Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH HUKUM PERJANJIAN

“PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG”

DOSEN PENGAMPU:
UPITA ANGGUNSURI S.H., M.H

OLEH KELOMPOK 5
ANGGOTA:
1. DESELAS TIRAMADHANI (1710112064)
2. ANDIKA WIRAPRATAMA (1710112057)
3. RACHMEDI WIRA SAPUTRA (1710112086)
4. RUZO RAMADHANA (1710112106)
5. SILVIA OCTAVIANI (1710112111)
6. VANIA AMANDA ( )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... ii
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. ii
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ ii
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ iii
BAB II .......................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 1
2.1 Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang ............................................ 1
2.2 Macam-Macam Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang................. 1
2.2.1 Perikatan yang terjadi karena undang-undang itu sendiri ....................... 1
2.2.2 Perikatan yang terjadi karena undang-undang yang disertai dengan
tindakan manusia ................................................................................................... 2
2.3 Unsur-Unsur melawan hukum .................................................................... 5
2.3.1 1. Perbuatan yang melanggar hukum ...................................................... 5
BAB III ......................................................................................................................... 6
PENUTUP .................................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 7

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikatan dapat lahir dari persetujuan maupun dari Undang-Undang sebagaimana


diatur dalam Pasal 1233 KUHPerdata, berdasarkan ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata
tersebut, bahwa setiap keawjiban yang ada pada perikatan dapat terwujud karena
ditentukan Undang-Undang dan karena dikehendaki oleh para pihak dengan
mengadakan atau membuat suatu perjanjian. Dengan demikian setiap pihak yang
membuat perjanjian dengan pihak lainnya secara sadar memang bermaksud untuk
mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu kewajiban dalam lapangan harta
kekayaan yang merupakan perikataan atau utang bagi dirinya terhadap lawan pihaknya
dalam perjanjian tersebut.
Berdasarkan dengan rumusan pasal 1233 kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang
merupakan pasal pertama dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang perikatan, yang menyatakan bahwa ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik
karena persetujuan, baik karena Undang-Undang”, selain perjanjian, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata menentukan bahwa perikatan dapat lahir dari undang-undang
. dengan pernyataan ini, pembuat undang-undang hendak menyatakan bahwa hubungan
hukum dalam lapangan harta kekayaan dapat terjadi setiap saat, baik karena
dikehendaki oleh pihak yang terkait dalam perikatan tersebut, maupun secara yang
tidak dikehendaki oleh orang perorangan yang terikat (yang wajib berprestasi) tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana lahirnya perikatan yang lahir dari undang-undang?


2. ada berapa banyak perikatan yang lahir dari undang-undang?
3. Seperti apa perikatan yang lahir dari udang-undang?
4. Bagaimana fungsi Perikatan yang lahir dari udang-undang?

ii
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perikatan yang lahir dari undang-undang


2. Mengetahui apa saja yang ada dalam perikatan yang lahir dari undang-undang
3. Mengetahui proses tahapan perikatan yang lahir dari undang-undang

iii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang

Perikatan dapat bersumber dari persetujuan atau dari undang-undang.Perikatan

yang lahir dari undang-undang terbagi lagi menjadi undang-undang saja dan undang-

undang karena perbuatan orang. Perikatan yang timbul karena perbuatan orang terdiri

dari perbuatan yang menurut hukum danperbuatan yang melawan hukum. Perikatan

yang timbul dari perbuatan yang sesuai dengan hukum ada dua yaitu wakil tanpa kuasa

(zaakwaarneming) diatur dalam Pasal 1354 s/d 1358 KUH perdata dan pembayran

tanpa hutang (onverschulddigde betaling) diatur dalam pasal 1359 s/d 1364 KUH

Perdata. Sedangkan perikatan yang timbul dari perbuatan yang tidak sesuai

hukumadalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) diatur dalam Pasal

1365 s/d 1380 KUH Perdata.

2.2 Macam-Macam Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang

2.2.1 Perikatan yang terjadi karena undang-undang itu sendiri

Dalam golongan ini, termasuk didalamnya peristiwa hukum, misalnya:

kematian seseorang yang melahirkan kewajiban kepada ahli warisnya untuk memenuhi

kewajiban pihak yang meninggal (pewaris) kepada para kreditornya, atau keadaan

hukum, seperti yang terjadi dalam hal diputuskannya pernyataan pailit, yang

melahirkan suatu keadaan dimana pihak yang dinyatakan pailit kehilangan hak untuk

mengurus harta kekayaannya yang disita (untuk kepentingan umum) akan

1
dipergunakan untuk melunasi seluruh kewajibannya yang telah jatuh waktu dengan

diputuskannya pernyataan pailit tersebut.1

2.2.2 Perikatan yang terjadi karena undang-undang yang disertai dengan

tindakan manusia

2.2.2.1 1. Perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat dari


perbuatan manusia yang diperbolehkan oleh hukum.
Kitab Undang-Undang memberikan dua contoh perikatan yang lahir dari

undang-undang sebagai akibat dari perbuatan manuia yang dperbolehkan

oleh hukum :

A. Yang diatur dalam pasal 1354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

disebutdengan nama zaakwaarneming :

KUHPer tidak memberikan arti atau definisi zaakwaarneming, walau

demikian jika melihat rumusan yag diberikat dalam pasal 1354 KUHPer yang

menyatakan bahwa:

” Jika seseorang dengan sukarela, tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan

orang lain, dengan atau tanpa sepengetahuan orang ini, maka Ia secara diam-diam

mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga

orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu.

Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya seandanya ia dikuasakan dengan

sesuatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas”.

1
Kartin Muljadi, Perikatan Pada Uumumnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perasda, 2003),

2
Dari rumusan yang diberikan tersebut diatas dapat kita lihat bahwa zaakwaarneming

adalah suatu perbuatan yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Zaakwaarneming adalah suatu perbuatan hukum pengurusan kepentingan pihak atau

orang lain.

2. Zaakwaarneming dilakukan secara sukarela

3. Zaakwaarneming dilakukan tanpa adanya perintah (kuasa atau kewenangan) yang

diberikan oleh pihak yang kepentingannya diurus.

4. Zaakwaarneming dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan dari orang yang

kepentingannya diurus

5. Pihak yang melakukan pengurusan (gestor) dengan dilakukannya pengurusan,

berkewajiban untuk menyelesaikan pengurusan tersebut hingga selesai atau hingga

pihak yang diurus kepentingannya tersebut (dominus) dapat mengerjakan kepentingan

sendiri.Dengan dilaksanakannya zaakwaarneming tersebut, maka zaakwaarneming

diwajibkan untuk menyelesaikan pengurusan yang telah dilakukan, atau hingga orang

yang diurus mampu mengurusnya sendiri, seolah-olah ia telah mengerjakannya dengan

memperoleh kuasa untuk itu.

B. Pembayaran yang tidak terutang yang diatur dalam pasal 1359 KUHPer.

Rumusan pasal 1359 KUHPer menyatakan bahwa yang dilindungi oleh KUHPer

adalah pembayaran yang tidak diwajibkan, yang semula tidak diketahui bahwa

pembayaran yag dilakukan tersebut adalah memang tidak diwajibkan. Dalam hal pihak

yang melakukan pembayaran sudah sejak awal mengetahui bahwa kewajiban untuk

pembayaran tersebut memang ada, maka pembayaran yang telah dilakukan berlaku sah

3
demi hukum, dan karena tidak dapat dituntut kembali oleh pihak yang melakukan

pembayaran. Jadi unsur ketidaktahuan bahwa pembayaran tersebut adalah pembayaran

yang tidak terutang merupakan unsur yang paling menentukan dapat tidaknya

pembayaran yang telah dilakukan tersebut dituntut kembali.2

2.2.2.2 Perikatan Yang Lahir Dari Perbuatan Melawan Hukum atau


Perbuatan Melanggar hukum.
Di atur dalam KUHPer pasal 1365 yang menjelaskan bahwa suatu perbuatan dapat

dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum harus dipenuhi beberapa unsur

didalamnya, yaitu:

1. perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum. Dalam artian bahwa

tidak hanya melanggar peraturan undang-undang yang ada tetapi juga melanggar

kesusilaan dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat.

2. perbuatan tersebut membawa kerugian terhadap orang lain.

3. adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugiakan tersebut.3

Syarat kesalahan merupakan unsur mutlak berlakunya ketentuan pasal 1365 KUHPer,

dalam hal unsur kesalahan tidak ditemukan, maka berlakulah ketentuan pasal 1366

KUHPer. Contoh: seseorang melempar mangga dengan batu dan kena kaca rumah

orang lain. Baik menurut perasaan kesusilaan maupun kesopanan tindakan orang itu

2
Kartini Muljadi, Ibid.
3
Kartini Muljadi, Ibid.

4
adalah tidak pantas dan oleh karena itu wajib membetulkan kembali atau memberikan

ganti rugi.4

2.3 Unsur-Unsur melawan hukum

2.3.1 1. Perbuatan yang melanggar hukum

1. Perbuatan yang melanggar hak subyektif orang lain atau bertentangan dengan

kewajiban hukumnya sendiri.

2. Menurut Arrest 1919 :bahwa berbuat atau tidak berbuat merupakan suatu

perbuatan melawan hukum jika :

a. Melanggar hak subyektif orang lain.

b..Bertentangan dengan kewajiban hokum si

pembuat, kewajiban menurut undang-

udang.

c. Bertentangan dengan kesusilaan.

d. Bertentangn dengan kepatutan yang

berlaku dalam lalu lintas masyarakat

terhadapdiri atau barang orang lain.

4
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Perikatan yang lahir karena undang-undang itu sendiri. Dalam hal ini termasuk

didalamnya peristiwa hukum.

2. Perikatan yang lahir dari undang –undang yang disertai dengan perbuatan manusia.

Yang mana perbuatn tyersebut ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak

diperbolehkan atau sering disebut dengan perbuatan melanggar hukum.

6
DAFTAR PUSTAKA

Subekti,R dan Tjitrosubidio,R. 2009. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:


Balai Pustaka.
Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Muljadi, Kartin. 2003.Perikatan PadaUumumnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Perasda.
Fajri,Nur Muhammad. Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang. 17 agustus 2018.
http://mefajri.blogspot.com/2013/11/perikatan-yang-lahir-dari-undang-undang.html

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 1365 KUHPer.
Pasal 1359 KUHPer.
Pasal 1233 KUHPer.
Pasal 1354 KUHPer.

Anda mungkin juga menyukai