Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MENGENAI HIV/AIDS

OLEH :
NI WAYAN MUJANI
P07120216021
TK. 2A/D4 KEPERWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MENGENAI HIV/AIDS

Pokok Bahasan : HIV AIDS


Sub Pokok Bahasan : Mengenal HIV AIDS
Hari/ tanggal : Jumat, 8 Juni 2016
Waktu : 45 menit
Tempat : Ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar
Sasaran : Keluarga penderita penyakit HIV AIDS

I. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang pacta akhir-akhir ini amat merisaukan
masyarakat dunia adalah AIDS. Mudah dipahami karena paling tidak ada empat faktor
utama yang mendasarinya. Pertama, penyebarannya yang pesat, pada awalnya AIDS
hanya terdapat di negara-negara Afrika, tetapi saat ini telah ditemukan hampir di seluruh
dunia. Kedua, pertambahan jumlah penderitanya yang cepat, menurut data Kemenkes RI
tahun 2017, sampai dengan tahun 2005 jumlah AIDS dilaporkan sebanyak 5.239, tahun
2006 (3.680), tahun 2007 (4.828), tahun 2008 (5.298), tahun 2009 (6.744), tahun 2010
(7.470), tahun 2011 (8.279), tahun 2012 (10.862), tahun 2013 (11.741), tahun 2014
(7.963), tahun 2015 (7.185), tahun 2016 (7.419) dan tahun 2017 (673). Ketiga, cara
pencegahan dan penanggulangannya yang efektif belum ditemukan. Berbagai penelitian
tentang tindakan imunisasi dan obat-obat yang dapat melumpuhkan penyebab AIDS,
belum terbukti kemanjurannya. Keempat, akibat yang ditimbulkannya sangat berbahaya.
Seorang yang telah didiagnosa HIV positif, dalam waktu 5-10 tahun akan masuk dalam
stadium AIDS yang akan menyebabkan kematian
HIV/AIDS yang telah menjadi pandemi di seluruh dunia dan epidemi di beberapa
Negara negara tertentu masih terus melebarkan sayapnya. Bahkan diperkirakan kecepatan
penularannya setiap menit 3 orang terinfeksi. Maka, sehari semalam 4320 orang di seluruh
dunia berpotensi mengidap penyakit ini. AIDS adalah penyakit yang amat mengerikan dan
telah menimbulkan kepanikan. “Mass hysteria” tidak hanya di kalangan penduduk, tetapi
juga di kalangan petugas kesehatan. Fenomena ini telah dialami dan dapat dilihat pada
para pegawai rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, dan orang tua murid. Kecemasan
makin menjadi manakala ditemukan orang terinfeksi virus HIV dari dokter gigi yang
merawatnya, atau dari transfusi darah, dan yang sejenisnya.
Dari data sederhana di atas didapatkan bahwa ketidaktahuan remaja pelajar tentang
AIDS, siklus dan reproduksi sehat serta penyakit menular seksual adalah akibat informasi
yang sering salah disamping adanya pergeseran nilai dan perilaku seks ke arah seks bebas
terutama di kalangan generasi muda. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya perlindungan,
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ke arah kelompok ini secara intensif dan
komprehensif .
Berbagai bentuk pendidikan kesehatan telah dilakukan selama ini khususnya
berkaitan dengan AIDS terbanyak dilakukan secara tidak langsung antara lain melalui
berbagai media baik elektronik maupun cetak, juga dilakukan secara langsung baik
melalui ceramah maupun metode diskusi. Namun dari pengalaman menunjukkan jumlah
penderita HIV/AIDS semakin banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu
juga penderita pada kelompok umur remaja.

II. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, selama 45 menit diharapkan keluarga dapat
mengetahui dan memahami tentang HIV AIDS
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang HIV AIDS, selama 45 menit
diharapkan keluarga mampu menjelaskan :
1. Keluarga dapat menjelaskan definisi dari HIV/AIDS dengan benar dan tepat
2. Keluarga dapat menjelaskan perbedaan HIV dan AIDS dengan benar dan tepat
3. Keluarga dapat menjelaskan Penyebab HIV/AIDS dengan benar dan tepat
4. Keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala HIV/AIDS dengan benar dan tepat
5. Keluarga dapat menjelaskan pencegahan HIV/AIDS dengan baik dan benar
6. Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan HIV/AIDS dengan baik dan benar

III. Materi
Materi pendidikan kesehatan yang dijelaskan yaitu :
a. Definisi dari HIV/AIDS
b. Perbedaan HIV dan AIDS
c. Penyebab HIV/AIDS
d. Tanda dan gejala HIV/AIDS
e. Pencegahan HIV/AIDS
f. Penatalaksanaan HIV/AIDS

IV. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Klien Waktu
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan maksud dan
tujuan
4. Melakukan kontrak waktu
2 Pelaksanaan 1. Memberikan penjelasan 1. Menyimak 30 menit
tentang Definisi dari 2. Bertanya
HIV/AIDS, perbedaan HIV 3. memperhatikan
dan AIDS, penyebab
HIV/AIDS, Tanda dan
gejala HIV/AIDS,
pencegahan HIV/AIDS dan
penatalaksanaan
HIV/AIDS.
2. Memberikan kesempatan
klien untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan klien
3 Penutup 1. mengevaluasi 1. menjawab 10 menit
2. menyimpulkan pertanyaan
3. salam penutup 2. mendengarkan
3. menjawab salam
 Setting tempat
Bertempat di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar

Penyuluh
Moderator

Audien Audien Audien Audien

Audien Audien Audien Audien

Audien Audien

V. Metode
Metode yang digunakan yaitu :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demontrasi

VI. Media
Media yang digunakan yaitu:
1. Leaflet

VII. Refrensi
Baratawidjaja, K, Renggis, I. 2010. Imunologi Dasar Edisi Kedelapan. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela (Voluntary Counseling and Testing). Jakarta : Depkes RI Dirjen
P2PL
Departemen Kesehatan RI. 2008. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Diakses dari :
http://spiritia.or.id/status/statcurr.pdf pada tanggal 5 Juni 2018
Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Djuanda, adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta FKUI
Hudak dan Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Edisi 6. Jakarta : EGC
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_HIV_AIDS_TW_1_2017_rev.pdf
diakses pada tanggal 5 Juni 2018
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
AIDS#sthash.OjQMd4O3.IbyWk2GW.dpbs diakses pada tanggal 5 Juni 2018
http://www.bkkbn.go.id/rubrik/217/ diakses pada tanggal 5 Juni 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf
diakses pada tanggal 5 Juni 2018
KPAN. 2011. Laporan Perkembangan AIDS bulan Juni 2011
Mandala, B. K (et al). 2008. Lecture Note Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga
Prince, Sylvia Anderson., & Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Edisi VI, Volume II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
ECG
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantarannya. Jakarta : Erlangga
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantarannya. Jakarta : Erlangga

VIII. Peserta
Penunggu pasien yang menderita penyakit HIV/AIDS dan pengunjung di Ruang
Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar.

IX. WAKTU
Hari : Jumat
Tanggal : 8 Juni 2018
Jam : 10.00- 10.45 WITA

X. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
a. SAP sudah dipersiapkan 3 hari sebelum penyuluhan
b. Mempersiapkan materi dan leaflet 3 hari sebelum penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Peserta pendidikan kesehatan sudah sesuai dengan kriteria (sasaran)
b. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal (tempat dan waktu)
c. Tersedianya media
d. Penyuluh melakukan kegiatan sesuai dengan perannya
e. Diakhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga dapat menjelaskan definisi HIV/AIDS
b. Keluarga dapat menyebutkan perbedaan HIV dan AIDS
c. Keluarga dapat menyebutkan penyebab HIV/AIDS
d. Keluarga dapat menyebutkan Tanda dan gejala HIV/AIDS
e. Keluarga dapat menyebutkan pencegahan HIV/AIDS
f. Keluarga dapat menyebutkan penatalaksanaan HIV/AIDS
Lampiran :

HIV/AIDS

A. Definisi HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum
membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada
orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang
lain (aidsindonesia).
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi
HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat
mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru,
saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan
Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa
sehat kembali (aidsindonesia).
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya. Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan
virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa HIV
adalah sejenis retrovirus-RNA yang menerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala
penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2005).
AIDS atau sindrom kehilangan kekebaan tubuh adalah kehilangan kekebalan tubuh
manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan
kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur,
parasit, dan pirus tertentu yang bersipat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering
sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limpoma yang hanya
menyerang otak (Djuanda, 2007).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah HIV/AIDS adalah suatu syndrom
atau kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat penurunan dan kekebalan tubuh yang
didapat atau tertular/terinfeksi virus HIV. Beberapa penyakit ikutan yang paling sering
ditemukan pada ODHA yaitu : Tuberculosis (TB), diare terus-menerus disertai dengan
muntah-muntah, dan kanker.

B. Perbedaan HIV dan AIDS


HIV AIDS
Virus yang menyebabkan penurunan Sindrom atau kumpulan gejala dan tanda
kekebalan manusia penurunan kekebalan (manusia) yang
didapat
Menyerang CD4 dalam sistem kekebalan Jumlah CD4 sudah menurun sampai kurang
tubuh dari 200, atau persentase CD4 dibawah 14%
Membuat orang rentan terhadap infeksi oleh Suatu kondisi dimana seseorang menderita
berbagai penyakit beberapa jenis infeksi , seperti TBC, diare,
sarcoma Kaposi dan lain-lain.
Dapat dikendalikan dengan menggunakan Merupakan stadium lanjut
antivirus

C. Penyebab HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama, yaitu HTL II, LAV,
RAV, yang nama ilmiahnya disebut dengan Human Immunodeficency Virus (HIV), yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Depkes, 2009). Penyebab kelainan imun pada
AIDS adalah suatu agen antiviral yang disebut HIV dari kelompok Retrovirus Ribonucleic
Acid (RNA).
Retrovirus mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Hudak & Gallo,
2010). Disebut retrovirus RNA karena virus tersebut menggunkan RNA sebagai molekul
pembawaan informasi genetik dan memiliki Enzim Reverse Transciptase. Enzim ini
memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam
bentuk Deoxy Nucleic Acid (DNA) yang kemudian diintegrasikan pada informasi genetik
sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel
limfosit untuk menduplikasi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri HIV
(Widoyono, 2011).
Menurut Bratawijaya & Rengganis (2010), tipe HIV ada 2, yaitu Tipe 1 (HIV-1),
penyebab utama AIDS yang merupakan bentuk virus yang paling virulen, prevalensinya
lebih banyak dan bermutasi lebih cepat. Tipe 2 (HIV-2), menyebabkan penyakit yang
serupa dengan HIV-1. Patogenesisnya lebih rendah dibandingkan dengan HIV-1 (Mandal
at. al, 2008). Keduanya merupakan virus yang menginfeksi sel CD4+ T yang memiliki
reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV. Setelah infeksi oleh HIV, terjadi penurunan sel
CD4 secara bertahap yang menyebabkan peningkatan gangguan imunitas yang
diperantarai sel dengan akibat kerentanan terhadap berbagai infeksi opertunistik
(Bratawijaya & Rengganis, 2010).

D. Tanda dan Gejala HIV/AIDS


Menurut Nursalam (2006), tanda dan gejala penderita yang terinfeksi
HIV/AIDS biasanya penderita mengalami berat badanya menurun lebih dari 10% dalam
waktu singkat, demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), diare berkepanjangan
(lebih dari satu bulan), batuk perkepanjangan (lebih dari satu bulan), kelainan kulit dan
iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, serta pembengkakan kelenjar
getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.
Menurut WHO dan CDC (2002, dalam Widoyono, 2011), manifestasi klinis
HIV/AIDS pada penderita dewasa berdasarkan stadium klinis yang disertai skala
fungsional dan kalisifikasi klinis, yaitu:
Stadium klinis I: pada skala I memperlihatkan kondisi asimtomatis, dimana klien
tetap melakukan aktivitas secara normal maupun disertai adanya limfadenopati presistent
generalisata. Stadium klinis II: pada skala II memperlihatkan kondisi asimtomatis, dimana
klien tetap melakukan aktivitas normal tetapi disertai adanya penurunan berat badan
berulang, cheilitis angularis), herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, dan ISPA berulang.
Stadium III: pada skala III memperlihatkan adanya kelemahan, berbaring di tempat
tidur 10%, diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan, demam dengan penyebab
yang tidak jelas (intermitent atau tetap) >1 bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia,
TB pulmoner dalam satu tahun terakhir, dan infeksi bacterial berat (misal: pneumonia,
piomiostitis).
Stadium klinis IV: pada skala IV memperlihatkan kondisi yang sangat lemah, selalu
berada ditempat tidur > 50% setiap hari dalam bulanbulan terakhir disertai HIV wasting
syndrome (sesuai yang ditetapkan CDC), peneumocystis carinii pneumonia (PCP),
encephalitis toksoplasmosis, diare karena cryptosporidiosis >1 bulan, cryptococcosis
ekstrapulmoner, infeksi virus sitomegalo, infeksi herpes simpleks >1 bulan, berbagai
infeksi jamur berat (histoplasma, coccoidioidomycosis), kandidiasis esophagus, trachea
atau bronkus, mikobakteriosis atypical, salmonelosis non tifoid disertai eptikemia, TB
ekstrapulmoner, limfoma maligna, sarcoma Kaposi’s ensefalopati HIV.

E. Pencegahan HIV/AIDS
Menurut Widoyono (2005), tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
menghindari hubungan seksual dengan penderita HIV atau penderita AIDS, mencegah
hubungan dengan pasangan yang bergontaganti atau dengan orang yang mempunyai
banyak pasangan, menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik,
melarang orangorang yang termasuk ke dalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan
donor darah, memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar
memerlukan, dan memastikan sterilitas alat suntik.
HIV dan AIDS adalah penyakit menular yang bisa dicegah. HIV tidak menular
melalui jabat tangan, berciuman, menggunakan peralatan makan, kerja sama, berbagi
ruangan, gigitan nyamuk, dan kontak sosial biasa (KPAN, 2011).
Cara pencegahan HIV/AIDS yaitu :
A : Abstinentia (Puasa Sex)
Tidak melakukan sex sebelum menikah
B : Be Faithfull (Setia dengan pasangan)
Setialah pada pasangan anda, jangan berganti-ganti pasangan
C : Condom (Pakai kondom bila sex berisiko)
Janganlah melakukan hubungan sex dengan orang yang berperilaku orang yang
berperilaku sex berisiko dan gunakan kondom bila berhubungan sex berisiko
D : Don’t Drug (Jangan pakai narkoba)
Jangan terlibat narkotika dan pemakaian jarum suntik bersama
E : Education (Pelajari tentang HIV/AIDS)
Perbanyak membaca dan mempelajari tentang HIV/AIDS dari sumber yang
terpercaya.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi umum dan
terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita dianjurkan untuk
berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan akibat infeksi kronis, dukungan nutrisi
yang adekuat berbasis makronutrien dan mikronutrien, konseling termasuk pendekatan
psikologis dan psikososial, motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral
therapy (ARV), membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang
ringan dan teratur, mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau
orang yang mempunyai banyak pasangan
Gianyar,
Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

…………………………………………… ………………………………………
NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

....................................................................
NIP.

Anda mungkin juga menyukai