Anda di halaman 1dari 61

1

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn. T DENGAN UROLITHIASIS

DI RUANG E RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Desta Windy Pamungkas

0902014

PROGRAM STUDY S-1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA
2

BABI
LANDASAN TEORI UROLITHIASIS

A. Medis
1. Pengertiaan
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis
ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
(Brunner and Suddatrh, 2002).
Urolithiasis adalah :
a. Pembentukan batu (calculus) dalam saluran kemih
b. Keadaan penyakit yang berhubungan dengan adanya batu dalam saluran
kemih. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari
ginjal sampai dengan kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi didalam urine. Urolithiasis merujik pada adanya batu dalam
sitem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas
kalsium oksalat, asam urat, magnesium, ammonium dan fosfat atau
gelembung asam amino.
(Asuhan Keperawatan Gangguan Ginjal: 65)

2. Anatomi Fisiologi
1
3

Gb. System perkemihan


Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan,
dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua
ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.

a. Ginjal
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat
langsung pada dinding abdomen
Fungsi ginjal :
1) mengeluarkan zat toksik/ racun
2) keseimbangan cairan
3) keseimbangan asam basa
4) mengeluarkan sisa metabolism (ureum, kreatin dll)
b. Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) lapisan luar (jaringan ikat/ fibrosa)
2) lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang mendorong urine melalui ureter
c. Vesika Urinaria
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai
penampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya karena kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis
Proses miksi
4

1) Distensi kandung kemih (± 250 cc) reflek kontraksi dinding


kandung kemih relaksasi spinkter internus relaksasi spinkter
eksternus pengosongan kandung kemih
2) Kontraksi kandung kemih dan relaksasai spinkter dihantarakan
melalui serabut saraf simpatis
3) Persarafan vesika urinaria diatur torakolumbal & kranial dari sistem
saraf otonom
d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih.
Berfungsi menyalurkan air kemih keluar dalam anatomi, uretra adalah
saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau
ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem
reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.
e. Fungsi Homeostasis Ginjal
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air
dalam darah. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4
melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang
dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses
homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan
penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan
atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan
memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif.
Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk
menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air
pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan kembali
menjadi 98%.
(Brunner & Suddarth,2002)
3. Etiology Dan Faktor Predisposisi
5

a. Hiperkalemia dan hiperkalsuria disebabkan oleh hiperparatiroidisme,


asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan
vitamin D, susu, dan alkali
b. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan immobilitas
c. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin (hiperumia dan
gout)
d. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (priteus vulgaris)
e. Sumbatan kronis dimana urine tertahan akibat benda asing dalam
saluran kemih
f. Kelebihan absorbs oksalat pada penyakit imflamasi usus dan reseksi
atau ileostomi
g. Tinggal didaerah yang beriklim panas dan lembab
(Asuhan Keperawatan Gangguan Ginjal: 65)

4. Patofisiologi dan WOC


Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu
terbentuk ketika konsentrasi supstansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat
dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi
supstrats tertentu. Seperti sitrat yang secaa normal mencegah kristalisasi
dalam urine, serta status cairan pasien. Infeksi, stasis urine, serta drainase
renal yang lambat dan perubahan metabolic kalsium, hiperparatiroid,
malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis, tuberculosis), masukan
vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia dan mendasari
pembentukan batu kalsium. Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit
Gout. Batu struvit mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya
ammonia – alkalin persisten akibat infeksi saluran kemih kronik. Batu
urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi. Batu sistin terjadi
6

pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia)
turunan.
(brunner and suddatrh, 2002: 1461).
Infeksi, statis
urine

Periode imobilitas

Drainase renal lambat Perubahan Metabolisme

Defesiensi Konsentrasi substansi


substrat
(kal.oksalat, kal.fosgat, asam urat)

Kalkuli traktus
urinarius

Urulithiasi
s

(Soeparman, 1999)
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan
b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
pelvic ginjal serta uretr paroksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri
hilang setelah batu keluar. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala
atau sumbatan seperti saat turun ke ureter (kolik uretra). Batu kandung
kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitis.
c. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan menggigil.
d. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare.

(chang, 2009)
7

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen untuk diagnosis batu ginjal
b. Pielogram intravena / pemindaian untuk mengenali kerusakan
structural, abnormalitas atau obstruksi karena batu
c. Hitung darah lengkap
d. Kultur urine dan Urinalisis

(Soeparman, 1999)
7. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalh untuk menghilangkan batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi
obstruksi yang terjadi.
a. Pengurangan nyeri: tujuan segera dari penananan kolik renal tau
ureteraladalah untuk mengurangi sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin atau meperiden diberikan untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri yang luar biasa.
b. Pengangkatan batu: pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batuyang menyebabkan obsrtuksi (jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
c. Lithotripsy gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL): adalah prosedur
noninvansif yang digunakan untuk menghancurkan batu dikalik ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa-
sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Pengangkatan bedah: pengangkatn bedah batu ginjal mode terapi utama.
(Brunner and Suddatrh, 2002)

e. Farmakologi yang diterapkan


Analgesia untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk
keluar sendiri. Opioid (injecsi morfin sulfat, petidin hidroklorida)au obat
AINS (mis ketorolac dan naproxen) dapat diberikan, bergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme
8

ureter. Pemberian antibiotic dilakukan apabila terdapat infeksi sal kemih


atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis dan obat tertentu dapat
diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya. Preparat diuretic tiazida akan mengurangi kandungan
kalsium dalam urine dengan menurunkan ekskresi kalsium dalam
tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan pemberian
alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat.
(Chang, 2009).
8. Komplikasi
a. Obstruksi Ginjal
b. Perdarahan
c. Infeksi
d. Hidronefrosis
(Soeparman, 1999)

B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada
klien
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
9

Riwayat Penyakit Sekarang: Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang


kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar
ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.
Riwayat Penyakit Dahulu: Kemungkinan klien sering mengkonsumsi
makanan yang kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja
berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman
dibuat dari susu/ produk susu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit
lainnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai berikut :
1) Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak
2) Keadaan klien biasanya CMC
3) Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia
4) Kulit kepala : kotor/tidak kotor

5) Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis
Sclera : ikterik/ tdk ikterik
6) Mulut dan gigi
Rongga mulut : kotor/tdk
Lidah : kotor/tdk
7) Dada dan thorak
I : simetris kiri dan kanan
P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan
P: normal/tdk
A: normal/tdk
8) Abdomen
I : adanya pembesaran pada abdomen bawah bagian belakang
A: bising usus (+) n: 5-35x/i
P : akan teraba massa bila keadaan sudah lanjut
P : n: tympani
9) Genetalia
10

Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi


skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan
10) Rectum dan anus
I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan
P: merasakan adanya massa
11) Kulit/ intagumen
I: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat,
kemerahan, sianosis, lesi kulit, ikterik.

e. Kebutuhan sehari-hari
1) Makan & minum:
Makan : Sehat : 3x sehari, komposisi nasi + lauk, sayur.
Sakit : 3x sehari, hanya menghabiskan setengh porsi.
Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air putih
Sakit : 10-12 gelas sehari, air putih
2) Eliminasi:
a) BAK:
Sehat : 5-7x sehari
Sakit : BAK melalui kateter
b) BAB:
Sehat : 1x sehari,konsistensi lembek
Sakit : 4x sehari konsistensi encer
3) Personal hygiene:
Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun
Sakit : 1x sehari dibantu di ats tempat tidur
4) Istirahat & Tidur
a) Tidur siang:
Sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan
Sakit : 6-7 jam, gelisah
b) Tidur malam:
Sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan
Sakit : 7-8 jam, gelisah
5) Data Psikologis
Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan
kondisinya, apalagi eliminasi urine tidak teratur dan nyeri, akan
menimbulkan kecemasan yang meningkat.

6) Data Social Ekonomi


11

Meliputi hubungan sosial klien dengan orang lain dan status


ekonominya, urolitiasis dapat menyerang siapa saja baik dari
golongan ekonomi rendah maupun tinggi
7) Data Spiritual
Menyangkut kemampuan klien untuk dapat melakukan ibadah
dengan baik untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi
adanya keyakinan spiritual yang berhubungan dengan penyakitnya.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah
menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata
6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein,
darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
2) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
12

3) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH


merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4) Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
5) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
6) Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
7) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi
batu.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan
kontraksi ureteral dan trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia
seluler.
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dengan proses
penyakit.
e. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
mual / muntah (nausea) dan diuresis obstruksi.
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan pembentukan batu pada traktus
urinarius.
13

3. Nursing Care Plan


No Diagnose Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakuakn tindakan 1. Kaji skala nyeri dan 1. Membantu
Kemungkinan berhubungan keperawatan selama 1x24 jam lokasi mengevaluasi
dengan: Peningkatan diharapkan nyeri hilang dengan tempat obstruksi
frekuensi / dorongan spasme terkontrol. Dengan dan kemajuan
kontraksi ureteral. criteria hasil: gerakan
1) Tampak rileks kalkulus.
2) Mampu beristirahat dengan
tepat. 2. Beri tindakan nyemen 2. Meningkatkan
seperti pijatan relaksasi,
pinggang (relaksasi menurunkan
dan distraksi). tegangan otot.

3. Bantu ambulasi sering 3. Hidrasi kuat


dan tingkatkan meningkatkan
pemasukan cairan. lewatnya batu
dan membantu
mencegah
pembentukan
batu
selanjutnya.

4. Beri kompres hangat 4. Menghilangkan


pada punggung tegangan otot
dan
menurunkan
refleks spasme.
14

5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk


obat narkotik, reflek membantu
spasme dan edema gerakan batu.
jaringan.
15

2 Perubahan eliminasi urine Setelah dilakuakn tindakan 1. Observasi intake dan 1. Mengetahui
b.d Stimulasi kandung keperawatan selam 2x24 jam output cairan serta fungsi ginjal
kemih oleh batu, iritasi diharapkan pasien mampu karakteristik urine. dan adanya
ginjal atau ureter. berkemih sacara normal. komplikasi.
a. Obstruksi mekanik,
inflamasi. 2. Dorong meningkatkan 2. Peningkatan
b. Berkemih dengan jumlah pemasukan cairan. hidrasi
yang normal dan biasa. membilas
c. Tidak mengalami tanda- bakteri, darah,
tanda obstruksi. debris, dan
membantu
lewatnya batu

3. Periksa urine dan 3. Penemuan batu


catat adanya keluaran menunjukkan
batu. identifikasi tipe
batu dan pilihan
terapi.

4. Pertahankan patensi 4. Membantu


kateter tak menetap. aliran urine/
mencegah
retensi dan
komplikasi.

5. Kolaborasi pemberian 5. Meningkatkan


obat Asetozolamide, pH urine untuk
menurunkan
pembentukan
batu asam
16

3 Gangguan thermoregulasi Setelah dilakuak ntindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui


berhubungan dengan proses keperawatan selam 1x24jam vital. perubahan suhu
infeksi. diharapkan Suhu kembali tubuh
dalam keadaan normal
1) Suhu tubuh 36oC – 37oC 2. Jauhkan dari baju 2. Dapat
2) Mukosa tidak kering. tebal / selimut tebal. meningkatkan
suhu tubuh

3. Anjurkan minum 3. Memenuhi


sesuai dengan cairan tubuh
kebutuhan.
17

4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakuakn tindakan 1. Beri kesempatan pada 1. Memberikan
kurangnya pengetahuan keperawatan selam 3x24 jam pasien untuk pasien untuk
tentang kondisi, prognosis dihatapkan Ansietas mengekspresikan mengkpresikan
dan kebutuhan pengobatan. berkurang. Dengan criteria perasaan dan cemas yang
hasil: harapannya. dengan cara
a. Mengungkapkan positif.
pemahaman tentang
kondisi, prognosis dan 2. Beri informasi tentang 2. Pengetahuai
pengobatan, ekspresi wajah sifat penyakit, tujuan membantu
rileks. tindakan dan mengurangi
pemeriksaan ansietas.
diagnostic.
18

5 Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakuakn tindakan 1. Tingkatkan 1. Mempertahanka


volume cairan dan elektrolit keperawatan selama 3x24 jam pemasukan cairan n keseimbangan
sehubungan dengan mual diharapkan pasien tidak sampai 3 – 4 cairan yang
dan muntah dan diuresis mengalami kekurangan volume liter/hari. dapat membantu
pasca obstruksi. cairan dengan criteria hasil: batu keluar.
a. TTV stabil, BB normal,
nadi perifer normal. 2. Timbang berat badan 2. Peningkatan
b. Membrane mukosa lembab. setiap hari. berat badan
c. Turgor kulit elastic yang cepat
d. Obsevasi intake dan output mungkin
cairan dan eletrolit berhubungan
seimbang. dengan retensi
e. Tidak terjadi muntah dan
diare. 3. Kolaborasi pemberian 3. Mempertahanka
cairan parenteral dan n volume cairan
obat antiemetik. dan
menurunkan
mual dan
muntah.

4. Kaji TTV, turgor kulit 4. Indicator


dan membrane hidrasi/ volume
mukosa. cairan.
19

6 resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakuakn tindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui


dengan pembentukan batu keperawatan selama 3x24 jam infeksi. perkembangan
pada traktus urinarius diharapkan tidak terjadi infeksi pasien.
di saluran kemih pasien dengan
criteria hasil: 2. Catat karakteristik 2. Urine keruh dan
a. Urin tidak bau busuk urine. bau
b. Pasien tidak menegluhkan menunjukkan
nyeri adanya infeksi

3. Gunakan teknik 3. Batasi


aseptic bila merawat. introduksi
bakteri ke dalam
tubuh.

4. Tingkatkan cuci 4. Menurunkan


tangan pada pasien resiko
dan staf yagn terlibat kontaminasi
silang.
20

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

PASIEN DENGAN UROLITHIASIS

Mahasiswa/NIM : Desta Windy Pamungkas/ 0902014

Tanggal : 20 Januari 2012

Jam : 14.00

A. Identitas

1. Pasien

a. Nama (initial) : Tn. S


b. Umur : 57 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Gunung kidul
e. Status : Kawin
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : SD tidak tamat
i. Pekerjaan : Tani
j. Tgl. masuk RS : 20 Januari 2012
k. No. RM : 00551xxx
l. Ruang : C/1A
m. Diagnosis kerja/medis : (26/01/12) 1. Urolithiasis

22
2. Keluarga / Penanggungjawab
a. Nama (initial) : Tn. P
b. Umur : 28 Tahun
c. Hubungan : Anak
d. Pendidikan : SMA
21

e. Pekerjaan : Buruh
f. Alamat : Gunung Kidul

B. Riwayat Kesehatan Pasien

1. Kesehatan Pasien:

a. Keluhan utama saat dikaji: Kencing tidak lancar


b. Keluhan tambahan saat dikaji: Nyeri ketika berkemih skala nyeri 6,
seperti dibakar, saat berkemih lama.
c. Alasan utama masuk Rumah Sakit :
Pasein mengatakan tidak bisa kencing dengan lancar pada tanggal 24
januari 2012
d. Riwayat penyakit sekarang:
Sejak tanggal 24 januari 2012 pasien mengatakan tidak mampu
kencing secra lancar akhirnya Pada tanggal 26 januari 2012 pasien
dan keluarga memutuskan periksa ke RS. Bethesda, di IGD pasien
diterima jam 13.00 dilakukan pemeriksaan Ro Thorax, ECG selain
itu juga dilakukan pemeriksaan PDL, GDS, SGOT, SGPT, Ureum,
dan Kreatinin, Serta diberikan obat keterolac 1x1 ampul. Pasien
didiagnosa oleh tim medis mengalami Urolithiasis, pasien
ditempatkan diruang C kamar IA terapi dari IGD dilanjutkan serta
ditambahkan obat amoxilin, telah dilakukan pemeriksaan urin
tampung dan BNO pada pasien selam berada diruangan.

e. Riwayat penyakit yang lalu :


1) Nama penyakit/waktu: Batu Ginjal/ 4 tahun yang lalu
2) Upaya pengobatan: Operasi Laser
3) Hasil: Pasien sembuh dan dapat beraktivitas.
f. Alergi: Tidak ada riwayat alergi pada pasien.

2. Kesehatan Keluarga :
Genogram :
X X X X

57 th
22

Pasien dan keluarga hanya mampu mengingat satu generasi diatasnya

keterangan gambar:
X
: Perempuan meninggal : perempuan

X
: Laki-laki meninggal : laki-laki

: serumah : ikatan pernikahan

: Pasien dengan Umur 57 th : hungungan darah

C. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi-Metabolik

a. Sebelum sakit :
1) Frekuensi makan: Tiga kali sehari
2) Jenis makanan/diet: Nasi biasa dan lauk pauk
3) Porsi yang dihabiskan: Satu porsi
4) Makanan yang disukai: Tidak ada makanan yang menjadi
kesukaan, jenis makanan apapun pasien mau.
5) Makanan yang tidak disukai: Tidak ada makanan yang tidak
pasien sukai, semua jenis makanan pasien mau.
6) Makanan pantang: Tidak ada makanan pantangan pada pasien.
7) Makanan tambahan/vitamin: Tidak ada
8) Kebiasaan makan: Dirumah
23

9) Nafsu makan: Baik


Alasan: Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanan dan rata-
rata makan 3x dalam satu hari tidak ada makanan yang tidak
pasien suka, semua jenis makanan pasien mau.
10) Banyaknya minum : Enam gelas (1200 cc/24 jam)
11) Jenis minuman : Teh dan air putih
12) Minuman yang tidak disukai: Tidak ada minuman yang tidak
disukai.
13) Minuman pantang: Pasien menghindarai pengkonsumsian kopi
karena membuat pasien pusing.
14) Perubahan BB 6 bulan terakhir : Tetap: 65 kg
b. Selama sakit
1) Jenis makanan : Nasi biasa
2) Frekuensi makan : Tiga kali sehari
3) Porsi makan yang dihabiskan: Satu porasi
4) Banyaknya minum dalam sehari: 5 gelas = 1000 cc
5) Jenis minuman : Air putih
6) Keluhan : Tidak ada keluhan
7) Alat bantu untuk memasukan zat makanan: terpasang infus RL
500 ml ditangan kiri

2. Pola Eliminasi

a. Sebelum sakit

1) Buang air besar (BAB)

a) Frekuensi : Sehari sekali

b) Waktu : Pagi hari

c) Warna : Kuning

d) Konsistensi : Lunak

e) Posisi waktu BAB duduk/jongkok : Jongkok

f) Penghantar untuk BAB: Pasien tidak menggunakan


penghantar khusus

g) Pemakaian obat: Pasien tidak menggunakan obat pencahar


khusus
24

h) Keluhan lain : Tidak ada keluhan

2) Buang air kecil (BAK)

a) Frekuensi (dalam sehari) : Tiga hingga empat kali

b) Jumlah (cc/24 jam) : 600cc

c) Warna : Kuning

d) Bau : Khas urin

e) Keluhan : Tidak ad keluhan

b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
a) Frekuensi : Pasien mengatakan belum BAB sejak kemarin.
b) Waktu : Tidak tentu
c) Warna : -
d) Konsistensi : -
e) Keluhan : Tidak ada keluhan.
2) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi (dalam sehari) : Enam hingga tujuh kali
b) Jumlah (cc/24 jam) : 600cc
c) Warna : Kuning
d) Bau : Khas urin
e) Keluhan : Rasa sakit berkemih, sakala nyeri 6, nyeri seperti
dibakar, saat kencing lama.

3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur


a. Sebelum sakit
1) Keadaan aktifitas sehari-hari
a) Kebiasaan olahraga: Tidak pernah
b) Jenis olahraga : Tidak ada
25

c) Lingkungan rumah/tempat kerja: Luas, tidak ada


tangga/eskalator: pasien seorang petani
d) Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari: Pasien
tidak menggunakan alat bantu khusus

e) Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri,


bantuan alat, orang lain, sangat tergantung : Mandiri

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Memasak

Belanja

Merapikan rumah

Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
26

2) Kebutuhan tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari: Dua kali
b) Tidur siang (berapa kali): Satu kali (12.00-14.00)
c) Tidur malam (berapa kali): Satu kali (20.00-05.00)
d) Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang
diutamakan : Tidur malam
e) Kebiasaan pengantar tidur: Tidak menggunakan penghantar
tidur
f) Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri :
Bersama istri
g) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut,
bantal,dan kasur: Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
keluhan.

3) Kebutuhan istirahat
a) Kapan: Siang hari
b) Berapa lama: Dua jam
c) Kegiatan untuk mengisi waktu luang : Tidur
d) Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu
siang hari: Pasien tidak menyediakan waktu khusus
e) Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan
mengisi waktu luang: Pekerjaan sawah telah selesai
b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 

Mandi 
27

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di TT 

Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total

2) Kebutuhan Tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari
(1) Tidur siang: Dua jam 12.00-14.00
(2) Tidur malam: Sembilan jam 20.00-05.00
b) Penghantar untuk tidur: Pasien tidak menggunakan
penghantar tidur
c) Keluhan tidur: Tidak ada

3) Kebutuhan Istirahat
a) Apakah klien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau
capai/lelah, kurang istirahat, dsb: Pasien mengatakan, “saya
disini biar sembuh”
b) Apakah klien merasa terganggu dengan suasana lingkungan
yang baru : Tidak
c) Apakah ada alat-alat medik yang dipakai klien/klien lain
yang mengganggu klien untuk istirahat: Iya, akan tetepi
pasien menganggap itu hal yang biasa karena ingin sembuh.
28

4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)

a. Kebersihan kulit

1) Kapan kebiasaan mandi: Dua kali sehari

2) Apakah mandi menggunakan: Sabun

3) Keluhan: Tidak ada keluhan

b. Kebersihan rambut

1) Kebiasaan mencuci rambut menggunakan shampoo atau tidak:


Kalo terasa gatal (satu minggu sekali)

2) Keluhan: tidak ada keluhan

c. Kebersihan telinga

1) Kapan merawat/membersihkan telinga: Setiap terasa geli dan


gatal

2) Keluhan: Tidak ada keluhan

d. Kebersihan mata

1) Kebiasaan membersihkan mata: Apabila kelilipan

2) Keluhan: Tidak ada keluhan

e. Kebersihan mulut

1) Berapa kali menggosok gigi tiap hari : Dua kali

2) Apakah menggunakan pasta gigi : Iya, pasien menggunakan


pasta gigi apabila menggososk gigi

3) Keluhan: Tidak ada keluhan.

f. Kebersihan kuku

1) Kapan memotong kuku: Apabila panjang


29

2) Apakah anda biasa menggunakan cat kuku : Tidak pernah

3) Keluhan: Tidak ada keluhan

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan

a. Penggunaan tembakau: Ya, satu hingga dua pack/hari.


b. NAPZA Tidak.
c. Alkohol: Tidak.
d. Intelektual
1) Pengetahuan tentang penyakit yang diderita: pasien mengatakan
“Tidak tahu”
2) Pengertian tentang perawatan, pencegahan penyakit yang
diderita: pasien mengatakan “Tidak tahu”
6. Pola Reproduksi-Seksualitas

a. Gangguan hubungan seksual: Pasien sudah tidak melakukan


hubungan seksual sejak 3 tahun yng lalu.

b. Perkembangan karakteristik seks sekunder: Bertumbuh dengan baik,


rambut pada dareah badan serta jakun tumbuh dengan baik pada
pasien.

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori

a. Keadaan mental: Sadar

b. Berbicara: Jelas, Mampu mengekspresikan pendapat

c. Bahasa yang dikuasai : Jawa, Indonesia (mampu memahami)

d. Kemampuan membaca: Pasien tidak mampu membaca

e. Kemampuan berkomunikasi: Baik, pasien mampu memahami bahasa


dengan baik, akan tetapi pasien menggunakan bahasa jawa.
30

f. Kemampuan memahami informasi: Perlu penjelasan yang sederhana


dan mudah dipahami

g. Tingkat ansietas (dengan alasannya) : Ringan, pasien mengatakn


“disini biar sembuh”

h. Ketrampilan berinteraksi: Memadai

i. Pendengaran: Baik

j. Penglihatan: Pasien mampu melihat dengan baik.

k. Vertigo: Pasien tidak pernah mengalaminya

l. Tak nyaman/nyeri: Nyeri saat berkemih, nyeri skala 6 tersa seperti


dibakar.

m. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri: Minum banyak

8. Pola Konsep Diri


a. Identitas diri: Pasien mengatakan “saya sudah tua sudah saatnya
sakit-sakitan”
b. Ideal diri: Pasien mengatakan “ saya ingin cepat sembuh dan bekerja
kembali”
c. Harga diri: Pasien mengatakan “saya di jagain disini bersama istri
dan keluarga saja saya sudah senang”
d. Gambaran diri: Pasien mengatakan “saya tidak tahu masalah
penyakit ini”
e. Peran diri: Pasien mengatakan “saya tidak bisa mengurus sawah”
9. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, siapa: Istri dan Anak-
anak
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: Diam
10. Pola Peran-Berhubungan
a. Selama sehat
1) Status pekerjaan: Bekerja
2) Jenis pekerjaan : Petani
31

3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat


(sebutkan) : Ronda
4) Sistem pendukung : Ada, pasangan, keluarga dalam rumah
terpisah
5) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : Istri menjaga
pasien, anak mengurus jamkesmas pasien
6) Kesulitan dalam keluarga
a) Hubungan dengan orang tua: Sudah sejak lama orang tua
pasein meninggal, pasien mengatakan, “sudah lupa”
b) Hubungan dengan anak saudara: Baik, pasien sering
ditunggu oleh keluraga dan selalu ditunggu istri
c) Hubungan perkawinan: Baik pasien mengatakan “ sudah
tua, yang penting apabila marah ya sewajarnya, baik-baik
saja”
b. Selama sakit
1) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga: Baik, anggota
keluarga secara bergantian menjaga pasien.
2) Bagaimana hubungan dengan masyarakat: Baik, pasien sering
mendapatkan kunjungan dari tetangga rumah.
3) Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan
lain: Baik, pasien berinteraksi dengan pasien lain yang dirawat
dalam satu ruangan dan keluarga yang menunggu.
11. Pola Nilai dan Keyakinan
a. Sebelum sakit
1) Agama: Islam
2) Larangan agama: Ada. Jika ada sebutkan : mengonsumsi olahan
babi ataupun anjing
3) Kegiatan keagamaan: Jarang
b. Selama sakit
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit : Tidak ada
32

2) Membutuhkan bantuan (sebutkan) : Tidak


3) Membutuhkan kunjungan rohaniawan : Tidak

D. Pengkajian Fisik

1. Pengukuran TB: 168 Cm.

2. Pengukuran BB: 65 Kg.

3. Pengukuran Vital Sign :

a. Tekanan darah: 140/110 mmHg, diukur di tangan kanan, posisi


pasien supinasi

b. Nadi: 80 x/mnt, nadi regular, diukur di arteri radialis dextra, kualitas


nadi kuat

c. Suhu: 36 0C, diukur di axcilla sinestra

d. Respirasi: 20 x/mnt, pernafasan regular, tipe pernapasan dada

4. Tingkat Kesadaran (kuantitatif & kualitatif) : kesadaran komposmentis


GCS: 15 E: 4 V: 5 M: 6

5. Keadaan Umum:
Klien tampak sakit : Sedang
Alasan : pasien nampak pucat selalu mengeluhkan tidak bisa kencing
secara lancar, terpasang infus RL 500ml ditangan kiri.
6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Kepala bulat, kulit kepala kotor, tidak terdapat luka ketombe sedikit,
pertumbuhan rambut lebat wajah simetris.tidak terjadi
pembengkakan pada daerah wajah
33

b. Mata
Mata bersih, sclera putih konjungtiva tidak anemis, mata pasien
mampu bergerak kesegala arah. Pupil isokor, TIO kedua mata
seimbang, refleks cahaya (+)
c. Telinga
Fungsi pendengaran berjalan dengan baik, bentuk telinga simetris
trlinga bersih, membran timpani terlihat, nyeri mastoid btidak ada,
tidak mengalami pengeluaran cairan pada telinga telinga bersih
refleks cahaya (+)
d. Hidung
Septum terletak ditengah, tidak terdapat sekeret pada hidung, nyeri
disinus tida ada, pasien mampu membau dengan baik. Pasien tidak
menggunakan aksesoris tambahan.
e. Mulut dan tenggorokan
Pasien mampu berbicara dengan jelas bibir kering, kelenjar mukosa
kering, lidah berwarna putih, palatum utuh tidak terdapat kelainan.
Uvula terletak ditengah, tidak terdapat gigi yang karies. tosnsil: T1.
Pasien tidak menggunakan aksesoris tambahan.
f. Leher
Bentuk leher simetris tidak terjadi pembesaran thiroid tidak terjadi
deviasi pada thrakea, tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
g. Tengkuk: Kaku kuduk (-)
h. Dada
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris perbandinga dada 2:1 dada flat, retreksi
dada baik mampu berkembang baik, tidak terjadi keterlambatan
antara dadai kiri ataupun kananpasien menggunakan pernafasan
dada. Ictus kordis tidak terlihat.
2) Palpasi
Saat bernafas dada simetris, suara fremitus kedua dada
seimbang, tidak terjadi rasa sakit pada daerah dada, tidak
terdapat masa, nafas dalam, pernafasan dada. Ictuskordis teraba
34

3) Perkusi
Suara pekusi seluruh lapang paru. Batas jantung atas ICS 3 bats
jantung bawah ICS 5. Bandingkan suara perkusi dari seluruh
dadabatas paru heper ICS 7-8
4) Auskultasi
Seluruh lapang paru vesikuler, Suara bronkhovesikuler:
brokeolus Suara bronkheal: bronkus, Suara rales (-) Suara
ronkhi (-) Suara friction rub akibat sisa pleuritis (-), tidak terjadi
bunyi tambahan pada BJ I ataupun BJ 2
i. Punggung
Punggung lurus tidak terjadi kelainan pada daerah punggung
j. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit kecoklattan, bentuk simetris tidak terdapat luka
pada daerah abdominal, tidak terdapat scar
2) Auskultasi
Frekuensi peristaltik 12x/menit intensitas pendek, tidak terdapat
bunyi tambahan pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpani seluruh abdomen. Perkusi ginjal kanan pasien
mengatakan sakit.
4) Palpasi
Tonus otot kendur, tidak teraba masa pada daerah abdominal,
teidak terdapat henia, palpasi oraga ginjal dan lien tidak teraba.
Nyeri tekan pada abdominal kanan bawah.
k. Anus dan Rektum
Pasien mengatakan “tidak ada benjolan”
l. Genetalia
1) Pada pria
Pasien mengatakan, “biasa saja tidak ada sakit, tidak ada
benjolan”
m. Ekstermitas
1) Atas
a) Kelengkapan anggota gerak: anggota gerak lengkap
35

b) Kelainan jari (Syndactili, polidactili): tidak terjadi kelainan


pada jari tangan
c) Tonus otot: Tangan kanan 5 tangan kiri 5
d) Kesimetrisan: bentuk & gerak: Bentuk simetris, mampu
bergerak bebas, teradapat infus RL 500ml ditangan kanan
e) Clubbing finger: Tidak terjadi
f) Oedema/tidak: Tidak terdapat udema
2) Bawah
a) Adanya oedema (ket. pitting oedema): Tidak terjadi edema
b) Kelengkapan anggota gerak: Anggota gerak lengkap
c) Kekuatan otot: Kaki kiri 5 kaki kanan 5
d) Bentuk kaki (X, O): Kaki lurus
e) Telapak kaki: Tidak terjadi foot drop
f) Adanya kaki gajah: Tidak terjadi kaki gajah.

n. Refleks
1) Refleks fisiologis:
a) Biseps(+)
b) Triseps(+)
c) Lutut(+)
2) Refleks patologis:
a) Babinski (-)

E. Rencana Pulang

1. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan: Keluarga

2. Keinginan tinggal setelah pulang : Di rumah sendiri

3. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: Dokter praktik

4. Kendaraaan yang digunakan saat pulang : Mobil


36

5. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang: Anak pasien menggunakan


bantuan jamkesmas.

6. Antisipasi masalah perawatan diri: Belum tahu

7. Bantuan yang diperlukansetelah pulang: Belum tahu.

F. Diagostik Test

1. Radiologi
a. 26 januari 2012
1) Ro Thorax
Hasil: Apical paru tenang, corak bronkovaskuler kasar, dengan
air broncogram minimal, susp psot bronkitis, dalam batas
normal
b. 27 januari 2012
1) BNO
Hasil: Prae peritoneal fat tampak tegas, udara usus normal,
distribusi merata, faecal material tidak prominen, renal outline
dan psoas line tidak tegas, tidak tempak gambaran khas adanya
radioque urolihiasis, adanya batu radiolancens belum bisa
dikesampingkan.
2. Laboratorium
37

a. 26 januari 2012
1) Darah
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Hb 14,71Gr/ dl 12-16 Gr/dl
Hct 46,2 / Vol% 37-43 Vol%
LED 79 mm/jam 0-15 mm/jam
Trombosit 225 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
Golongan darah A -
Monosit 5,4 Ribu/mm³ 200-600/mm³
Limfosit 28,2 Ribu/mm³ 1700-3500/mm³
SGOT 35,4 U/L s/d 31 U/L
SGPT 51,0 U/L s/d 32 U/L
Gula arah sesaat 110 <140
2) Urin
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Warna Kuning Kuning
BJ 1,020 1,015 – 1,025
PH 6 4,8 – 7,4
Protein - -
Epitel + +
Silinder - -

b. 27 februari 2012
1) Darah
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Hb 16 Gr/ dl 12-16 Gr/dl
Hct 46, 1/ Vol% 37-43 Vol%
Leukosit 8,950 ribu/mm³ 4-10 ribu/mm³
Trombosit 254 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
Golongan darah A -
Ureum 44,1 mg/dl 10-50 mg/dl
Creatinin 1,2 mg/dl 0,5-0,9 mg/dl

G. Program Tindakan
1) Diet :
Rumus BBI: Standart Acuan BBI IMT

Obesitas >120% Dari BBI >30


38

BB (Kg) / TB Overweight 110-120 % Dari 25-30


(cm) – 100 x BBI
100%
Normal 80-109 % Dari 20-25
BBI

Underweight <80 % Dari BBI <20

Berat Badan Ideal pasien:


65 Kg/ 168 Cm – 100 x 100 % = 95%
Berat badan pasien berdasarkan penghitungan diatas dalam batas normal.

Kebutuhan Kalori pasien:


BB> 20 Kg = 1500 Kkal + 20 Kkal/KgBB/hari
1500 + 20 x 65= 2800 Kkal/hari
Dari kebutuhan kalori diatas dibagi dalam 3x penyajian makanan, maka
dalam 1x makan pasien harus mengkonsusmsi makanan sekitar 933 Kkal

2) kebutuhan cairan:
Setiap 1 Kkal tubuh membutuhkan 1 cc air untuk membantu
metabolisme, maka kebutuhan cairan pasien dalam 1 hari dapat
diperkirakan dari jumlah kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien 2800 Kkal x 1cc = 2800 Cc/hari
3) Infuse : RL 500 ml dipasang ditangan kiri tanggal 26 januari 2012 20
tetes/menit.
4) Obat

Non- Parenteral Parenteral

Amoxicilin 3x1 peroral Ketorolac 2x1 percep


39
40

H. Program Pengobatan (dengan analisis obatnya)


Implikasi
No Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping
kep.

1 Ketorolac Nyeri : Nyeri akut, Tidak diindikasikan Sistem Syaraf (23% dari 1x1 ampl
penanganan nyeri setelah untuk : pemberian IV) : Sakit kepala, percep
operasi. Pasien dengan pusing, cemas, depresi, sulit
Indikasi untuk sediaan hipersensitivitas urtikaria, berkonsentrasi, nervous,
mata : Inflamasi angioudema, kejang , tremor bermimpi,
konjungtivitis alergi bronkospasme, rinitis halusinasi, insomnia vertigo,
musiman yang parah psikosis.
Pasien yg alergi terhadap Gastro Intestin : (12-13% )
golongan salisilat Mual, diare, konstipasi, sakit
Penderita polip, asma, lambung, perasaan kenyang,
hipotensi, penanganan muntah, kembung, luka
kondisi nyeri yang minor lambung, tidak ada nafsu
atau kronik makan, sampai pendarahan
Pasien dengan penyakit lambung & saluran
tukak lambung aktif pembuangan
Pasien yg sedang Kulit : (2-4% dari pemberian
menggunakan obat gol. IV) Sakit di daerah tmp.
AINS Penyuntikan (IM), kemerahan,
hematoma gatal, berkeringat,
Pasien anak di bawah usia Reaksi sensitifitas : Syok
2 tahun anafilaksis Ginjal, elektrolit &
Pasien hamil trimester ke- efek genitourinari : Kerusakan
3 Pasien menyusui (atau fungsi ginjal pada pemberian
hentikan menyusui)
41

jangka panjang (2-3%)


Efek pada hati : Kenaikan
konsentrasi SGOT & SGPT
dalam serum Efek ke Jantung
& saluran darah : (4% dari
pemberian IV) hipertensi,
hipotensi, pembengkakan.
Efek pada darah :
meningkatkan risiko
pendarahan, trombositopenia,
Efek pada mata & telinga :
Gangguan penglihatan &
pendengaran Sindrom Stevens-
Johnson

2 Amoxicilin Infeksi yang disebabkan - Penderita yang - Pada pasien yang 3x1 peroral,
oleh kuman-kuman gram hipersensitif terhadap hipersensitif dapat terjadi observasi
positip dan gram negatip Penicillin dan turunannya. reaksi alergi seperti urticaria, tanda-tanda
yang peka terhadap - Bayi baru lahir dimana ruam kulit, angioedema dan alergi
Amoxicillin, seperti ibunya hipersensitif gangguan saluran cerna seperti
infeksi pada saluran terhadap Penicillin atau diare, mual, muntah, glositis
pernapasan bagian atas, turunannya. - Jangan dan stomatitis. - Kemungkinan
42

otitis media, bronchitis digunakan untuk reaksi anafilaksi.


akut dan kronik, pengobatan meningitis
pneumonia cystitis, atau infeksi pada tulang
urethris, pyelonephritis, sendi karena Amoxicillin
gonorhea yang tidak oral tidak menembus ke
terkomplikasi, infeksi dalam cairan
kulit dan jaringan lunak. cerebrospinal atau
sinovial.
43

I. Analisis Data

No. Data Masalah Penyebab


1 Ds: pasien mengatakan sakit Nyeri akut agen cidera biologis
saat kencinng, skala nyeri 5,
nyeri seperti dibakar.
Do:
- Pasien tampak
menyeringai saat
berkemih
- Tekanan darah 140/110
- Selalu membahas nyeri
yang dirasakan.
- Hasil pemeriksaan BNO
adanya batu
radiolancens belum disa
dikesampingkan
2 Ds: Pasien mengatakan: saya Kekurangan volume ketidak adekuatan
sering kebelakang minum cairan intake cairan
sedikit takut sakit
Do:
- membran mukosa kering
- Bibir kering
- Hct 46,1/Vol%
- Nadi 80x/menit
3 Ds: Pasien mengatakan: Gangguan eliminasi obstruksi anatomik
apabila kencing tidak lega, urinarius
kelura hanya sedikit-sedikit.
Do:
- Pasien sering ke kamar
mandi
- Hasil pemeriksaan BNO
adanya batu
radiolancens belum disa
dikesampingkan
4 Ds: pasien mengatakan tidak Defisist perawatan diri: hambatan kemampuan
bisa bergerak bebas Mandi berpindah ditanda
Do:
- Terpasang infus
ditangan kiri
- Mandi dibantu orang
- Tidak mampu mandi
secara mandiri
44

J. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
Ds: pasien mengatakan sakit saat kencinng, skala nyeri 5, nyeri
seperti dibakar.
Do:
- Pasien tampak menyeringai saat berkemih
- Tekanan darah 140/110
- Selalu membahas nyeri yang dirasakan.
- Hasil pemeriksaan BNO adanya batu radiolancens belum disa
dikesampingkan
2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak adekuatan
intake cairan ditandai dengan
Ds: Pasien mengatakan: saya sering kebelakang minum sedikit takut
sakit
Do:
- membran mukosa kering
- Bibir kering
- Hct 46,1/Vol%
- Nadi 80x/menit
3 Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi
anatomik ditandai dengan
Ds: Pasien mengatakan: apabila kencing tidak lega, kelura hanya
sedikit-sedikit.
Do:
- Pasien sering ke kamar mandi
- Hasil pemeriksaan BNO adanya batu radiolancens belum disa
dikesampingkan
4 Defisist perawatan diri: mandi berhubungan dengan hambatan
kemampuan berpindah ditanda dengan:
Ds: pasien mengatakan tidak bisa bergerak bebas
Do:
- Terpasang infus ditangan kiri
- Mandi dibantu orang
- Tidak mampu mandi secara mandiri

Tanggal : 27 Januari 2012 TT : ...........................................


45

K. Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Tn. T

Ruangan : C/IA

Waktu : 14.00

Nama Mahasiswa : Desta Windy Pamungkas

Diagnosa Tindakan Keperawatan


No. Keperawatan & Data Rasional
Penunjung Tujuan & Kriteria Tindakan
1 Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam:
27 Januari 2012/ 14.00 27 Januari 2012/ 14.00 27 Januari 2012/ 14.00 27 Januari 2012/ 14.00
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakuakn pengkajian nyeri 1. Membantu dalam
dengan agen cidera biologis tindakan keperawatan yang komperhensif meliputi menentukan kefektifan
ditandai dengan selama 2x24 jam nyeri lokasi, karakteristik, awitan, terapai yang diberikan
Ds: pasien mengatakan sakit pasien dapat berkurang durasi, frekuensi, kwalitas, serta memantau
saat kencinng, skala nyeri 5, ditandai dengan: intensitas,atau perkembangan nyeri
nyeri seperti dibakar. 1. Tingkat kenyamanan keparahannyeri dan faktor yang dialami oelh pasien
(4) presipitasi.

Do:
46

- Pasien tampak 2. Perilaku 2. Kendalikan faktor 2 lingkungan yang nyaman


menyeringai saat mengendalikan nyeri lingkungan yang dapat dan bersis memberikan rasa
berkemih (4) mempengaruhi respon nyaman bagi pasien
- Tekanan darah 140/110 3. Nyeri: efek merusak: pasien terhadap sehingga nyeri yang pasien
- Selalu membahas nyeri (5) ketidaknyamanan alami dapat berkurang
yang dirasakan. 4. Tingkat nyeri (5) 3. Berikan informasi engenai 3 memberikan penjelasan
- Hasil pemeriksaan BNO nyeri, seperti penyebab pada pasien serta cara
adanya batu radiolancens nyeri, seberapa lama akan antisipasinya sehingga
belum disa berlangsung dan antisipasi pasien mampu
dikesampingkan ketidaknyamanan dari melakukannya secara
prosedur. mandiri dalam menangani
nyeri yang dialami oleh
pasien.
4. Kolaborasikan dengan tim 4 agen dalam obat tersebut
kesehatan pemberian memungkin dakan dalam
analgetic. membantu penurunan nyeri
yang dialami oleh pasien.

2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan 1. Kaji dan pertahankan 1 memantau status hidrasi
berhubungan dengan ketidak tindakan keperawatan keakuratan catatan asupan pasien yang komperhensif
adekuatan intake cairan selama 2x24 jam dan haluaran
ditandai dengan diharapakan kebutuhan 2. Tingkatkan asupan oral 2 mempertahankan hidrasi
Ds: Pasien mengatakan: saya caiaran pasien dapat yang ade kuat sesuai dengan
sering kebelakang minum terpenuhi. Yang ditandai kebutuhan pasien
sedikit takut sakit dengan: 3. Berikan penyuluhan kepada 3 meningkatkan pemahaman
Do: 1. Hidrasi adekuat pasien mengenai kebutuhan asien akan status cairan
- membran mukosa kering (4) cairan yang dibutuhkan yang diperlukan
47

- Bibir kering 2800 ml 4. Berikan terapi IV sesuai Membantu meningkatkan


- Hct 46,1/Vol% 2. Frekuensi nadi indikasi Kaen 3b+1ampl kebutuhan cairan pasien.
- Nadi 80x/menit dan irama nadi 500 ml
(4)
3. Kewaspadaan
mental dan
orientasi kognitif
(5)

3 Gangguan eliminasi urinarius Setelah dilakukan 1. pantau eliminasi urin dan 1. memastikandan
berhubungan dengan obstruksi tindakan keperawatan gejal infeksi saluran kemih memantau pasien dari
anatomik ditandai dengan selam 3x24 jam kemungkinan infeksi yang
Ds: Pasien mengatakan: diharapkan elaminasi terjadi dalam saluran kemih
apabila kencing tidak lega, pasien dapat lancar 2. Bantu pasien melakukan 2. membantu pasien untuk
kelura hanya sedikit-sedikit. kembali dengan kriteria toileting. lebih sabar dalam berkemih
Do: hasil: untuk tidak mengejan saat
- Pasien sering ke kamar 1. mampu ke toilet secara berkemih karena akan
mandi mandiri menimbulkan rasa sakit
- Hasil pemeriksaan BNO 2. tidak adanya infeksi
adanya batu radiolancens saluran kemih 3. Ajarkan pasien tanda dan 3. penanganan yang cepat
belum disa 3. berkemih lebih dari gejal infeksi saluran dapat meminimalkan resiko
dikesampingkan 150cc setiap kali. kencing pasien mengalai ganggun
yang lain
4. Kolaborasikan dengan tim 4. penanganan yang cepat
kesehatan apabila terjadi menurunkan resiko
infeksi saluran kencing. komplikasi.
48

4 Defisist perawatan diri: mandi Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan untuk 1. kemampuan
berhubungan dengan hambatan tindakan keperawatan menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
kemampuan berpindah ditanda selam 3x24 jam dapat mengindikasikan
dengan: diharapkan pasien bahwa pasien mampu
Ds: pasien mengatakan tidak mampu melakukan melakukan secara mandiri.
bisa bergerak bebas mandi secar mandiri 2. dukung kemandirian pasien 2. motivasi yang kuat dapat
Do: ditandai dengan: dalam melakukan mandi dan memampukan pasien
- Terpasang infus 1. menerima bantuan higiene mulut, bantu pasien melakukan kegiatan secara
ditangan kiri perawat juka diperlukan. jihanya jika diperlukan. mandri
- Mandi dibantu orang 2. mempertahankan 3. ajarkan pasien dan keluarga 3. penggunaan waslap
- Tidak mampu mandi mobilisasi yang dalam mandi menggunakan membantu pasien selam
secara mandiri diperlukan untuk ke waslap infus masih terpasang
kamar mandi. 4 latak alat mandi dalam 4. mempermudah pasien
3. mengungkapkan jangkauan pasien dalam melakuakn kegiatan
secara verbal kepuasan mandi
kebersihan tubuh dan
mulut
49

L. Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn. T

Ruangan : C/1A

Diagnosis Medis : .Batu Saluran Kemih (BSK)

Tgl / Tanda
No. No. DK / MK Perkembangan (SOAPIE)
Jam Tangan
1 Dx 1 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi nyeri yang
dialami pasien
Pasien mengatakan “sudah
tidak begitu nyeri diperut,
nyeri hanya kalo pipis”
14.30 Merapikan kamar pasien
15.00 Mengukur tanda-danda vital
S: 36°C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
18.00 Mengukur Vital sign
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
20.00 Memberikan obat ketorolac 1
ampul
21.00 E
Ds: Pasien mengatakan
“sudah tidak begitu nyeri
diperut, nyeri hanya kalo
pipis”
Do:
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
50

2 Dx2 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi intake oral
pasien. Pasien mengatakan
sudah minum 1 botol aqua
16.00 Mengobservasi hasil
laboratorium pasien
Hct: 46,1/ vol %
18.00 Memotivasi pasien untuk
minum diperbanyak minimal
1 botol aqua besar lagi
21.00 E
Ds
Pasien mengatakan sudah
minum 1 botol aqua
Do:
Hct: 46,1/ vol %
Membran mukosa kering
Bibir kering
3 Dx3 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi kemampuan
pasien dalam BAK, pasien
mengatakan saya sudah ke
belakang 7 kali, kencing
Cuma sedikit, tidak lega,
rasanya sakit seperti terbakar.
20.00 Memberikan obat amoxicilin
1 tablet
21.00 E
Ds: pasien mengatakan saya
sudah ke belakang 7 kali,
kencing Cuma sedikit, tidak
lega, rasanya sakit seperti
terbakar.
Do:
- Pasien menyeringai
saat berkemih
- Mengungkapakan
secara verbal rasa
ketidak nyamanan.
51

4 Dx4 27/01/12 I
14.00 Memandikan pasien den
mengganti baju pasien
Pasien belum mampu madi
sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
21.00 E:
Ds: Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
Do: Pasien belum mampu
madi sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
5 Dx1 28/01/12 S: Pasien mengatakan “sudah
tidak begitu nyeri diperut,
nyeri hanya kalo pipis”
O:
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
A: masalah teratasi sebagaian
P: lanjutkan intervensi
I:
14.00 Mengobservasi nyeri pasien
Pasien mengatakan kalau
sakit sudah tidak tapi kalau
pipis masih lama
14.30 Mengukur vital sign
S: 36.5°C
N: 80x/menit
RR: 22 x/menit
18.00 Mengukur vital sign
S: 36°C
N:80 x/menit
RR: 20 x/menit
TD:160/100 mmHg
20.00 Mengajarkan pasien untuk
melakuakn nafas dalam apa
52

bila nyeri datang kembali


21.00 E
S: Pasien mengatakan kalau
sakit sudah tidak tapi kalau
pipis masih lama
Mengukur vital sign
O:
1) Wajah rileks tidak
menyeringai menahan
nyeri
S: 36°C
N:80 x/menit
RR: 20 x/menit
TD:160/100 mmHg
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-3
6 Dx2 28/01/12 S: Pasien mengatakan sudah
minum 1 botol aqua
O:
Hct: 46,1/ vol %
Membran mukosa kering
Bibir kering
A: kekurangan volume cairan
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
I:
15.00 Mengganti infus pasien RL
500 ml, 1 flabot
20.00 Mengukur balan cairan
CM: 1000cc
CK: 600cc
BC: + 400cc
20.10 Memotivasi pasien untuk
minum diperbanyak
Pasien mengatakan kalo
minum banyak sering
kebelakang, dan membuat
21.00 tidak lega kalau pipis.
E
S: Pasien mengatakan kalo
minum banyak sering
kebelakang, dan membuat
53

tidak lega kalau pipis.


O:
Mengukur balan cairan
CM: 1200cc
CK: 500cc
BC: + 700cc
A: kekurangan cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-4
7 Dx3 28/01/12 S: pasien mengatakan saya
sudah ke belakang 7 kali,
kencing Cuma sedikit, tidak
lega, rasanya sakit seperti
terbakar.
O:
- Pasien menyeringai
saat berkemih
- Mengungkapakan
secara verbal rasa
ketidak nyamanan.
A: gangguan eliminasi
urinarius belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
I
15.00 Mengkolaborasikan dengan
tim medis pemeriksaaan
BNO-IVP
Akan dilakuakn tanggal 29
januari 2012
18.00 Mengobservasi kemampuan
pasien dalam BAK,
20.00 Memberikan obat amoxicilin
1 tablet

E
S: pasien mengatakan saya
sudah ke belakang 3kali,
kencing Cuma sedikit, tidak
lega.
O:
Akan dilakukan pemeriksaan
BNO-IVP tanggal 29 januarai
54

2012
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-4
8 Dx4 28/01/12 S: Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
O: Pasien belum mampu
madi sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
Memandikan pasien den
mengganti baju pasien
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
I
14.00 Membantu pasien mandi,
pasien mampu melakukan
mandi dengan sebagian
bantuan.
Pasien mengatakan agak takut
apabila infus macet
14.30 Memotivasi melakuaknnya
sendiri
E:
S: Pasien mengatakan agak
takut apabila infus macet

O: pasien mampu melakukan


mandi dengan sebagian
bantuan.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-3
55

BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori medis
Kasus kelolaan yang ad pasien telah mengalami urolithiassis sekitar 4 tahun
yang lalu dan dilakuakn operasi hasilnya pasien dapat sembuh daan melakukan
aktivitas kembali, kemudian pasien mengalami gejala yang menimbulkan
kecurigaan urolithiasis gejala berupa BAK yang tidak lega. Dari riwayat dan
gejala awal tersebut tim medis memutuskan bahwa pasien mengalami urolithiasis
kembali selain itu pasien menjalani pemeriksaan BNO guna menunjang
kecurigaan terhadap urolithiasis yang dialami pasien. Dan hasil BNO
menunjukan bahwa urolithiasis tidak dapat dikesampingkan, maka direncanakan
pasien menjalani pemeriksaan BNO-IVP guna memperkuat diagnose.
Penanganan kasus ini cenderung untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan,
seperti pemberian keterolac yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang
dialami pasien pada teori yang didapatkan pemberian keterolac diindikasikan
agar nyeri yang dialami pasien berkurang ataupun kolik yang dirasakan pasien
dapat berkurang atau hilang, akan tetapi pasien juga diberikan obat antibiotika
seperti amoxicillin, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
sumbatan pada saluran kemih. Penggunaan antibiotika ini cenderung dilalkukan
akan tetapi pasien belum menunjukan tanda-tanda infeksi, kewaspadaan terhadap
infeksi saluran kemih dilakuan karena infeksi yang terjadi pada saluran kemih
dapat menimbulkan obstruksi saluran kemih yang memperburuk kondisi pasien.
Sehingga penggunaan antibiotika ini perlu dilakuakn guna mencegah terjadinya
hal tersebut.

57
56

B. Keperawatan
1. Pengkajian
Data-data pengkajian yang diperoleh dari teori difokuskan pada perubahan
pola kesehatan yang dirasakan pasien seperti perubahan dlam minum, BAK
perlu dikaji sehingga dapat mengetahui penyebab dari terjadinya orolithiasis
tersebut, selain itu tanda tanda seperti terdapatnya nyeri dan BAK yang tidak
leda yang dikeluhkan pasien dapat digunakan sebagai tanda dari perubahan
yang ada.
Selain itu data-data yang menunjang untuk masalah lain pun perlu dikaji,
akan tetapi pada kasus kelolan pasien tidak mengalami gangguan lain, pasien
hanya mengeluhkan perubahan dalam BAK yang membuat pasien tidak
nyaman.
2. Diagnosa keperawatan
Pemerioritasan masalah keperawatan yang ada dilakukan berdasarkan
keluahan pasien serat kegawatan pasien. Maka pemerioritasannya sebagai
berikut:
a. Nyeri akut aberhubungan dengan agen injuri cidera biologis ditandai
dengan:
Ds: pasien mengatakan sakit saat kencing, skala nyeri 5, nyeri seperti
dibakar.
Do:
1) Pasien tampak menyeringai saat berkemih
2) Tekanan darah 140/110 mmHg
3) Selalu membahas nyeri yang dirasakan
4) Hasil pemeriksaan BNO batu radiolancens belum bisa
dikesampingkan.
Nyeri diambil sebagai perioritas pertama karena bila tidak segera diatasi
akan menyebabkan skala nyeri terus meningkat dan kondisi pasien akan
berakibat buruk dan bisa berakibat syok (Barbara Engram, 1996).
57

Penanganan nyeri harus segera ditangani maka penulis dalam


pemerioritasan, memprioritaskannya sebagai diagnose pertama dan
tujuan criteria hasilpun pun penulis mencantumkan 2x24 jam
diharapkan nyeri yang diamami pasien menurun.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak adekuatan
intake cairan ditandai dengan
Ds: pasien mengatakan saya sering ke belakang minum sedikit, sering
sakit.
Do:
1) Membrane mukosa kering
2) Bibir kering
3) Hct: 46,1/Vol%
4) Nadi 80x/menit
Masalah keperawatan ini diangkat sebagai masalah keperawatan ke 2
dikarenakan apabila pasien mengalami kekurangan cairan maka
menyebabkan metabolisme dalam tubuh pasien akan ikut menurun dan
terjadi gangguan syok hipovolemik dan berakibat pada penurunan
kesadaran pasien.

c. Gangguan eliminasi urinarius behubungan dengan obstruksi anatomic


ditandai dengan:

Ds: pasien mengatakan kalo kencing tidak lega keluarnya sedikit-


sedikit.

Do:

1) Pasien sering ke kamar mandi

2) Hasil pemeriksaan BNO batu radiolancens belum bisa


dikesampingkan.
58

Gangguan eliminasi ini dapat teakibat pada ginjal akibat terhimpitnya


salauran yang dapat berakibat pada terjadinya refluks air kemih yang
dapat mengakibatkan terjadinya hidronfrosisi dan gagal ginjal.
d. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan hambatan
kemampuan berpindah ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakn tidak dapat bergerak bebas.
Do:
1) Terpasang infuse ditangan kiri
2) Mandi dibantu orang lain
3) Tidak mampu mandi secara mandiri.
Masalah ini menjadi diangkat sebagai masalah keperawatan karena
pasien mengalami gangguan pada saat beraktivitas terutama mandi
pasien. Maka diperlukan cara beradaptasi terhadap hambatan pada alat-
alat medis yang digunakan untuk kesembuhan pasien
3. Nursing Care Plan/NCP
Planning yang dilakuakn pada pasien diambil dari NOC dan NIC yang dapat
terlihat pencapaian serta penanganan yang tepat. Panduan ke2 buku tersebut
membantu perawat dalam melakuakn intervensi keperawatan dan mudah
pencapaian yang digunakan. Dan jelas dalam batasan intervensi yang
memuat ONEC dari buku tersebut maka dapat dilihat jelas batasan-
batasanna.
4. Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan digunakan teksik SOAPIE yang dapat melihat
jelas perkembangan pasien dari hari ke hari. Metode ini cukup efektif dalam
hal pengevaluasian intervensi yang dietrapakan pada pasien.
Factor pendukung yaitu kerjasama yang baikantara penulis, pasien, dokter
dan perawat ruangan serta tersedianya alat-alat medis dan obat-obatan untuk
pasien. Penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam melakukan
evaluasi keperawatan.
59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik lapangan
yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan dengan baik
sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada pasien dengan
urolitiasis perlu pengkajian yang terus dikembangakan agar mengetahui
permasalah yang seberanya terjadi pada pasien. Penegakan diagnose keperawatan
antara landasan teori dan pengelolaan kasus sama, karena keluhan pasien yang
sama. Pengkajian yang komperhensif perlu dilakukan agar tidak salah dalam
pengambilan diagnose serta untuk membantu masalah pasien dalam menigkatkan
derajad kesehatannya.

B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi pasien:

1. Bagi pasien
Pemeliharaan mengenai kebiasan buruk dapat berakibat buruk pula pada
kondisi, salah satunya dengan kebiasaan mengkonsumsi cairan yang akan
menyebabkan terjadinya peningkatan Hct yang akan mengakibatkan
terjadinya pengentalan darah yang terakibat pada ginja, oleh karena itu perlu
mempertahankan kebutuhan cairan yang diperlukan.

61
60

2. Bagi perawat
Penanganan yang cepat dapat menurunkan pada komplikasi dari penyakit
yang dialami pasien sehingga perlunya dilakukan penanganan yang cepat
guna menurunkan resiko komplikasi.

3. Bagi mahasiswi
Pemahaman yang mendalam mengenai konsep medis dan keperawatan perlu
dilakuakan untu mengetahui pasien. Dan menentukan tindakan yang dapat
diberikan pada pasien.
61

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. EGC: Jakarta

Chang, Ester. (2009). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta

National kidney and Urologic Diseases Information Clearing house. Kidney Stone In
Adult.

R. Sjamsuhidajat. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta

Staff Pengajar Bagian Patologi Anatomic Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(1990). Patologi. Universitas Indonesia: Jakarta

Soeparman & Sarwono waspadji. (1999) . Ilmu Penyakit dalam. Gaya Baru. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai