Laporan
Laporan
Disusun Oleh:
0902014
YOGYAKARTA
2
BABI
LANDASAN TEORI UROLITHIASIS
A. Medis
1. Pengertiaan
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis
ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
(Brunner and Suddatrh, 2002).
Urolithiasis adalah :
a. Pembentukan batu (calculus) dalam saluran kemih
b. Keadaan penyakit yang berhubungan dengan adanya batu dalam saluran
kemih. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari
ginjal sampai dengan kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi didalam urine. Urolithiasis merujik pada adanya batu dalam
sitem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas
kalsium oksalat, asam urat, magnesium, ammonium dan fosfat atau
gelembung asam amino.
(Asuhan Keperawatan Gangguan Ginjal: 65)
2. Anatomi Fisiologi
1
3
a. Ginjal
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat
langsung pada dinding abdomen
Fungsi ginjal :
1) mengeluarkan zat toksik/ racun
2) keseimbangan cairan
3) keseimbangan asam basa
4) mengeluarkan sisa metabolism (ureum, kreatin dll)
b. Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) lapisan luar (jaringan ikat/ fibrosa)
2) lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang mendorong urine melalui ureter
c. Vesika Urinaria
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai
penampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya karena kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis
Proses miksi
4
pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia)
turunan.
(brunner and suddatrh, 2002: 1461).
Infeksi, statis
urine
Periode imobilitas
Kalkuli traktus
urinarius
Urulithiasi
s
(Soeparman, 1999)
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan
b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
pelvic ginjal serta uretr paroksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri
hilang setelah batu keluar. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala
atau sumbatan seperti saat turun ke ureter (kolik uretra). Batu kandung
kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitis.
c. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan menggigil.
d. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare.
(chang, 2009)
7
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen untuk diagnosis batu ginjal
b. Pielogram intravena / pemindaian untuk mengenali kerusakan
structural, abnormalitas atau obstruksi karena batu
c. Hitung darah lengkap
d. Kultur urine dan Urinalisis
(Soeparman, 1999)
7. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalh untuk menghilangkan batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi
obstruksi yang terjadi.
a. Pengurangan nyeri: tujuan segera dari penananan kolik renal tau
ureteraladalah untuk mengurangi sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin atau meperiden diberikan untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri yang luar biasa.
b. Pengangkatan batu: pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batuyang menyebabkan obsrtuksi (jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
c. Lithotripsy gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL): adalah prosedur
noninvansif yang digunakan untuk menghancurkan batu dikalik ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa-
sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Pengangkatan bedah: pengangkatn bedah batu ginjal mode terapi utama.
(Brunner and Suddatrh, 2002)
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada
klien
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
9
5) Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis
Sclera : ikterik/ tdk ikterik
6) Mulut dan gigi
Rongga mulut : kotor/tdk
Lidah : kotor/tdk
7) Dada dan thorak
I : simetris kiri dan kanan
P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan
P: normal/tdk
A: normal/tdk
8) Abdomen
I : adanya pembesaran pada abdomen bawah bagian belakang
A: bising usus (+) n: 5-35x/i
P : akan teraba massa bila keadaan sudah lanjut
P : n: tympani
9) Genetalia
10
e. Kebutuhan sehari-hari
1) Makan & minum:
Makan : Sehat : 3x sehari, komposisi nasi + lauk, sayur.
Sakit : 3x sehari, hanya menghabiskan setengh porsi.
Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air putih
Sakit : 10-12 gelas sehari, air putih
2) Eliminasi:
a) BAK:
Sehat : 5-7x sehari
Sakit : BAK melalui kateter
b) BAB:
Sehat : 1x sehari,konsistensi lembek
Sakit : 4x sehari konsistensi encer
3) Personal hygiene:
Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun
Sakit : 1x sehari dibantu di ats tempat tidur
4) Istirahat & Tidur
a) Tidur siang:
Sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan
Sakit : 6-7 jam, gelisah
b) Tidur malam:
Sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan
Sakit : 7-8 jam, gelisah
5) Data Psikologis
Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan
kondisinya, apalagi eliminasi urine tidak teratur dan nyeri, akan
menimbulkan kecemasan yang meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan
kontraksi ureteral dan trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia
seluler.
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dengan proses
penyakit.
e. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
mual / muntah (nausea) dan diuresis obstruksi.
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan pembentukan batu pada traktus
urinarius.
13
2 Perubahan eliminasi urine Setelah dilakuakn tindakan 1. Observasi intake dan 1. Mengetahui
b.d Stimulasi kandung keperawatan selam 2x24 jam output cairan serta fungsi ginjal
kemih oleh batu, iritasi diharapkan pasien mampu karakteristik urine. dan adanya
ginjal atau ureter. berkemih sacara normal. komplikasi.
a. Obstruksi mekanik,
inflamasi. 2. Dorong meningkatkan 2. Peningkatan
b. Berkemih dengan jumlah pemasukan cairan. hidrasi
yang normal dan biasa. membilas
c. Tidak mengalami tanda- bakteri, darah,
tanda obstruksi. debris, dan
membantu
lewatnya batu
4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakuakn tindakan 1. Beri kesempatan pada 1. Memberikan
kurangnya pengetahuan keperawatan selam 3x24 jam pasien untuk pasien untuk
tentang kondisi, prognosis dihatapkan Ansietas mengekspresikan mengkpresikan
dan kebutuhan pengobatan. berkurang. Dengan criteria perasaan dan cemas yang
hasil: harapannya. dengan cara
a. Mengungkapkan positif.
pemahaman tentang
kondisi, prognosis dan 2. Beri informasi tentang 2. Pengetahuai
pengobatan, ekspresi wajah sifat penyakit, tujuan membantu
rileks. tindakan dan mengurangi
pemeriksaan ansietas.
diagnostic.
18
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
Jam : 14.00
A. Identitas
1. Pasien
22
2. Keluarga / Penanggungjawab
a. Nama (initial) : Tn. P
b. Umur : 28 Tahun
c. Hubungan : Anak
d. Pendidikan : SMA
21
e. Pekerjaan : Buruh
f. Alamat : Gunung Kidul
1. Kesehatan Pasien:
2. Kesehatan Keluarga :
Genogram :
X X X X
57 th
22
keterangan gambar:
X
: Perempuan meninggal : perempuan
X
: Laki-laki meninggal : laki-laki
1. Pola Nutrisi-Metabolik
a. Sebelum sakit :
1) Frekuensi makan: Tiga kali sehari
2) Jenis makanan/diet: Nasi biasa dan lauk pauk
3) Porsi yang dihabiskan: Satu porsi
4) Makanan yang disukai: Tidak ada makanan yang menjadi
kesukaan, jenis makanan apapun pasien mau.
5) Makanan yang tidak disukai: Tidak ada makanan yang tidak
pasien sukai, semua jenis makanan pasien mau.
6) Makanan pantang: Tidak ada makanan pantangan pada pasien.
7) Makanan tambahan/vitamin: Tidak ada
8) Kebiasaan makan: Dirumah
23
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
c) Warna : Kuning
d) Konsistensi : Lunak
c) Warna : Kuning
b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
a) Frekuensi : Pasien mengatakan belum BAB sejak kemarin.
b) Waktu : Tidak tentu
c) Warna : -
d) Konsistensi : -
e) Keluhan : Tidak ada keluhan.
2) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi (dalam sehari) : Enam hingga tujuh kali
b) Jumlah (cc/24 jam) : 600cc
c) Warna : Kuning
d) Bau : Khas urin
e) Keluhan : Rasa sakit berkemih, sakala nyeri 6, nyeri seperti
dibakar, saat kencing lama.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Memasak
Belanja
Merapikan rumah
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
26
2) Kebutuhan tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari: Dua kali
b) Tidur siang (berapa kali): Satu kali (12.00-14.00)
c) Tidur malam (berapa kali): Satu kali (20.00-05.00)
d) Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang
diutamakan : Tidur malam
e) Kebiasaan pengantar tidur: Tidak menggunakan penghantar
tidur
f) Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri :
Bersama istri
g) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut,
bantal,dan kasur: Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
keluhan.
3) Kebutuhan istirahat
a) Kapan: Siang hari
b) Berapa lama: Dua jam
c) Kegiatan untuk mengisi waktu luang : Tidur
d) Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu
siang hari: Pasien tidak menyediakan waktu khusus
e) Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan
mengisi waktu luang: Pekerjaan sawah telah selesai
b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas
Mandi
27
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TT
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
2) Kebutuhan Tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari
(1) Tidur siang: Dua jam 12.00-14.00
(2) Tidur malam: Sembilan jam 20.00-05.00
b) Penghantar untuk tidur: Pasien tidak menggunakan
penghantar tidur
c) Keluhan tidur: Tidak ada
3) Kebutuhan Istirahat
a) Apakah klien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau
capai/lelah, kurang istirahat, dsb: Pasien mengatakan, “saya
disini biar sembuh”
b) Apakah klien merasa terganggu dengan suasana lingkungan
yang baru : Tidak
c) Apakah ada alat-alat medik yang dipakai klien/klien lain
yang mengganggu klien untuk istirahat: Iya, akan tetepi
pasien menganggap itu hal yang biasa karena ingin sembuh.
28
a. Kebersihan kulit
b. Kebersihan rambut
c. Kebersihan telinga
d. Kebersihan mata
e. Kebersihan mulut
f. Kebersihan kuku
7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
i. Pendengaran: Baik
D. Pengkajian Fisik
5. Keadaan Umum:
Klien tampak sakit : Sedang
Alasan : pasien nampak pucat selalu mengeluhkan tidak bisa kencing
secara lancar, terpasang infus RL 500ml ditangan kiri.
6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Kepala bulat, kulit kepala kotor, tidak terdapat luka ketombe sedikit,
pertumbuhan rambut lebat wajah simetris.tidak terjadi
pembengkakan pada daerah wajah
33
b. Mata
Mata bersih, sclera putih konjungtiva tidak anemis, mata pasien
mampu bergerak kesegala arah. Pupil isokor, TIO kedua mata
seimbang, refleks cahaya (+)
c. Telinga
Fungsi pendengaran berjalan dengan baik, bentuk telinga simetris
trlinga bersih, membran timpani terlihat, nyeri mastoid btidak ada,
tidak mengalami pengeluaran cairan pada telinga telinga bersih
refleks cahaya (+)
d. Hidung
Septum terletak ditengah, tidak terdapat sekeret pada hidung, nyeri
disinus tida ada, pasien mampu membau dengan baik. Pasien tidak
menggunakan aksesoris tambahan.
e. Mulut dan tenggorokan
Pasien mampu berbicara dengan jelas bibir kering, kelenjar mukosa
kering, lidah berwarna putih, palatum utuh tidak terdapat kelainan.
Uvula terletak ditengah, tidak terdapat gigi yang karies. tosnsil: T1.
Pasien tidak menggunakan aksesoris tambahan.
f. Leher
Bentuk leher simetris tidak terjadi pembesaran thiroid tidak terjadi
deviasi pada thrakea, tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
g. Tengkuk: Kaku kuduk (-)
h. Dada
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris perbandinga dada 2:1 dada flat, retreksi
dada baik mampu berkembang baik, tidak terjadi keterlambatan
antara dadai kiri ataupun kananpasien menggunakan pernafasan
dada. Ictus kordis tidak terlihat.
2) Palpasi
Saat bernafas dada simetris, suara fremitus kedua dada
seimbang, tidak terjadi rasa sakit pada daerah dada, tidak
terdapat masa, nafas dalam, pernafasan dada. Ictuskordis teraba
34
3) Perkusi
Suara pekusi seluruh lapang paru. Batas jantung atas ICS 3 bats
jantung bawah ICS 5. Bandingkan suara perkusi dari seluruh
dadabatas paru heper ICS 7-8
4) Auskultasi
Seluruh lapang paru vesikuler, Suara bronkhovesikuler:
brokeolus Suara bronkheal: bronkus, Suara rales (-) Suara
ronkhi (-) Suara friction rub akibat sisa pleuritis (-), tidak terjadi
bunyi tambahan pada BJ I ataupun BJ 2
i. Punggung
Punggung lurus tidak terjadi kelainan pada daerah punggung
j. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit kecoklattan, bentuk simetris tidak terdapat luka
pada daerah abdominal, tidak terdapat scar
2) Auskultasi
Frekuensi peristaltik 12x/menit intensitas pendek, tidak terdapat
bunyi tambahan pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpani seluruh abdomen. Perkusi ginjal kanan pasien
mengatakan sakit.
4) Palpasi
Tonus otot kendur, tidak teraba masa pada daerah abdominal,
teidak terdapat henia, palpasi oraga ginjal dan lien tidak teraba.
Nyeri tekan pada abdominal kanan bawah.
k. Anus dan Rektum
Pasien mengatakan “tidak ada benjolan”
l. Genetalia
1) Pada pria
Pasien mengatakan, “biasa saja tidak ada sakit, tidak ada
benjolan”
m. Ekstermitas
1) Atas
a) Kelengkapan anggota gerak: anggota gerak lengkap
35
n. Refleks
1) Refleks fisiologis:
a) Biseps(+)
b) Triseps(+)
c) Lutut(+)
2) Refleks patologis:
a) Babinski (-)
E. Rencana Pulang
F. Diagostik Test
1. Radiologi
a. 26 januari 2012
1) Ro Thorax
Hasil: Apical paru tenang, corak bronkovaskuler kasar, dengan
air broncogram minimal, susp psot bronkitis, dalam batas
normal
b. 27 januari 2012
1) BNO
Hasil: Prae peritoneal fat tampak tegas, udara usus normal,
distribusi merata, faecal material tidak prominen, renal outline
dan psoas line tidak tegas, tidak tempak gambaran khas adanya
radioque urolihiasis, adanya batu radiolancens belum bisa
dikesampingkan.
2. Laboratorium
37
a. 26 januari 2012
1) Darah
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Hb 14,71Gr/ dl 12-16 Gr/dl
Hct 46,2 / Vol% 37-43 Vol%
LED 79 mm/jam 0-15 mm/jam
Trombosit 225 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
Golongan darah A -
Monosit 5,4 Ribu/mm³ 200-600/mm³
Limfosit 28,2 Ribu/mm³ 1700-3500/mm³
SGOT 35,4 U/L s/d 31 U/L
SGPT 51,0 U/L s/d 32 U/L
Gula arah sesaat 110 <140
2) Urin
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Warna Kuning Kuning
BJ 1,020 1,015 – 1,025
PH 6 4,8 – 7,4
Protein - -
Epitel + +
Silinder - -
b. 27 februari 2012
1) Darah
Nama Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Hb 16 Gr/ dl 12-16 Gr/dl
Hct 46, 1/ Vol% 37-43 Vol%
Leukosit 8,950 ribu/mm³ 4-10 ribu/mm³
Trombosit 254 ribu/mcl 200-400 ribu/mcl
Golongan darah A -
Ureum 44,1 mg/dl 10-50 mg/dl
Creatinin 1,2 mg/dl 0,5-0,9 mg/dl
G. Program Tindakan
1) Diet :
Rumus BBI: Standart Acuan BBI IMT
2) kebutuhan cairan:
Setiap 1 Kkal tubuh membutuhkan 1 cc air untuk membantu
metabolisme, maka kebutuhan cairan pasien dalam 1 hari dapat
diperkirakan dari jumlah kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien 2800 Kkal x 1cc = 2800 Cc/hari
3) Infuse : RL 500 ml dipasang ditangan kiri tanggal 26 januari 2012 20
tetes/menit.
4) Obat
1 Ketorolac Nyeri : Nyeri akut, Tidak diindikasikan Sistem Syaraf (23% dari 1x1 ampl
penanganan nyeri setelah untuk : pemberian IV) : Sakit kepala, percep
operasi. Pasien dengan pusing, cemas, depresi, sulit
Indikasi untuk sediaan hipersensitivitas urtikaria, berkonsentrasi, nervous,
mata : Inflamasi angioudema, kejang , tremor bermimpi,
konjungtivitis alergi bronkospasme, rinitis halusinasi, insomnia vertigo,
musiman yang parah psikosis.
Pasien yg alergi terhadap Gastro Intestin : (12-13% )
golongan salisilat Mual, diare, konstipasi, sakit
Penderita polip, asma, lambung, perasaan kenyang,
hipotensi, penanganan muntah, kembung, luka
kondisi nyeri yang minor lambung, tidak ada nafsu
atau kronik makan, sampai pendarahan
Pasien dengan penyakit lambung & saluran
tukak lambung aktif pembuangan
Pasien yg sedang Kulit : (2-4% dari pemberian
menggunakan obat gol. IV) Sakit di daerah tmp.
AINS Penyuntikan (IM), kemerahan,
hematoma gatal, berkeringat,
Pasien anak di bawah usia Reaksi sensitifitas : Syok
2 tahun anafilaksis Ginjal, elektrolit &
Pasien hamil trimester ke- efek genitourinari : Kerusakan
3 Pasien menyusui (atau fungsi ginjal pada pemberian
hentikan menyusui)
41
2 Amoxicilin Infeksi yang disebabkan - Penderita yang - Pada pasien yang 3x1 peroral,
oleh kuman-kuman gram hipersensitif terhadap hipersensitif dapat terjadi observasi
positip dan gram negatip Penicillin dan turunannya. reaksi alergi seperti urticaria, tanda-tanda
yang peka terhadap - Bayi baru lahir dimana ruam kulit, angioedema dan alergi
Amoxicillin, seperti ibunya hipersensitif gangguan saluran cerna seperti
infeksi pada saluran terhadap Penicillin atau diare, mual, muntah, glositis
pernapasan bagian atas, turunannya. - Jangan dan stomatitis. - Kemungkinan
42
I. Analisis Data
J. Diagnosa Keperawatan
K. Rencana Keperawatan
Ruangan : C/IA
Waktu : 14.00
Do:
46
2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan 1. Kaji dan pertahankan 1 memantau status hidrasi
berhubungan dengan ketidak tindakan keperawatan keakuratan catatan asupan pasien yang komperhensif
adekuatan intake cairan selama 2x24 jam dan haluaran
ditandai dengan diharapakan kebutuhan 2. Tingkatkan asupan oral 2 mempertahankan hidrasi
Ds: Pasien mengatakan: saya caiaran pasien dapat yang ade kuat sesuai dengan
sering kebelakang minum terpenuhi. Yang ditandai kebutuhan pasien
sedikit takut sakit dengan: 3. Berikan penyuluhan kepada 3 meningkatkan pemahaman
Do: 1. Hidrasi adekuat pasien mengenai kebutuhan asien akan status cairan
- membran mukosa kering (4) cairan yang dibutuhkan yang diperlukan
47
3 Gangguan eliminasi urinarius Setelah dilakukan 1. pantau eliminasi urin dan 1. memastikandan
berhubungan dengan obstruksi tindakan keperawatan gejal infeksi saluran kemih memantau pasien dari
anatomik ditandai dengan selam 3x24 jam kemungkinan infeksi yang
Ds: Pasien mengatakan: diharapkan elaminasi terjadi dalam saluran kemih
apabila kencing tidak lega, pasien dapat lancar 2. Bantu pasien melakukan 2. membantu pasien untuk
kelura hanya sedikit-sedikit. kembali dengan kriteria toileting. lebih sabar dalam berkemih
Do: hasil: untuk tidak mengejan saat
- Pasien sering ke kamar 1. mampu ke toilet secara berkemih karena akan
mandi mandiri menimbulkan rasa sakit
- Hasil pemeriksaan BNO 2. tidak adanya infeksi
adanya batu radiolancens saluran kemih 3. Ajarkan pasien tanda dan 3. penanganan yang cepat
belum disa 3. berkemih lebih dari gejal infeksi saluran dapat meminimalkan resiko
dikesampingkan 150cc setiap kali. kencing pasien mengalai ganggun
yang lain
4. Kolaborasikan dengan tim 4. penanganan yang cepat
kesehatan apabila terjadi menurunkan resiko
infeksi saluran kencing. komplikasi.
48
4 Defisist perawatan diri: mandi Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan untuk 1. kemampuan
berhubungan dengan hambatan tindakan keperawatan menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
kemampuan berpindah ditanda selam 3x24 jam dapat mengindikasikan
dengan: diharapkan pasien bahwa pasien mampu
Ds: pasien mengatakan tidak mampu melakukan melakukan secara mandiri.
bisa bergerak bebas mandi secar mandiri 2. dukung kemandirian pasien 2. motivasi yang kuat dapat
Do: ditandai dengan: dalam melakukan mandi dan memampukan pasien
- Terpasang infus 1. menerima bantuan higiene mulut, bantu pasien melakukan kegiatan secara
ditangan kiri perawat juka diperlukan. jihanya jika diperlukan. mandri
- Mandi dibantu orang 2. mempertahankan 3. ajarkan pasien dan keluarga 3. penggunaan waslap
- Tidak mampu mandi mobilisasi yang dalam mandi menggunakan membantu pasien selam
secara mandiri diperlukan untuk ke waslap infus masih terpasang
kamar mandi. 4 latak alat mandi dalam 4. mempermudah pasien
3. mengungkapkan jangkauan pasien dalam melakuakn kegiatan
secara verbal kepuasan mandi
kebersihan tubuh dan
mulut
49
L. Catatan Perkembangan
Ruangan : C/1A
Tgl / Tanda
No. No. DK / MK Perkembangan (SOAPIE)
Jam Tangan
1 Dx 1 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi nyeri yang
dialami pasien
Pasien mengatakan “sudah
tidak begitu nyeri diperut,
nyeri hanya kalo pipis”
14.30 Merapikan kamar pasien
15.00 Mengukur tanda-danda vital
S: 36°C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
18.00 Mengukur Vital sign
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
20.00 Memberikan obat ketorolac 1
ampul
21.00 E
Ds: Pasien mengatakan
“sudah tidak begitu nyeri
diperut, nyeri hanya kalo
pipis”
Do:
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
50
2 Dx2 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi intake oral
pasien. Pasien mengatakan
sudah minum 1 botol aqua
16.00 Mengobservasi hasil
laboratorium pasien
Hct: 46,1/ vol %
18.00 Memotivasi pasien untuk
minum diperbanyak minimal
1 botol aqua besar lagi
21.00 E
Ds
Pasien mengatakan sudah
minum 1 botol aqua
Do:
Hct: 46,1/ vol %
Membran mukosa kering
Bibir kering
3 Dx3 27/01/12 I
14.00 Mengobservasi kemampuan
pasien dalam BAK, pasien
mengatakan saya sudah ke
belakang 7 kali, kencing
Cuma sedikit, tidak lega,
rasanya sakit seperti terbakar.
20.00 Memberikan obat amoxicilin
1 tablet
21.00 E
Ds: pasien mengatakan saya
sudah ke belakang 7 kali,
kencing Cuma sedikit, tidak
lega, rasanya sakit seperti
terbakar.
Do:
- Pasien menyeringai
saat berkemih
- Mengungkapakan
secara verbal rasa
ketidak nyamanan.
51
4 Dx4 27/01/12 I
14.00 Memandikan pasien den
mengganti baju pasien
Pasien belum mampu madi
sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
21.00 E:
Ds: Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
Do: Pasien belum mampu
madi sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
5 Dx1 28/01/12 S: Pasien mengatakan “sudah
tidak begitu nyeri diperut,
nyeri hanya kalo pipis”
O:
TD: 140/80mmHg
S: 36°C
N: 65x/menit
RR: 20x/menit
A: masalah teratasi sebagaian
P: lanjutkan intervensi
I:
14.00 Mengobservasi nyeri pasien
Pasien mengatakan kalau
sakit sudah tidak tapi kalau
pipis masih lama
14.30 Mengukur vital sign
S: 36.5°C
N: 80x/menit
RR: 22 x/menit
18.00 Mengukur vital sign
S: 36°C
N:80 x/menit
RR: 20 x/menit
TD:160/100 mmHg
20.00 Mengajarkan pasien untuk
melakuakn nafas dalam apa
52
E
S: pasien mengatakan saya
sudah ke belakang 3kali,
kencing Cuma sedikit, tidak
lega.
O:
Akan dilakukan pemeriksaan
BNO-IVP tanggal 29 januarai
54
2012
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-4
8 Dx4 28/01/12 S: Pasien mengatakan takut
salah apabila mandi sendiri
karena ada infus.
O: Pasien belum mampu
madi sendiri, pasien mampu
mengganti baju sendiri
Memandikan pasien den
mengganti baju pasien
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
I
14.00 Membantu pasien mandi,
pasien mampu melakukan
mandi dengan sebagian
bantuan.
Pasien mengatakan agak takut
apabila infus macet
14.30 Memotivasi melakuaknnya
sendiri
E:
S: Pasien mengatakan agak
takut apabila infus macet
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori medis
Kasus kelolaan yang ad pasien telah mengalami urolithiassis sekitar 4 tahun
yang lalu dan dilakuakn operasi hasilnya pasien dapat sembuh daan melakukan
aktivitas kembali, kemudian pasien mengalami gejala yang menimbulkan
kecurigaan urolithiasis gejala berupa BAK yang tidak lega. Dari riwayat dan
gejala awal tersebut tim medis memutuskan bahwa pasien mengalami urolithiasis
kembali selain itu pasien menjalani pemeriksaan BNO guna menunjang
kecurigaan terhadap urolithiasis yang dialami pasien. Dan hasil BNO
menunjukan bahwa urolithiasis tidak dapat dikesampingkan, maka direncanakan
pasien menjalani pemeriksaan BNO-IVP guna memperkuat diagnose.
Penanganan kasus ini cenderung untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan,
seperti pemberian keterolac yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang
dialami pasien pada teori yang didapatkan pemberian keterolac diindikasikan
agar nyeri yang dialami pasien berkurang ataupun kolik yang dirasakan pasien
dapat berkurang atau hilang, akan tetapi pasien juga diberikan obat antibiotika
seperti amoxicillin, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
sumbatan pada saluran kemih. Penggunaan antibiotika ini cenderung dilalkukan
akan tetapi pasien belum menunjukan tanda-tanda infeksi, kewaspadaan terhadap
infeksi saluran kemih dilakuan karena infeksi yang terjadi pada saluran kemih
dapat menimbulkan obstruksi saluran kemih yang memperburuk kondisi pasien.
Sehingga penggunaan antibiotika ini perlu dilakuakn guna mencegah terjadinya
hal tersebut.
57
56
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Data-data pengkajian yang diperoleh dari teori difokuskan pada perubahan
pola kesehatan yang dirasakan pasien seperti perubahan dlam minum, BAK
perlu dikaji sehingga dapat mengetahui penyebab dari terjadinya orolithiasis
tersebut, selain itu tanda tanda seperti terdapatnya nyeri dan BAK yang tidak
leda yang dikeluhkan pasien dapat digunakan sebagai tanda dari perubahan
yang ada.
Selain itu data-data yang menunjang untuk masalah lain pun perlu dikaji,
akan tetapi pada kasus kelolan pasien tidak mengalami gangguan lain, pasien
hanya mengeluhkan perubahan dalam BAK yang membuat pasien tidak
nyaman.
2. Diagnosa keperawatan
Pemerioritasan masalah keperawatan yang ada dilakukan berdasarkan
keluahan pasien serat kegawatan pasien. Maka pemerioritasannya sebagai
berikut:
a. Nyeri akut aberhubungan dengan agen injuri cidera biologis ditandai
dengan:
Ds: pasien mengatakan sakit saat kencing, skala nyeri 5, nyeri seperti
dibakar.
Do:
1) Pasien tampak menyeringai saat berkemih
2) Tekanan darah 140/110 mmHg
3) Selalu membahas nyeri yang dirasakan
4) Hasil pemeriksaan BNO batu radiolancens belum bisa
dikesampingkan.
Nyeri diambil sebagai perioritas pertama karena bila tidak segera diatasi
akan menyebabkan skala nyeri terus meningkat dan kondisi pasien akan
berakibat buruk dan bisa berakibat syok (Barbara Engram, 1996).
57
Do:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik lapangan
yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan dengan baik
sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada pasien dengan
urolitiasis perlu pengkajian yang terus dikembangakan agar mengetahui
permasalah yang seberanya terjadi pada pasien. Penegakan diagnose keperawatan
antara landasan teori dan pengelolaan kasus sama, karena keluhan pasien yang
sama. Pengkajian yang komperhensif perlu dilakukan agar tidak salah dalam
pengambilan diagnose serta untuk membantu masalah pasien dalam menigkatkan
derajad kesehatannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi pasien:
1. Bagi pasien
Pemeliharaan mengenai kebiasan buruk dapat berakibat buruk pula pada
kondisi, salah satunya dengan kebiasaan mengkonsumsi cairan yang akan
menyebabkan terjadinya peningkatan Hct yang akan mengakibatkan
terjadinya pengentalan darah yang terakibat pada ginja, oleh karena itu perlu
mempertahankan kebutuhan cairan yang diperlukan.
61
60
2. Bagi perawat
Penanganan yang cepat dapat menurunkan pada komplikasi dari penyakit
yang dialami pasien sehingga perlunya dilakukan penanganan yang cepat
guna menurunkan resiko komplikasi.
3. Bagi mahasiswi
Pemahaman yang mendalam mengenai konsep medis dan keperawatan perlu
dilakuakan untu mengetahui pasien. Dan menentukan tindakan yang dapat
diberikan pada pasien.
61
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. EGC: Jakarta
Chang, Ester. (2009). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta
National kidney and Urologic Diseases Information Clearing house. Kidney Stone In
Adult.
Soeparman & Sarwono waspadji. (1999) . Ilmu Penyakit dalam. Gaya Baru. Jakarta