Anda di halaman 1dari 5

NOTULEN PERTEMUAN KOMITE MEDIK

TANGGAL 29 JANUARI 2016

Peserta:
1. dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM
2. dr. Yustitia, MARS
3. dr. Richard, Sp.B
4. dr. Benry P Simbolon, Sp.A
5. dr. Damson, Sp.PD
6. dr. Khairiyah, Sp.PD
7. dr. Taureni, Sp.PK
8. dr. Tiara, Sp.THT
9. dr. Ellizabeth
10. dr. Yessi Octavianti
11. dr. Marisi
12. dr. Syam Hakim
13. dr. Alice
14. dr. Lasmaria
15. dr. Ikhlaq Muluk
16. dr. Hardiyanto
17. dr. Hermina
18. drg. Anne

1. dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM

 Hendaknya disepakati mau seperti apa pertemuan ini dibuat


 Pentingnya rapat ini sebagai sarana kominikasi untuk menghindari dan meminimalisir
permasalahan yang berpotensi datang baik sengaja maupupun tidak sengaja, sebagai
sarana untuk menjembatani antara pihak management RS dengan rekan sejawat, serta
sosialisasi aturan yang diberlakukan
 Apa yang sudah di putuskan di rapat bersifat mengikat terhadap para sejawat, mari kita
hadiri supaya marwahnya ada.

2. dr. Richard, Sp.B

 Setuju di rutinitas komdik untuk membahas permasalahan non medik,pelayan medik


 Harapan kita ke depan,mau bagaimana,dan mau kemana. Misalnya RS Citama ingin
berkembang dari tipe C  B, yang berpengaruh dalam meningkatkan tarif nantinya,
tentunya untuk menuju kesana di butuhkan sumbangsih saran dan masukan dari
Komdik.
 Baiknya di fix kan hari apa dan minggu keberapa, contohnya di RS lain dilakukan rapat
rutin bulanan setiap hari Sabtu pertengahan bulan

dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM : sudah di fixkan setiap Jum’at minggu terakhir jam 13:00
WIB, 3 minggu sebelumnya sudah di beritakan lewat WA, dan undangan di sebar 2 minggu
sebelumnya, satu hari sebelum dan hari H diingatkan lagi lewat WA

Page 1 of 5
3. Dr. Marisi

 Dari dulu di semua RS juga sulit mengumpulkan dr.Spesialis, baiknya yang jadi tranding
topik saja dr.Spesialis yang diundang, pertemuan yang sifatnya sosialisasi, frekuensinya
dilakukan dua bulan sekali. Saya mengusulkan dibuat situasi santai ,biar lebih cair
suasananya
 Dulu ruang komdik diadakan untuk sebagai ruang komunikasi agar sering ada komuniasi
terhadap dr.spesialis dan saling akrab.

4. Dr. Khairiyah, Sp.PD

 Mengumpulkan dr.Spesialis untuk hadir semua saya rasa sulit, Saya hanya punya waktu
hari Selasa, untuk mencocokan ini lebih baik setiap dokter di tanyakan.

5. dr. Tareni, Sp. PK

 di RS lain pertemuan 1 kali sekali saja susah, setuju dengan dr. Marisi

6. dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM

 Ini yang saya jaga, jangan sampai ada kasus dulu baru kita lakukan pertemuan, kesannya
kurang pas. Jika menunggu ada pertemuan setelah ada permasalahan medis antar TS,
kita siap tidak dengan itu?

dr. Richard, Sp.B : Yang penting dari Komdik sudah ada kepastian dari kalender, harus dipahami
sulitnya mengumpulkan dr.spesialis, jangan di harapkan 100% , menjadi sebuah tantangan bagi
Komdik untuk menghadirkan banyak. Untuk menghindari masalah sering muncul, pertemuan
boleh dilakukan satu kali per bulan, tapi ada daya tarik untuk datang untuk melawan macet,
pikiran banyak, contohnya topic yg paling menarik saatini adalah membahas tentang BPJS,
anggota Komdik pasti banyak datang Ada yang menghitung hasil rapat, yang datang siapa ,
makanan yang sedang trend, exp : ada es cream durian, ada persentasi kurang lebih 15 menit
kasus ( time table )

dr.Bernard : Seolah-olah komdik membutuhkan rapat diadakan, padahal pertemuan diadakan


untuk kepentingan bersama, supaya yang jadi usulan kita di usulkan di sini, kembali ke filosofi ke
TS untuk pertemuan komdik ini di lakukan untuk kita, supaya hal yang menjadi kendala,
disampaikan ke management.

dr.Richard, Sp.B : ingin menyamakan persepsi, tadi mengangkat masalah kapan dan bagaimana
rapat diadakan, untuk dapat mengharapkan dokter spesialis hadir semua adalah imposible.
Sebaiknya masalah fasilitas dan sekretariat diorganisir oleh staff, bukan dokter, yang khusus
mengurusi Komdik, bukan yang lain-lain, karena management sendiri membawahi Komdik dan
direktur jg butuh keputusan bersama anggota komdik¸baiknya di fasilitasi.

dr.Marisi : Mau tak mau pertemuan Komdik harus menarik, sudah menjadi karakter orang
Indonesia.

Page 2 of 5
7. dr.Benry P Simbolon, Sp.A

 Buat event yang tidak terlalu sering, jika ada permasalahan atau insidensial saja yang
penting 3 kali per bulan, yang penting topik yang di bahas.disuport management, kalau
tidak ada outcome lebih baik tidak usah dilakukan pertemuan.

8. dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM


 Ketua Komdik masih dr. Zulfan, Sp.PD
 Notulen sudah di buat dan diedarkan, hasil pertemuan bersifat mengikat terhadap staf
medik.
 Topik dan bentuk pertemuan hari ini disepakati dilakukan rutin 3 bulan sekali.
 Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi mendesak di sampaikan ke masing-masing
sejawat
 Hendaknya management mengadakan staff khusus untuk bagian Komdik

9. dr. Yustitia
 Untuk suport terhadap Komdik akan kita dukung.

10. dr. Elisabeth

 Rencana kerja dan anggaran tahun 2016 akan di siapkan ruangan khusus Komite
Medik berikut fasilitas sofa, televisi, kulkas, dll. Tarif umum dokter spesialis akan naik.
 Untuk formulir RS Citama persetujuan dan penolakan tindakan medis akan di ubah,
berpedoman pada formulir persetujuan dan penolakan tindakan medis yang ada di
RSCM atas rekomendasi dr. Bernard, Sp.PD
 Catatan terintegrasi, catatan dokter dan perawat di bagi 1 lembar.
 Surat permohonan pasien  dr.Hakim simulasi  maksimal / Cost ...
 Memohon agar dr.Spesialis di poli melengkapi resume rawat jalan
 Untuk Resume rawat inap beberapa dr.Spesialis yang tidak lengkap dimohon untuk
berkoordinasi dengan dr.Lasmaria.
 Salah satu tujuan pertemuan ini adalah untuk sosialisasi kebijakan baru sekaligus
meminta masukan dari Komite Medik.

 Alur perencanaan Operasi BPJS


Dokter operator (DPJP) di poli menulis lembar konfirmasi  tim pengendali BPJS
SImulasi untuk ACC Besar/Sedang  Acc  persiapan operasi
 tidak Acc dr. Hakim berkoordinasi dengan
dokter operator
Ada alat diluar paket  supervisor Yanmed yang menjelaskan persetujuan sewa alat
jarak 3 hari pasien melakukan pemeriksaan lab DR, CT, BT
jarak 3 hari pasien melakukan pemeriksaan EKG/Rontgent sesuai Indikasi
konsul anestesi  Acc penjadwalan di OK  pesan ruangan
 tidak Acc  kembali ke operator konsul Sp.A / Sp.PD
rujuk
Pasien masuk ruangan  dokter ruangan konfirmasi operator dan anestesi ulang
Batal operasi  harus berdasarkan keputusan operator  rujuk
 Jadwal ulang di poli

Page 3 of 5
Konsul dr.SP An langsung, karena dr.SP.An sudah siap menerima konsul pra tindakan.
Proses kurang lebih satu minggu.

11. dr.Benry p simbolon, Sp.A

 Prosedur yang dilakukan sejak di bangku kuliah konsul untuk toleransi operasi masih ke
dr.Spesialis anak atau dr.Sp.PD, bahkan selama ini dokter operator meminta konsul
untuk menanyakan dosis obat dan cairan.
 Selama ini RS lain masih berlaku, jika memang mau keluar dari mainstream harus
personal di jelaskan, sebaiknya management mengambil waktu untuk membicarakan
ini.

12. dr.Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM

 Menurut Buku kedokteran perioperatif, konsul pre operatif sudah 25 tahun berlaku .
Tujuan dilakukan konsul pra operasi adalah untuk identifikasi penyakit penyerta, serta
faktor resiko operasi yang sebelumnya kurang lebih terdeteksi.
Prinsip dalam menjawab :
- apa yang memang dimintakan kita menjawab.
- tidak pernah menjawab, yang tidak ditanyakan, bukan menyatakan setuju
atau ada tidaknya konta indikasi
-menyatakan resiko dalam operasi.
Hanya satu dokter yang punya tanggung jawab tinggi  DPJP utama .
Jika DPJP Utama ingin melakukan konsul pra operasi, boleh konsul, dan pasien bisa
dirawat bersama jika atas permintaaan DPJP utama
Konsul harus dilakukan di waktu yang tepat, jangan terlambat dan pasien sudah
dalam keadaan memburuk.
 Diskusi substansi konsultasi dilakukan oleh dokter konsultan dokter operator
ingin membicarakan tentang DM nya harus ada dokter konsultan di situ.

 Konsultan berhak memberikan pendapat di depan pasien konsultasi atas


permintaan.

13. dr. Khairiyah, Sp.PD


 Kebijakan ini berhubungan dengan permasalahan biaya. Ada beberapa rumah ````
Sakit yang tidak semua pasien yang di konsulkan, jika ada komorbid operator dan
anestesi di jauh hari sudah melihat, apakah pasien perlu dikonsulkan lebih lanjut..
contohnya : THT  asma  Inta operatif  asma kambuh  di tunda operasinya.

14. Dr.Bernard AS Dakhi, FINASIM

 Ditentukan siapa yang paling atas yang menentukan apa yang harus di lakukan berhak
kita konsul atau tidak.

15. Dr. Elisabeth


 Kebijakan pasien di poliklinik, contohnya : dr.SP.PD  bekerjasama untuk kendali

Page 4 of 5
biaya, karena biaya konsul dan obat perkedatangan kurang lebih Rp. 160.000, - .
Untuk pasien yang baru pertama kali datang diberikan obat simptomatis untuk 3
hari
 Konsul berikutnya Lab dan radiologi di hari yang berbeda  hasil dijelaskan di
kunjungan berikutnya.
 Fisioterapi dilakukan saat konsul selanjutnya
 Pasien dengan penyakit kronis diberikan untuk 7 hari, sisanya 23 hari diambil di apotik
yang bekerjasama dengan BPJS

16. dr. Marisi


 Dari selebaran mrngensi DPJP  belum melihat hak dan kewajiban seperti apa.-
-> DPJP berapa jam setelah di konsul wajib visite ? batasan alih DPJP seperti apa ?

dr. Ellyzabeth : pada pertemuan sebelumnya sudah disepakati batasan konsulen wajib visite dan
alih DPJP adalah kurang lebih 36 jam

17. dr.Hakim

 Trending kasus sekarang DBD, diupayakan agar pasien dirawat setelah hari keempay
demam atau Trombosit sudah dibawah 100rb, atau sudah terjadi hemokonsentrasi

dr.Benry Sp.A : Meskipun hari pertama trombosit > 200rb, tapi pasien mengeluh nyeri kepala
yang hebat, pasien harusnya boleh saja dirawat. Jika yakin bisa mengedukasi pasien untuk rawat
jalan, bisa-bisa saja, tapi sangat beresiko. Sayang sekali jika pasien ditunggu sampai hari ke lima,
tiba-taba datang sudah syok. Jika hari ke 3 trombosit sudah turun, agar aman pasien dirawat
saja. Syok sering ditemukan di hari ke empat, meskipun puncaknya biasanya adalah hari ke 5.

18. dr.Yustitia
 struktur organisasi komdik sudah direvisi, yang jadi ketua komdik sekarang adalah
dr.Bernard, Sp.PD dan forum sudah setuju. Sekarang dr. Bernard, Sp.PD sudah resmi
menjadi ketua Komdik RS Citama.

19. dr.Elisabeth

 Di usahakan untuk pertemuan berikutnya dapat direalisasikan untuk dilakukan


pertemuan diluar RS Citama, mulai sekarang sudah mulai dicari sponsor yang
memfasilitasi.

Mengetahui,
Ketua Komite Medik RS Citama

dr. Bernard AS Dakhi, Sp.PD, FINASIM

Page 5 of 5

Anda mungkin juga menyukai