Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk
pada kekuasaan negara, karena organisasi negara sifatnya mencakup semua orang yang ada di
wilayahnya, dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut.
Untuk itu, pemerintah suatu negara yang memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan
masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan yang mengaturnya. Berikut
organisasi negara dan konstitusi yang mengatur kehidupan negara :
A. Negara
1. Pengertian Bangsa dan Negara
Bangsa dan negara memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain. Menurut
Ernest Renan, bangsa adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari
orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain. Bangsa, bukanlah
kenyataan yang bersifat lahiriah, melainkan bercorak rohaniah, yang adanya hanya
dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan senasib sepenangungan dan kemauan
membentuk kolektivitas.
Munculnya negara tidak dapat dilepaskan dari keberadaan manusia sebagai
makhluk sosial, negara adalah organisasi masyarakat yang memiliki wilayah tertentu
dan berada di bawah pemerintahan yang berdaulat yang mengatur kehidupan
masyarakat tersebut. Negara merupakan konstruksi yang diciptakan oleh manusia
untuk mengatur pola hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat.
B. Konstitusi
1. Konstitusi dan Undang-Undang Dasar
Konstitusi berarti pembentukan, berasal dari kata “constituer” (Perancis) yang berarti
membentuk. Sedangkan istilah “undang-undang dasar” merupakan terjemahan dari
bahasa Belanda “grondwet”. “Grond” berarti dasar, dan “wet” berarti undang-undang.
Jadi Grondwet sama dengan undang-undang dasar.
Menurut Sri Sumantri, yang menyatakan bahwa materi muatan konstitusi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
3. Perubahan Konstitusi
Betapapun sempurnanya sebuah konstitusi, pada suatu saat konstitusi itu bisa
ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan dinamika dan perkembangan masyarakat.
Karena itulah perubahan atau amandemen konstitusi merupakan sesuatu hal yang wajar.
Secara teoritik perubahan undang-undang dasar dapat terjadi melalui berbagai cara. CF.
Strong menyebutkan 4 (empat) macam cara perubahan terhadap undang-undang dasar,
yaitu
d. Dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara yang khusus
dibentuk untuk keperluan perubahan.
a. Perubahan resmi,
b. Penafsiran hakim,
c. Kebiasaan ketatanegaraan/konvensi.
Tentang perubahan terhadap UUD 1945, sesuai pasal 37 ketentuan tentang perubahan itu
adalah sebagai berikut:
b. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
e. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Sejak memasuki era reformasi muncul arus pemikiran tentang keberadaan UUD 1945,
yang sangat berbeda dengan pemikiran yang ada sebelumnya. Secara garis besar arus
pemikiran tersebut dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:
Pertama, bahwa UUD 1945 mengandung rumusan pasal yang membuka peluang timbulnya
penafsiran ganda.
Kedua, bahwa UUD 1945 membawakan sifat executive heavy, yakni memberikan kekuasaan
yang terlalu besar kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, sehingga
kekuasaan yang lain yaitu legislative dan yudikatif seakan-akan tersubordinasi oleh
kekuasaan eksekutif.
Ketiga, sistem pemerintahan menurut UUD 1945 yang tidak tegas di antara sistem
pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan parlementer, sehingga ada yang
menyebutnya sebagai sistem quasi presidensiil.
Keempat, perlunya memberikan kekuasaan yang luas kepada pemerintah daerah untuk
mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, agar daerah dapat
mengembangkan diri sesuai dengan potensinya masing-masing.
Kelima, rumusan pasal-pasal tentang hak asasi manusia yang ada dalam UUD 1945 dirasa
kurang memadai lagi untuk mewadahi tuntutan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan
warga negara seiring dengan perkembangan global.
Secara umum dapat dikatakan bahwa konstitusi disusun sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan kehidupan negara agar negara berjalan tertib, teratur, dan tidak terjadi
tindakan yang sewenang-wenang dari pemerintah terhadap rakyatnya. Untuk itu maka dalam
konstitusi ditentukan kerangka bangunan suatu negara, kewenangan pemerintah sebagai
pihak yang berkuasa, serta hak-hak asasi warga negara.