SINGAPURA
5. KEADAAN SOSIAL
Singapura merupakan salah satu Negara yang paling padat
di dunia. Lahan untuk pemukiman sudah sangat sempit.
Delapan puluh lima persen (85%) penduduk Singapura tinggal
di rumah susun (apartemen). Mayoritas penduduk Singapura
adalah suku Cina (76,8%). Sementara penduduk aslinya
adalah Melayu. Lainnya adalah India (7,9%). Bahasa-bahasa
yang digunakan adalah Inggris, Melayu, Cina (Mandarin), dan
Tamil. Bahasa Melayu juga merupakan bahasa kebangsaan
tetapi lebih bersifat simbolis. Digunakan untuk menyanyikan
lagu kebangsaan. Penggunaan bahasa kebangsaan hanya
terbatas kepada kaum Melayu saja. Hanya sedikit etnis Cina
dan India yang fasih dalam bahasa Melayu.
· Suku Bangsa : Cina, Melayu, India, Pakistan
· Jumlah Penduduk : 4,198 juta (tahun 2004)
· Bahasa : Inggris(resmi), Melayu, Cina, Tamil
· Agama : Buddha, Kristen, Islam, Tao, dan Hindu
6. PEREKONOMIAN
Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang
secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepôt.
Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura
adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonominya sangat
bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor,
khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB
Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor elektronik,
pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan
ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar
10% keluaran wafer dunia. Singapura memiliki salah
satu pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan pusat
pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah
London, New York dan Tokyo. Bank Dunia menempatkan
Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.
8. POLITIK DI SINGAPURA
Konstitusi Singapura berdasarkan sistem Westminster
karana Singapura merupakan bekas jajahan Inggris. Posisi
Presiden adalah simbolis dan kekuasaan pemerintahan berada
di tangan perdana menteri yang merupakan ketua partai
politik yang memiliki kedudukan mayoritas di parlemen.
Arena politik dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP) yang
telah memerintah sejak Singapura merdeka. Pemerintah PAP
sering dikatakan memperkenalkan undang-undang yang tidak
memberi kesempatan tumbuhnya penumbuhan partai-partai
oposisi yang efektif. Cara pemerintahan PAP dikatakan lebih
cenderung kepada otoriter daripada demokrasi yang
sebenarnya. Namun, cara pemerintahan tersebut berhasil
menjadikan Singapura sebuah negara yang maju, bebas
daripada korupsi dan memiliki pasar ekonomi yang terbuka.
Para ahli politik menganggap Singapura sebuah negara yang
berideologi 'Demokrasi Sosialis'.
9. PEMERINTAHAN DI SINGAPURA
Singapura adalah sebuah negara kecil yang lokasinya
berdekatan dengan Indonesia. Bentuk pemerintahan Singapura
adalah Republik dimana kekuasaan pemerintahan dijalankan
kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Pemilihan
Umum di Singapura dilaksanakan setiap 5 tahun
sekali.Singapura menganut sistem pemerintahan parlementer
dimana perdana menteri bersama para menteri baik secara
bersama - sama ataupun sendiri - sendiri bertanggung jawab
kepada parlemen.
Selama ini yang terjadi di Singapura, kabinet dibentuk
berdasarkan pada kekuatan yang ada di dalam parlemen.
Sehingga para anggota kabinet secara keseluruhan
mencerminkan kekuatan yang ada di dalam parlemen.
Parlemen di Sigapura bisa menjatuhkan kabinet setiap saat,
demikian juga sebaliknya, atas presiden Singapura juga bisa
membubarkan parlemen dan memerintahkan untuk diadakan
pemilihan umum. Presiden melakukan itu atas dasar saran dari
perdana menteri. Karena kabinet merupakan cerimnan dari
ekkuatan parlemen, maka masa jabatan kabinet tidak bisa
ditentukan dengan pasti. Selian itu, kedudukan kepala negara
di Singapura tidak dapat diganggu gugat namun kepala negara
tetap diminta pertanggungjawabannya atas pelaksanaan
jalannya pemerintahan.
Selama ini pemerintah Singapura sangat concern terhadap
kesejahteraan warganya. Dengan pendapatan perkapita yang
tinggi serta sistem pemerintahan yang memihak kepada warga
negaranya membuat Singapura menjadi negara favorit tujuan
para pekerja urban yang datang dari berbagai penjuru dunia
sehingga saat ini penduduk Singapura didominasi oleh kaum
pendatang dengan berbagai latar belakang pekerjaan. Apalagi
sikap pemerintah Singapura yang tidak sembarangan
melakukan kerjasama ekstradisi dengan negara lain membuat
negara ini layaknya surga bagi para buron di banyak negara.
10. SEJARAH SINGAPURA
Daerah Singapura pertama kali disebut dalam catatan
bangsa China di abad ke 3, yang menyebut Singapura sebagai
“Pu-luo-chung” (“pulau di ujung semenanjung”). Tak banyak
yang diketahui tentang sejarah pulau ini di masa itu, tapi
keterangan apa- adanya ini berbeda dengan masa lalu
Singapura yang penuh warna. Di abad ke 14, Singapura
menjadi bagian dari kerajaan besar Sriwijaya, dan dikenal
sebagai Temasek (“Kota Laut”). Terletak di titik pertemuan
jalur perjalanan laut di ujung Semenanjung Malaya, Singapura
telah lama dikunjungi berbagai kapal, mulai dari junk China,
kapal dagang India, dhow Arab, kapal-kapal perang Portugis
sampai kapal layar Bugis.
Selama abad ke 14, pulau kecil namun berlokasi strategis
ini mendapat nama baru – “Singa Pura” (“Kota Singa”).
Menurut legenda, seorang pangeran Sriwijaya yang datang
melihat seekor hewan yang ia kira singa, dan lahirlah nama
modern Singapura ini (“Singapore” dalam bahasa Inggris).
Inggris mengisi bagian penting berikutnya dalam kisah
Singapura ini. Selama abad ke 18, mereka melihat perlunya
sebuah “rumah singgah” strategis untuk memperbaiki,
mengisi bahan makanan, dan melindungi armada kerajaan
mereka yang semakin besar, serta untuk menahan kemajuan
bangsa Belanda di wilayah ini. Dengan latar belakang politik
seperti inilah Sir Stamford Raffles mendirikan Singapura atau
Singapore, sebagai tempat perdagangan. Kebijakan
perdagangan bebas berhasil menarik para pedagang dari
seluruh penjuru Asia, bahkan dari negeri-negeri jauh seperti
Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Di tahun 1824 , hanya lima tahun setelah pendirian
Singapura modern, populasi bertumbuh pesat dari hanya 150
menjadi 10.000. Di tahun 1832 , Singapura menjadi pusat
pemerintahan Straits Settlements (Wilayah Pemukiman
Teluk) untuk daerah Penang, Malaka dan Singapura.
Pembukaan Terusan Suez di tahun 1869 dan penemuan
telegraf dan kapal uap memperbesar peran penting Singapura
sebagai pusat perdagangan yang semakin meningkat antara
Timur dan Barat.
Singapura juga menjadi lokasi militer di abad ke 14, ketika
terlibat dalam perebutan Semenanjung Malaya antara kerajaan
Siam (kini Thailand) dan Majapahit dari Jawa. Lima abad
kemudian, kembali Singapura menjadi lokasi peperangan
besar selama Perang Dunia II. Singapura sempat dianggap
sebagai benteng yang tak tertembus, tapi Jepang berhasil
menguasai pulau ini di tahun 1942 . Setelah perang, Singapura
menjadi Crown Colony (koloni Tahta Inggris). Tumbuhnya
nasionalisme menjadikan terbentuknya pemerintahan mandiri
di tahun 1959 dan akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1965
Singapura menjadi republik merdeka.
BAB II
KESIMPULAN
Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah
sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung
Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia
Tenggara.
Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura.
Pulau utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara
resmi disebut Pulau Ujong(Melayu: berarti pulau di ujung
daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan
menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara,
danTuas Second Link di barat.
Dalam sistem klasifikasi iklim Köppen, Singapura
memiliki iklim tropik khatulistiwa tanpa musim yang nyata
berbeda, kesamaan suhu, kelembapan tinggi, dan curah hujan
yang melimpah.
Singapura merupakan salah satu negara yang paling padat di
dunia. 85% dari rakyat Singapura tinggal di rumah susun yang
disediakan oleh Dewan Pengembangan Perumahan (HDB).
Singapura merupakan salah satu Negara yang paling padat di
dunia. Lahan untuk pemukiman sudah sangat sempit.
Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang
secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepôt.
Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura
adalah satu dari Empat Macan Asia.
Keragaman Budaya
Salah satu aspek yang paling menarik tentang Singapura
adalah karakter penduduknya yang kosmopolitan, sebuah
keuntungan alami dari posisi geografisnya yang strategis
maupun keberhasilan komersialnya. Dibangun oleh Thomas
Stamford Raffles sebagai sebuah pusat perdagangan sejak
tanggal 29 Januari 1819, kota kecil tepi laut Singapura segera
menarik para imigran dan pedagang dari negeri Tiongkok,
India, Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Timur Tengah.
Berharap pada masa depan yang lebih baik, para imigran
datang dengan membawa budaya, bahasa, adat istiadat, dan
kebiasaannya sendiri. Perkawinan silang dan perpaduan
budaya turut berperan dalam memengaruhi keragaman budaya
yang kemudian terbentuk kedalam masyarakat Singapura dari
berbagai aspek, sehingga menjadikan warisan budaya yang
beragam dan dinamis. Di akhir abad ke-19, Singapura menjadi
salah satu kota paling kosmopolitan di Asia, dengan
kelompok etnis utama dari kaum Tionghoa, Melayu, India,
dan Eurasia. Saat ini, etnis Tionghoa merupakan etnis
mayoritas, yaitu 74,2% dari total populasi Singapura,
sementara penduduk awal negeri ini – etnis Melayu
merupakan 13,4%dari populasi negara. Etnis India sebanyak
9,2%, dan 3,3% sisanya berasal dari Eurasia, Peranakan, dan
etnis lainnya. Singapura juga banyak dihuni oleh kaum
ekspatriat yang datangnya dari Amerika Utara, Australia,
Eropa, RRC, Jepang dan India. Sebagai cerminan dari paduan
budaya yang dimilikinya, Singapura mengadopsi satu bahasa
untuk mewakili semua dari empat etnis atau kelompok ‘ras’
yang utama. Empat bahasa resmi dalam konstitusi Singapura
adalah bahasa Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Bahasa
Melayu adalah bahasa nasional Singapura namun bahasa
Inggris menjadi bahasa yang digunakan untuk business,
pemerintahan dan di sekolah.
Keberadaan bahasa-bahasa lainnya, khususnya bahasa Melayu
dan Tionghoa, tentunya berpengaruh terhadap jenis bahasa
Inggris yang digunakan di Singapura. Pengaruh ini terutama
tampak dalam bahasa Inggris informal, sebuah bahasa sehari-
hari yang berbasiskan bahasa Inggris yang dikenal secara
umum sebagai Singlish. Sebagai lambang identitas bagi
banyak warga Singapura, bahasa tersebut mewakili sebuah
bentuk bahasa campuran yang mencakup kata-kata dari
bahasa Melayu, juga Mandarin dan India.
Hampir semua orang di Singapura dapat berbicara dalam lebih
dari satu bahasa, dan banyak yang mampu berbicara dalam
tiga hingga empat bahasa. Sebagian besar anak-anak di
Singapura dibesarkan dalam dua bahasa sejak kecil, dan
mereka pun mempelajari bahasa lain saat mereka tumbuh
dewasa. Dengan mayoritas populasi yang mampu membaca
dan menulis dalam dua bahasa, bahasa Inggris dan Mandarin
merupakan bahasa yang paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara bahasa Inggris merupakan
bahasa utama yang diajarkan di sekolah, anak-anak di
Singapura juga mempelajari bahasa yang digunakan etnis
mereka untuk memastikan agar tetap tersambung dengan akar
budaya mereka. Di antara dialek bahasa Tionghoa yang
berbeda-beda, bahasa Mandarin dijadikan sebagai bahasa
utama etnis Tionghoa dibandingkan bahasa lainnya seperti
Hokian, Tiociu, Kanton, Hakka, Hainan, dan Fuchow.
Sebagai bahasa kedua yang paling banyak digunakan di antara
etnis Tionghoa di Singapura, penggunaan bahasa Mandarin
meluas setelah dimulainya kampanye Speak Mandarin di
tahun 1980 yang membidik etnis Tionghoa. Di tahun 1990-an,
upaya-upaya ini lebih digalakkan untuk membidik kalangan
etnis Tionghoa yang berpendidikan bahasa Inggris.
Jelajahilah berbagai kawasan budaya dan landmark
keagamaan di pulau ini, serta kenali lebih dekat masyakarat
multikultural di Singapura. Apakah Anda bergabung dengan
sebuah tur atau menjelajahi Singapura sendiri, Anda pasti
akan menemukan peninggalan sejarah yang menarik,
keberagaman budaya yang bervariasi, dan gaya hidup warga
Singapura yang unik selama kunjungan Anda ke negara kota
ini.
Pengertian ideologi singapura
Ideologi Singapura adalah Demokrasi dalam hal ini dilihat
dari pembangunan ekonomi yang turut dikaitkan dengan tahap
pendemokrasian dalam ertikata ekonomi yang lebih maju
turut menyumbang kepada peningkatan tahap demokrasi yang
diamalkan oleh sesebuah negara.
tokoh pencetus
Tesis yang popular ini dikemukakan oleh Lipset (1973).
Lipset, ahli sosiologi politik yang tersohor, walau
bagaimanapun melihat hubungan pembangunan ekonomi dan
demokrasi berpandukan pengalaman masyarakat maju Barat
yang homogen yang latarbelakang sejarah masyarakatnya jauh
berbeza dari masyarakat membangun seperti Asia Tenggara.