 1-2 jam
c) Tidur malam: 1 kali dari jam 21.00-05.00 = 8 jam
d) Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang
diutamakan : tidur malam karena pasien bekerja dari jam
07.00-17.00 WIB
e) Kebiasaan pengantar tidur : menonton Televisi
f) Apakah pasien selalu tidur dengan teman atau seorang diri :
pasien tidur bersama suami
55
3) Kebutuhan istirahat
a) Kapan : setelah magrib
b) Berapa lama : 1,5 jam
c) Kegiatan untuk mengisi waktu luang : menonton Tv
d) Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu
siang hari : pasien tidak menyediakan waktu khusus pada
siang hari untuk beristirahat.
e) Dalam suasana yang bagaimana pasien dapat istirahat dan
mengisi waktu luang: setelah selesai berkerja.
b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TT
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
56
2) Kebutuhan Tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : 3 jam
3) Kebutuhan Istirahat
a) Apakah pasien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau
capai/lelah, kurang istirahat, dsb : pasien ingin cepat pulang
b) Apakah pasien merasa
terganggu dengan suasana lingkungan yang baru : ya pasien
merasa aneh dengan lingkungan baru.
c) Apakah ada alat-alat medik
yang dipakai pasien/pasien lain yang mengganggu klien
untuk istirahat: iya pasien tidak dapat bergerak bebas.
a. Kebersihan kulit
1) Kapan kebiasaan mandi : 2xsehari
2) Apakah mandi menggunakan sabun/kosmetik/krim :
menggunakan sabun mandi
3) Keluhan: tidak terdapat keluhan
b. Kebersihan rambut
d. Kebersihan mata
1) Kebiasaan membersihkan mata : pasien jarang membersihkan
mata apabila terdapat benda asing pasien baru menggunakan
obat tetes mata.
2) Keluhan: tidak terdapat keluhan.
e. Kebersihan mulut
1) Berapa kali menggosok gigi tiap hari : 2xsehari (setiap mandi)
2) Apakah menggunakan pasta gigi : pasien menggunakan pasta
gigi saat menggosok gigi.
3) Keluhan: kesulitan makan karena menggunkaan kawat gigi
f. Kebersihan kuku
1) Kapan memotong kuku: setiap kuku terlihat panjang dipotong
2) Apakah anda biasa
menggunakan cat kuku : pasien tidak pernah menggunakan cat
kuku
3) Keluhan: tidak terdapat
keluhan.
b. NAPZA: Tidak.
c. Alkohol: Tidak.
d. intelektual
58
6. Pola Reproduksi-Seksualitas
a. Gangguan hubungan seksual : tidak.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder : berkembang baik,
seperti bentuk tubuh dan payudara berbentuk
c. Masalah menstruasi/hormonal : pasien mengalami gangguan
mentruasi kerap kali mundur hingga 5 hari.
d. Pap smear terakhir : belum pernah
e. Pemeriksaan payudara (SARARI)
setiap mandi
7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
b. Berbicara: Jelas
9. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, siapa: suami
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: Cari pertolongan
b. Selama sakit
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit : tidak ada, karena pasien malas
2) Membutuhkan bantuan (sebutkan) : tidak ada
3) Membutuhkan kunjungan rohaniawan : tidak ada
D. Pengkajian Fisik
2. Pengukuran BB : 38 kg.
d. Respirasi : 20 x/mnt.
Reguler/irregular: reguler
62
2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, getaran suara fremitus
seimbang, tidak terdapat rasa sakit sekitar dada, tidak terdapat
nyeri saat penekanan, tidak terdapat masa, pernafasan lambat
dan dalam jenis pernafasan dada.
3) Perkusi
Seluruh lapang paru timpani, batas jantung atas ICS 3 batas
jangtung bawah ICS 5. Patas paru hepar ICS 6-7.
4) Auskultasi
Seluruh lapang paru vasikuler, tidak terdapat bunyi
tambahan pada BJ I ataupun BJ II
i. Payudara
Payudara Simetri payudara kiri kanan, tidak terdapat kelainan pada
putting susu warna coklat tidak terapa masa.
j. Punggung: tidak terjadi kelainan bentuk punggung, tidak terdapat
bunyi tambahan pada paru-paru
k. Abdomen
64
1) Inspeksi
Warna kulit putih, tidak terdapat luka, umbilikus bersih,
perut flat. Perut simetris
2) Auskultasi
Peristaltik usus 12x/menit. Tidak terdengar bunyi tambahan
pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpany diseluruh region perut.
4) Palpasi
Tidak terdapat masa di abdomen, ginjal hati dan kandung
kemih tidak teraba.
l. Anus dan Rektum: tidak terjadi benjolan pada daerah anus.
m. Genetalia:
Tidak terjadi pembengkakan pada labia serta tidak terdapat benjolan
masa, tidak terjadi keputihan.
n. Ekstermitas
1) Atas
a) Kelengkapan anggota gerak : anggota gerak lengkap
b) Kelainan jari: tidak terjadi kelainan pada jari tangan pasien.
c) Tonus otot : tangan kanan 5, tangan kiri 5
d) Kesimetrisan: bentuk & gerak : tangan simetris
e) Clubbing finger : tidak terjadi clubbing finger
f) Oedema/tidak : tidak terjadi
2) Bawah
a) Adanya oedema: tidak terjadi odema
b) Kelengkapan anggota gerak : anggota gerak lengkap
c) Kekuatan otot : kaki kiri 5, kaki kanan 5
d) Bentuk kaki (X, O) : kaki lurus
e) Telapak kaki: tidak terjadi foot drop
65
o. Refleks
1) Refleks fisiologis: Biseps (+), triseps (+), lutut (+).
2) Refleks patologis: Babinski (-)
E. Rencana Pulang
F. Diagostik Test
1. Laboratorium
a. 9 januari 2012
66
G. Program Tindakan
1. Infus : Asering 500 ml = 20 tetes terpasang di tangan kiri.
2. Diet : Bubur Rendah Serat dengan penghitungan kalori
Standart Acuan BBI IMT
Rumus BBI: Obesitas >120% Dari BBI >30
BB (Kg) / TB (cm) Overweight 110-120 % Dari BBI 25-30
– 100 x 100% Normal 80-109 % Dari BBI 20-25
Underweight <80 % Dari BBI <20
Rumus BBI: Kurang gizi ringan 70-79% dari BBI
BB (Kg) / TB (cm) Kurang gizi sedang 60-69% dari BBI
– 100 x 100% Kurang gizi berat <60% dari BBI
Berat Badan Ideal pasien:
38 Kg/ 155 Cm – 100 x 100 % = 69%
Berat badan pasien berdasarkan penghitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami kurang gizi sedang
Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keterangan
Somerol 2x1 vial 125 mg IV Setelah makan
OMZ 1x140 mg IV Setelah makan
68
H. Program Pengobatan
KONTRA
No. NAMA OBAT INDIKASI EFEK SAMPING IMPLIKASI KEP.
INDIKASI
1 Asering Terapi cairan Anemia berat Demam, infeksi tempat injeksi, Oberervasi tanda-tanda
pengganti untuk dan gagal trombisis vena, atau phlebitis dehidrasi dan haluaran
kondisi kehilangan jantung pada tempat injeksi, urine
cairan secara akut hipervolemia
2 Somerol kondisi inflamasi dan Infeksi jamur , Gangguan keseimbangan Observasi tanda-tanda
alergi, rinitis alergia, vaksinasi, cairandan elektrolit, kelemahan dehidrasi. Pantau
penyakit autoimun, varisela, herpes otot, gangguana penyembuhan haluaran dan masukan
enyakit reumatik, simpleks, luka, katarak subkapsula pada pasien.
gangguan hematologi penggunaan posteriorhambatan pertumbuhan
(trombositopenia) jangka lama pada anak, insufisiensi adrenal,
pada tukak sindrom chusing, osteoporosis,
duodenum dan tukak peptik.
tukak peptik,
osteoporosis,
pasien dengan
riwayat psikosis,
TB
3 Thiampenicol Infeksi yang Hipersensitive, Diskrasia darah, gangguan GI Observasi tanda-tanda
disebabkan oleh gangguan fungsi dan reaksi hipersensitivitas, sakit hipersensitivitas dan
salmonella Sp., H ginjal dan hati kepala, depresi mental, neuritis nyeri abdomen.
influensa, riketsia, berat, jangan optik, sindrom gray.
limfogranuloma- digunakan untuk
psitakosis, kuman Gr- pencegahan
penyebab meningitis infeksi bakteri,
dan bekteremia. influensa atau
69
infeksi
tenggorokan
4 vometa Sindrom dispepsia Jika stimulasi Jarang:kram perut ringat Observasi nyeri
disertai prngosongan terhadap abdomen.
lambung yang lama motilitas
atau refluks gastro lambung
esofagus dan dianggap
esofangitis. Rasa membahayakan.
penuh diepigastrium,
rasa panas
diepigastrium, dan
retrosternal. Mual
muntah karena
berbagai penyebab.
5 Pamol Untuk meredakan Gangguan Kerusakan hati pada pemberian Observasi suhu klien
nyeri, dan demam jika fungsi hati berat dosis tinggi dan penggunaan dan catat
pemberian secara oral jangka panjang, reaksi perkembangannya.
tidak memungkinkan. hipersensitivitas
6 OMZ Terapi jangka pendek Jarang terjadi, sakit kepala, Observasi nyeri
ulkus duodenal, dan gangguan GI dan ruam kulit. abdomen
lambung, refuks
esofagitis, sindron
zollinger-Ellison
70
71
I. Analisis Data
71
72
J. Diagnosa Keperawatan
73
3. Berikan informasi engenai 3 memberikan penjelasan pada
nyeri, seperti penyebab nyeri, pasien serta cara antisipasinya
seberapa lama akan sehingga pasien mampu
berlangsung dan antisipasi melakukannya secara mandiri
ketidaknyamanan dari dalam menangani nyeri yang
prosedur. dialami oleh pasien.
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pasien mengenai 1 membantu menentukan diet
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 makanan kesukaan, mkanan yang tepat bagi pasien.
Hilangnya nafsu makan. Ditandai dengan: jam diharapkan status pantangan serta alergi yang
DS: pasien mengatakan sejak kemaren mual nutrisi pasien dapat dialami selama diet
muntah 1 kali terpenuhi dengan kriteria dilakukan.
Do: hasil: 2. Ciptakan lingkungan yang 2 Lingkingan yang nyaman dan
a. Mual muntah a. Mempertahankan berat menyenangkan untuk makan. terbebas dari bau atau pun
b. BB turun 2 kg badan 38 kg pada barang-barang yang tidak
c. Makanan habis ¼ porsi tanggal 11 januari 2012 mendukung selama proses
d. Paisen lemah dan pucat b. Tolerasnsi terhadap diet makan dapat meningkatkan
e. Penghitungan BBI menunjukan pasien yang dilakukan kenyamanan dalam makan.
kurang gizi sedang 3. Berikan informasi yang tepat 3 Memberikan pemahaman
tentang kebutuhan nutrisi dan pada pasien mengenai diet
bagaimana memenuhinya. yang tepat bagi penyakit
yang diderita.
74
4. Kolaborasikan dengan ahli 4 Membantu memenuhi
gizi mengenai alergi, ataupun kebutuhan nutrisi sesuai
makanan pantangan yang dengan keinginan pasien.
ada.
3 Resiko Kekurangan Volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pertahankan 1. memantau status hidrasi
berhubungan dengan Asupan cairan yang keperawatan selama 2x24 keakuratan catatan asupan pasien yang komperhensif
tidak jam diharapakan dan haluaran
adekuat. Ditandai dengan: kebutuhan caiaran pasien 2. Tingkatkan asupan oral 2. mempertahankan hidrasi
Ds: pasien mengatakan minum sedikit dapat terpenuhi. Yang yang ade kuat sesuai dengan
setengah botol aqua besar. ditandai dengan: kebutuhan pasien
Do: a. Hidrasi adekuat (4) 3. Berikan penyuluhan kepada 3. meningkatkan pemahaman
a. Pasien pucat, lemah 2260 ml/hari pasien mengenai kebutuhan pasien akan status cairan
b. Minum 600cc/24 jam b. Frekuensi nadi dan cairan yang dibutuhkan yang diperlukan
c. Lidah sedikit kotor irama nadi (4) 4. Berikan terapi IV sesuai 4. Membantu meningkatkan
d. Nadi 80x/menit c. Kewaspadaan mental assering 500 ml kebutuhan cairan pasien.
dan orientasi kognitif
(5)
4 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pola tidur pasien dan 1. membantu keefektifan tidur
Hospitalisasi ditandai dengan: keperawatan selam 3x24 catat hubungan faktor-faktor yang dilakuakn pasien.
Ds: pasien mengatakan sulit tidur jam diharapkan pola tidur fisik
Do: pasien tidak mengalami 2. Hindari suara yang keras dan 2. memberikan kenyamana
a. Pasien sering terbangun dimalam hari gangguan dengan kriteria penggunaan lampu saat tidur yang dapat membantu
b. Pasien merasa asing dengan lingkungan hasil: malam, berikan lingkungan pasien dalam tidur.
baru a. Terjaga dimalam hari yang tenang dan damai, serta
c. Terhambatnya gerak tubuh pasien dengan (5) minimalkan gangguan.
alat medis b. Tidur siang (5)
75
c. Perasaan segar setelah 3. Jelaskan pentingnya tidur 3. Pemahaman yang cukup
bangun tidur (5) selama sakit dapat membantu pasien
dalam penangan masalh
yang dialami pasien.
4. Kolaborasikan dengan dokter 4. Membantu memenuhi
pemberian obat tidur apabila kebutuhan tidur pasien.
tidak mengganggu pemulihan
kesehatan pasien.
76
77
L. Catatan Perkembangan
Ruangan : VI
Tanda
No. No. DK / MK Tgl / Jam Perkembangan (SOAPIE)
Tangan
1 Dx1 9 januari 2012 I
07.00 E
Ds: pasien mengatakan habis 5
78
sedok makan.
Do:
1. Porsi makan pasien ¼ porsi
3 Dx3 9 januari 2012 I
14.00 E
S: pasien mengatakan tidak mual
dan muntah lagi
O:
- Pasien tidak pucat kembali
- Pasien mampu
menghabiskan 1 porsi
makanan
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-4
7 Dx3 11 januari S : pasien mengatakan belum
2012 minum, kencing 1 kali.
O:
-pasien pucat, lemah bibir kering.
-balance cairan sehari
Cairan masuk 2000
Cairan keluar 1200
Balance cairan: + 800
A: pasien masih mengalami
gangguan cairan, masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
I:
07.00 1. Mengobservasi keadaan pasien
KU: ringan, CM tidur.
10.00 2. Mengganti infus pasien assering
500ml
13.00 3. Mengukur balance cairan
Cairan masuk 700 ml
Cairan keluar 400ml
Balancairan + 300ml
14.00 E
S: pasien mengatakan sudah tidak
begitu haus lagi.
O:
-bibir lembab
Cairan masuk 700 ml
Cairan keluar 400ml
Balancairan + 300ml
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-3
8 Dx4 11 januari S: pasien mengatakan susah tidur
2011 O: pasien sering terbangun pada
81
A. Teori Medis
Hasil pemberian asuhan keperawatan yang telah diberikan pada
pasien dengan Demam Tipod dan DHF selama 2 hari maka
penulismendapatkan beberapa hal yang menjadi kritikal point dalam teori
serta kasus yang ada pada kejadian nyata.
Demam yang terjadi pada penderita Demam Tipod dan DHF
terkadang sama, terkadang disertai pula dengan trombositopenia pada
kedua penyakit tersebut, serta peningkatan dari SGOT dan SGPT
penggunaan uji widal pada pasien dengan Demam Tipod perlu dilakukan
untuk memastikan pasien menderita penyakit Demam Tipoid yang
diakibatkan oleh bakteri Salmonella Thypii. Pengujian immunoglobulin
juga dapat dilakuakn untuk memasitkan penyebab dari penyakit yang ada
sebagai gambaran pengujian immunoglobulin untuk penderita DHF erlu
dilaukan dengan hasil yang dapat dilihat dengan cara uji IgG dan IgM,
apabila hasil uji menunjukan:
1. IgM + namun IgG - : infeksi primer (infeksi karena DBD)
2. IgM + dan IgG + : infeksi sekunder
(infeksi DBD beserta infeksi bakteri/ virus lain)
3. IgM - dan IgG+ : riwayat terpapar atau dugaan infeksi sekunder
4. IgM - dan IgG- : bukan infeksi DBD, ulangi 3-5 hari bila curiga
(Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan
Kesehatanoleh Depkes RI)
Kasus yang ada belum dilakuakn pengujian test widal akan tetepi
menggunakan pemeriksaan feses pasien menunjukan bahwa terdapat
kandungan bakteri Salmonella Thypii. Didapati pula trombositopenia pada
kasus kelolaan yang sulit membedakannya dengan DHF, dan akhirnya
dilakukan pula pengujian immunoglobulin pada kasus kelolaan dan
82
83
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakuakn pada pasien dengan Demam
Tipoid yang terdapat pada kasus kelolaan berfokus pada masalah
pencernaan yang terjadi seperti perubahan pola BAB, pola makan,
mual ataupun muntah yang dialami pasien. Demikian pula pada
landasan teori yang didapatkan, focusing perlu likaukan untuk
mengetahui konsisi pasien saat ini.
Landasan teori mengemukakan bahwa hal pertama yang
akan terjadi pada pasien dengan Demam Tipoid adalah gangguan
pada temperature tubuh yang cenderung meningkat drastis, akan
tetapi pada kasus kelolaan pasien tidak mengalami hal tersebut
karena pasien sudah menjalani perawatan 3 hari dirumah sakit dan
saat dikaji pasien tidak mengalami suhu tubuh yang meningkat.
Penurunan eliminasi kemih yang didapatkan tidak terjadi
pada pasien. Penurunan yang ada sulit dibuktikan karena
pemantauan yang dilakuakan perlu menampung urin yang ada.
Sedangkan pasien tidak melakukannya sehingga pembuktian pada
penurunan berkemih pasien sulit dibuktikan.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik
lapangan yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan
dengan baik sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada
pasien dengan Demam Tipoid sulit membedakanya dengan DHF maka perlu
dilakuakn pemeriksaan immunologi ataupun pemeriksaan vidal yang dapat
membantu dalam penegakan diagnose. Penegakan diagnose keperawatan
antara landasan teori dap pengelolaan kasus sama, karena keluhan pasien
yangsama. Pengkajian yang komperhensif perlu dilakukan untuk membantu
masalah pasien dalam menigkatkan derajad kesehatannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien:
1. Bagi pasien
Pemerliharan lingkungan serta pola makan yang teratur dan
menjaga kebiasaan hidup sehat dan bersih perlu dilakuakn untuk
menghindari penyakit ini. Karena penyakit ini diakibatkan oleh bakteri
Salmonella Thypii yang dapat mengganggu pencernaan. Penanganan
yang tepat dan cepat dapat membantu pemulihan pasien serta mengindari
terjadi komplikasi dari penyakit tersebut.
2. Bagi perawat
Pengkajian yang menyeluruh dan komperhensif perlu dilakuakn
untuk mengevalusai masalah yang dialami pasien. Penanganan masalah
hipertermi serta trombositopenia yang dialami pasien perlu dilakukan.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi ke Tiga, Jakarta;FKUI.
Behrman Richard. (1992). Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja
Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. Jakarta; EGC.
Joss. Vanda dan Rose. Stephan.(1997). Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih
bahasa Agnes Kartini. Jakarta ; Hipokrates.
Mansjoer. Arif & Suprohaita.(2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta;
Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.
Nelson WE. (2000). Ilmu kesehatan anak. 15thed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta; EGC.
Ranuh. Hariyono dan Soeyitno. dkk. (2001). Buku Imunisasi Di Indonesia. edisi
pertama. Jakarta; Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
90
Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. (2003). Imunisasi Dewasa. Jakarta; FKUI.
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta; EGC.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.